Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME DEFEKASI DAN SARAF YANG BEKERJA

Disusun Oleh :

1. Anis Wahyu Ekapratiwi


2. Daisy Fitriana Putri
3. Fatonah
4. Megayanti
5. Panji Krisna Wibowo
6. Syaiful Awali

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

D3 KEPERWATAN

2018
i. Mekanisme Defeksi

A. FISIOLOGI
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang
mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira
pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika
yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung
dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat
ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai
sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik
keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan
intraabdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan
otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).

B. Mekanisme

Proses defekasi terjadi baik secara disadari (volunter), maupun tidak


disadari (involunter) atau refleks. Gerakan yang mendorong feses ke arah anus
terhambat oleh adanya kontraksi tonik dari sfingter ani interna yang terdiri dari
otot polos dan sfingter ani eksterna yang terdiri dari otot rangka. Sfingter ani
eksterna diatur oleh N. Pudendus yang merupakan bagian dari saraf somatik,
sehingga ani eksterna berada di bawah pengaruh kesadaran kita (volunter).
Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi akibat ujung – ujung
serabut saraf rectum terangsang ketika dinding rectum teregang oleh massa feses.
Sensasi rectum ini berperan penting pada mekanisme continence dan juga sensasi
pengisian rectum merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal
ini dapat digambarkan sebagai berikut : pada saat volume kolon sigmoid menjadi
besar, serabut saraf akan memicu kontraksi dengan mengosongkan isinya ke
dalam rectum. Studi statistika tentang fisiologi rectum ini mendeskripsikan tiga
tipe dari kontraksi rectum yaitu :
(1) Simple contraction yang terjadi sebanyak 5 – 10 siklus/menit ;
(2) Slower contractions sebanyak 3 siklus/menit dengan amplitudo diatas 100
cmH2O ; dan
(3) Slow Propagated Contractions dengan frekuensi amplitudo tinggi. Distensi dari
rectum menstimulasi reseptor regang pada dinding rectum, lantai pelvis dan
kanalis analis.
Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rectum mengirim signal
aferent yang menyebar melalui pleksus mienterikus yang merangsang terjadinya
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum sehingga
feses terdorong ke anus. Setelah gelombang peristaltik mencapai anus, sfingter ani
interna mengalami relaksasi oleh adanya sinyal yang menghambat dari pleksus
mienterikus; dan sfingter ani eksterna pada saat tersebut mengalami relaksasi
secara volunter,terjadilah defekasi.
Pada permulaan defekasi, terjadi peningkatan tekanan intraabdominal oleh
kontraksi otot– otot kuadratus lumborum, muskulus rectus abdominis, muskulus
obliqus interna dan eksterna, muskulus transversus abdominis dan diafraghma.
Muskulus puborektalis yang mengelilingi anorectal junction kemudian akan
relaksasi sehingga sudut anorektal akan menjadi lurus. Perlu diingat bahwa area
anorektal membuat sudut 90o antara ampulla rekti dan kanalis analis sehingga
akan tertutup. Jadi pada saat lurus, sudut ini akan meningkat sekitar 130o – 140o
sehingga kanalis analis akan menjadi lurus dan feses akan dievakuasi. Muskulus
sfingter ani eksterna kemudian akan berkonstriksi dan memanjang ke kanalis
analis.

Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi sfingter ani eksterna yang berada
di bawah pengaruh kesadaran ( volunteer ). Bila defekasi ditahan, sfingter ani
interna akan tertutup, rectum akan mengadakan relaksasi untuk mengakomodasi
feses yang terdapat di dalamnya. Mekanisme volunter dari proses defekasi ini
nampaknya diatur oleh susunan saraf pusat. Setelah proses evakuasi feses selesai,
terjadi Closing Reflexes. Muskulus sfingter ani interna dan muskulus puborektalis
akan berkontraksi dan sudut anorektal akan kembali ke posisi sebelumnya. Ini
memungkinkan muskulus sfingter ani interna untuk memulihkan tonus ototnya
dan menutup kanalis analis. Hal ini menyebabkan m. sphincter ani externus dan
m. levator ani berkontraksi untuk menahan defekasi.

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti


mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen
mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan, dasar pelvis
mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses. Pada
akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat tonus serabut-
serabut longitudinal dinding canalis analis serta penarikan ke atas oleh m.
puborectalis (bagian dari m. levator ani). Kemudian lumen canalis analis yang
kosong ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani.

Refleks dalam Proses Defekasi


1. Refleks Defekasi Intrinsi k
Berawal dari feses yang masuk rektum sehingga terjadi distensi rektum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesenterika dan
terjadilah gerakan perilstaltik. Feses tiba di anus, secara sistematis spingter
interna relaksasi maka terjadilah defekasi
2. Refleks Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang
kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan
ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya
peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh :


1. Kontraksi otot abdomen
2. Tekanan diafragma
3. Kontraksi otot elevato
ii. Saraf simpatik dan parasimpatik yang bekerja pada mekanisme Defekasi

Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai


18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan
eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi
adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

1. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum


memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan
didalam rektum.Gelombang ini menekan feses kearah anus.Begitu gelombang
peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila
spingter eksternal tenang maka feses keluar.

2. Refleks defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal


cord dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum.Sinyal-sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi
instrinsik.Saat individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal
tenang dengan sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot
perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses
melalui saluran anus.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan


tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah
kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak
untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.

iii. Saraf simpatik dan parasimpatik yang bekerja pada mekanisme berkemih.

PERSARAFAN KANDUNG KEMIH

Kandung kemih dan uretra, keduanya menerima persarafansimpatis


maupun parasimpatis.

Otot detrusor kandung kemih menerima persarafan dari :

 sistem parasimpatis, melalui nervuspelvikus yang berhubungan dengan


medullaspinalis melalui S-2 s.d S-4, yang penting dalam penggalakan
kontraksi otot detrusor.
 sistem simpatis, melalui nervushipogastrikus, yang terutama berhubungan
dengan segmen L-2 dari medullaspinalis.
 Saraf-saraf pelvis terdiri dari serabut sensoris dan serabut motorik.
a) serabut sensoris, berfungsi terutama untuk mengetahui derajat
regangan kandung kemih, yang memberikan respons untuk
menimbulkan refleks pengosongan kandung kemih.
b) serabut motoris, adalah serabut parasimpatis. Serabut saraf ini
menimbulkan kontraksi dari otot detrusor.

Sfingter uretra interna, dipersarafi oleh:

* saraf simpatis

* saraf parasimpatis

Sfingter uretra eksterna, dipersarafi oleh :


* Saraf somatis, yakni serabut motorik yang berjalan melalui
nervuspudendus.

Anda mungkin juga menyukai