Anda di halaman 1dari 18

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

MELON GOLDEN KINANTI (Cucumis Melo L.)


DI LAHAN PT TUNAS AGRO PERSADA DESA JATIREJO
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan oleh :
HABIB NUR AFANDI
NIM : 174010116

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON
GOLDEN KINANTI (Cucumis Melo L.)
DI LAHAN PT TUNAS AGRO PERSADA DESA JATIREJO
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Diajukan oleh :
NAMA:HABIB NUR AFANDI

NIM: 174010116

Dekan Fakultas Pertanian Dosen Pembimbing

Lutfi Aris Sasongko, S.TP., M.Si. Hendri Wibowo, SP., MP.


NPP. 06.02.1.0074 NPP. 06.19.2.0540

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Tanaman Melon ........................................................................................ 4
2.2 Syarat Pertumbuhan Tanaman Melon ...................................................... 6
2.3 Hama Pada Tanaman Melon .................................................................... 9
2.4 Penyakit Pada Tanaman Melon .............................................................. 11
2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Melon ...................... 12
BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................... 13
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ............................................................ 13
3.2 Metode Pelaksanaan ............................................................................... 13
3.3 Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik kerja lapangan (PKL) merupakan program kurikulum
pengembangan wawasan, pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa melalui
program belajar sambil bekerja suatu kegiatan di bidang masing – masing program
studi yang diminati mahasiswa dalam luasan suatu usaha yang di kelola oleh
lembaga atau perorangan. Program belajar sambil bekerja yang dilakukan sesuai
dengan bidang atau minat pada program studi yang di tempuh. Fakultas yang harus
diikuti setiap mahasiswa program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Wahid Hasyim Semarang, program ini diharapkan akan berguna untuk memperoleh
wawasan dan pengalaman dilapangan dengan mengaplikasikan antara teori dan
praktek dari ilmu yang diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim
Semarang.
Melon merupakan tanaman buah semusim yang termasuk dalam famili
Cucurbitaceae.Melon berasal dari lembah panas Persia atau daerah Mediterania
yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman
ini menyebar luas ke Iran, Uzbekistan, Afghanistan, India, Spanyol, Cina, hingga
Jepang.Melon telah dibudidayakan sejak zaman kuno dan mulai dikenalkan di
Amerika pada abad ke-14 yang dibawa oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas
di kolorado, kalifornia, dan Texas. Di Eropa, melon mulai dibudidayakan sejak
abadke-15.Melon saat ini telah tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama ke
daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.Melon mulai dikembangkan di
Indonesia sejak tahun 1980-an.Melon juga sudah masuk di daerah jawa timur
tepatnya di desa joresan kecamatan mlarak kabupaten ponorogo. Varietas melon
yang ditanam berasal dari berbagai negara, tetap yang terkenal hingga saat ini
adalah melon yang berasal dari Taiwan. Sebelum tahun 1980, buah melon
merupakan buah impor yang hanya dikonsumsi oleh kalangan atas, terutama tenaga
ahli asing yang sedang bertugas di Indonesia. Saat ini melon adalah buah yang tak

