Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga laporan ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam laporan ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini

Samarinda, 05 Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3


1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................. 3
1.2 TUJUAN................................................................................................................. . 3
1.3 MANFAAT.............................................................................................................. 3
BAB II. ISI DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 SKENARIO......................................................................................................... ..... 4
2.2 IDENTIFIKASI ISTILAH.................... ................................................................... 4
2.3 IDENTIFIKASI MASALAH....................... ............................................................ 5
2.4 ANALISIS MASALAH................... ........................................................................ 6
2.5 PETA KONSEP........................................................................................................ 8
2.6 IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR....................................... .............................. 8
2.7 SINTESIS.............................................................................................................. ... 8

BAB III. PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................27
3.2 SARAN...................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ . 29

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah salah satu masa yang paling menakjubkan dan menakutkan yang
dapat dialami oleh manusia. Disaat itu, kehidupan rapuh terbentuk dan hanya Tuhan saja
yang tau takdir yang akan dijalani oleh kehidupan tersebut. Seorang manusia hanya bisa
berusaha agar buah hatinya dapat terlahir di dunia dengan selamat dan sehat. Sebagai
suatu usaha, itulah mengapa seorang ibu perlu memeriksakan kandungannya dan
menerima pemeriksaan ANC (antenatal care) agar si bayi dapat terlahir dengan selamat.

Setelah kira – kira 38 minggu lamanya, bayi akan terlahir di dunia. Yang dimana
prosesnya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa dan sebenarnya tidak memerlukan bantuan
apapun karena ibu sudah memiliki insting untuk melakukan persalinan secara alami. Akan
tetapi, manusia itu makhluk yang lemah bahkan kepada instingnya sendiri. Ketika
persalinan, rasa takut akan membutakan kemampuan ibu. Saat itulah, dokter yang
berperan sebagai hamba yang baik mengisi perannya. Memastikan bahwa ibu tidak takut
dan tau bagaiman mengikuti instingnya. Dan dengan dunia yang sudah maju, dokter dapat
berjuang di jalan Tuhan lebih jauh lagi dengan menyelamatkan ibu dan bayi dari kelainan
dan penyakit yang menghampiri.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan ANC.


2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang factor yang menginisasi perjalanan
dan prosesnya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang mekanisme persalinan normal

1.3 Manfaat
Diskusi ini dilakukan dengan harapan mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui
tentang Antenatal Care (ANC), factor - factor yang memulai persalinan, serta mekanisme
persalinan normal.

3
BAB II
ISI

2.1. SKENARIO
SATU DELAPAN DELAPAN BELAS

Hari ini tepat tanggal 1-8-18, Pak Budi sedang berbahagia menyambut kelahiran
putra pertamanya. Saat itu Ibu Budi datang ke RS setelah mengalami his teratur yang
diikuti bloody show sejak ± 4 jam sebelumnya. Dari riwayat kehamilan, Dokter mengetahui
bahwa pasien sudah hamil aterm dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien yang masih
primigravida (G1P0A0) tersebut mengaku sedikitnya telah empat kali mendapatkan
pelayanan 7-T saat melakukan pemeriksaan ANC (antenatal care).

Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan baik keadaan umum


maupun tanda vital pasien dalam batas normal. Selain itu ia juga melakukan pemeriksaan
obstetrik untuk mengetahui tinggi fundus uteri, posisi janin dan apakah bagian terbawah
janin sudah masuk rongga panggul. Dokter menyatakan status pasien sudah inpartu
namun masih dalam fase laten Kala I, berdasarkan penilaian kematangan serviks dengan
Bishop Score dan pembukaan portio setelah melakukan pemeriksaan dalam.

Setelah dievaluasi lagi empat jam kemudian, Dokter menyatakan persalinan sudah
masuk fase aktif Kala I dan meminta dilakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
Partograf. Jika berlangsung normal, Dokter memperkirakan persalinan akan masuk Kala II
paling tidak setelah 13 jam inpartu. Saat nanti pembukaan lengkap, kemudian perineum
menonjol, vulva membuka dan kepala janin terlihat, barulah pasien diminta mulai
mengedan untuk mengeluarkan bayinya. Dokter berharap semuanya lancar, termasuk
saat Kala III dan Kala IV. Akhirnya tepat pukul 18.00 WITA putra pertama mereka lahir.

