Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA I

MODUL 7

PERIODE I (2019/2020)

KELOMPOK V

Nama Mahasiswa/NIM : Givson Gabriel/104118029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2019
PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER

Arya Fadila Fergiawan5, Fira Riska Syahrun5, Givson Gabriel5*, Hans Kelsen Christian
Hutajulu5, Muhammad Daffa Firdian5, Nabiela Puspaningtyas5

5
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,

Universitas Pertamina

*Coressponding author: givsong@gmail.com

Abstrak : Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2019 kita melakukan sebuah
penelitian mengenai Penentuan Koefisien Aliran Dengan Venturimeter. Dengan tujuan mengetahui prinsip
kerja dari alat venturimeter, mengetahui pengaruh diameter terhadap tinggi tekan dan mendapatkan analisis
besar debit terhadap nilai koefisien aliran. Fluida yang kita gunakan yaitu air. Lalu kita mendapatkan hasil
bahwa pengaruh diameter terhadap besar nilai koefisien aliran yang didapatkan adalah tegak lurus dan prinsip
kerja yang dipakai pada alat ini yaitu menggunakan azas persamaan Bernoulli dan Kontinuitas.
Kata Kunci : Venturimeter, Pipa, Aliran, Bernoulli dan Kontinuitas, Fluida.

Abstract : In the practicum that we have done on October 29th, 2019 we conducted a study
on the Determination of Flow Coefficient With Venturimeter. With the aim of knowing the
working principle of the venturimeter, knowing the effect of the diameter on the compressive
height and getting a large discharge analysis of the value of the flow coefficient. The fluid
we use is water. Then we get the result that the influence of diameter on the value of the flow
coefficient obtained is perpendicular and the working principle used in this tool is to use the
principle of the Bernoulli equation and continuity.
Keywords: Venturimeter, Pipe, Flow, Bernoulli and Continuity, Fluid.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan pengamatan kajian ilmu fisika, kita pasti perlu adanya
pengukuruan yang didapatkan dari sebuah alat, salah satunya menggunakan
venturimeter. Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju
aliran fluida (debit) dengan meggunakan prinsip persamaan Bernoulli dan
Kontinuitas. Hal yang mempengaruhi kerja venturimeter yaitu ketinggian
permukaan karena adanya tekanan dan besar diameter tabung.
Pada laporan ini kami membahas alat ukur yang tidak terlalu familiar di
masyarakat ini. Selain kegunaan dari venturometer, prinsip kerja, dan hasil
pengukuran debit dan koefisien aliran menggunakan venturimeter pun kami
bahas pada laporan ini. Untuk itulah dibuat makalah ini dalam memudahkan
pemahaman mengenai manometer.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu venturimeter?
b. Bagaimana prinsip kerja dari venturimeter?
c. Apa hubungan dari ketinggian permukaan air pada Bernoulli Apparatus
dengan tekanan fluida pada setiap titik di venturimeter dan diameter
tabung?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui alat venturimeter.
b. Mengetahui prinsip kerja alat venturimeter.
c. Mendapatkan pengertian hubungan dari ketinggian permukaan air pada
Bernoulli Apparatus dengan tekanan fluida pada setiap titik di
venturimeter dan diameter tabung.

1.4 Dasar Teori


Dalam ilmu mekanika fluida, kita mengenal dengan adanya prinsip dan
persamaan Bernoulli dan juga persamaan kontinuitas (debit). Prinsip Bernoulli
adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada
suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan
penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan
penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah
energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari
nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli (1700-1782).

Gambar 1.1 Kondisi Ideal Venturimeter

Salah satu penerapan dari azas Bernoulli dan kekontinuitasan adalah


penggunaan venturimeter. Venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli dan
kontinuitas dengan mengandalkan perbedaan luas penampang yang dapat
mengakibatkan perbedaan kecepatan. Perbedaan luas penampang dari diameter
yang lebih besar menjadi lebih kecil kemudian membesar lagi dilakukan
seperlahan atau seideal mungkin untuk menghindari terjadinya kehilangan tinggi
tekan akibat kontraksi tiba-tiba (ekspansi). Jika dipasang piezometer pada titik-
titik penampang yang berbeda, akan terlihat perbedaan ketinggian permukaan air
sebagai wujud dari perbedaan tekanan air yang melewati penampang.