1
asing lagi bagi masyarakat Indonesia termasuk desa joresan. Buah melon banyak
disukai karena rasanya yang manis serta aromanya yang segar dan ringan (tidak
terlalu menyengat). Buah yang telah masak dapat langsung dikonsumsi segar,
dibuat jus, ataupun diolah menjadi kue, pudding, dan aneka hidangan lainnya.
Melon juga digunakan sebagai bahan baku atau perasa pada berbagai
industrimakanan dan minuman. Di desa joreasan bisnis melon sangat
menguntungkan karena selain padi, melon di desa joresan cukup banyak
peminatnya. Berbagai Varietas Melon seiring dengan semakin berkembangnya
penelitian dalam pemuliaan tanaman melon, kini dipasar benih Indonesia terdapat
dua jenis varietas melon yaitu varietas bersari bebas (open polinated variety) dan
varietas hibrida (hybrid variety). Varietas melon hibrida lebih potensial untuk
dijadikan bisnis antara lain kualitasbuah yang baik tanpa adanya kerusakan fisik
akibat serangan hama dan penyakit, daya simpan buah yang cukup lama, mampu
beradaptasi dengan cuaca yang lebih lembap,serta tanaman yang tahan terhadap
serangan hama dan penyakit. Melon di pasar dunia terdiri dari tujuh
kelompokkarakterutama, tetapi hanya tiga di antaranya yang umum dibudidayakan
di Indonesia, yaitu reticulatus, inodorus dan cantaloupensis.
Kelompok Reticulatus Kelompok Reticulatusmemiliki beberapa sebutan, di
antaranya rockmelon, nettedmelon, American cantaloupe, atau false cantaloupe.
Contoh varietas dari kelompok ini adalah melon Sky Rocket, Action434, Mai119,
Alien, Sumo, dan Glamour.b. Kelompok InodorusKelompok Inodorusdisebut juga
winter melon. Contoh dari tipe kelompok ini adalah melon Apollo, Golden
Langkawi, Kinanti, Honey Dew, Sunrise Meta, Orange Meta, Golden Meta, Bright
Meta, Snow White Meta, dan Jade Flower.c.Kelompok Cantaloupensis Kelompok
Cantaloupensi sini memiliki ciri khas buah bersifat klimakterik, artinya buah yang
dipanen sebelum masak akan menjadi masak dengan berjalannya waktu. Contohnya
Red Cantaloupe, Carribean Melon, Hales Best, dan Blewah.Di desa Jatirejo varietas
melon yang dikembangkan adalah kelompok Golden Kinanti.
Usaha pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit termasuk faktor
yang sangat penting dalam usaha budidaya di bidang pertanian. Tanaman melon
tidak lepas dari kendala hama dan penyakit, sebagaimana jenis tanaman lainnya.

2
Serangan hama dan penyakit yang berat dapat menurunkan produksi, bahkan dapat
menggagalkan panen. Oleh karena itu, usaha pengendalian dan pemberantasan
hama dan penyakit pada usaha budidaya harus mendapat perhatian secara khusus.
Kali ini kita akan membahas tentang usaha pengendalian dan pemberantasan
terhadap beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman melon.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa permasalahan yang
akan dikaji dan dijabarkan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana perawatan anaman melon golden kinanti di lahan PT AGRO
PERSADA didesa Jatirejo. Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?.
2. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman melon golden
kinanti di lahan PT AGRO PERSADA didesa Jatirejo. Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang?.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui perawatan anaman melon golden kinanti di lahan PT AGRO
PERSADA didesa Jatirejo. Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
2. Mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman melon golden
kinanti di lahan PT AGRO PERSADA didesa Jatirejo. Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang.
1.4 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktek kerja lapangan bagi mahasiswa adalah
mengetahui hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon dan tatacara
mengendalikannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Melon


2003), secara lengkap dilihat dari segi taksonomi Melon (Cucumis melo
L.) merupakan tanaman buah yang termasukfamily Cucurbitaceae. Tanaman
melon termasuk keluarga mentimun, waluh, timun suri dan semangka. Melon
memiliki nilai komersial yang tinggi di Indonesia dengan kisaran pasar yang
luas dan beragam, mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern, restoran
dan hotel. Hal ini menunjukan bahwa komoditas melon sangat potensial untuk
diusahakan karena memiliki nilai ekonomi dan daya saing yang dibandingkan
dengan buah lain (Sobir dan Firmansyah, 2014).
Menurut Tjahjadi (1993), buah melon memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Nilai ekonomi tanaman melon tinggi, dan resiko kegagalan dari
tanaman tersebut juga tinggi. Beberapa hama atau patogen dan gangguan alam
juga dapat menggagalkan panen. Sebagai buah segar, melon mengandung 94%
air, sedangkan bagian yang dapat dimakan hanya 50-75 % dari total buah.
Tanaman melon mempunyai varietas yang sangat banyak dan sebagian besar
dapat berkembang dengan baik di Indonesia. Jenis melon yang di budidayakan
saat ini umumnya merupakan jenis melon hibrida.
Berdasarkan Prajnanta (tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Sub-kelas : Sympetalae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis

4
Species : Cucumis melo L.
Buah melon berbentuk bulat sampai lonjong. Warna daging buah melon
bermacam-macam mulai hijau kekuningan, kuning agak putih, hingga jingga.
Bagian tengah buah terdapat massa berlendir yang dipenuhi biji-biji kecil yang
jumlahnya banyak. Berat 1 buah melon masak 0,5 – 2,5 kg. Tanaman melon
memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/th dengan ketinggian tempat
optimal 200-900 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per
hari. Rasa buah melon yang manis akan tercapai apabila selisih suhu antara
siang malam cukup tinggi. Suhu siang hari untuk pembesaran 26°C sehingga
dapat meningkatkan fotosintesis. Sedangkan suhu malam harinya <20°C untuk
menekan proses respirasi cadangan makanan (Astuti, 2007).
Melon merupakan salah satu buah-buahan yang memiliki keunggulan
komparatif, yaitu dapat disediakan sepanjang tahun dan berumur pendek. Di
sampaing itu buah melon memiliki rasa yag enak, melon juga digemari orang
karena banyak mengandung vitamin A dan vitamin C, rendah kalori, tidak
mengandung lemak maupun kolesterol, sedikit mengandung sodium serta
potassium yang baik. Selain dapat disajikan sebagai buah meja yang disantap
sebagai pencuci mulut, melon juag banyak digunakan sebagai bahan baku
industri seperti makanan dan minuman. Harga jual melon yang cukup tinggi
dibandingkan dengan tanaman hortikultura yang lainnya membuat para petani
melakukan budidaya melon secara intensif di berbagai daerah. Hal ini
memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian di Indonesia, khususnya
dalam bidang pertanian (Sobir dan Firmansyah, 2014). Penanaman melon pada
areal bekas tanaman keluarga timun-timunan seperti mentimun, blewah,
semangka dan labu mempunyai hama dan penyakit yang sama dengan tanaman
melon sehingga dapat menyerang pertanaman dan menimbulkan kerugian.
Hama utama tanaman melon adalah kutu aphids, lalat buah, trips, oteng–oteng,
ulat daun, ulat gayak, nematoda, ulat tanah. Pada stadium vegetatif dan
reproduktif tanaman melon banyak dirusak oleh hamahama tersebut (Setiadi
dan Parimin, 2006).

