Anda di halaman 1dari 22

TUGAS CRITICAL JOURNAL REVIEW

MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


oleh Hasan Zaini
THE SCIENTIFIC PARADIGM OF ISLAMIC EDUCATION MANAGEMENT:
PHENOMENOLOGY PERSPECTIVE
Oleh Philip Buckley dan Irawan
KNOWLEDGE MANAGEMENT FROM ISLAMIC PERSPECTIVE
Oleh Muhammad Bakir dan Hj. Yaakub

Diajukan sebagai Tugas Individu pada Mata kuliah


Tafsir Tematik Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:
ANNISA

Dosen Pengampu:
Dr. Rahmat Hidayat, MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM MURNI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SUMATERA UTARA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, Shalawat dan Salam selalu diucapkan kepada baginda Rasulullah saw.
serta Alhamdulillah atas nikmat ilmu yang yang tercurah melalui para pendidik yang
mulia dan mencurahkan ilmunya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan dan mendapat kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan
tugas critical journal review oleh dosen kami Dr. Rahmat Hidayat, MA.Yang
bertujuan untuk memenuhi tugas wajib pada tugas mata kuliah Tafsir Tematik
Manajemen Pendidikan Islam.
Di dalam tugas ini terdapat jurnal yang berkenaan dengan manajemen
pendidikan Islam, sudah disertakan identitas dari jurnal tersebut, ringkasan isi jurnal,
analisis kritikal beserta kelebihan dan kelemahan dari jurnal tersebut. Di harapkan
tugas saya ini dapat berguna bagi setiap orang yang membacanya terkhususnya bagi
mahasiswa FITK dan terhadap para calon manager serta seluruh civitas academic.
Adapun nantinya banyak kekeliruan atau pun kesalahan dalam tugas saya ini, saya
mohon kritik dan saran agar berguna bagi para pembaca. Terima kasih.

Medan, 05 November 2018

ANNISA
BAB I

IDENTITAS JURNAL

A. IDENTITAS JURNAL I
1. Judul : Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an
2. Penulis : Hasan Zaini
3. Nama Jurnal : Jurnal Al-Fikrah
4. Volume : Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2013
5. Tahun Terbit : Januari-Juni 2013
6. Jumlah halaman : 15 halaman
B. IDENTITAS JURNAL II
1. Judul : The Scientific Paradigm of Islamic Education
Management: Phenomenology Perspective.
2. Penulis : Philip Buckley dan Irawan
3. Nama Jurnal :
4. Volume : Vol. 2, No. 1, Desember 2015
5. Tahun Terbit : Desember 2015 M/1437 H
6. Jumlah Halaman : 29 halaman
C. IDENTITAS JURNAL III
1. Judul : Knowledge Management from Islamic Perspective
2. Penulis : Muhammad Bakir dan Hj. Yaakub
3. Nama Jurnal : Revelation and Science
4. Volume : Vol. 01, No. 02, (1433H/2011) 14-24
5. Tahun Terbit : 1433 H-2011 M
6. Jumlah Halaman : 24 halaman.
BAB II

RINGKASAN/DESKRIPSI JURNAL

A. RINGKASAN JURNAL I
Keberhasilan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh materi ajar, metode,
sarana, prasarana, media dan perlengkapan lainnya, tapi juga ditentukan oleh
manajemen danorganisasi pengelolaannya dalam hal ini termasuk pendidikan Islam.
Melalui tulisan ini penulis akan mencoba mengungkap bagaimana pandangan Al-
Qur’an tentang manajemen pendidikan dengan pendekatan Tafsir Maudhu’i (tematik)
yaitu memilih suatu tema tertentu untuk dibahas, kemudian menghimpun ayat-ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut.

Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai al-kitab (kitab, buku) yang tidak


mengandung keraguan sedikitpun, hudan (petunjuk) bagi orang-orang bertakwa pada
khususnya (Q.S: 2;2) dan bagi umat manusia pada umumnya, al-Furqan (pembeda
antara yang baik dan yang buruk).(Q.S: 2;185). Al-Qur’an juga sebagai rahmat, syifa’
(obat penawar khususnya untuk hati yang resah dan gelisah), mau’izhah (nasehat atau
wejangan) (QS. Yunus, 10;57 dan Bani Israil, 17;82) dan sebagainya. Nama-nama
tersebut memberikan indikasi bahwa alqur’an adalah kitab suci yang berdimensi
banyak dan berwawasan luas.

Terminologi Islami yang secara khusus menyebutkan istilah manajemen


belum ada yang popular. Namun bila didekati dari istilah bahasa Arab dapat
dikemukakan disini bahwa kata “Yudabbiru” dapat diartikan mengarahkan,
mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur atau mengurusi. Asal katanya
adalah dari “dabbara” yang artinya mengaturkan dan mudabbir artinya “orang yang
pandai mengatur “ atau pengatur “mudabbar” yang “diatur “ (Yunus, 1973: 110).