2.2. STEP I Identifikasi Istilah Sulit


1. Inpartu : Wanita yang sedang dalam masa persalinan sudah
siap melakukan persalinan
2. His : Serangkaian kontraksi otot uterus yang teratur untuk
mendorong janin dengan Amplitudo 60-90 mmHg dengan
durasi waktu tertentu.
3. Bishop Score : Penilaian kematangan serviks dengan menilai derajat
dilatasi dan penipisannya. Dengan skor

4
1 – 4 = Keberhasilan 1% - 60%
4 – 6 = Keberhasilan 60% - 80%
7 – 10 = Keberhasilan 100%
4. Primigravida : Kehamilan pertama kali
5. ANC : Antenatal Care adalah pemeriksaan ada tidaknya
kehamilan dan kelainan / gangguan selama kehamilan
dengan skala tertentu
6. Bloody Show : Lendir bercampur darah sebagai tanda Kala I
Persalinan pada jalan lahir
7. Pemeriksaan Obstetrik : Pemeriksaan untuk meninjau status kehamilan & janin
8. Pemeriksaan Partograf : Lembar untuk mengetahui kemajuan persalinan
9. Kala I Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His
masih lemah dengan frekuensi his jarang.
10. Kala I Fase Aktif : Terdiri dari 3 fase

 Fase akselerasi: lamanya 2 jam, dengan pembukaan


2-3 cm;
 Fase dilatasi maksimal: lamanya 2 jam, dengan
pembukaan 4-9 cm;
 Fase deselerasi: lamanya 2 jam, pembukaan lebih dan 9 cm
sampai pembukaan lengkap. His tiap 3-4 menit selama 45
detik.
11. G1P0A0 : Kehamilan Pertama, belum pernah melahirkan dan
belum pernah mengalami abortus. G = Gravida ; P =
Partus ; A = Abortus
12. Pelayanan 7T : Timbang BB, Imunisasi TT, Tekanan Darah, Tablet
Besi, Tinggi Fundus, Tes PMS dan Temu Wicara
13. Pembukaan Lengkap : Dilatasi serviks sampai 10 cm

2.3. STEP II Identifikasi Masalah


1. Hubungan HIS teratur dengan Bloody Show ?
2. Proses Kala II – Kala IV ?
3. Mekanisme persalinan secara fisiologis?
4. Bagaimana pemeriksaan ANC?
5. Berapa kali pemeriksaan ANC Minimal dilakukan?

5
6. Mengapa perlu perhitungan Bishop Score?
7. Bagaimana pemeriksaan Partograf?

2.4. STEP III Curah Pendapat/ Brainstorming


1. Hubungan his yang teratur dengan bloody show
Berawal dari kontrasi his di fundus uteri menyebabkan janin terdorong kebawah,
terjadinya penipisan dan dilatasi serviks menyebabkan lendir bercampur darah keluar
yang menandakan dimulainya kala 1 persalinan.

2. Fase kala II-IV persalinan


Kala II dimulai ketika dilatasi serviks lengkap (10 cm) pada fase ini terjadi pengeluaran
janin. Kala III terjadi proses pengeluaran plasenta dan juga selaput amnion janin, fase ini
disebut juga kala uri. Kala IV disebut juga fase evaluasi dan pengawasan adanya
perdarahan atau tidak akibat dari persalinan

3. Mekanisme persalinan fisiologis


Ketika terjadi pembukaan serviks maksimal maka terjadi beberapa tahap sehingga janin
dapat keluar. Fetus menyesuaikan diri untuk melewati jalan lahir  masuk pintu atas
panggul (engagement)  penurunan (descent)  fleksi  rotasi internal (putar paksi
dalam)  ekstensi (defleksi)  rotasi eksternal (putar paksi luar)  Lahir. Plasenta
dan selaput amnion Lahir  kontraksi uterus untuk menghentikan perdarahan.

4. Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan ini bertujuan untuk upaya pencegahan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada kehamilan kepada ibu hamil. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan unum dan
pemeriksaan lab. Pada pemeriksaan awal dilakukan anamnesis meliputi kondisi ibu dan
keluhan yang dialami, menanyakan HPHT, riwayat kesehatan ibu dan keluarga.
Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan vital sign, konjungtiva, sclera dan kelopak
mata. Pemeriksaan obstetric, meliputi pemeriksaan luar untuk melihat tinggi fundus
uterus melalui pemeriksaan leiopod 1, palpasi sisi abdomen untuk menilai punggung
bayi melalui pemeriksaan leiopod 2, pemeriksaan presentasi melalui pemeriksaan
leiopod 3, dan bagian terbawah janin yang masuk ke rongga pelvis melalui pemeriksaan
leiopod 4 dan pemeriksaan dalam memeriksa vagina dan adanya bloody show. Selain

6
pemeriksaan awal terdapat pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan fisik dan
obstetric, memberi edukasi mengenai nutrisi, kebiasaan sehari hari dan berolahraga

5. Waktu pemeriksaan ANC


Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah Kl, K2, K3. dan K4. Hal ini berarti, minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia keharnilan 28 minggu, sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28 - 36 minggu dan sebanyak dua kali
kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.

6. Perhitungan BiShop score


Perhitungan ini untuk menilai dilatasi serviks, semakin aterm maka semakin besar dan
untuk menilai konsistensi serviks untuk memperkirakan waktu untuk persalinan dapat
dimulai.

7. Cara pemeriksaan patograf


Pemeriksaan yang bertujuan untuk memantau keadaan janin dan juga ibu, menilai
denyut jantung bayi, kontraksi uterus per 10 menit, lama nya waktu pembukaan berupa
lembaran hasil dari pemeriksaan tersebut. Halaman depan partograf mencantumkan
bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil hasil pemeriksaan selama fase aktif persaiinan. Halaman
belakang partograf, merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV.

7
2.5. STEP IV Strukturisasi Konsep/ Mindmapping

2.6. STEP V Tujuan Pembelajaran/ Learning Objectives


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan ANC
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang menginisiasi persalinan
dan prosesnya
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme persalinan normal

2.7. STEP VI Sintesis / pembahasan


LEARNING OBJEKTIF

Antenatal Care (ANC)

Asuhan antenatal adalah sebuah upaya pencegahan dari program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk memaksimalkan maternal dan neonatal dengan pemantauan rutin selama
kehamilan berlangsung. Tujuan dari asuhan antenatal adalah:

- Membangun kepercayaan antara pasien dengan petugas medis


- Mewujudkan kondisi terbaik untuk ibu dan bayi
- Mendapat informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilan

8
- Memberikan pendidikan kesehatan unutk menjaga kehamilan dan merawat bayi
- Dapat mengetahui jika ada kehamilan dengan risiko tinggi
- Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang membahayakan ibu dan bayi.

Pemeriksaan Rutin dan Penelusuran Penyulit selama Kehamilan

Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan keluarganya serta
pemeriksaan fisik dan obstetrik seperti di bawah ini.

Identifikasi dan Riwayat Kesehatan Data Umum Pribadi

- Nama

- Usia

- Alamat

- Pekerjaan lbu/Suami

- Lamanya menikah

- Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. Keluhan Saat Ini

- Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu

- Lamanya mengalami gangguan tersebut

o Riwayat Haid

- Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

- Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus Naegele: tanggal HPHT ditambah 7 dan
bulan dikurangi 3).

o Riwayat Kehamilan dan Persalinan

- Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya

- Cara persalinan

- Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

- Berat badan lahir

- Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

9
- Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.

o Riwayat Kehamilan Saat Ini

- Identifikasi kehamilan

- Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

- Penyakit lain yang diderita

- Gerakan bayi dalam kandungan

o Riwayat Penyakit dalam Keluarga

- Diabetes Mellitus, Hipertensi atau Hamil Kembar

- Kelainan Bawaan

o Riwayat Penyakit Ibu

- Penyakit yang pernah diderita

- DM, HDK, Infeksi Saluran Kemih

- Penyakit Jantung

- Infeksi Virus Berbahaya

- Alergi obat atau makanan tertentu

- Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut

- Inkompatibilitas Rhesus

- Paparan sinar X/Rontgen

o Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan

- Dilatasi dan Kurerase

- Reparasi Vagina

- Seksio Sesarea

- Serviks Inkompeten

- Operasi non-ginekologi

o Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana

o Riwayat Imunisasi

10
o Riwayat Menyusui Pemeriksaan

o Keadaan Umum

- Tanda vital

- Pemeriksaan jantung dan paru

- Pemeriksaan payudara - Kelainan otot dan rangka serta neurologik

o Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi

- Bentuk dan ukuran abdomen


- Parut bekas operasi
Tanda-tanda kehamilan

- Gerakan janin

- Varises atau pelebaran vena

- Hernia

- Edema

Palpasi

- Tinggi fundus

- Punggung bayi

- Presentasi

- Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk

Auskultasi

-10 minggu dengan Doppler

- 20 minggu dengan fetoskop Pinard

Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pintu atas panggul pada Trimester I/

II

Preeklampsia pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia.
Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu

11
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut:

- Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)


- Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan
pengobatan umum
- Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau
berkunangkunang
- Nyeri epigastrik
- Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam)
- Tekanan darah sistolik 20 - 30 mmHg dan diastolik 10 - 20 mmHg di atas normal
- Proreinuria (di atas positif 3)
- Edema menyeluruh

Jadwal kunjungan asuhan antenatal akan lebih ketat pada kehamilan yang mempunyai
risiko tinggi. Jika pada kehamilan normal, jadwal asuhan ini minimal cukup empat kali. Setiap
kunjungan yang dilakukan diberi dengan simbol “K” yang minimal sekali kunjungan sampai usia
kandungan pada minggu ke-28 sampai minggu ke-36 dan 2 kunjungan pada usia lebih dari
minggu ke-36. Saat kunjungan berlangsung, pasien akan mendapat pelayanan yang
berhubungan dengan pemastian ada tidaknya gangguan kesehatan saat kehamilan.