5
Panen dapat dilakukan saat buah 85 % masak (sekitar 3-7 hari sebelum
masak penuh) untuk memberi waktu sortasi dan transportasi. Panen yang
terlalu cepat dapat mengakibatkan jala atau net padakulitbuahbelum maksimal
terbentuk dan disamping itu rasa buah kurang manis. Panen dapat dilakukan
pada pagi hari sekitar pukul 08.00-11.00. pemanenan hanya dilakukan terhadap
buah melon yang masuk kriteria panen sehingga dalam satu hamparan dapat
dilakukan secara bertahap. Penen dianjurkan untuk dilakukan dalam dua tahap
dengan selang 2-3 hari. Batang tempat tangkai dipotong secara hati-hati dengan
gunting atau pisau sehigga membentuk pola huruf T dan diletakkan miring agar
getah tidak menetes pada buah. Ciri buah masak penuh untuk melon-melon
ber-net, yaitu terdapat keretakkan pada bagian tangkai buah yang menempel ke
buah. Akibat keretakan tersebut, tampak garis pemisah yang berbentuk seperti
cincin. Ciri lainnya yaitu net sudah terbentuk penuh dan buah beraroma harum.
Kegiatan pasca panen untuk buah melon yaitu sortasi buah yang mana buah
akan di kategorikan menjadi 3 kategori yaitu grade A yang memiliki ciri ciri
buah memiliki berat 1,5-2 kg dengan net penuh, bercincin dan tidak ada bintik
hitam, grade B berat buah bisa 1,5-2 kg akan tetapi net tidak penuh dan belom
terbentuk cincin dan grade C yaitu dimana buah memiliki berat dibawah 1,5
dan mulus (Isnaini, 2007).
2.2 Syarat Pertumbuhan Tanaman Melon
2.2.1 Syarat Iklim
Keadaan iklim, tanaman melon termasuk tanaman C-3, karena pada
proses fotosintesisnya menghasilkan senyawa karbon beratom 3 sebagai
produk utamanya. Sifat utama tanaman C-3 adalah efisiensi fotosintesisnya
rendah. Oleh karena itu tanaman melon menghendaki periode penyinaran yang
lama, antara 10-12 jam/hari. Intensitas sinar matahari di daerah dataran tinggi
pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan di dataran rendah. Intenitas
(lamanya) penyinaran matahari ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman melon.
Pada awal pertumbuhan, tanaman melon memerlukan sinar matahari
cukup. Apabila intensitas cahaya matahari kurang, maka tanaman akan tumbuh

6
memanjang (etiolasi), jangkung dan lemah sehingga tanaman mudah terserang
penyakit. Sedangkan apabila intensitas cahaya matahari berkurang pada saat
tanaman memasuki periode pembentukan buah, maka menyebabkan rasa
buahnya tidak manis karena proses fotosintesisnya berjalan kurang normal
sehingga zat gula dan karbohidrat yang terbentuk dalam buah sangat rendah
(Samadi, 1995).
Curah hujan yang ideal untuk tanaman melon adalah berkisar antara
2.000-3.000 mm/th. Suhu udara yang dibutuhkan untuk proses perkecambahan
benih melon adalah sekitar 260C. Sedangkan pada periode pertumbuhan
dibutuhkan suhu udara sekitar 200-300C dan pada proses pematangan buah
dibutuhkan suhu udara pada siang hari kembali naik dan penurunan suhu udara
pada malam hari tidak begitu mencolok. Kelembaban udara yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman melon adalah sekitar 70%-80%. Faktor lainnya
yang perlu diperhatikan adalah angin, karena angin berpengaruh besar pada
penguapan air pada permukaan tanaman (daun). Semakin besar tiupan angin,
maka penguapan air pada permukaan daun semakin besar. Di samping itu,
angin dapat secara langsung dapat mematahkan batang ataupun cabang-cabang
sehingga roboh karena melon berbatang lunak. Tiupan angin kencang juga
berpengaruh terhadap besarnya penguapan air tanah (evaporasi). Semakin
kencang angin bertiup akan semakin besar penguapan air tanah dan air dari
permukaan tanaman (evapotranspirasi) sehingga menyebabkan tanah cepat
mengering dan akibat selanjutnya adalah tanaman akan semakin cepat layu
karena menderita kekurangan air. Angin juga dapat mengganggu proses
penyerbukan bunga sehingga dapat menyebabkan produksi buah menurun
(Samadi, 1995).
2.2.2 Syarat Kesuburan Tanah
Faktor tanah bagi tanaman memegang peranan yang sangat penting
tanah berfungsi sebagai penyangga akar, tempat berdirinya tanaman, tempat
reservoir atau gudang air, zat hara, dan udara bagi pernafasan akar. Tanah yang
dikehendaki tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung
bahan organik. Tanaman melon tumbuh baik pada kemasaman tanah (pH) 5,8-

7
7,2. Penambahan pupuk kandang dapat menambah kemasaman. Untuk
menghindari jangan sampai terlalu masam, perlu ditambahkan dolomit, supaya
kemasaman tanah yang dikehendaki terpenuhi. Tanaman melon tidak
menyukai tanah yang tergenang air. Untuk itu tanah perlu di bentuk bedengan-
bedengan agar pengaturan airnya baik (Tjahjadi, 2000).
Pada keadaan tekstur tanah yang memiliki kandungan lempung tinggi,
maka pemberian pupuk kandang harus lebih banyak agar struktur tanahnya
menjadi lebih baik. Keadaan tanah yang berat (kandungan lempung tinggi)
memiliki drainase jelek sehingga apabila tidak disertai pemupukan yang baik,
terutama pemberian pupuk kandang, maka dapat menyebabkan tanah selalu
tergenang air. Bila keadaan air menggenang berlangsung cukup lama, maka
persediaan oksigen (O2) dalam tanah tidak tersedia cukup bagi pernafasan akar
tanaman. Dengan demikian pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat atau
berkurang. Kurangnya ketersediaan oksigen dalam tanah ini karena ruang
udara pada partikel tanah terisi oleh air yang menggenang. Keadaan air yang
menggenang, apabila dibiarkan pada akhirnya dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon itu sendiri (Samadi, 1995).
2.2.3 Syarat Geografis Tanah
Altitude (tinggi-rendahnya tempat dari permukaan laut) erat
hubungannya dengan iklim. Altitude juga mempengaruhi keadaan curah hujan,
intensitas cahaya dan panjangnya penyinaran oleh matahari. Tanaman melon
dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300-1.000 meter di atas
permukaan laut (Tjahjadi, 2000).
Keadaan suhu udara akan semakin lebih rendah jika letak geografis
tanah semakin tinggi dan kelembaban udara serta intensitas sinar matahari akan
semakin tinggi jika letak geografis tanah semakin tinggi. Oleh karena itu, letak
geografis tanah juga harus diperhitungkan agar tanaman melon dapat tumbuh
dan berproduksi secara maksimal (Samadi, 1995).
2.2.4 Syarat Topografi Tanah
Keadaan topografi tanah berpengaruh cukup besar terhadap cara
pembudidayaan tanaman melon. Daerah yang bertopografi miring memerlukan

8
penanganan teknis yang rumit dan biaya lebih tinggi dengan pembudidayaan
di daerah yang bertopografi datar. Keadaan lahan dengan derajat kemiringan
lebih besar dari 30% tidak baik untuk budidaya tanaman. Tanaman melon pada
dasarnya dapat dibudidayakan pada berbagai ragam keadaan topografi tanah,
baik yang bergelombang maupun yang datar asalkan mendapat sinar matahari
penuh pada areal pertanaman (Samadi, 1995).

2.3 Hama Pada Tanaman Melon


2.3.1 Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover ).
Daun tanaman yang terserang hama aphids akan berubah menjadi
keriting. Jika dilihat di bagian bawah daun, terdapat serangga kecil. Selain itu
juga terkadang muncul cendawan berwarna hitam Ciri: mempunyai getah
cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis
muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan
berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman
menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama (Sobir dan Firmansyah, 2014).
2.3.2 Thrips (Thrips parvispinus Karny).
Serangan hama ini disebabkan oleh Thrips parvispinus. Gejala yang
muncul saat hama ini menyerang adalah daun muda atau tunas menjadi keriting
tan tanaman menjadi kerdil. Serangannya ditemui ditunas, bunga dan daun.
Serangga menyerang dengan cara menghisap cairan daun dan bersembunyi
dicelah-celah daun pucuk yang belum terbuka. Hama ini aktif menyerang pada
pagi hari atau saat senja. Serangan hama thirps ini akan meningkat apabila
dimusim kemarau (Sobir dan Firmansyah, 2014). Ciri: nimfa berwarna
kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat kehitaman. Serangan
dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi
keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat
membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah
diikuti dengan tertularnyavirus yang dibawa hama thrips.
2.3.3 Kutu kebul (Bemisiatabaci)

9
Kutu kebul tumbuh subur di seluruh dunia terutama di kawasan iklim
subtropis dan tropis, seperti Indonesia. Sedangkan populasi di kawasan iklim
sedang tidak terlalu besar. Kutu kebul merupakan hama yang sangat merugikan
dan umum di dunia pertanian. Ia bisa menghancurkan tanaman dan
menyebabkan transfer berbagai virus penyakit yang mempengaruhi
produktivitas tanaman dengan cara yang berbahaya.Kerusakan umum pada
tanaman meliputi: terserapnya nutrisi tanaman, rusaknya daun, gugurnya daun
(Sobir dan Firmansyah, 2014).
2.3.4 Belalang
Belalang termasuk serangga hama yang bersifat polifag (memakan
bermacam-macam jenis tumbuhan). Belalang tidak hanya merusak tanaman
dipersemaian tetapi juga merusak tanaman yang baru dipindahkan kelapangan.
Belalang akan sangat merusak apabila menyerang secara berkelompok. Pada
tanaman yang baru saja dipindahkan dilokasi lapangan biasanya belalang
memakan daun-daun yang muda sehingga daun tanaman melon menjadi rusak
(Tjahjadi,1993).
2.3.5 KumbangEpilachna sp.
Serangan kumbang daun ini menyebabkan daun berlubang-lubang,
sedangkan serangan larvanya menyebabkan permukaan daun berbentuk seperti
jala karena pada bagian daun diantara tulang daun habis dimakan larva. Daun
yang terserang hama ini berwarna menjadi kekuning kecoklatan kemudian
mengering (Tjahjadi,1993).
2.3.6 Ulat daun (Spodopteralitura)
Ulat daun sering dikenal dengan nama ulat grayak. Daun tanaman yang
terserang ulat ini akan tampak menggulung dan berlubang-lubang, akhirnya
meranggas hingga hanya tulang daunnya.
2.3.7 Lalat buah (Bactrocera sp.)
Serangan hama ini disebabkan oleh Bactroceracucurbitae. Gejala yang
muncul adalah buah yang terserang berwarna bintik kehitaman. Pada buah
tersebut timbul bercak bulat membusuk dan berlubang kecil. Buah juga akan
rusak dan rontok. Pengendalian hama ini secara kultur teknis bisa dilakukan

10
dengan sanitasi lingkungan sekitar, dan mengumpulkan buah yang terserang
kemudian dimusnahkan (Sobir dan Firmansyah, 2014).
2.4 Penyakit Pada Tanaman Melon
1. Embun bulu atau Downy mildew (Pseudoperonospora cubensis (Berk.et
Curt) Roatow)
Menurut Semangun (1994) gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu
pada permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning , sering agak
bersudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab pada
sisi bawah bercak terdapat kapang (jamur) seperti bulu yang berwarna
kaunguan. Penyakit ini biasanya terjadi jika keadaan lingkungan lembab
dan akan berkembang cepat jika terdapat banyak kabut dan embun.
2. Embun Tepung atau Powdwery mildew (Erysiphe cichoracearum DC. Et
Merat)
Menurut Chupp (1960) gejala ditandai dengan adanya lapisan putih
bertepung dan batang muda, terutama pada bagian atas daun. Daun yang
terserang menjadi berwarna coklat dan kering. Lapisan putih bertepung ini
berasal dari bercak-bercak bundar putih yang jumlah dan ukurannya
bertambah dan saling berhubungan (Semangun, 1994). Jika serangan
berat,daun dan batang muda dapat mati (Chupp, 1960)
3. Antraknosa (Colletotrichum lagenarium (Pass.) Ell. Et Ha.st)
Menurut Semangun (1994) gejala yang terlihat pada daun umumnya
bercak mulai dari tulang daun yang meluas menjadi bercak coklat
bersudut-sudut agak bundar. Beberapa bercak dapat bersatu dan
menyebabkan matinya seluruh daun.
4. Bercak bakteri/ Angular leaf spot (Pseudomonas lachrymans (E.F Sm. et
Bryan)
Menurut Semangun (1994) gejala diawali dengan timbulnya bercak-
bercak kecil, putih bersudut karena berbatasan dengan tulang daun. Bercak
ini berubah warna menjadi cokelat kelabu mengering dan berlubang.
5. Penyakit virus

11
Beberapa penyakit virus yang menyerang melon adalah CMV (Cucumber
Mozaic Virus ), CGMMV (Cucumber Green Motle Virus), dan WMV
(Watermelon Mozaic Virus). Serangan virus umumnya ditandai dengan
pertumbuhan tanaman yang kerdil, daun keriting dengan warna daun
berbercak-bercak kuning tidak teratur, dan daun bergelombang. Tanaman
yang terserang parah umumnya gagal membentuk buah (Semangun,
1994).
2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Melon
Dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan
menurunnya hasil pertanian, pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa
macam sesuai sasaran yang dikendalikan (Tarumingkeng, 1992).
1. Insektisida, yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida, yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk mencegah atau memberantas fungi/cendawan.
3. Bakterisida, yaitu senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri.
4. Nematisida, yaitu senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh nematoda.
5. Akarisida, yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
6. Rodentisida, yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya
tikus.
7. Moluskisida, yaitu baham yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk membunuh keong.
8. Herbisida, yaitu bahan senyawa beracun yang dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan penganggu yang disebut gulma.

12
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan PKL ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Oktober 2019
sampai dengan 1 November 2019 bertempat di PT.Tunas Agro Persada Desa
Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
3.2 Metode Pelaksanaan
3.2.1 Metode Dasar
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL ini dengan menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang memusatkan perhatian
pada pemecahan masalah yang ada pada saat ini. Berdasarkan pengamatan
tersebut mahasiswa mendeskripsikan kondisi dan kegiatan selama melakukan
kegiatan PKL serta menggambarkan Evaluasi SDM dan Pengendalian Hama
dan Penyakit pada Tanaman Melon di Tunas Agro Persada Desa Jatirejo
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Sudarman (2002), teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara, adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang
pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok
subyek penelitian untuk dijawab.
b. Pencatatan, yaitu pengumpulan data yang berupa informasi yang berasal
dari sumber-sumber yang relevan dan dapat di percaya dengan mencataat
dan mendokumentasikan.
c. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung dan secara cermat terhadap perilaku subyek untuk mendapatakan
informasi yang mendalam.

13
3.3 Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

No Jenis Kegiatan Waktu

1 Survei Lapangan 14 - 15 September 2019

2 Penyusunan Proposal 16 September – 29 September 2019

3 Perijinan 30 September 2019

4 Pelaksanaan 1 Oktober – 1 November 2019

5 Penyusunan Laporan 2 November – 23 November 2019

14
DAFTAR PUSTAKA

Astuti (2007) Asal dan Kandungan Gizi Tanaman Melon.

Chupp. C. 1960. Vegetables Diseases and their control. The ronald press company.
New york, 693p.

Isnaini, 2007. Evaluasi Karakteristik Hortikultura Hibrida Melon (Cucumis melo


L.) Introduksi dan Hasil Rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
(PKBT). Bogor: Institusi Pertanian Bogor.

Prajnanta, F., 2003. Melon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prajnanta F. 2004. Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses


Beragribisnis. Cetakan ke-6.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Semangun, H. 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gajah


Mada University Press.

Setiadi & S. P. Parimin, 2006. Bertanam Melon edisi revisi cetakan XXI. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Sobir dan Firmansyah, 2014. Budi Daya Melon Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarumingkeng, R. C. & W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crop Protection Field Trials.


Pflanzenschutz Nachrichten. Bayer.

Tjahjadi, 1993. Bertanam Melon. Jakarta : Penebar Swadya.

Anda mungkin juga menyukai