Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga laporan ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam laporan ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................. 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah salah satu masa yang paling menakjubkan dan menakutkan yang
dapat dialami oleh manusia. Disaat itu, kehidupan rapuh terbentuk dan hanya Tuhan saja
yang tau takdir yang akan dijalani oleh kehidupan tersebut. Seorang manusia hanya bisa
berusaha agar buah hatinya dapat terlahir di dunia dengan selamat dan sehat. Sebagai
suatu usaha, itulah mengapa seorang ibu perlu memeriksakan kandungannya dan
menerima pemeriksaan ANC (antenatal care) agar si bayi dapat terlahir dengan selamat.
Setelah kira – kira 38 minggu lamanya, bayi akan terlahir di dunia. Yang dimana
prosesnya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa dan sebenarnya tidak memerlukan bantuan
apapun karena ibu sudah memiliki insting untuk melakukan persalinan secara alami. Akan
tetapi, manusia itu makhluk yang lemah bahkan kepada instingnya sendiri. Ketika
persalinan, rasa takut akan membutakan kemampuan ibu. Saat itulah, dokter yang
berperan sebagai hamba yang baik mengisi perannya. Memastikan bahwa ibu tidak takut
dan tau bagaiman mengikuti instingnya. Dan dengan dunia yang sudah maju, dokter dapat
berjuang di jalan Tuhan lebih jauh lagi dengan menyelamatkan ibu dan bayi dari kelainan
dan penyakit yang menghampiri.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Diskusi ini dilakukan dengan harapan mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui
tentang Antenatal Care (ANC), factor - factor yang memulai persalinan, serta mekanisme
persalinan normal.
3
BAB II
ISI
2.1. SKENARIO
SATU DELAPAN DELAPAN BELAS
Hari ini tepat tanggal 1-8-18, Pak Budi sedang berbahagia menyambut kelahiran
putra pertamanya. Saat itu Ibu Budi datang ke RS setelah mengalami his teratur yang
diikuti bloody show sejak ± 4 jam sebelumnya. Dari riwayat kehamilan, Dokter mengetahui
bahwa pasien sudah hamil aterm dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien yang masih
primigravida (G1P0A0) tersebut mengaku sedikitnya telah empat kali mendapatkan
pelayanan 7-T saat melakukan pemeriksaan ANC (antenatal care).
Setelah dievaluasi lagi empat jam kemudian, Dokter menyatakan persalinan sudah
masuk fase aktif Kala I dan meminta dilakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
Partograf. Jika berlangsung normal, Dokter memperkirakan persalinan akan masuk Kala II
paling tidak setelah 13 jam inpartu. Saat nanti pembukaan lengkap, kemudian perineum
menonjol, vulva membuka dan kepala janin terlihat, barulah pasien diminta mulai
mengedan untuk mengeluarkan bayinya. Dokter berharap semuanya lancar, termasuk
saat Kala III dan Kala IV. Akhirnya tepat pukul 18.00 WITA putra pertama mereka lahir.
4
1 – 4 = Keberhasilan 1% - 60%
4 – 6 = Keberhasilan 60% - 80%
7 – 10 = Keberhasilan 100%
4. Primigravida : Kehamilan pertama kali
5. ANC : Antenatal Care adalah pemeriksaan ada tidaknya
kehamilan dan kelainan / gangguan selama kehamilan
dengan skala tertentu
6. Bloody Show : Lendir bercampur darah sebagai tanda Kala I
Persalinan pada jalan lahir
7. Pemeriksaan Obstetrik : Pemeriksaan untuk meninjau status kehamilan & janin
8. Pemeriksaan Partograf : Lembar untuk mengetahui kemajuan persalinan
9. Kala I Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His
masih lemah dengan frekuensi his jarang.
10. Kala I Fase Aktif : Terdiri dari 3 fase
5
6. Mengapa perlu perhitungan Bishop Score?
7. Bagaimana pemeriksaan Partograf?
4. Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan ini bertujuan untuk upaya pencegahan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada kehamilan kepada ibu hamil. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan unum dan
pemeriksaan lab. Pada pemeriksaan awal dilakukan anamnesis meliputi kondisi ibu dan
keluhan yang dialami, menanyakan HPHT, riwayat kesehatan ibu dan keluarga.
Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan vital sign, konjungtiva, sclera dan kelopak
mata. Pemeriksaan obstetric, meliputi pemeriksaan luar untuk melihat tinggi fundus
uterus melalui pemeriksaan leiopod 1, palpasi sisi abdomen untuk menilai punggung
bayi melalui pemeriksaan leiopod 2, pemeriksaan presentasi melalui pemeriksaan
leiopod 3, dan bagian terbawah janin yang masuk ke rongga pelvis melalui pemeriksaan
leiopod 4 dan pemeriksaan dalam memeriksa vagina dan adanya bloody show. Selain
6
pemeriksaan awal terdapat pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan fisik dan
obstetric, memberi edukasi mengenai nutrisi, kebiasaan sehari hari dan berolahraga
7
2.5. STEP IV Strukturisasi Konsep/ Mindmapping
Asuhan antenatal adalah sebuah upaya pencegahan dari program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk memaksimalkan maternal dan neonatal dengan pemantauan rutin selama
kehamilan berlangsung. Tujuan dari asuhan antenatal adalah:
8
- Memberikan pendidikan kesehatan unutk menjaga kehamilan dan merawat bayi
- Dapat mengetahui jika ada kehamilan dengan risiko tinggi
- Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang membahayakan ibu dan bayi.
Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan keluarganya serta
pemeriksaan fisik dan obstetrik seperti di bawah ini.
- Nama
- Usia
- Alamat
- Pekerjaan lbu/Suami
- Lamanya menikah
o Riwayat Haid
- Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus Naegele: tanggal HPHT ditambah 7 dan
bulan dikurangi 3).
- Cara persalinan
9
- Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
- Identifikasi kehamilan
- Kelainan Bawaan
- Penyakit Jantung
- Inkompatibilitas Rhesus
- Reparasi Vagina
- Seksio Sesarea
- Serviks Inkompeten
- Operasi non-ginekologi
o Riwayat Imunisasi
10
o Riwayat Menyusui Pemeriksaan
o Keadaan Umum
- Tanda vital
o Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Gerakan janin
- Hernia
- Edema
Palpasi
- Tinggi fundus
- Punggung bayi
- Presentasi
Auskultasi
Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pintu atas panggul pada Trimester I/
II
Preeklampsia pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia.
Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
11
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut:
Jadwal kunjungan asuhan antenatal akan lebih ketat pada kehamilan yang mempunyai
risiko tinggi. Jika pada kehamilan normal, jadwal asuhan ini minimal cukup empat kali. Setiap
kunjungan yang dilakukan diberi dengan simbol “K” yang minimal sekali kunjungan sampai usia
kandungan pada minggu ke-28 sampai minggu ke-36 dan 2 kunjungan pada usia lebih dari
minggu ke-36. Saat kunjungan berlangsung, pasien akan mendapat pelayanan yang
berhubungan dengan pemastian ada tidaknya gangguan kesehatan saat kehamilan.
Kunjungan berkala yang ada pada asuhan antenatal dilakukan secara berkala dan teratur
pada trimester 1 terdapat 1 kali kunjungan, trimester 2 terdapat 1 kali kunjungan dan pada
trimester 3 terdapat 2 kali kunjungan. Keuntungan dari kunjungan berkala asuhan antenatal ini
adalah dapat mengenali gangguan kehamilan yang terjadi secara dini. Setiap kunjungan akan
dilakukan pencatatan sebagai berikut:
12
fundus uteri pada minggu ke-20 lebih yang normalnya tingginya sama dengan usia
kehamilan, tendangan janin setiap 12 jam terdapat 10 gerakan tendangan, gerakan
janin, gerakan janin yang menghilang sekitar 48 jam yang berkaitan dengan hipoksia,
denyut jantung janin, dan ultrasonografi
- Jika sudah masuk minggu ke-34 terdapat pemeriksaan penilaian besar janin dan
penilaian luas panggul ibu.
Telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa salah satu tujuan dari kunjungan
asuhan antenatal adalah memberi pendidikan dasar (edukasi) dari petugas kepada pasien
tentang apa saja yang dibutuhkan dan dilarang pada kehamilan. Hal-hal yang perlu diketahui
adalah:
1. Nutrisi
- Kalori, seorang ibu hamil butuh 2500 kalori setiap harinya dan memperhatikan jenis
makanan yang dikonsumsi. Dimana jika kelebihan kalori akan menjadi obesitas
sehingga dapat preeklamsia.
- Protein, butuh 85 gram per harinya. Dimana jika kekurangan dapat membuat bayi lahir
prematur, anemia, dan edema.
- Kalsium, butuh konsumsi 1,5 gram setiap hari yang diperuntukkan untuk pertumbuhan
janin. Jika kekurangan kalsium terjadi riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
- Zat besi, dibutuhkan sekitar 30 mg untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang diberi
ferrous gluconate, ferrous fumarate, ferrous sulphate.
- Asam folat, butuh 400 mikrogram untuk pematangan sel pada janin.
2. Perawatan payudara
Pengurutan lembut pada payudara selama kehamilan berfungsi untuk mengeluarkan
sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus untuk persiapan laktasi pada bayi yang
akan lahir nanti.
3. Perawatan gigi
Perwatan gigi pada ibu hamil minimal dua kali yaitu pada trimester 1, dimana ibu hamil
rentan atau berisiko tinggi untuk terkena hiperemesis dan ptialisme (berlebihnya air liur
yang keluar) dan pada trimester 3 dimana akan diperiksa kebutuhan kalsium untuk gigi
pada ibu hamil. Ibu hamil dianjurkan untuk menyikat giginya rutin dan setelah makan
karena pada masa kehamilan seorang ibu hamil rentan terhadap carries dan gingivitis.
4. Kebersihan tubuh dan pakaian
Ibu hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang ketat, melainkan disarankan
untuk memakai pakaian yang longgar, tidak dianjurkan memakai sepatu yang mempunya
13
hak tinggi (high heels) tetapi dianjurkan memakai seperti sandal, flatshoes atau sepatu
kets. Serta untuk kebersihan vagina, ibu hamil tidak disarankan untuk berendam di bathub
melainkan di bawah air yang mengalir seperti di pancuran, agar mikroorganisme mudah
hilang dari tempat-tempat seperti pada lipatan paha, payudara, dan lipatan kulit lainnya
karena lembab. Beristirahat yang cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada
siang hari, serta dilarang merokok selama kehamilan berlangsung karena akan
menyebabkan janin yang dikandung berat badan lahir rendah (BBLR), lahir secara
prematur, terdapat kelainan kongenital, dan solusi plasenta
LEARNING OBJEKTIF
1. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005).
2. Passage atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir lunak yaitu: serviks, vagina dan rahim.
Sedangkan jalan lahir lunak yaitu: tulang panggul.
3. Passenger (penumpang) terbagi atas tiga yaitu: janin, plasenta dan air ketuban. Janin
merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar
dan posisinya, plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia
sejati pada saat kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya
dan air ketubanmerupakan cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin
amnion dan korion.
4. Psikologiadalah kondisi psikis seseorang yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya,
diantaranya: perasaan senang, gembira, sedih dan kecewa.
5. Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan.
14
LEARNING OBJEKTIF
FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang
yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar. Proses
fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yaog dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas
progesteron untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir kehamilan.
Asumsi ini didukung oleh temuan-temuan bahwa pada sebagian besar kehamilan mamalia
nonprimata yang diteliti, pelucutan progesteron (progesterone breakthrowgh) baik yang terjadi
secara alami, terinduksi secara bedah, atau farmakologis ternyata dapat mendahului inisiasi
partus. Pada banyak spesies ini, penurunan kadar progesteron di dalam plasma ibu yang
kadang-kadang terjadi mendadak ini biasanya dimulai setelah mendekati 95 persen
kehamilan. Di samping itu, percobaan dengan pemberian progesteron pada spesies-spesies
ini pada akhir masa kehamilan dapat memperlambat awitan persalinan.
Namun, pada kehamilan primata (termasuk manusia), pelucutan progesteron ternyata tidak
mendahului awitan partus. Kadar progesteron di dalam plasma perempuan hamil justru
meningkat sepanjang kehamilan, dan baru menurun setelah kelahiran plasenta, jaringan yang
merupakan lokasi sintesis progesteron pada kehamilan manusia.
15
Fase-fase Persalinan Normal
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja
keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada
persalinan terasa nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan
proses ini.
16
pembagian uterus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang
lebih pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologi.
Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respons
terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviks
akan semakin lunak berdilatasi, dan dengan cara demikian membentuk suatu saluran
muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol keluar. Miometrium
pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya setelah
kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun,
tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen aktif,
berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium
tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan
kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot utems
tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap konrraksi yang
berikutnya mulai di tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian
atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena
pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang
aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi
tebal sekali tepat setelah pelahiran janin. Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung
pada berkurangnya volume isi uterus, terutama pada awal persalinan kedua seluruh uterus
benar-benar merupakan sebuah kantong tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada
ostium serviks. Ini memungkinkan semakin banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan
segmen atas hanya beretraksi sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.
Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih
merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap
kontraksi segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif
tetap mempertahankan panjangnya yang lebih panjang namun, tegangan pada dasarnya
tetap sama seperti sebelumnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan
regangan, dan masih berkontraksi sedikit pada saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju,
pemanjangan benurut-turut serabut otot di segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan,
normalnya hanya beberapa milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat
menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas
antara keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut
sebagai cincin retraksi fisiologik. Jika pemendekan segmen bawah uterus terlalu tipis, seperti
pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga membentuk cincin retraksi patologik.