Berdasarkan Hukum Bernoulli dan hukum kontinuitas, akan didapat


persamaan untuk menghitung debit Q dengan koefisien pengaliran pada alat
venturimeter (Cd).

Persamaan Bernoulli:

𝑃1 1𝑉2 2 𝑃 2 𝑉2
𝑍1 + 𝜌·𝑔 + 2·𝑔 = 𝑍2 + 𝜌·𝑔 + 2·𝑔 (persamaan 1.1)

*keterangan :

V = kecepatan fluida

g = percepatan gravitasi bumi

h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi

P = tekanan fluida

ρ = densitas fluida

Persamaan Kontinuitas:

𝐴1 · 𝑉1 = 𝐴2 · 𝑉2 (persamaan 1.2)

*keterangan :

V = kecepatan fluida

A = luas penampang

Persamaan Debit :

2·𝑔 (ℎ1 −ℎ2 )


𝑄 = 𝐶𝑑 · 𝐴2 √ 𝐴 (persamaan 1.3)
1−( 2 )2
𝐴1

*keterangan :

Q = debit

V = kecepatan fluida

g = percepatan gravitasi bumi


h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi

A = luas penampang

Dari Bernoulli, dapat dilihat adanya hubungan antara besarnya kecepatan


aliran pada pipa (v) dengan besarnya tekanan (P). Jika kelajuan (v) bertambah ,
maka tekanan fluida tersebut akan berkurang; jika kelajuan berkurang, maka
tekanan pada fluida akan bertambah. Dapat dilihat juga hubungan luas
penampang (A) dengan besarnya kecepatan (v) pada persamaan Kontinuitas,
apabila luas penampang yang dimiliki kecil, maka kecepatan aliran akan
bertambah, begitupun sebaliknya, apabila luas penampang yang dimiliki besar,
maka kecepatan aliran akan berkurang.

METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan pada praktikum modul 7 ini yaitu venturimeter,
bangku hidraulik, stopwatch, gelas ukur, label, penggaris, dan Bernoulli
Apparatus.
Untuk bahan yang kami gunakan adalah fluida jenis air.

Gambar 2.1 Stopwatch Gambar 2.2 Venturimeter Gambar 2.3


Bernoulli Apparatus

Gambar 2.4 Hydraulic Bench Gambar 2.5 Gelas Ukur


2.2 Cara Kerja
Sebelum memulai praktikum, pastikan alat dan bahan terlebih dahulu.
Setelah itu, pancing pompa pada hydraulic bench dan ganti selang pancing
dengan selang apparatus. Pastikan kran output dalam keadaan tertutup. Lalu,
nyalakan hydraulic bench dan sesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan
aliran lambat melalui pipa. Buka kran output dan amati ketinggian manometer
setelah aliran di dalam pipa telah konstan. Setelah itu, ukur volume, waktu,
dan catat ketinggian air pada piezometer. Ulangi langkah-langkah tersebut
untuk perlakuan bukaan katup yang berbeda dengan debit yang berbeda
(syarat, besar debit masih dapat memberikan perbedaan ketinggian yang jelas
pada pembacaan piezometer). Terakhir, catat hasil pengamatan pada masing-
masing perlakuan yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Nilai Cd Eksperimen

Pembacaan Skala
Debit
Test Waktu Piezometer (h1-h2) Nilai
Aktual (h1-h2)0,5
No. (s) A (h1) D (h2) (m) Cd
(m3/s)
(mm) (mm)
1 6,93 285 135 1,44 x 10-4 150 x 10-3 0,39 0,92
2 6,33 270 85 1,58 x 10-4 185 x 10-3 0,43 0,91
3 5,70 265 75 1,75 x 10-4 190 x 10-3 0,44 0,99

Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Ketinggian Skala Piezometer

Tabung Volume Pembacaan Skala Piezometer (mm)


Piezometer (m3) 1 2 3
A (1) 0,1 285 270 265
B 0,1 250 220 210
C 0,1 195 155 145
D (2) 0,1 135 85 75
E 0,1 80 30 15
F 0,1 155 115 100

Tabel 3.3 Data Distribusi Tekanan Ideal Sebagai Fraksi Kecepatan Tabung Piezometer

Jarak Diamter
Tabung dari penampang Area (A) (A2/At)2-
D2/Dn (A2/An)2
Piezometer datum melintang (m2) (A2/An)2
(mm) Dn (mm)
A (1) 76,08 25 0,42 4,91 x 10-4 0,033 0
B 15,8 13,9 0,76 1,51 x 10-4 0,354 -0,321
C 7,4 11,8 0,90 1,09 x 10-4 0,680 -0,647
D (2) 2,9 10,7 1 8,99 x 10-5 1 -0,967
E 5 10 1,07 7,85 x 10-5 1,311 -1,278
F 65,46 25 0,42 4,91 x 10-4 0,033 0

Tabel 3.4 Data Pengukuran Distribusi Tekanan Sepanjang Venturimeter Sebagai Ujung
Fraksi Kecepatan Pada Tabung Piezometer

Pengulangan

Tabung Q1 = 1,44 x 10-4 Q2 = 1,58 x 10-4 Q3 = 1,75 x 10-4

Piezometer (𝒉𝒏 − 𝒉𝟏 ) (𝒉𝒏 − 𝒉𝟏 ) (𝒉𝒏 − 𝒉𝟏 )


hn hn- h1 hn hn- h1 hn hn- h1
𝑽𝟐𝟐 𝑽𝟐𝟐 𝑽𝟐𝟐
(mm) (m) (𝟐𝒈) (mm) (m) (𝟐𝒈) (mm) (m) (𝟐𝒈 )

A (1) 285 0 0 270 0 0 265 0 0


B 250 -0,035 -0,268 220 -0,05 -0,32 210 -0,055 -0,285
C 195 -0,09 -0,689 155 -0,115 -0,736 145 -0,12 -0,625
D (2) 135 -0,15 -1,149 85 -0,185 -1,185 75 -0,19 -0,99
E 80 -0,205 -1,571 30 -0,24 -1,537 15 -0,25 -1,303
F 155 -0,13 -0,996 115 -0,155 -0,993 100 -0,165 -0,86
Gambar 3.1 Pembacaan Skala Gambar 3.1 Pembacaan Skala
Pada Bernoulli Apparatus Waktu

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pembahasan Tabel 3.1


• Percobaan 1
- Debit
𝑉
Q= 𝑡
0,001
= 6,93

= 1,44 x 10-4 m3/s


- h1-h2
= 285-135
= 150 mm
= 150 x 10-3 m
- (h1-h2)0,5
= (285-135)0,5
= 0,39 m
- Nilai Cd

2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1

2.9,81×(150×10−3 )
1,44 x10-4 = Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10

Cd = 0,92
• Percobaan 2
- Debit
𝑉
Q= 𝑡
0,001
= 6,33

= 1,58 x 10-4 m3/s


- h1-h2
= 270-85
= 185 mm
= 185 x 10-3 m
- (h1-h2)0,5
= (270-85)0,5
= 0,43 m
- Nilai Cd

2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1

2.9,81×(185×10−3 )
1,58 x10-4 = Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10

Cd = 0,91
• Percobaan 3
- Debit
𝑉
Q= 𝑡
0,001
= 5,70

= 1,75 x 10-4 m3/s


- h1-h2
= 265-75
= 190 mm
= 190 x 10-3 m
- (h1-h2)0,5
= (265-75)0,5
= 0,44 m
- Nilai Cd

2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1
2.9,81×(190×10−3 )
1,75 x 10-4 =Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10

Cd = 0,99
3.2.2 Pembahasan Tabel 3.3
• Tabung piezometer A

- D2/Dn

= 10,7/25,0

= 0,42 mm

- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(25 x 10−3 )2

= 4,91 x 10-4 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2


= 0,033 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4)2


=0
• Tabung piezometer B

- D2/Dn

= 10,7/13,9

= 0,76 mm

- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(13,9 x 10−3 )2
= 1,51 x 10-4 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 1,51 𝑥 10−4 )2


= 0,354 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 1,51 𝑥 10−4)2


= -0,321
• Tabung piezometer C

- D2/Dn

= 10,7/11,8

= 0,90 mm

- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(11,8 x 10−3 )2

= 1,09 x 10-4 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 1,09 𝑥 10−4 )2


= 0,680 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 1,09 𝑥 10−4)2


= -0,647
• Tabung piezometer D

- D2/Dn

= 10,7/10,7

= 1 mm
- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(10,7 x 10−3 )2

= 8,99 x 10-5 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 8,99 𝑥 10−5 )2


= 1 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 8,99 𝑥 10−5)2


= -0,967
• Tabung piezometer E

- D2/Dn

= 10,7/10

= 1,07 mm

- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(10 x 10−3 )2

= 7,85 x 10-5 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 7,85 𝑥 10−5 )2


= 1,311 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 7,85 𝑥 10−5)2


= -1,278
• Tabung piezometer F
- D2/Dn

= 10,7/25,0

= 0,42 mm

- Area (A)

1
= 4 𝜋𝑑 2

1
= 4 𝜋(25 x 10−3 )2

= 4,91 x 10-4 m3

- (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2


= 0,033 m3

- (A2/A1)2 - (A2/An)2

= (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4 )2 – (8,99 𝑥 10−3 / 4,91 𝑥 10−4)2


=0
3.2.3 Pembahasan Tabel 3.4
𝑸 𝟏,𝟒𝟒×𝟏𝟎−𝟒
Q1 = 1,44 x 10-4 m3/s, V2 = 𝑨 𝟏 = 𝟖,𝟗𝟗×𝟏𝟎−𝟓= 1,60 m/s
𝑫

o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 285-285
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(285−285)
= 1,602
( )
2×9,81

=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 250-285
= -35 mm
= -0,035 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(250−285)
= 1,602
( )
2×9,81

= -0,268
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 195-285
= -90 mm
= -0,09 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(195−285)
= 1,602
( )
2×9,81

= -0,689
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 135-285
= -150 mm
= -0,15 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(135−285)
= 1,602
( )
2×9,81

= -1,149
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 80-285
= -205 mm
= -0.205 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(80−285)
= 1,602
( )
2×9,81

= -1,571
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 155-285
= -130 mm
= -0,13 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(155−285)
= 1,602
( )
2×9,81

= -0,996
𝑸 𝟏,𝟓𝟖×𝟏𝟎−𝟒
• Q2 = 1,58 x 10-4 m3/s, V2 = 𝑨 𝟐 = 𝟖,𝟗𝟗×𝟏𝟎−𝟓= 1,75 m/s
𝑫

o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 270-270
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(270−270)
= 1,582
( )
2×9,81

=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 220-270
= -50 mm
= -0,05 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(220−270)
= 1,582
( )
2×9,81

= -0,320
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 155-270
= -115 mm
= -0,115 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(155−270)
= 1,582
( )
2×9,81

= -0,736
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 85-270
= -185 mm
= -0,185 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(85−270)
= 1,582
( )
2×9,81

= -1,185
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 30-270
= -240 mm
= -0,24 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(30−270)
= 1,582
( )
2×9,81

= -1,537
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 115-270
= -155 mm
= -0,155 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(115−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -0,993
𝑸 𝟏,𝟕𝟓×𝟏𝟎−𝟒
• Q3 = 1,75 x 10-4 m3/s, V2 = 𝑨 𝟑 = 𝟖,𝟗𝟗×𝟏𝟎−𝟓= 1,94 m/s
𝑫

o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 265-265
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(265−265)
= 1,752
( )
2×9,81

=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 210-265
= -55 mm
= -0,055 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(210−265)
= 1,752
( )
2×9,81

= -0,286
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 145-265
= -120 mm
= -0,12 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(145−265)
= 1,752
( )
2×9,81

= -0,625
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 75-265
= -190 mm
= -0,19 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(75−265)
= 1,752
( )
2×9,81

= -0,990
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 15-265
= -250 mm
= -0,25 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(15−265)
= 1,752
( )
2×9,81

= -1,303
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 100-265
= -165 mm
= -0,165 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈

(100−265)
= 1,752
( )
2×9,81

= -0,860
1

0.98

0.96

0.94

0.92

0.9
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002

Grafik 3.1 Q vs Cd
Kita dapatkan bahwa hubungan diameter dengan tinggi tekan adalah berbanding
lurus. Semakin besar diameter pipa, maka semakin besar pula tekanan yang terjadi. Dapat
dilihat pada Tabung Piezometer A memiliki tinggi tekan (h) yang lebih tinggi daripada
Tabung Piezometer , dimana diameter Tabung Piezometer A lebih besar daripada Tabung
Piezometer B.

Perbandingan distribusi tekanan ideal secara teoritis dengan eksperimental memiliki


perbedaan yang sedikit, sehingga tidak cukup untuk dikatakan memiliki perbedaan yang
signifikan. Distribusi tekanan ideal sepanjang pipa secara teoritis untuk tabung piezometer
A(1), B, C, D(2), E, F secara berturut-turut adalah 0 m, -0,321 m, -0,647 m, -0,967 m, -1,278
m, dan 0 m. Distribusi tekanan ideal sepanjang pipa secara eksperimen untuk debit senilai
Q=1,44×10-4 m3/s dan V=1,60 m/s tabung piezometer A(1), B, C, D(2), E, F secara berturut-
turut adalah 0 m, -0,268 m, -0,689 m, -1,149 m, -1,571 m, dan -0,996 m. Distribusi tekanan
ideal sepanjang pipa secara eksperimen untuk debit bernilai Q=1,58×10-4 m3/s dan V= 1,75
m/s tabung piezometer A(1), B, C, D(2), E, F secara berturut-turut adalah 0 m, -0,320 m, -
0,736 m, -1,185 m, -1,537 m, dan -0,993 m. Distribusi tekanan ideal sepanjang pipa secara
eksperimen untuk debit bernilai 1,75×10-4 m3/s dan V=1,94 m/s dari tabung piezometer
A(1), B, C, D(2), E, F secara berturut-turut adalah 0 m, -0,286 m, -0,625 m, -0,990 m, -1,303
m, -0,860 m.

Kita dapat menyimpulkan, bahwa grafik Q terhadap nilai Cd merupakan grafik yang
tegak lurus nilainya, karena sesuai dengan persamaan dari Cd, yaitu Cd adalah perbandingan
nilai debit nyata dengan debit teoritis. Dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai debit,
maka semakin besar pula naili koefisien aliran yang didapatkan.
KESIMPULAN

Venturimeter merupakan sebuah alat untuk pengukuran laju aliran fluida (debit).
Alat ini terdiri dari tabung pendek yang menyempit ke suatu tenggorokan di tengah pipa.
aliran pada bagian tengah tenggorokan memiliki kecepatan yang lebih besar, bila
dibandingkan pada bagian lain. Hal ini terjadi dikarenakan luas penampang pada bagian
tengah pipa jauh lebih kecil dari bagian lainnya. Peningkatan kecepatan aliran ini
sebanding dengan penurunan tekanan, dengan adanya perubahan kecepatan dan tekanan,
debit dapat dihitung.

Venturimeter menggunakan azas prinsip dari persamaan Bernoulli yang pertama kali
dikemukakan oleh Daniel Bernoulli (1700-1782) dan Kontinuitas. Bernoulli menunjukkkan
bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya menjadi menurun.
Semakin besar kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya semakin kecil, dan
sebaliknya jika semakin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya semakin
besar.

Kita dapatkan dari hasil, bahwa pengaruh diameter pada venturimeter dengan
perletakan titik-titik penghubung venturimeter dengan aparatus Bernouli memiliki
keterikatan dengan ketinggian permukaan air pada aparatus Bernoulli. Bahwa semakin besar
diameter pada venturimeter dan disambungkan dengan sebuah pipa kecil untuk dengan
perletakkan yang berbeda dan dihubungkan ke aparatus Bernoulli akan menimbulkan
perbedaan yang signifikan dan dapat terlihat secara jelas. Dimana sebuah Piezometer A
memiliki ukuran diameter yang lebih besar daripada Piezometer B, sehingga ketinggian
permukaan air pada aparatus Bernoulli di A lebih tinggi daripada di B.
DAFTAR PUSTAKA

Alfaaditia, Debora (15 Agus 2017). MAKALAH MEKANIKA FLUIDA. Diakses dari
https://caridokumen.com/download/makalah-mekanika-fluida-
_5a44b034b7d7bc7b7a7c1c5e_pdf

Daristiansah, Firza Faisal (9 0kt 2015). ALIRAN PADA VENTURIMETER. Diakses


https://www.scribd.com/doc/284131783/Aliran-Pada-Venturimeter

Hartanto, Ridwan. MODUL IV ALIRAN MELALUI VENTURIMETER. Diakses dari


https://docplayer.info/37732704-Modul-iv-aliran-melalui-venturimeter.html

Panduan Praktikum Mekanika Fluida KL – 2101. 2016. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.
LAMPIRAN

Gambar 6.1 Data Hasil Perhitungan

Gambar 6.2 Data Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai