MODUL 7
PERIODE I (2019/2020)
KELOMPOK V
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER
Arya Fadila Fergiawan5, Fira Riska Syahrun5, Givson Gabriel5*, Hans Kelsen Christian
Hutajulu5, Muhammad Daffa Firdian5, Nabiela Puspaningtyas5
5
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina
Abstrak : Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2019 kita melakukan sebuah
penelitian mengenai Penentuan Koefisien Aliran Dengan Venturimeter. Dengan tujuan mengetahui prinsip
kerja dari alat venturimeter, mengetahui pengaruh diameter terhadap tinggi tekan dan mendapatkan analisis
besar debit terhadap nilai koefisien aliran. Fluida yang kita gunakan yaitu air. Lalu kita mendapatkan hasil
bahwa pengaruh diameter terhadap besar nilai koefisien aliran yang didapatkan adalah tegak lurus dan prinsip
kerja yang dipakai pada alat ini yaitu menggunakan azas persamaan Bernoulli dan Kontinuitas.
Kata Kunci : Venturimeter, Pipa, Aliran, Bernoulli dan Kontinuitas, Fluida.
Abstract : In the practicum that we have done on October 29th, 2019 we conducted a study
on the Determination of Flow Coefficient With Venturimeter. With the aim of knowing the
working principle of the venturimeter, knowing the effect of the diameter on the compressive
height and getting a large discharge analysis of the value of the flow coefficient. The fluid
we use is water. Then we get the result that the influence of diameter on the value of the flow
coefficient obtained is perpendicular and the working principle used in this tool is to use the
principle of the Bernoulli equation and continuity.
Keywords: Venturimeter, Pipe, Flow, Bernoulli and Continuity, Fluid.
PENDAHULUAN
Persamaan Bernoulli:
𝑃1 1𝑉2 2 𝑃 2 𝑉2
𝑍1 + 𝜌·𝑔 + 2·𝑔 = 𝑍2 + 𝜌·𝑔 + 2·𝑔 (persamaan 1.1)
*keterangan :
V = kecepatan fluida
P = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan Kontinuitas:
𝐴1 · 𝑉1 = 𝐴2 · 𝑉2 (persamaan 1.2)
*keterangan :
V = kecepatan fluida
A = luas penampang
Persamaan Debit :
*keterangan :
Q = debit
V = kecepatan fluida
A = luas penampang
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan pada praktikum modul 7 ini yaitu venturimeter,
bangku hidraulik, stopwatch, gelas ukur, label, penggaris, dan Bernoulli
Apparatus.
Untuk bahan yang kami gunakan adalah fluida jenis air.
3.1 Hasil
Pembacaan Skala
Debit
Test Waktu Piezometer (h1-h2) Nilai
Aktual (h1-h2)0,5
No. (s) A (h1) D (h2) (m) Cd
(m3/s)
(mm) (mm)
1 6,93 285 135 1,44 x 10-4 150 x 10-3 0,39 0,92
2 6,33 270 85 1,58 x 10-4 185 x 10-3 0,43 0,91
3 5,70 265 75 1,75 x 10-4 190 x 10-3 0,44 0,99
Tabel 3.3 Data Distribusi Tekanan Ideal Sebagai Fraksi Kecepatan Tabung Piezometer
Jarak Diamter
Tabung dari penampang Area (A) (A2/At)2-
D2/Dn (A2/An)2
Piezometer datum melintang (m2) (A2/An)2
(mm) Dn (mm)
A (1) 76,08 25 0,42 4,91 x 10-4 0,033 0
B 15,8 13,9 0,76 1,51 x 10-4 0,354 -0,321
C 7,4 11,8 0,90 1,09 x 10-4 0,680 -0,647
D (2) 2,9 10,7 1 8,99 x 10-5 1 -0,967
E 5 10 1,07 7,85 x 10-5 1,311 -1,278
F 65,46 25 0,42 4,91 x 10-4 0,033 0
Tabel 3.4 Data Pengukuran Distribusi Tekanan Sepanjang Venturimeter Sebagai Ujung
Fraksi Kecepatan Pada Tabung Piezometer
Pengulangan
3.2 Pembahasan
2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1
2.9,81×(150×10−3 )
1,44 x10-4 = Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10
Cd = 0,92
• Percobaan 2
- Debit
𝑉
Q= 𝑡
0,001
= 6,33
2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1
2.9,81×(185×10−3 )
1,58 x10-4 = Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10
Cd = 0,91
• Percobaan 3
- Debit
𝑉
Q= 𝑡
0,001
= 5,70
2𝑔×(ℎ1−ℎ2)
Q = 𝐶𝑑 · 𝐴2 · √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1
2.9,81×(190×10−3 )
1,75 x 10-4 =Cd · 8,99 𝑥 10−5 √ 2
8,99×10−5
1−( −4 )
4,91×10
Cd = 0,99
3.2.2 Pembahasan Tabel 3.3
• Tabung piezometer A
- D2/Dn
= 10,7/25,0
= 0,42 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(25 x 10−3 )2
= 4,91 x 10-4 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
- D2/Dn
= 10,7/13,9
= 0,76 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(13,9 x 10−3 )2
= 1,51 x 10-4 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
- D2/Dn
= 10,7/11,8
= 0,90 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(11,8 x 10−3 )2
= 1,09 x 10-4 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
- D2/Dn
= 10,7/10,7
= 1 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(10,7 x 10−3 )2
= 8,99 x 10-5 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
- D2/Dn
= 10,7/10
= 1,07 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(10 x 10−3 )2
= 7,85 x 10-5 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
= 10,7/25,0
= 0,42 mm
- Area (A)
1
= 4 𝜋𝑑 2
1
= 4 𝜋(25 x 10−3 )2
= 4,91 x 10-4 m3
- (A2/An)2
- (A2/A1)2 - (A2/An)2
o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 285-285
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(285−285)
= 1,602
( )
2×9,81
=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 250-285
= -35 mm
= -0,035 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(250−285)
= 1,602
( )
2×9,81
= -0,268
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 195-285
= -90 mm
= -0,09 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(195−285)
= 1,602
( )
2×9,81
= -0,689