17
Ini merupakan kondisi abnormal yang juga disebut sebagai cincin Bandl. Adanya suatu
gradien aktivitas fisiologik yang semakin mengecil dari fundus sampai serviks dapat diketahui
dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada persalinan normal.
18
melahirkan tidak diawasi. Setelah plasenta lepas, ekspulsi spontan plasenta dapat dibantu
oleh tekanan intraabdominal ibu yang meningkat.
Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar
2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini
disebut sebagai pendataran (effecement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot
setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen bawah uterus,
sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Seperti digambarkan
pada Gambar 23-3a sampai 23-3d, pinggiran os internum ditarik ke atas beberapa sentimeter
sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun fungsional) dari segmen bawah
uterus. Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukan terowongan
yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat
tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas
miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum persalinan aktif mulai.
Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.
Dilatasi Serviks
19
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan daerah
yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena iru, selama terjadi kontraksi, struktu-struktur ini
mengalami peregangan yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika
kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada
bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya.
Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah
janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Proses pendararan dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong cairan
amnion di depan kepala, yang akan diuraikan secara rinci kemudian.
Ciri-ciri klinis kontraksi uterus yaitu, frekuensi, intensitas, dan durasi, tidak dapat diandalkan
sebagai ukuran kemajuan persalinan dan sebagai indeks normalitas persalinan. Selain
dilatasi serviks dan turunnya janin, tidak ada ciri klinis pada ibu melahirkan yang tampaknya
bermanfaat untuk menilai kemajuan persalinan". Pola dilatasi serviks yang terjadi selama
berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmoid. Dua fase dilatasi
serviks adalah fase laten dan fase aktif.
Fase aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi.
Lamanya fase laten lebih bervariasi dan rentan terhadap perubahan oleh faktor-faktor luar,
dan oleh sedasi (pemanjangan fase laten), Lamanya fase laten kecil hubungannya dengan
perjalanan proses persalinan berikutnya, sementara ciri-ciri fase akselerasi biasanya
mempunyai nilai prediktif yang lebih besar terhadap hasil akhir persalinan tersebut.
20
Pola Penurunan Janin
Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas panggul telah tercapai
sebeium persalinan mulai, dan penurunan janin iebih jauh tidak akan terjadi sampai awal
persalinan. Sementara itu, pada multipara masuknya kepala Janin ke pintu atas panggul
mula-mula tidak begitu sempurna, penumnan lebih jauh akan terjadi pada kala satu
persalinan. Dalam pola penurunan pada persalinan normal, terbentuknya kurva hiperbolik
yang khas ketika sation kepala janin diplot pada suatu fungsi durasi persalinan. Dalam pola
penurunan aktif biasanya terjadi setelah dilatasi serviks sudah maju untuk beberapa lama.
Pada nulipara, kecepatan turun biasanya bertambah cepat selama fase lereng maksimum
dilatasi serviks. Pada waktu ini, kecepatan turun bertambah sampai maksimum, dan laju
penurunan maksimal ini dipertahankan sampai bagian terbawah janin mencapai dasar
perineum.
21
Kriteria Persalinan Normal
Friedman juga berusaha memilih kriteria yang akan memberi batasan-batasan persalinan
normal, sehingga kelainan-kelainan persalinan yang signifikan dapat segera diidentifikasi.
Kelompok perempuan yang diteliti adalah nulipara dan multipara yang tidak mempunyai
disproporsi fetopelfik, tidak ada kehamilan ganda, dan tidak adayang diobati dengan sedasi
berat, analgesia konduksi, oksitosin, atau intervensi operatif. Semuanya mempunyai panggui
normal, kehamilan arerm dengan presentasi verteks, dan bayi berukuran rata-rata. Dari
penelitian ini, Friedman mengembangkan konsep tiga bagian fungsional persaiinan yaitu
persiapan, dilatasi, dan pelvik untuk menjelaskan sasaran-sasaran fisiologik pada setiap
bagian persalinan. Ia menemukan bahwa bagian persiapan dalam persalinan mungkin sensitif
terhadap sedasi dan analgesi konduksi. Meskipun terjadi dilatasi serviks kecil pada waktu ini,
terjadi perubahan besar pada matriks ekstraselular (kolagen dan komponen-komponen
jaringan ikat lainnya) pada serviks. Bagian dilatasi persalinan, sewaktu terjadi dilatasi dengan
laju yang paling cepat, pada prinsipnya tidak terpengaruh oleh sedasi atau analgesi konduksi.
Bagian pelvik persalinan mulai bersamaan dengan fase deselarasi dilatasi serviks.
Mekanisme klasik persalinan, yang melibatkan pergerakan utama janin, terutama terjadi
selama bagian pelvik persalinan ini. Awal bagian pelvik ini jarang dapat dipisahkan secara
klinis dari bagian dilatasi persalinan. Selain itu, kecepatan dilatasi serviks tidak selalu
berkurang ketika telah dicapai dilatasi lengkap bahkan mungkin malah lebih cepat.
22
Ketuban Pecah
Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada persalinan aktif.
Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan cairan yang normalnya jernih
atau sedikit keruh, hampir tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban
yang masih utuh sampai bayi lahir lebih iarang ditemukan. Jika kebetulan selaput ketuban
masih utuh sampai pelahiran selesai, janin yang lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan
bagian yang membungkus kepala bayi yang baru iahir kadangkala disebut sebagai caul.
Pecah ketuban sebelum persalinan muiai pada tahapan kehamilan mana pun disebut sebagai
ketuban pecah.
23
ani, diisi oleh m. piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain. Ketebalan m. levator ani bervariasi
dari 3 sampai 5 mm meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak tebal.
Selama kehamilan, m. levator ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan
pervaginam tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang
dari pubis dan meiingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi, m. levator ani
menarik rektum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup
vagina. Otot-otot perineum yang lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari
sekadar sebagai penyokong. Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah
janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban
pecah, perubahanperubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang
diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan
serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah
bentuk dari massa jaringan berbentuk baji setebai 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan
episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan tebal kurang dari 1 cm.
Kedka perineum teregang maksimal, anus ;menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai
lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan
besar pembuluh darah yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul
menyebabkan kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.
Pelepasan Plasenta
Kala tiga persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi
plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput janin, persalinan aktif selesai. Karena bayi
sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah kosong.
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini
berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas
segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian
umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan
bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap
permukaan yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas
plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan
lapisan desidua yang paling lemah lapisan spongiosa, atau desidua spongiosa mengalah,
dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan
mengecilnya ukuran tempat implantasi di bawahnya. Pada seksio sesarea fenomena ini
mungkin dapat diamati langsung bila plasenta berimplantasi di posterior. Pemisahan plasenta
24
amat dipermudah oleh sifat struktur desidua spongiosa yang longgar, yang dapat disamakan
dengan garis perforasi pada perangko. Ketika pemisahan berlangsung, terbentuk hematoma
di antara plasenta yang sedang terpisah dan desidua yang tersisa. Pembentukan hematoma
biasanya merupakan akibat, bukan penyebab dari pemisahan tersebut, karena pada
beberapa kasus perdarahan dapat diabaikan. Namun, hematoma dapat mempercepat proses
pemisahan. Karena pemisahan plasenta melalui lapisan spongiosa desidua, bagian dari
desidua rersebut dibuang bersama plasenta, sementara sisanya tetap menempel pada
miometrium. Jumlah jaringan desidua yan tertinggal di tempat plasenta bervariasi. Pemisahan
plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah pelahiran. Brandt dan peneliti lain,
berdasarkan hasil yang diperoleh dari gabungan penelitian klinis dan radiografik, mendukung
gagasan bahwa karena bagian perifer plasenta mungkin merupakan bagian yang paling
melekat, pemisahan biasanya mulai di mana pun. Kadangkala beberapa derajat pemisahan
dimulai sebelum kala tiga persalinan, yang mungkin menjelaskan terjadinya kasus-kasus
deselarasi denl.ut jantung janin tepat sebelum ekspulsi Janin.
Ekstrusi Plasenta
Setelah piasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang diberikan padanya oleh
dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen bawah uterus
atau bagian atas vagina. Pada beberapa kasus, plasenta dapat terdorong keluar dari lokasi-
25
lokasi itu akibat meningginya tekanan abdomen, tetapi ibu yang dalam posisi telentang sering
tidak dapat mendorong keluar plasenta secara spontan. Dengan demikian, diperlukan cara-
cara artificial untuk menyelesaikan stadium ketiga. Metode yang biasa dilakukan adalah
bergantian menekan dan menaikkan fundus, sambil melakukan traksi ringan pada tali pusat.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
27
berlangsung selama 2 jam. Orientasi janin sehubungan dengan pelvis maternal
dibahas dalam kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi. Letak
merupakan hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu dan terbagi
menjadi memanjang atau melintang. Presentasi merupakan bagian tubuh janin
yang terendah di dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Posisi mengacu
pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai bagian presentasi janin
terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir.
3.2 SARAN
28
Daftar Pustaka
29