Bertitik tolak dari pengertian manajemen seperti telah disebutkan sebelumnya


dan dikaitkan dengan pengertian “tadbir” yang bermakna mengatur, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen pendidikan islam adalah suatu proses mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang didasari oleh
nilainilai Islam. Setidaknya kata “Yudabbiru” muncul dalam empat ayat yang secara
umum menggambarkan bahwa Allah SWT yang mengatur segala urusan. Keberadaan
Allah sebagai Maha Pencipta dihubungkan dengan penciptaan alam, langit dan bumi
serta segala isinya sehingga segala urusan yang ada di alam semesta ini adalah Allah
yang Maha Mengetahui, mengawasi dan memeliharanya.

Berikut ini dicantumkan ayat-ayat popular yang berhubungan dengan


“Tadbir” atau manajemen tersebut dalam Surat Yunus, ayat 3 dan Surat Yunus ayat
31. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa alam raya ini benar-benar Allah yang
mengatur dan mengendalikannya, termasuk pengaturan rezeki manusia bahkan
mengatur segala urusan. Anehnya, manusia mengakui semuanya itu, namun masih
ada yang tidak bertaqwa. Surat-surat lainnya yang memberi petunjuk yang sama
antara lain surat Al- Ra’du:2, al-Sajadah:5,dsb. Sebagai Maha Pencipta, Allah yang
mengatur segala urusan makhluk-Nya di bumi ini.

Dengan Qudrat, Iradat dan Ilmu-Nya, Allah SWT memberi kemampuan


potensial bagi manusia untuk menjadi wakil Tuhan atau Khalifatullah dan pemimpin
di muka bumi ini, setelah manusia menerima amanat dari Allah dan makhluk lain
(malaikat, bumi dan gunung-gunung) menolak untuk mengelola bumi. Oleh sebab itu,
management Islami diletakkan pada prinsip Tauhid bahwa Allah sebagai Maha
Pencipta dan Pengatur (Mudabbir) dengan segala urusan makhlukNya dan konsep
khalifah yang diberikan kepada status manusia di muka bumi dengan konsekwensi
bertanggung jawab mengelola, memelihara dan mengawasi kelangsungan hidup di
alam ini.

Ilmu manajemen telah berkembang sebagai fenomena kehidupan


modernmenyertai kehadiran berbagai organisasi di masyarakat. Di dalamnya
dimaksudkan untuk pengelolaan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya secara bersama. Perilaku bekerjasama sebagai sesuatu yang bersifat ftrah
dilaksanakan pada prinsip tauhid, khalifah dan amanah.
Prinsip manajemen Islam adalah:

1. Tauhid: Prinsip tauhid harus menjadi fundasi bagi seluruh perilaku individu dan
kelompok dalam membangun kebudayaannya. (QS. 39:3; 2:112; 26:89; 50:37).
2. Khalifah (Pemimpin/manajer): Sebagaimana frman Allah dalam surat Al-Taubah:
71 dan Al-Baqarah :44 : Seorang pemimpin harus menjadi panutan dan contoh
teladan bagi orang yang dipimpinnya, dan harus sejalan antara ucapan dan
perbuatan.
3. Amanah: Setiap manajer adalah pemimpin. Karena itu Allah telah
mempercayakan manusia mengelola alam ini untuk kebaikan manusia dan
kemakmuran alam, berarti keteladanan manusia yang menduduki jabatan tertentu
sangat diperlukan untuk kebaikan organisasi dan masyarakat. Diantara ayat Al-
Qur’an yang berhubungan dengan amanah dan kejujuran antara lain Surat Al-
Baqarah :283.

Di samping tiga prinsip dasar (tauhid, khalifah dan amanah) tersebut,


manajemen pendidikan Islam juga sejalan dengan prinsip dan langkah-langkah
manajemen modern yang dikenal dengan istilah Planning, Organizing, Actuating dan
Controling (POAC).

1. Perencanaan
Untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup, diperlukan program dan
perencanaan yang matang. Seperti ditegaskan dalam Firman Allah surat AlHasyr
ayat 18: Dalam ayat ini dinyatakan bahwa setiap individu harus menyiapkan bekal
untuk menghadapi masa depan atau hari esok, sehingga hari esok lebih baik dari
hari ini, dan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Karena itu harus dibuat program
dan perencanaan yang matang.
2. Pengorganisasian
Dalam Al-Qur’an, manusia disuruh tolong menolong, bekerjasama dalam
mencapai tujuan yang baik, dan dilarang tolong menolong dan bekerjasama atas
perbuatan dosa dan permusuhan, seperti Firman-Nya dalam surat Al-Maidah:2
dan Ali Imran :103. Kemudian Pujangga Arab menyatakan persatuan itu tiang
kemenangan.
3. Penggerakan
Seorang menejer atau pimpinan termasuk pimpinan dalam bidang pendidikan
harus bisa menggerakkan bawahan supaya mau dan rajin belajar sesuai dengan
bidang masing-masing, karena itu ia harus pandai memberikan motivasi untuk
membangkitkan semangat kerja. Ini sesuai dengan Surat Al-Baqarah ayat 25.
4. Pengawasan
Bila dihubungkan dengan pendidikan Islam dapat dipahami bahwa semua
perbuatan diawasi dan dikontrol oleh Allah Swt dan Allah selalu melihat dan
memperhatikannya. Bahkan gerak gerik dan niat hati manusiapun diketahui oleh
Allah. Mengenai ini dapat dibaca dalam surat Ali Imran ayat 29.
B. RINGKASAN JURNAL II
This paper intends to explore the possibility that phenomenology can be used
as one of the foundations of scientific epistemology of Islamic education
management. Scientific management of Islamic education would not be sufficient if
only positivistic approached scientifically. Behaviors that contain messages of moral,
theological and ideological embraced by managers, implementers and users of
Islamic educational institutions are very complicated. To be able to describe these
phenomena with a reasonable and until the deeply meaning (eidos), so
phenomenological approach is needed. This approach can be used as a basis in
developing others the science of Islamic education management. The science of
Islamic education management can have a number of scientific fields (The science of
diniyyah, madrassas, Islamic schools, and Islamic higher education management)
and gave birth to a number of expertise (administrative staff, headmaster and
superintendent at the madrasah level).

In order to become a well-established science, Islamic Education Management


should not be overly dominated by theology. Therefore, Islamic Education
Management can build the scientific foundation of phenomenology, apart from the
scientific method positivistic. Phenomenology can be an alternative formulation of
science MPI because: 1) is natural (no reduction on pre-thought); 2) can reach the
essence of the phenomenon; 3) systematic and 4) suitable for digging symptoms
theological, historical, sociological and psychological principals and education
managers Islam. There are four models of epistemology phenomenology that can be
used as a basis in developing science education management, namely; (1) Narative;
(2) Political; (3) Atletic dan 4) Artistic dan Etical model. Stages of research-based
education management can take the phenomenology of qualitative research phases.
There are some differences between ordinary qualitative research with
phenomenological qualitative research, namely 1) return to experience in order to
obtain comprehensive descriptions that provide the basis for a reflective structural
analysis that portrays the essences of the experience; 2) seeks to disclose and
elucidate the phenomena of behaviour as they manifest themselves in their perceived
immediacy; 3) scientist determines the underlying structures of an experience by
interpreting the originally given descriptions of the situation in wich the experience
occurs. The researcher can let the phenomena speak for themselves. The steps
involved in empirical phenomenological studies as outlined by follow: 1) the problem
and question formulation the phenomenon. The researcher delinecates as focus of
investigation, formulates a question in such a way that it is understandable to others;
2) the data generating situation, the protocol life text. Researchers start with
descriptive narrative provided by subjects who are viewed as coresearchers, we
query the person and engage in dialogue, or we combine the two; 3) the data analysis
explication and interprtation.

TERJEMAHAN

Tulisan ini bermaksud untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa


fenomenologi dapat digunakan sebagai salah satu dasar epistemologi ilmiah
manajemen pendidikan Islam. Manajemen ilmiah pendidikan Islam tidak akan cukup
jika hanya pendekatan positivistik secara ilmiah. Perilaku yang mengandung pesan
moral, teologis dan ideologis yang dianut oleh manajer, pelaksana dan pengguna
lembaga pendidikan Islam sangat rumit. Untuk dapat menggambarkan fenomena ini
dengan masuk akal dan sampai makna mendalam (eidos), maka pendekatan
fenomenologis diperlukan. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengembangkan orang lain ilmu manajemen pendidikan Islam. Ilmu manajemen
pendidikan Islam dapat memiliki sejumlah bidang keilmuan (ilmu tentang diniyyah,
madrasah, sekolah Islam, dan manajemen pendidikan tinggi Islam) dan melahirkan
sejumlah keahlian (staf administrasi, kepala sekolah dan pengawas di tingkat
madrasah) .

Untuk menjadi ilmu yang mapan, Manajemen Pendidikan Islam tidak boleh
terlalu didominasi oleh teologi. Oleh karena itu, Manajemen Pendidikan Islam dapat
membangun fondasi ilmiah fenomenologi, terlepas dari metode ilmiah positivistik.
Fenomenologi dapat menjadi perumusan alternatif sains MPI karena: 1) bersifat alami
(tidak ada pengurangan pra-pemikiran); 2) dapat mencapai esensi dari fenomena
tersebut; 3) sistematis dan 4) cocok untuk menggali gejala-faktor teologis, historis,
sosiologis, dan prinsip psikologis dan manajer pendidikan Islam. Ada empat model
fenomenologi epistemologi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengembangan manajemen pendidikan sains, yaitu; (1) Naratif; (2) Politik; (3)
Atletik dan 4) Model Artistik dan Etis. Tahapan manajemen pendidikan berbasis
penelitian dapat mengambil fenomenologi fase penelitian kualitatif. Ada beberapa
perbedaan antara penelitian kualitatif biasa dengan penelitian kualitatif
fenomenologis, yaitu 1) kembali ke pengalaman untuk memperoleh deskripsi
komprehensif yang memberikan dasar bagi analisis struktural reflektif yang
menggambarkan esensi pengalaman; 2) berusaha untuk mengungkapkan dan
menjelaskan fenomena perilaku ketika mereka menampakkan diri dalam kedekatan
yang dirasakan; 3) ilmuwan menentukan struktur yang mendasari pengalaman dengan
menafsirkan deskripsi yang diberikan pada situasi yang terjadi. Peneliti dapat
membiarkan fenomena berbicara sendiri. Langkah-langkah yang terlibat dalam studi
fenomenologi empiris yang digarisbawahi sebagai berikut: 1) masalah dan perumusan
pertanyaan fenomena tersebut. Peneliti delinecates sebagai fokus penyelidikan,
merumuskan pertanyaan sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain;
2) situasi penghasil data, teks kehidupan protokol. Peneliti memulai dengan narasi
deskriptif yang disediakan oleh subjek yang dipandang sebagai peneliti, kami
meminta orang itu dan terlibat dalam dialog, atau kami menggabungkan keduanya; 3)
analisis data eksplanasi dan interprestasi.

C. RINGKASAN JURNAL III


This paper attempts to address the theory of knowledge management from
Islamic perspective. It highlights the Islamic conception of knowledge, in terms of
understanding its nature in the reality of knowledge society. This is done, with the
assumption that once knowledge is managed, it is possible then to look at its
functions and processes of development in the form of scientific realm. With regards
to the Islamic conception of knowledge, the Qur’an invites human beings to read both
the natural phenomena and the divine text (revelation). This paper aims to analyze
how knowledge is managed according to the Islamic epistemology. Generally
speaking, knowledge management and classification are very much influenced by the
way society conceptualizes and realizes knowledge. Eventually, knowledge
management and classification guide man to the ways of knowledge utilization.
Therefore, any success achieved by a person is an output of his/her knowledge
understanding and knowledge growth within himself. In this status, human beings
might be influenced by a certain situations, limitations and constrains internally or
externally that lead him to persuade either body knowledge or the functional usage of
knowledge in making his own individual success in a form of user-centric based
values.

This research attempted to investigate the concept of KM as a step towards


approaching IKM conceptualisation. In comparison, we observe that the application
of KM movement strategies starts with users and ends with users (internal or
external), i.e. its functional modelling is taking more user-centric based behaviours in
manymulti-disciplinary management efforts. IKM, on the contrary, starts with
knowledge recourses for the purpose of user development and then ends up with the
source of knowledge as user evaluation and confirmation in searching effective usage
and application, i.e. its functional modelling is more towards recourse-centric based
behaviours where all knowledge understanding (KU) and output (OK) should be a
reflection of knowledge source (KS) representation (physically or hermeneutically
constructed). Therefore, the need for IKM is paramount to ensure:

1. Inclusion of all types of knowledge, including revelation, reflected in conformities


within the modelling process.
2. Definition a modelling process that comprehensively covers the reservoir of
issues which are humanistic in nature while leading to “fit-for-purpose” results
in a defined time space and span.
3. Storage of knowledge generated during the modelling process for adequate and
efficient model adoption and adjustment to suit specific workflow.
Finally, it is obvious that managing knowledge requires appropriate tools.
Each and every tool has its own function and objectives. Therefore, IKM is very
fundamental for a Muslim manager in achieving his managerial function, progress
and productivity.
TERJEMAHAN

Tulisan ini mencoba untuk membahas teori manajemen pengetahuan dari


perspektif Islam. Ini menyoroti konsepsi Islam pengetahuan, dalam hal memahami
sifatnya dalam realitas masyarakat pengetahuan. Ini dilakukan, dengan asumsi bahwa
setelah pengetahuan dikelola, adalah mungkin untuk melihat fungsi dalam bentuk
dunia ilmiah. Berkenaan dengan konsepsi pengetahuan Islam, Al Qur'an mengundang
manusia untuk membaca baik fenomena alam dan teks ilahi (wahyu). Bagaimana
pengetahuan ini dikelola sesuai epistemologi Islam. Secara umum, manajemen
pengetahuan dan klasifikasi sangat dipengaruhi oleh cara masyarakat membuat
konsep dan menyadari pengetahuan. Akhirnya, manajemen pengetahuan dan panduan
klasifikasi untuk cara pemanfaatan pengetahuan. Oleh karena itu, keberhasilan apa
pun merupakan keluaran dari pemahaman ilmunya dan pertumbuhan pengetahuan di
dalam dirinya. Dalam status ini, manusia mungkin dipengaruhi oleh kondisi tertentu,
baik pengetahuan tubuh atau penggunaan fungsional pengetahuan dalam membuat
kesuksesan individualnya sendiri dalam bentuk nilai berbasis pengguna-sentris.

Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki konsep KM sebagai langkah


menuju mendekati konseptualisasi IKM. Sebagai perbandingan, kami mengamati
bahwa penerapan strategi gerakan KM dimulai dengan pengguna dan berakhir dengan
pengguna (internal atau eksternal), yaitu pemodelan fungsionalnya mengambil lebih
banyak perilaku berbasis pengguna-sentris dalam banyak upaya manajemen
multidisipliner. IKM, sebaliknya, dimulai dengan sumber pengetahuan untuk tujuan
pengembangan pengguna dan kemudian berakhir dengan sumber pengetahuan
sebagai evaluasi pengguna dan konfirmasi dalam mencari penggunaan yang efektif
dan aplikasi, yaitu pemodelan fungsionalnya lebih ke arah perilaku berbasis recourse-
centric mana semua pemahaman pengetahuan (KU) dan output (OK) harus
merupakan refleksi dari representasi sumber pengetahuan (KS) (secara fisik atau
dibangun secara hermeneutik). Oleh karena itu, kebutuhan untuk IKM sangat penting
untuk memastikan:

1. Pencantuman semua jenis pengetahuan, termasuk wahyu, tercermin dalam


kesesuaian dalam proses pemodelan.
2. Definisi proses pemodelan yang secara komprehensif mencakup waduk isu-
isu yang bersifat humanistik sementara mengarah pada hasil yang "cocok
untuk tujuan" dalam ruang dan rentang waktu yang ditentukan.
3. Penyimpanan pengetahuan yang dihasilkan selama proses pemodelan untuk
adopsi dan penyesuaian model yang memadai dan efisien untuk
menyesuaikan alur kerja yang spesifik.

Akhirnya, jelas bahwa mengelola pengetahuan membutuhkan alat yang tepat.


Setiap alat memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Oleh karena itu, IKM
sangat mendasar bagi seorang manajer Muslim dalam mencapai fungsi manajerial,
kemajuan, dan produktivitasnya.
BAB III

ANALISIS KEKHASAN & KEMUTAKHIRAN, KELEBIHAN &


KEKURANGAN

A. ANALISIS JURNAL I
Sudah dijelaskan oleh penulis jurnal bahwa topik yang dibahas dalam jurnal
ini adalah pandangan Al-Qur’an tentang manajemen pendidikan dengan pendekatan
Tafsir Maudhu’i (tematik) yaitu memilih suatu tema tertentu untuk dibahas,
kemudian menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut.
Tema atau topik yang dibahas relevan dengan konsep dasar manajemen pendidikan
Islam yang memuat pengertian manajemen pendidikan Islam, prinsip-prinsip
manajemen pendidikan Islam dan fungsi-fungsi dalam manajemen, dan semua
pembahasan tersebut dijelaskan dalam perspektif Al-qur’an dengan gaya penulisan
yang khas dengan setiap teori mencantumkan minimal satu ayat Al-Qur’an yang
berkenaan dengan teori yang disajikan.

Argumen-argumen yang dipaparkan penulis dalam jurnal ini sesuai dan tepat
dengan tema atau topik yang dibahas dalam jurnal ini. Paparan argumen yang
dijelaskan penulis membantu pembaca memahami maksud dari isi jurnal dan peneliti.
Penjelasan mengenai pendahuluan atau pengantar sudah jelas dan detail dan
menjelaskan maksud dari penulisan jurnal tersebut yaitu untuk memaparkan
bagaimana manajemen pendidikan Islam dalam pandangan Al-Qur’an .
Cakupan teori yang dibahas dalam jurnal ini memiliki kesesuaian dengan
teori-teori yang disampaikan oleh para ahli manajemen pendidikan Islam lainnya
seperti pemakaian istilah “Yudabbiru”, “dabbara”, “mudabbar”, “tadbir” untuk
menyatakan istilah manajemen dalam Al-Qur’an yang sesuai seperti yang ada dalam
buku ayat-ayat Al-Qur’an tentang manajemen pendidikan Islam memaparkan bahwa
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen
adalah al-tadbir (pengaturan).Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara
(mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an seperti firman Allah Swt. dalam
As-Sajdah/32: 5.1

Namun, dalam jurnal ini hanya memuat prinsip manajemen Islam, bukan
menjelaskan mengenai prinsip manajemen pendidikan Islam yang sebenarnya sudah
banyak dikemukakan oleh para ahli, seperti Langgulung yang berpendapat bahwa
prinsip manajemen pendidikan Islam itu ada tujuh macam, yaitu: Iman dan Akhlak,
Keadilan dan Persamaan, Musyawarah, Pembagian Kerja dan Tugas, Berpegang pada
Fungsi Manajemen, Pergaulan dan Manajemen. Sedangkan Ramayulis berpendapat
bahwa prinsip manajemen pendidikan Islam ada delapan yaitu: ikhlas,
jujur, amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, praktis, dan fleksibel.2

Teori disajikan mengenai fungsi-fungsi manajemen juga sudah umum dan


dianggap sudah mewakili komponen dalam POAC, ditambah lagi setiap komponen
fungsi manajemen pendidikan Islam yang ada dalam jurnal ini, semuanya ditinjau dan
dijelaskan dengan beberapa ayat Al-Qur’an. Jurnal ini menunjukkan dengan baik
bahwa Allah Swt. sudah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an petunjuk-petunjuk dalam
mengelola kehidupan di dunia ini, hanya saja manusia diwajibkan mengkaji dan
mempelajari pesan-pesan yang ada dalam Al-Qur’an untuk mengetahui dan
mengamalkan ajaran Al-Qur’an tersebut.

Kesimpulan yang dibuat oleh penulis sangan lengkap dan menyeluruh dengan
pembahasan dan isi jurnal sehingga pembaca dapat mengetahui dengan jelas makna
dan tujuan dari jurnal ini. Referensi pada jurnal ini juga sangat banyak dan lengkap,
sehingga tidak diragukan lagi pembahasan yang terdapat didalam jurnal, karena
referensi yang dicantumkan banyak juga dari beberapa buku yang terkenal dan
penulisnya dari luar negeri.

1
Rahmat Hidayat dan Candra Wijaya, (2017), Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Manajemen
Pendidikan Islam, Medan: LPPPI, hal. 5.
2
Agus Fakhruddin, (2011), Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam dalam Konteks
Persekolahan, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 9 No. 2-2011, diakses tgl 06 November
2018.
1. KEKHASAN JURNAL I
Setelah menganalisis jurnal ini, reviewer menemukan kekhasan jurnal tersebut,
sebagai berikut:
a. Jurnal ini menyuguhkan Al-Qur’an sebagai referensi terbaik dalam kehidupan
manusia, yaitu sebagai petunjuk hidup yang mengatur segala aktivitas
manusia yang akan selalu relevan setiap saat, dalam situasi apapun dan
sampai kapanpun.
b. Jurnal ini menunjukkan dengan jelas bahwa Allah telah mengatur dalam Al-
Qur’an tentang isyarat pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan
kepada manusia, hanya saja perlu manusia perlu mengkaji lebih dalam lagi
supaya mengetahui apa pesan yang disampaikan dalam Al-Qur’an tersebut,
salah satu jalan untuk memahaminya adalah dengan belajar tafsir tematik,
yait mengkaji Al-Qur’an berdasarkan tema yang diinginkan.
c. Jurnal ini khas dengan penyampaian teori dengan memberikan perspektif Al-
Qur’an.
d. Jurnal ini menyampaikan bahwa sebelum ditemukannya teori manajemen
pendidikan umum, dalam Al-Qur’an sudah mengatur bagaimana pengelolaan
teori manajemen pendidikan Islam secara menyeluruh.
2. KEMUTAKHIRAN JURNAL I
a. Teori manajemen akan selalu diperlukan sampai kapanpun, karena merupakan
ilmu terapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
oleh setiap manusia. Apalagi dalam pendidikan, pendidikan merupakan
sebuah keniscayaan bagi setiap individu, dalam jurnal ini pendidikan dikelola
dengan manajemen yang Islami, dalam artian bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist. Dengan begitu jurnal ini akan tetap mutakhir dan dapat dijadikan
acuan dalam referensi ilmiah.
3. KELEBIHAN JURNAL I
a. Jurnal ini menguraikan dengan baik bagaimana pentingnya pengelolaan
pendidikan dengan manajemen yang berbasis Islam.
b. Materi Jurnal disajikan dengan konsep yang sangat lengkap, sistematik dan
bertahap, setiap pembahasan di kembangkan dari pembahasan yang umum
sampai ke pembahasan yang spesifik. Mulai dari konsep dasar, prinsip dan
fungsi manajemen disusun dengan beruntun.
c. Pembahasan mudah dimengerti.
d. Dapat menginspirasi pembaca dan diyakini megubah untuk cara pandang,
berpikir, dan bertindak pembaca menjadi lebih baik mengenai pengelolaan
pendidikan dalam Islam.
4. KEKURANGAN JURNAL I
a. Teori dalam jurnal belum dijabarkan secara luas dan menyeluruh.
b. Masih ada beberapa teori manajemen pendidikan Islam yang tidak
dicantumkan dalam jurnal, sehingga dapat dikatakan teorinya tidak uptodate.

B. ANALISIS JURNAL II
Jurnal ini membahas mengenai teori manajemen pendidikan Islam yang
dikembangkan melalui penelitian dengan menggunakan penelitian fenomenologi,
Fenomenologi dalam pendekatan penelitian kualitatif bermakna metode pemikiran
untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan
apriori/prasangka, dan tidak dogmatis.3
Pendekatan fenomenologi dalam ilmu manajemen pendidikan Islam sangat
dipengaruhi oleh paradigma atau cara pandang kita terhadap fenomena lembaga
pendidikan saat ini, dan nantinya melahirkan teori baru atau mengembangkan teori
yang ada dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Dengan adanya penelitian tersebut,
diharapkan dapat memecahkan permasalahan fenomena-fenomena pendidikan dan
fenomena yang terjadi dalam lembaga pendidikan saat ini dan segala persoalan-
persoalan tersebut dituntaskan dengan mengimplementasikan hasil uji penelitian
tersebut.

3
Mami Hajaroh, Paradigma, Jurnal Pendekatan dan Metode Penelitian Fenomenologi,
Diakses pada tgl 09/11/2018.
1. KEKHASAN JURNAL II
Jurnal II ini khas karena mengembangkan teori manajemen pendidikan
Islam dengan pendekatan penelitian phenomenology yang sangat jarang
diterapkan dalam bidang penelitian manajemen.
2. KEMUTAKHIRAN JURNAL II
Jurnal ini sangat dibutuhkan di masa sekarang dan masa yang akan datang
karena dengan pengembangan ilmu manajemen pendidikan Islam dalam
pendekatan metodologi penelitian phenomenology berhasil menciptakan
inovasi baru dalam bentuk kepemimpinan berbasis Islam, bentuk
kepemimpinan ini mengandung pesan moral/akhlak, regilius, dan
ideologis yang harus diteladani oleh setiap pengelola lembaga pendidikan
yang jika diimplementasikan dengan baik akan membawa dampak positif
bagi lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya.
3. KELEBIHAN JURNAL II
a. Konsep materi jurnal mengarah kepada pencapaian tujuan
organisasi/lembaga pendidikan.
b. Memberikan solusi dan tips permasalahan dalam pembahasan yang
diangkat.
4. KEKURANGAN JURNAL II

a. Hasil penelitian ilmu manajemen pendidikan Islam dengan


menggunakan pendekatan penelitian phenomenology dalam jurnal
tidak dielaskan secara detail dan hanya sebatas pengenalan teori.
b. Jurnal ini secara umum sudah bagus, hanya saja pembahasan
materinya belum mengemukakan contoh kasus atau bukti keberhasilan
dari solusi yang ditawarkan dalam permasalahan pendidikan masa
kini.
C. ANALISIS JURNAL III
Jurnal III yang saya pilih untuk direview ini sedikit berbeda dengan tema
manajemen pendidikan Islam, dengan judulnya adalah Knowledge Management from
Islamic Perspective/Manajemen Pengetahuan dalam Perspektif Islam. Namun
ternyata setelah saya telaah lebih jauh dan dengan membaca berbagai literasi dan
referensi yang terkait ternyata ada banyak hubungan antara manajemen pengetahuan
Islam ini dengan pengelolaan lembaga pendidikan/sekolah. Oleh karena itu mereview
jurnal ini juga baik untuk mendapatkan khazanah baru seputar pengelolaan
pendidikan masa sekarang. Seperti penelitian terdahulu yang saya temukan
menjelaskan sebagai berikut:
“Menjadi lembaga pendidikan yang unggul adalah harapan setiap lembaga
pendidikan. Tidak terkecuali pendidikan Islam. Di tengah persaingan antar lembaga
pendidikan ini, pendidikan Islam harus mampu merespon perubahan dengan cepat
apabila tidak ingin tergeser dan mati. Masing-masing lembaga pendidikan Islam yang
mempunyai ciri khas tertentu harus mampu menjadi kekuatan dan fondasi untuk
menjadi lembaga yang unggul. Knowlegde Management (Manajeman Pengetahuan)
sebagai pendekatan yang bertumpu pada pemahaman bahwa tugas sekolah adalah
memahami dengan baik bagaimana dan kapan penciptaan pengetahuan harus
didukung, bagaimana menggunakan akumulasi pengetahuan yang sudah tercipta
sehingga pengetahuan tersebut dapat meningkatkan produktiftas. Dengan bekal
pengetahuan yang dimiliki masing-masing lembaga pendidikan Islam dan dikelola
dengan baik diharapkan lembaga pendidikan Islam tetap kokoh berdiri menjadi
lembaga yang unggul dan berdaya saing.”4

1. KEKHASAN JURNAL III


a. Penjelasan teori menggunakan konsep bagan/gambar.
b. Analisis jurnal mengenai teori manajemen pengetahuan Islam dan
pengupasan ilmu dalam Islam sangat tajam dan detail.
2. KEMUTAKHIRAN JURNAL III
Pembahasan dalam jurnal ini mengangkat masalah yang terbaru dan
umum, yang artinya akan selalu di kembangkan pada setiap zamannya.
Oleh karena itu materi manajemen pengetahuan dalam perspektif Islam
tersebut sangat dibutuhkan untuk mengkontruksi pengetahuan dan konsep
berfikir setiap manager dan teorinya juga sangat cocok digunakan dalam
mengelola lembaga pendidikan untuk zaman sekarang karena memuat
permasalahan pengelolaan pendidikan saat ini.

4
Zalik Nuryana, (2017), Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning
Organization di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Literasi, Vol. VIII, No. 1/2017, Diakses pada tgl
09/11/2018.
3. KELEBIHAN JURNAL III
a. Penjelasan mengenai perbandingan antara manajemen pengetahuan
umum dengan manajemen pengetahuan Islam sangat bagus.
b. Mendorong pembaca untuk bersemangat dalam mengkritisi teori ilmu
dalam perspektif secara mendalam dan mengarahkan pembaca untuk
menerapkan ilmu tersebut pada pengelolaan pendidikan Islam.
c. Terdapat penyingkatan istilah-istilah yang memudahkan pembaca
dalam memahami isi jurnal seperti Islamic Knowledge Management
(IKM) dan Knowledge Management (KM).
d. Hasil penelitian dijelaskan dengan baik dalam kesimpulan, sehingga
mudah untuk memahami bacaan tanpa membacanya secara
menyeluruh.
4. KEKURANGAN JURNAL III
a. Sulit untuk memahami bagan-bagan yang dicantumkan dalam jurnal.
b. Penjelasan dalam jurnal juga agak rumit.
BAB IV

REKOMENDASI

Setelah memperhatikan analisis ketiga jurnal tersebut, kelebihan dan


kelemahannya juga, perlu di ungkapkan beberapa rekomendasi lebih lanjut sebagai
berikut:

1. Jurnal ini diperuntukkan untuk panduan bagi setiap manager pendidikan dalam
mengelola lembaga pendidikan.
2. Jurnal ini dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian ilmiah oleh seluruh
civitas academik, karena jurnal ini cukup resfrensitatif bagi pengembangan teori
maupun konsep tentang manajemen pendidikan yang menampilkan beberapa teori
maupun konsep yang segar, rasional, dan inovatif mengenai manajemen
pendidikan Islam.
3. Jurnal ini berdampak pada perkembangan ide mengenai pengelolaan pendidikan
berbasis Islam serta bisa menjadi sebuah langkah awal dalam perbaikan program
lembaga pendidikan, sangat cocok untuk kepala sekolah, supervisor, pengamat
pendidikan, dll.
4. Jurnal ini diperuntukkan untuk panduan bagi setiap dosen dan mahasiswa dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap pemahaman tentang konsep manajemen
pendidikan Islam.
BAB V

KESIMPULAN

Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai al-kitab (kitab, buku) yang tidak


mengandung keraguan sedikitpun, hudan (petunjuk) bagi orang-orang bertakwa pada
khususnya (Q.S: 2;2) dan bagi umat manusia pada umumnya, al-Furqan (pembeda
antara yang baik dan yang buruk).(Q.S: 2;185). Al-Qur’an juga sebagai rahmat, syifa’
(obat penawar khususnya untuk hati yang resah dan gelisah), mau’izhah (nasehat atau
wejangan) (QS. Yunus, 10;57 dan Bani Israil, 17;82) dan sebagainya. Nama-nama
tersebut memberikan indikasi bahwa alqur’an adalah kitab suci yang berdimensi
banyak dan berwawasan luas. Isi kandungan Al-Qur’an mencakup masalah akidah
dan kepercayaan, syari’at (hukum), ibadah, akhlak, kisah-kisah wa’ad, wa’id,
ekonomi, sains termasuk fsika, biologi, kimia, dll), pendidikan, pengajaran, dakwah
dan komunikasi serta seterusnya.

Khusus tentang manajemen pendidikan Islam, proses manajemen sebenarnya


telah dicontohkan di dalam Al-Qur’an dan diaplikasikan langsung oleh Nabi
Muhammad SAW. Memang, Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW tidak menyebutkan
hal-hal yang berhubungan dengan manajemen secara rinci. Tetapi manajemen
yang baru-baru ini menjadi disiplin ilmu, dan ternyata jauh sebelum munculnya
teori manajemen tersebut, pokok-pokoknya telah tercantum dalam Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, seorang manajer Muslim hendaknya
mengelola pendidikan mengamalkan isi pokok ajaran Al-Qur’an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW dalam mencapai fungsi manajerial, kemajuan, dan
produktivitasnya lembaga pendidikan yang dikelolanya.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin. Agus, (2011), Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam dalam


Konteks Persekolahan, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 9 No. 2-
2011, diakses tgl 06 November 2018.

Hajaroh. Mami, Paradigma, Jurnal Pendekatan dan Metode Penelitian


Fenomenologi, Diakses pada tgl 09/11/2018.

Hidayat. Rahmat dan Wijaya. Candra, (2017), Ayat-ayat Al-Qur’an tentang


Manajemen Pendidikan Islam, Medan: LPPPI, hal. 5.

Nuryana. Zalik, (2017), Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan


Learning Organization di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Literasi, Vol.
VIII, No. 1/2017, Diakses pada tgl 09/11/2018.

Anda mungkin juga menyukai