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 135-285
= -150 mm
= -0,15 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(135−285)
= 1,602
( )
2×9,81
= -1,149
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 80-285
= -205 mm
= -0.205 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(80−285)
= 1,602
( )
2×9,81
= -1,571
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 155-285
= -130 mm
= -0,13 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(155−285)
= 1,602
( )
2×9,81
= -0,996
𝑸 𝟏,𝟓𝟖×𝟏𝟎−𝟒
• Q2 = 1,58 x 10-4 m3/s, V2 = 𝑨 𝟐 = 𝟖,𝟗𝟗×𝟏𝟎−𝟓= 1,75 m/s
𝑫
o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 270-270
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(270−270)
= 1,582
( )
2×9,81
=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 220-270
= -50 mm
= -0,05 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(220−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -0,320
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 155-270
= -115 mm
= -0,115 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(155−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -0,736
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 85-270
= -185 mm
= -0,185 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(85−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -1,185
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 30-270
= -240 mm
= -0,24 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(30−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -1,537
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 115-270
= -155 mm
= -0,155 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(115−270)
= 1,582
( )
2×9,81
= -0,993
𝑸 𝟏,𝟕𝟓×𝟏𝟎−𝟒
• Q3 = 1,75 x 10-4 m3/s, V2 = 𝑨 𝟑 = 𝟖,𝟗𝟗×𝟏𝟎−𝟓= 1,94 m/s
𝑫
o Tabung Piezometer A
- hn-h1
= 265-265
=0m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(265−265)
= 1,752
( )
2×9,81
=0
o Tabung Piezometer B
- hn-h1
= 210-265
= -55 mm
= -0,055 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(210−265)
= 1,752
( )
2×9,81
= -0,286
o Tabung Piezometer C
- hn-h1
= 145-265
= -120 mm
= -0,12 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(145−265)
= 1,752
( )
2×9,81
= -0,625
o Tabung Piezometer D
- hn-h1
= 75-265
= -190 mm
= -0,19 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(75−265)
= 1,752
( )
2×9,81
= -0,990
o Tabung Piezometer E
- hn-h1
= 15-265
= -250 mm
= -0,25 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(15−265)
= 1,752
( )
2×9,81
= -1,303
o Tabung Piezometer F
- hn-h1
= 100-265
= -165 mm
= -0,165 m
(𝒉𝒏 −𝒉𝟏 )
- 𝑽 𝟐
( 𝟐 )
𝟐𝒈
(100−265)
= 1,752
( )
2×9,81
= -0,860
1
0.98
0.96
0.94
0.92
0.9
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Grafik 3.1 Q vs Cd
Kita dapatkan bahwa hubungan diameter dengan tinggi tekan adalah berbanding
lurus. Semakin besar diameter pipa, maka semakin besar pula tekanan yang terjadi. Dapat
dilihat pada Tabung Piezometer A memiliki tinggi tekan (h) yang lebih tinggi daripada
Tabung Piezometer , dimana diameter Tabung Piezometer A lebih besar daripada Tabung
Piezometer B.
Kita dapat menyimpulkan, bahwa grafik Q terhadap nilai Cd merupakan grafik yang
tegak lurus nilainya, karena sesuai dengan persamaan dari Cd, yaitu Cd adalah perbandingan
nilai debit nyata dengan debit teoritis. Dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai debit,
maka semakin besar pula naili koefisien aliran yang didapatkan.
KESIMPULAN
Venturimeter merupakan sebuah alat untuk pengukuran laju aliran fluida (debit).
Alat ini terdiri dari tabung pendek yang menyempit ke suatu tenggorokan di tengah pipa.
aliran pada bagian tengah tenggorokan memiliki kecepatan yang lebih besar, bila
dibandingkan pada bagian lain. Hal ini terjadi dikarenakan luas penampang pada bagian
tengah pipa jauh lebih kecil dari bagian lainnya. Peningkatan kecepatan aliran ini
sebanding dengan penurunan tekanan, dengan adanya perubahan kecepatan dan tekanan,
debit dapat dihitung.
Venturimeter menggunakan azas prinsip dari persamaan Bernoulli yang pertama kali
dikemukakan oleh Daniel Bernoulli (1700-1782) dan Kontinuitas. Bernoulli menunjukkkan
bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya menjadi menurun.
Semakin besar kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya semakin kecil, dan
sebaliknya jika semakin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya semakin
besar.
Kita dapatkan dari hasil, bahwa pengaruh diameter pada venturimeter dengan
perletakan titik-titik penghubung venturimeter dengan aparatus Bernouli memiliki
keterikatan dengan ketinggian permukaan air pada aparatus Bernoulli. Bahwa semakin besar
diameter pada venturimeter dan disambungkan dengan sebuah pipa kecil untuk dengan
perletakkan yang berbeda dan dihubungkan ke aparatus Bernoulli akan menimbulkan
perbedaan yang signifikan dan dapat terlihat secara jelas. Dimana sebuah Piezometer A
memiliki ukuran diameter yang lebih besar daripada Piezometer B, sehingga ketinggian
permukaan air pada aparatus Bernoulli di A lebih tinggi daripada di B.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaaditia, Debora (15 Agus 2017). MAKALAH MEKANIKA FLUIDA. Diakses dari
https://caridokumen.com/download/makalah-mekanika-fluida-
_5a44b034b7d7bc7b7a7c1c5e_pdf