Kunjungan berkala yang ada pada asuhan antenatal dilakukan secara berkala dan teratur
pada trimester 1 terdapat 1 kali kunjungan, trimester 2 terdapat 1 kali kunjungan dan pada
trimester 3 terdapat 2 kali kunjungan. Keuntungan dari kunjungan berkala asuhan antenatal ini
adalah dapat mengenali gangguan kehamilan yang terjadi secara dini. Setiap kunjungan akan
dilakukan pencatatan sebagai berikut:

o Keluhan yang dirasakan hamil


o Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
- Umum : Tekanan darah, respirasi, nadi, suhu tubuh
- Abdomen : Tinggi fundus uteri, letak janin lebih dari minggu ke-34, presentasi
janin, denyut jantung janin
- Pemeriksaan tambahan: proteinuria, glukosuria, keton
o Menilai kesejahteraan janin
- Pada kehamilan risiko tinggi pemeriksaan dilakukan dengan alat yang modern seperti
kardiotokografi, biophysic profile, dan lainnya. Pemeriksaan tersebut meliputi tinggi

12
fundus uteri pada minggu ke-20 lebih yang normalnya tingginya sama dengan usia
kehamilan, tendangan janin setiap 12 jam terdapat 10 gerakan tendangan, gerakan
janin, gerakan janin yang menghilang sekitar 48 jam yang berkaitan dengan hipoksia,
denyut jantung janin, dan ultrasonografi
- Jika sudah masuk minggu ke-34 terdapat pemeriksaan penilaian besar janin dan
penilaian luas panggul ibu.

Telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa salah satu tujuan dari kunjungan
asuhan antenatal adalah memberi pendidikan dasar (edukasi) dari petugas kepada pasien
tentang apa saja yang dibutuhkan dan dilarang pada kehamilan. Hal-hal yang perlu diketahui
adalah:

1. Nutrisi
- Kalori, seorang ibu hamil butuh 2500 kalori setiap harinya dan memperhatikan jenis
makanan yang dikonsumsi. Dimana jika kelebihan kalori akan menjadi obesitas
sehingga dapat preeklamsia.
- Protein, butuh 85 gram per harinya. Dimana jika kekurangan dapat membuat bayi lahir
prematur, anemia, dan edema.
- Kalsium, butuh konsumsi 1,5 gram setiap hari yang diperuntukkan untuk pertumbuhan
janin. Jika kekurangan kalsium terjadi riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
- Zat besi, dibutuhkan sekitar 30 mg untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang diberi
ferrous gluconate, ferrous fumarate, ferrous sulphate.
- Asam folat, butuh 400 mikrogram untuk pematangan sel pada janin.
2. Perawatan payudara
Pengurutan lembut pada payudara selama kehamilan berfungsi untuk mengeluarkan
sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus untuk persiapan laktasi pada bayi yang
akan lahir nanti.
3. Perawatan gigi
Perwatan gigi pada ibu hamil minimal dua kali yaitu pada trimester 1, dimana ibu hamil
rentan atau berisiko tinggi untuk terkena hiperemesis dan ptialisme (berlebihnya air liur
yang keluar) dan pada trimester 3 dimana akan diperiksa kebutuhan kalsium untuk gigi
pada ibu hamil. Ibu hamil dianjurkan untuk menyikat giginya rutin dan setelah makan
karena pada masa kehamilan seorang ibu hamil rentan terhadap carries dan gingivitis.
4. Kebersihan tubuh dan pakaian
Ibu hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang ketat, melainkan disarankan
untuk memakai pakaian yang longgar, tidak dianjurkan memakai sepatu yang mempunya

13
hak tinggi (high heels) tetapi dianjurkan memakai seperti sandal, flatshoes atau sepatu
kets. Serta untuk kebersihan vagina, ibu hamil tidak disarankan untuk berendam di bathub
melainkan di bawah air yang mengalir seperti di pancuran, agar mikroorganisme mudah
hilang dari tempat-tempat seperti pada lipatan paha, payudara, dan lipatan kulit lainnya
karena lembab. Beristirahat yang cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada
siang hari, serta dilarang merokok selama kehamilan berlangsung karena akan
menyebabkan janin yang dikandung berat badan lahir rendah (BBLR), lahir secara
prematur, terdapat kelainan kongenital, dan solusi plasenta

LEARNING OBJEKTIF

Faktor yang menginisiasi persalinan

Faktor yang menginisiasi persalinan ada 5 yaitu:

1. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005).
2. Passage atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir lunak yaitu: serviks, vagina dan rahim.
Sedangkan jalan lahir lunak yaitu: tulang panggul.
3. Passenger (penumpang) terbagi atas tiga yaitu: janin, plasenta dan air ketuban. Janin
merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar
dan posisinya, plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia
sejati pada saat kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya
dan air ketubanmerupakan cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin
amnion dan korion.
4. Psikologiadalah kondisi psikis seseorang yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya,
diantaranya: perasaan senang, gembira, sedih dan kecewa.
5. Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan.

14
LEARNING OBJEKTIF
FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang
yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar. Proses
fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yaog dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas
progesteron untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir kehamilan.
Asumsi ini didukung oleh temuan-temuan bahwa pada sebagian besar kehamilan mamalia
nonprimata yang diteliti, pelucutan progesteron (progesterone breakthrowgh) baik yang terjadi
secara alami, terinduksi secara bedah, atau farmakologis ternyata dapat mendahului inisiasi
partus. Pada banyak spesies ini, penurunan kadar progesteron di dalam plasma ibu yang
kadang-kadang terjadi mendadak ini biasanya dimulai setelah mendekati 95 persen
kehamilan. Di samping itu, percobaan dengan pemberian progesteron pada spesies-spesies
ini pada akhir masa kehamilan dapat memperlambat awitan persalinan.

Namun, pada kehamilan primata (termasuk manusia), pelucutan progesteron ternyata tidak
mendahului awitan partus. Kadar progesteron di dalam plasma perempuan hamil justru
meningkat sepanjang kehamilan, dan baru menurun setelah kelahiran plasenta, jaringan yang
merupakan lokasi sintesis progesteron pada kehamilan manusia.

15
Fase-fase Persalinan Normal
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja
keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada
persalinan terasa nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan
proses ini.

Tiga Kala Persalinan


Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala satu persalinan mulai ketika telah
tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai
ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin
lewat. Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks.
Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin
sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin. Kala tiga
persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan
ekspulsi plasenta.

Diferensiasi Aktifitas Uterus


Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian
bawah, relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan
lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan ismus utems yang
melebar dan menipis pada perempuan yang tidak hamil. Segmen bawah secara benahap
terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan.
Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun
selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan
konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan
bagian uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen bawah adalah bagian yang
diregangkan, normalnya jauh lebih pasif. Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk
segmen bawah uterus dan serviks, berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas
yang sama, maka gaya dorong persalinan akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya

16
pembagian uterus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang
lebih pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologi.
Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respons
terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviks
akan semakin lunak berdilatasi, dan dengan cara demikian membentuk suatu saluran
muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol keluar. Miometrium
pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya setelah
kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun,
tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen aktif,
berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium
tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan
kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot utems
tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap konrraksi yang
berikutnya mulai di tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian
atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena
pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang
aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi
tebal sekali tepat setelah pelahiran janin. Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung
pada berkurangnya volume isi uterus, terutama pada awal persalinan kedua seluruh uterus
benar-benar merupakan sebuah kantong tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada
ostium serviks. Ini memungkinkan semakin banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan
segmen atas hanya beretraksi sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.
Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih
merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap
kontraksi segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif
tetap mempertahankan panjangnya yang lebih panjang namun, tegangan pada dasarnya
tetap sama seperti sebelumnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan
regangan, dan masih berkontraksi sedikit pada saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju,
pemanjangan benurut-turut serabut otot di segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan,
normalnya hanya beberapa milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat
menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas
antara keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut
sebagai cincin retraksi fisiologik. Jika pemendekan segmen bawah uterus terlalu tipis, seperti
pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga membentuk cincin retraksi patologik.

17
Ini merupakan kondisi abnormal yang juga disebut sebagai cincin Bandl. Adanya suatu
gradien aktivitas fisiologik yang semakin mengecil dari fundus sampai serviks dapat diketahui
dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada persalinan normal.

Perubahan Bentuk Uterus


Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan
diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses
persalinan. Pertama, pengurangan diameter horisontal menimbulkan pelurusan kolumna
vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri,
sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan
janin berbentuk ovoid yang ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10
cm tekanan yang diberikan dengan cara ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua,
dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah
dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas
pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk diiatasi serviks pada
otot-otot segmen bawah dan serviks.

Gaya-gaya Tambahan pada Persalinan


Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada proses ekspulsi janin adalah
gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang meninggi. Gaya ini terbentuk oleh
kontraksi otot-otot abdomen secara bersamaan melaiui upaya pernapasan paksa dengan
glotis tertutup. Gaya ini disebut mengejan. Sifat gaya yang ditimbulkan sama dengan gaya
yang terjadi pada defekasi, tetapi intensitasnya biasanya jauh lebih besar. Pentingnya
tekanan intraabdominal pada ekspulsi janin paling jelas terlihat pada persalinan penderita
paraplegi. Perempuan seperti ini tidak menderita nyeri, meskipun utems mungkin berkontraksi
kuat sekali. Dilatasi serviks yang sebagian besar adalah hasil dari kontraksi uterus yang
bekerja pada serviks yang melunak berlangsung secara normal, tetapi ekspulsi bayi dapat
terlaksana dengan lebih mudah kalau ibu diminta mengejan, dan dapat melakukan perintah
tersebut selama terjadi kontraksi urerus. Meskipun tekanan intraabdominal yang tinggi
diperlukan untuk menyelesaikan persalinan spontan, tenaga ini akan sia-sia sampai serviks
sudah membuka lengkap. Secara spesifik, tekanan ini merupakan bantuan tambahan yang
diperlukan oleh kontraksikontraksi uterus pada kala dua persalinan, tetapi mengejan hanya
membantu sedikit pada kala satu selain menimbulkan kelelahan belaka. Tekanan
intraabdominal mungkin juga penting pada kala tiga persalinan, terutama bila ibu yang

18
melahirkan tidak diawasi. Setelah plasenta lepas, ekspulsi spontan plasenta dapat dibantu
oleh tekanan intraabdominal ibu yang meningkat.

Perubahan-perubahan pada Serviks


Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan
menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen
bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung
mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi
dua perubahan mendasar pendataran dan dilatasi pada serviks yang sudah melunak. Untuk
lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan
sampai berdiameter sekitar 1O cm pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap.
Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tetapi paling sering
bagian terbawah janin mulai turun sedikit kedua sampai pada kala dua persalinan, penurunan
bagian terbawah janin terjadi secara khas agak lambat pada nulipara. Namun, pada
multipara, khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.

Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar
2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini
disebut sebagai pendataran (effecement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot
setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen bawah uterus,
sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Seperti digambarkan
pada Gambar 23-3a sampai 23-3d, pinggiran os internum ditarik ke atas beberapa sentimeter
sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun fungsional) dari segmen bawah
uterus. Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukan terowongan
yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat
tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas
miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum persalinan aktif mulai.
Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.

Dilatasi Serviks

19
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan daerah
yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena iru, selama terjadi kontraksi, struktu-struktur ini
mengalami peregangan yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika
kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada
bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya.
Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah
janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Proses pendararan dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong cairan
amnion di depan kepala, yang akan diuraikan secara rinci kemudian.

Ciri-ciri klinis kontraksi uterus yaitu, frekuensi, intensitas, dan durasi, tidak dapat diandalkan
sebagai ukuran kemajuan persalinan dan sebagai indeks normalitas persalinan. Selain
dilatasi serviks dan turunnya janin, tidak ada ciri klinis pada ibu melahirkan yang tampaknya
bermanfaat untuk menilai kemajuan persalinan". Pola dilatasi serviks yang terjadi selama
berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmoid. Dua fase dilatasi
serviks adalah fase laten dan fase aktif.
Fase aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi.
Lamanya fase laten lebih bervariasi dan rentan terhadap perubahan oleh faktor-faktor luar,
dan oleh sedasi (pemanjangan fase laten), Lamanya fase laten kecil hubungannya dengan
perjalanan proses persalinan berikutnya, sementara ciri-ciri fase akselerasi biasanya
mempunyai nilai prediktif yang lebih besar terhadap hasil akhir persalinan tersebut.

20
Pola Penurunan Janin
Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas panggul telah tercapai
sebeium persalinan mulai, dan penurunan janin iebih jauh tidak akan terjadi sampai awal
persalinan. Sementara itu, pada multipara masuknya kepala Janin ke pintu atas panggul
mula-mula tidak begitu sempurna, penumnan lebih jauh akan terjadi pada kala satu
persalinan. Dalam pola penurunan pada persalinan normal, terbentuknya kurva hiperbolik
yang khas ketika sation kepala janin diplot pada suatu fungsi durasi persalinan. Dalam pola
penurunan aktif biasanya terjadi setelah dilatasi serviks sudah maju untuk beberapa lama.
Pada nulipara, kecepatan turun biasanya bertambah cepat selama fase lereng maksimum
dilatasi serviks. Pada waktu ini, kecepatan turun bertambah sampai maksimum, dan laju
penurunan maksimal ini dipertahankan sampai bagian terbawah janin mencapai dasar
perineum.

21
Kriteria Persalinan Normal
Friedman juga berusaha memilih kriteria yang akan memberi batasan-batasan persalinan
normal, sehingga kelainan-kelainan persalinan yang signifikan dapat segera diidentifikasi.
Kelompok perempuan yang diteliti adalah nulipara dan multipara yang tidak mempunyai
disproporsi fetopelfik, tidak ada kehamilan ganda, dan tidak adayang diobati dengan sedasi
berat, analgesia konduksi, oksitosin, atau intervensi operatif. Semuanya mempunyai panggui
normal, kehamilan arerm dengan presentasi verteks, dan bayi berukuran rata-rata. Dari
penelitian ini, Friedman mengembangkan konsep tiga bagian fungsional persaiinan yaitu
persiapan, dilatasi, dan pelvik untuk menjelaskan sasaran-sasaran fisiologik pada setiap
bagian persalinan. Ia menemukan bahwa bagian persiapan dalam persalinan mungkin sensitif
terhadap sedasi dan analgesi konduksi. Meskipun terjadi dilatasi serviks kecil pada waktu ini,
terjadi perubahan besar pada matriks ekstraselular (kolagen dan komponen-komponen
jaringan ikat lainnya) pada serviks. Bagian dilatasi persalinan, sewaktu terjadi dilatasi dengan
laju yang paling cepat, pada prinsipnya tidak terpengaruh oleh sedasi atau analgesi konduksi.
Bagian pelvik persalinan mulai bersamaan dengan fase deselarasi dilatasi serviks.
Mekanisme klasik persalinan, yang melibatkan pergerakan utama janin, terutama terjadi
selama bagian pelvik persalinan ini. Awal bagian pelvik ini jarang dapat dipisahkan secara
klinis dari bagian dilatasi persalinan. Selain itu, kecepatan dilatasi serviks tidak selalu
berkurang ketika telah dicapai dilatasi lengkap bahkan mungkin malah lebih cepat.

22
Ketuban Pecah
Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada persalinan aktif.
Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan cairan yang normalnya jernih
atau sedikit keruh, hampir tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban
yang masih utuh sampai bayi lahir lebih iarang ditemukan. Jika kebetulan selaput ketuban
masih utuh sampai pelahiran selesai, janin yang lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan
bagian yang membungkus kepala bayi yang baru iahir kadangkala disebut sebagai caul.
Pecah ketuban sebelum persalinan muiai pada tahapan kehamilan mana pun disebut sebagai
ketuban pecah.

Perubaban pada Vagina dan Dasar Panggul


Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang
bersama-sama membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting adalah m. Levator
ani dan fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya dapat
dianggap sebagai dasar panggul Kelompok otot ini menutup ujung bawah rongga panggul
sebagai sebuah diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas yang cekung dan
bagian bawah yang cembung. Di sisi lain, m. ievator ani terdiri atas bagian pubokoksigeus
dan iliokoksigeus. Bagian posterior dan lateral dasar panggul, yang tidak diisi oleh m. levator

23
ani, diisi oleh m. piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain. Ketebalan m. levator ani bervariasi
dari 3 sampai 5 mm meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak tebal.
Selama kehamilan, m. levator ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan
pervaginam tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang
dari pubis dan meiingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi, m. levator ani
menarik rektum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup
vagina. Otot-otot perineum yang lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari
sekadar sebagai penyokong. Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah
janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban
pecah, perubahanperubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang
diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan
serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah
bentuk dari massa jaringan berbentuk baji setebai 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan
episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan tebal kurang dari 1 cm.
Kedka perineum teregang maksimal, anus ;menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai
lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan
besar pembuluh darah yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul
menyebabkan kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.

Pelepasan Plasenta
Kala tiga persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi
plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput janin, persalinan aktif selesai. Karena bayi
sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah kosong.
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini
berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas
segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian
umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan
bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap
permukaan yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas
plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan
lapisan desidua yang paling lemah lapisan spongiosa, atau desidua spongiosa mengalah,
dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan
mengecilnya ukuran tempat implantasi di bawahnya. Pada seksio sesarea fenomena ini
mungkin dapat diamati langsung bila plasenta berimplantasi di posterior. Pemisahan plasenta

24
amat dipermudah oleh sifat struktur desidua spongiosa yang longgar, yang dapat disamakan
dengan garis perforasi pada perangko. Ketika pemisahan berlangsung, terbentuk hematoma
di antara plasenta yang sedang terpisah dan desidua yang tersisa. Pembentukan hematoma
biasanya merupakan akibat, bukan penyebab dari pemisahan tersebut, karena pada
beberapa kasus perdarahan dapat diabaikan. Namun, hematoma dapat mempercepat proses
pemisahan. Karena pemisahan plasenta melalui lapisan spongiosa desidua, bagian dari
desidua rersebut dibuang bersama plasenta, sementara sisanya tetap menempel pada
miometrium. Jumlah jaringan desidua yan tertinggal di tempat plasenta bervariasi. Pemisahan
plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah pelahiran. Brandt dan peneliti lain,
berdasarkan hasil yang diperoleh dari gabungan penelitian klinis dan radiografik, mendukung
gagasan bahwa karena bagian perifer plasenta mungkin merupakan bagian yang paling
melekat, pemisahan biasanya mulai di mana pun. Kadangkala beberapa derajat pemisahan
dimulai sebelum kala tiga persalinan, yang mungkin menjelaskan terjadinya kasus-kasus
deselarasi denl.ut jantung janin tepat sebelum ekspulsi Janin.

Pemisahan Amnion dan korion


Pengurangan besar-besaran luas permukaan rongga uterus secara bersamaan
menyebabkan membran janin (amniokorion) dan desidua parietalis terlepas menjadi lipatan
yang banyak sekali dan menambah ketebalan lapisan tersebut dari kurang dari 1 mm menjadi
3 sampai 4 mm. Lapisan uterus pada awal stadium ketiga menunjukkan bahwa banyak dari
lapisan parietal desidua parietalis termasuk di dalam lipatan-lipatan amnion dan korion leave
yang melekuk-lekuk tersebut. Membran-membran tersebut biasanya tetap in situ sampai
pemisahan plasenta hampir lengkap. Kemudian membran ini terkelupas dari dinding uterus,
sebagian karena kontraksi miometrium yang lebih kuat dan sebagian karena tarikan yang
dilakukan oleh plasenta yang terlepas, yang terletak di segmen bawah uterus yang lebih tipis
atau di bagian atas vagina. Korpus uteri pada waktu itu normalnya membentuk suatu massa
otot yang hampir padat, yang dinding anterior dan posteriornya masing-masing mempunyai
ketebalan 4 sampai 5 cm, terletak saling menempel sehingga rongga uterus hampir hilang.

Ekstrusi Plasenta
Setelah piasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang diberikan padanya oleh
dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen bawah uterus
atau bagian atas vagina. Pada beberapa kasus, plasenta dapat terdorong keluar dari lokasi-

25
lokasi itu akibat meningginya tekanan abdomen, tetapi ibu yang dalam posisi telentang sering
tidak dapat mendorong keluar plasenta secara spontan. Dengan demikian, diperlukan cara-
cara artificial untuk menyelesaikan stadium ketiga. Metode yang biasa dilakukan adalah
bergantian menekan dan menaikkan fundus, sambil melakukan traksi ringan pada tali pusat.

Mekanisme Ekstrusi Plasenta


Bila terjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa, hematoma retroplasenta
dipercaya mendorong plasenta menuju ke rongga uterus, pertama bagian tengah dan
kemudian sisanya. Dengan demikian, plasenta mengalami inversi dan dibebani oleh
hematoma tersebut kemudian turun. Karena membran di sekitarnya menempel kaku pada
desidua, plasenta hanya dapat turun dengan menyeret membran secara perlahan-lahan
kemudian membran-membran tersebut mengelupas bagian perifernya. Akibatnya, kantong
yang terbentuk oleh membran tersebut mengalami inversi, dan yang muncul di vulva adalah
amnion yang mengilap di atas permukaan plasenta atau diternukan di dalam kantong inversi.
Pada proses ini yang dikenal sebagai ekspulsi plasenta secara mebanisme Scbultze, darah
dari tempat plaseta tercurah ke dalam kantong inversi tersebut dan tidak mengalir keluar
sampai setelah ekstrusi plasenta. Cara ekstrusi plasenta yang lain dikenal sebagai
mekanisme Dwncan, yakni pemisahan plasenta perrama kali terjadi di perifer, dengan akibat
darah mengumpul di antara membran dinding uterus dan keluar dari plasenta. Pada situasi
ini, plasenta turun ke vagina secara menyamping, dan permukaan ibu adalah yang pertama
kali terlihat di vulva.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Asuhan antenatal sebagai program pelayanan kesehatan obstetrik untuk


optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian pemantauan rutin
selama kehamian. Program ini dijalankan dengan jadwal minimal empat kali bagi
kehamilan normal dan perlu perhatian dan jadwal kunjungan yang lebih ketat
bagi kehamilan resiko tinggi. Selain pemeriksaan, dilakukan pula pencatatan
hasil pemeriksaan yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan, laboratorium
serta memberikan edukasi kesehatan bagi ibu hamil. Selain itu, perlu juga
mengenali berbagai gejala dan tanda bahaya selama kehamilan. Terdapat
beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu power (kekuatan
HIS dan kekuatan mengejan), passage (keadaan jalan lahir), dan passanger
(janin itu sendiri). Selain itu juga terdapat faktor psikis dan penolong. Berbagai
teori yang menjelaskan inisiasi proses persalinan yaitu, uterine stretch theory,
oxitocin theory, progesterone deprivation theory, prostaglandin theory, dan
placenta-aging theory.
Persalinan aktif terbagi menjadi 4 kala yang berbeda. Kala 1 berawal
ketika terjadi kontraksi-kontraksi uterus yang frekuensi, intensitas, dan durasinya
mampu menyebabkan penipisan serviks, yang dinamai pendataran/penipisan
(effacement). Stadium ini berakhir ketika serviks berdilatasi sempurna
(pembukaan lengkap) sekitar 10 cm sehingga kepala janin dapat lewat dan
disebut sebagai stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala 1 terbagi menjadi
dua fase yaitu laten (pembukaan serviks < 4cm selama 8 jam) dan aktif
(pembukaan serviks 4-10 cm selama 6-8 jam). Kala dua berawal ketika
pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan pelahiran janin disebut
sebagai stadium ekspulsi janin. Waktu kala II untuk primigravida selama 2 jam
dan multigravida 1 jam. Kala III dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput amnion janin disebut sebagai stadium
pemisahan dan ekspulsi plasenta. Kala III berlangsung selama 15-30 menit. Kala
IV merupakan pengawasan dan evaluasi perdarahan setelah persalinan yang

27
berlangsung selama 2 jam. Orientasi janin sehubungan dengan pelvis maternal
dibahas dalam kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi. Letak
merupakan hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu dan terbagi
menjadi memanjang atau melintang. Presentasi merupakan bagian tubuh janin
yang terendah di dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Posisi mengacu
pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai bagian presentasi janin
terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir.
3.2 SARAN

Mengingat masih terdapat kekurangan dalam laporan dari kelompok kami


, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan lain sebagainya,
kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki kesalahan yang ada
dan berusaha semakin baik untuk kedepannya. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami butuhkan dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan mata kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2017
dan dari berbagai pihak. Kami berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan
dan berguna bagi para pembaca.

28
Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. PT Bina Pustaka: Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai