Anda di halaman 1dari 18

Tugas MK : Kepemimpinan dalam Keperawatan

Dosen : Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp.,M.Kes

THE PERSONAL SIDE OF LEADERSHIP

OLEH
SURYADI
(R012182007)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul The Personal Side Of Leadership
dengan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang sisi lain dari seorang pemimpin yang sangat
penting dalam mempengaruhi para bawahannya agar tetap fokus pada tujuan organisasi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut
berpartisipasi dalam membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunannya
masih terdapat beberapa kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami butuhkan
sebagai masukan bagi kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A.Latar Belakang ...................................................................................................................................... 4
B.Tujuan ................................................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................................... 6
A.The leader as an individual/ leadership mind and heart .................................................................... 6
1. Leader as an individual................................................................................................................. 6
2. Leadership Mind and Heart .......................................................................................................... 7
3. Leading With Love ........................................................................................................................ 9
4. Menciptakan “LOVE” dalam Bekerja ......................................................................................... 10
B.Courage and moral leadership and followership .............................................................................. 11
1. Courage and Moral Leadership.................................................................................................. 11
2. Courage and Moral Followership .............................................................................................. 13
BAB III ....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 16
B. Saran .......................................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama
secara produktif dan dalam kondisi yang menyenangkan serta berfokus pada manusia
.Faktor dari keberhasilan suatu organisasi terletak pada gaya kepemimpinan yang
dipakai dalam organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin menjadi
model yang akan ditiru oleh bawahan, oleh karena itu keberhasilan dalam
menjalankan visi dan misi perlu ditingkatkan melalui pembentukan kualitas sumber
daya manusia (Ardinata et al, 2018). Menurut L.Huber (2010) Kepemimpinan adalah
masalah penting terkait dengan bagaimana perawat mengintegrasikan berbagai
elemen praktik keperawatan untuk memastikan perawatan berkualitas tinggi untuk
klien. Setiap perawat membutuhkan dua keterampilan kritis untuk meningkatkan
praktik profesional. Salah satunya adalah keterampilan di hubungan interpersonal
Perawat memiliki peranan penting terutama dalam mencapai pelayanan kesehatan
secara paripurna dan holistik. Perawat merupakan garda terdepan dalam
meningkatkan keselamatan dan kualitas kesehatan di pelayanan kesehatan. hal
tersebut diperlukannya kepemimpinan dalam keperawatan, yang merupakan bagian
dasar dari pelayanan keperawatan yang efektif dan perawat diakui sebagai pemimpin
dalam pelayanan kepada pasien (Abigael Grace Prasetiani, 2018)
Melalui pengetahuan yang diperoleh dari tingkat negara dan pertukaran
informasi global, peran perawat akan terus berubah dan, dalam banyak kasus,
memperluas. Akibatnya, ruang lingkup apa generasi berikutnya perawat sedang
diajarkan tentang peran keperawatan yang muncul juga harus berubah.
Mempersiapkan perawat untuk menjadi kepemimpinan dan tanggung jawab diperluas
adalah penting. Beberapa transformasi perawatan kesehatan ini di masa depan akan
didorong oleh peneliti perawat siap yang penelitiannya mendorong perbaikan di
seluruh kontinum dampak; dari sudut memberikan perawatan untuk
menginformasikan kebijakan publik. Apakah perawat sepenuhnya terlibat dalam

4
penyediaan layanan kesehatan atau kebijakan publik lingkungan, di masa depan,
kontribusi dari profesi keperawatan dapat menjadi lebih besar (Wakefield, 2018)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kepribadian seorang pemimpin yang efektif.
2. Untuk mengetahui bagiamana penerapan leadership mind and heart dalam sebuah
organisasi.
3. Untuk mengetahui apa yang dilakukan pengikut agar menjadi followers yang
baik.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. The leader as an individual/ leadership mind and heart


1. Leader as an individual
Kepemimpinan adalah peran dan fungsi yang unik. Itu bisa saja bagian dari posisi
manajerial organisasi formal, atau bisa timbul secara spontan di kelompok mana pun.
Tertentu karakteristik, seperti termotivasi oleh tantangan, komitmen, dan otonomi,
dianggap terkait dengan kepemimpinan. Efektivitas adalah hasil utama upaya
kepemimpinan dalam perawatan kesehatan. Disarankan bahwa ada kelangkaan pemimpin
dan krisis di Indonesia kepemimpinan dalam keperawatan (Huber, 2010)
Kepribadian merupakan sekumpulan karakteristik dan proses yang tak kasat mata
yang mendasari perilaku yang dalam menanggapi ide, objek dan orang-orang di sekitar
(Daft & Lane, 2008). Menurut Beer & Nohria (2000), untuk meningkatkan efektivitas
kepemimpinan, seorang pemimpin perlu memahami keanekaragaman kepribadian
individu.Telah banyak peneltian tentang kepribadian, namun secara garis besar terdapat
lima dimensi yang dapat menggambarkan kepribadian seseorang termasuk seorang
pemimpin. Lima dimensi kepribadian tersebut antara lain;
a. Extraversion
Mengacu pada kenyamanan seseorang dalam melakukan hubungan sosial dengan
orang lain. Seseorang yang memiliki extraversion yang tinggi akan memberikan
kepribadian senang bergaul, mudah bersosialiasi dan hidup berkelompok. Sedangkan
jika extraversion yang rendah akan menghasilkan kepribadian pemalu, pendiam, dan
terkadang suka menyendiri.
b. Agreeableness
Mengacu pada seseorang yang baik hati, mengerti, kooperatif dan percaya
sehingga kepribadian ini biasanya ingin menghindari konflik. Seorang pemimpin
yang agreeableness yang baik akan menjadi hangat. Sebaliknya pemimpin dengan
agreeableness yang buruk akan membuat pemimpin tersebut menjadi dingin dan
tidak sensitif. Agreeableness juga mempengaruhi seseorang dalam membangun suatu
hubungan baik individu maupun kelompok.

6
c. Conscientiousness
Mengacu pada ketelitian seorang pemimpin dalam menjalankan fungsinya,
bertanggung jawab, gigih dan berorientasi prestasi. Jika pemimpin teliti maka akan
selalu fokus pada tujuan, sedangkan jika pemimpin tidak teliti dalam bekerja maka
cenderung mudah terganggung dan impulsif. Dimensi ini erat hubungannya dengan
pekerjaan yang dilakukan bukan pada seorang individu.
d. Emotional stability
Dimensi ini mengacu pada tingkat ketenangan seseorang. Pemimpin yang
memiliki emosional yang stabil mampu menangani stress dengan baik dan secara
umum mampu mengambil keputusan dengan tepat. Sebaliknya, pemimpin yang
tingkat stabilnya rendah cenderung menjadi cemas dan depresi. Pada tahap yang
serius ledakan emosional dapat terjadi saat pemimpin dihadapkan pada stressor atau
saat mendapatkan kritik.
e. Opennes to experience
Dimensi ini mengacu pada keterbukaan seorang pemimpin dalam menerima
gagasan baru. Seseorang dengan opennes to experience yang baik memiliki minat
yang luas, kreatif dan imajinatif. Sebaliknya, opennes to experience yang buruk
cenderung memiliki pemikiran yang sempit.
2. Leadership Mind and Heart
Model Mental Merupakan gambaran internal seorang pemimpin yang
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Drukast & Pescosolido (Dikutip dalam
Daft & Lane, 2008) mengemukakan bahwa model mental dapat membuat seseorang
memiliki rasa yang kuat sebagai bagian dalam suatu kelompok sehingga memiliki
tanggung jawab dan wewenang dalam bertindak untuk mencapai suatu tujuan. Mengubah
model mental orang lain lebih sulit jika dibandingkan dengan mengubah keputusan
sendiri, namun pimpinan harus mampu menggunakan cara lain agar pemikiran yang
bersangkutan dapat berubah. Seorang pemimpin dapat mengembangkan pemikiran non-
pemimpin melalui empat bidang kritis yaitu independent thinking, open-mindedness,
systems thinking, and personal mastery.
a. Independent thinking

7
Berpikir secara mandiri berarti mempertanyakan pendapat atau kejadian sesuai
dengan apa yang diyakini dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Orang
yeng berpikir secara mandiri mampu mengemukakan pendapat dan melakukan
tindakan berdasarkan apa yang diyakini bukan berdasarkan orang lain.
b. Open-mindedness
Pemimpin yang efektif selalu berupaya untuk berpikir terbuka dan mendorong
proses pembelajaran agar lingkungan kerja dapat berkembang. Argyris (2000)
mengatakan bahwa pemimpin dalam menanggapi suatu gagasan atau ide baru yang
muncul dalam organisasi adalah sebuah kesempatan bukan sebagai ancaman.
c. System Thinking
Senge (1990) mengemukakan bahwa pemikiran sistem merupakan kemampuan
untuk melihat secara menyeluruh bukan bagian yang terpisah. Masalah yang timbul
pada satu bagian dalam organiasi tidak hanya melibatkan bagian tersebut dalam
proses pemecahan masalah tetapi harus secara menyeluruh karena setiap bagian
saling berkaitan dalam sebuah organisasi.
d. Personal Mastery
Penguasaan pribadi seorang pemimpin harus selalu mengklarifikasi hal-hal yang
dianggap penting sehingga selalu fokus pada hasil akhir. Selain itu, pemimpin harus
mampu meneggakkan kejujuran dan keberanan demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Goleman (2000 dikutip dalam Daft & Lane, 2008), Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seorang idividu untuk mengidentifikasi, memahami
dan mengelola emosinya sendiri untuk berhubungan dengan orang lain. Krueger &
Killham (2005) mengatakan bahwa dengan kecerdasan emosi yang baik seorang
pemimpin mampu meningaktkan motivasi dan kepuasan para pengikut sehinggat
efektivitas suatu organisasi dapat meningkat. Pemimpin yang memiliki perasaan yang
sama dengan orang lain cenderung memiliki kinerja yang baik dalam organisasi. Menurut
Richard & Daniel (2001), kecerdasan emosi seorang pemimpin dibentuk oleh empat
komponen yang terdiri dari kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan
manajemen hubungan.

8
Self-Awareness Social Awareness

• Emotional self-awareness • Empathy

• Accurate self-assessment • Organizational awareness

• Self-confidence • Ser vice orientation


Self-Management Relationship
Management
• Emotional self-control
• Development of others
• Trustwor thiness
Gambar • Inspirational leadership 2.1
• Conscientiousness
• Influence
• Adaptability
• Communication
• Optimism
Komponen Kecerdasan Emosi• Change
(Daft & catalyst
Lane, 2008)
• Achievement-orientation
a. Kesadaran diri
• Conflict management
Bagaimana
• Initiative seorang pemimpin mengenali dan memahami emosi baik dalam
menjalani kehidupan pribadi maupun pekerjaannya.
• Bond building
b. Manajemen diri
• Teamwork and collaboration
Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosi yang dapat mengganggu
dan berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Kesadaran sosial
Bagaimana seorang pemimpin harus mampu mengerti keadaan pengikut dalam
sebuah organisasi.
d. Manajemen hubungan
Pemimpin harus mampu menjalin dan membangun hubungan yang positif dengan
orang lain.
3. Leading With Love
Kepemimpinan yang mampu menciptakan suasana saling menghargai lebih
efektif dalam menimbulkan kepedulian pengikut terhadap organisasi dibanding dengan

9
kepemimpinan yang hanya menciptakan ketegangan dalam bekerja. Dengan saling
memahami dan menghargai dalam organisasi pemimpin mampu membuat para pengikut
tumbuh dan sukses. Rasa takut dapat menjadi motivator yang hebat namun untuk
mencapai tujuan dalam berorganisasi diperlukan pengetahuan, komitmen dan antusiasme
setiap pengikut.
Organisasi yang masih menerapkan ketakutan dalam bekerja akan membuat
pengikut terbaik mereka mundur atau meskipun para pengikut bertahan, mereka tidak
akan mampu bekerja dengan efektif. Biral & Marshall (1997 dikutip dalam Daft & Lane,
2008) mengatakan ada 2 jenis motivasi yang mempengaruhi kenerja para pengikut
motivasi yang berbasis rasa takut dan motivasi yang berbasis rasa cinta. Motivasi
berbasis rasa takut akan membuat pengikut bekerja dengan tidak maksimal, sedangkan
motivasi berbasis rasa cinta akan membuat pengikut bekerja dengan efektif, dan bahkan
mampu memberikan semua kemampuan mereka untuk organisasi tanpa harus diminta.
4. Menciptakan “LOVE” dalam Bekerja
Menurut Donald (1992), pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan
karena ketakutan risiko yang akan timbul menunjukkan lemahnya seorang pemimpin.
Pemimpin yang tidak mampu mengontrol rasa takutnya akan menciptakan ketakutan baru
pada pengikutnya. Ketakutan seorang pemimpin dapat ditunjukkan dalam kesombongan,
keegoisan, penipuan, ketidakpedulian dan tidak menghormati orang lain. Rasa cinta
sebagai motivasi merupakan kekuatan yang mampu membuat orang merasa hidup dan
bersemangat dengan pekerjaannya. Ketika seseorang bekerja dengan sepenuh hati,
energinya akan mengalir secara bebas. Saat pemimpin memberikan tugas, pengikut yang
tidak bekerja dengan hati akan menerima dan melakukan tugas tersebut dengan tidak
efektif. Motivasi bekerja akan menjadi berkurang dan mungkin saja pekerjaan tersebut
dapat ditunda. Menurut Barbara (2001 dikutip dalam Daft & Lane, 2008), pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mencintai pekerjaan mereka dan mampu menyebarkan
cinta kepada bawahannya sehingga antusiasme dan semangat kerja akan meningkat.
Bracey (1993 dikutip dalam Daft & Lane, 2008) mengatakan bahwa, untuk
mendapatkan pengikut yang bekerja dengan sepenuh cinta, seorang pemimpin harus
mampu memenuhi kebutuhan tak terucap mereka yang meliputi:

10
Heart and understand me
Even if you disagree with me, please don’t make me wrong
Acknowledge the greatness within me
Remember to look for my loving intentions
Tell me the truth with compassion
Ketika seorang pemimpin mampu memenuhi kebutuhan emosional yang halus ini,
pengikut akan merespon dengan mecintai pekerjaan mereka dan aktif dalam memecahkan
masalah demi kepentingan organisasi.
B. Courage and moral leadership and followership
Leadership dan Followership merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
memiliki hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Lyons
(2002 dikutip dalam Weiss & Tappen, 2015) mengatakan bahwa hubungan timbal balik ini
memberikan suatu pengertian bahwa tanpa pengikut seseorang tidak akan mampu menjadi
pemimpin, begitupun sebaliknya Untuk menciptakan hubungan yang antara keduanya
dibutuhkan nilai yang mengatur hal tersebut.
1. Courage and Moral Leadership
Seseorang dipandang memiliki kepemimpinan yang baik jika memiliki beberapa
syarat dalam memberikan pengaruh kepada orang lain secara efektif. Integrity, courage,
positive attitude, initiative, energy, optimism, perseverance, generosity, balance, ability
to handle stress, dan self-awareness merupakan kualitas pemimpin yang efektif dalam
keperawatan (Weiss & Tappen, 2015).
a. Integrity
Kejujuran sangat diharapkan telah dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat
mendapatkan kepercayaan dari bawahannya. Kejujuran juga merupakan salah satu
aspek dalam kepemimpinan moral
b. Courage
Keberanian dianggap hal yang penting yang harus di miliki oleh seorang
pemimpin dikarena seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dalam
menyelesaikan masalah. Selain itu, pemimpin juga harus berani mengambil risiko
dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin untuk mencapai suatu tujuan.
c. Positive attitude

11
Sikap yang baik akan membentuk pemimpin yang efektif. Sikap seorang
pemimpin memiliki pengaruh yang besar dalam meciptakan suasana kerja dengan
bawahannya.
d. Initiative
Untuk menciptakan pemimpin yang efektif seorang pemimpin tidak hanya
dituntur memiliki ide yang cemerlang namun bertindak atas gagasan/ ide yang telah
dibuatnya.
e. Energy
. Energy tidak hanya dibutuhkan oleh seorang pemimpin tetapi juga bawahan
dalam mencapai suatu tujuan. Energy yang telah ada sebaiknya digunakan dengan
bijaksana.
f. Optimisim
Seorang pemimpin harus optimis bahwa yang dilakukan akan memberikan hasil
yang baik. Kemampuan melihat masalah sebagai sebuah peluang merupakan bagian
dari optimisme yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
g. Perseverance
Pemimpin yang efektif harus tekun dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi
masalah yang ada. Pemimpin harus bertahan dan selalu berusaha disaat orang lain
mulai menyerah untuk mencoba.
h. Generosit
Sifat murah hati dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam berbagi bantuan dan
dukungan kepada rekan mapun bawahan.
i. Balance
Pemimpin yang efektif harus mampu menyeimbangkan antara pekerjaan, interaksi
keluarga, sosial dan kebutuhan lainnya.
j. Ability to handle stress
Tekanan pekerjaan seringkali meningkatkan stress, untuk itu diperlukan
kemampuan pendendalian stress agar tetap focus pada tujuan.
k. Self Awarness

12
Kesadaran diri tidak terbatas pada kemampuan mengetahui apa yang kita miliki
dalam bekerja, tetapi juga memahami kemampuan rekan dan bawahan sebagai satu
kesatuan yang saling melengkapi.
Selain kualitas tersebut seorang pemimpin juga harus memiliki kepemimpinan moral
yang baik. Kepemimpinan Moral merupakan kemampuan pemimpin untuk tetap
mempertahankan kejujuran, keadilan dan bertanggungjawab secara sosial dalam kondisi
apapun (Weiss & Tappen, 2015). Dalam situasi apapun diharapkan seorang pemimpin
mampu mengatasi masalah dengan tetap memegang teguh moral seorang pemimpin.
2. Courage and Moral Followership
Grossman & Valliga (2000 dikutip dalam Weiss & Tappen, 2015) menekankan
followership bukanlah peran pasif. Pengikut yang efektif adalah seorang yang
profesional, memiliki terampil dan mampu diarahkan, berpartisipasi aktif dalam dalam
kelompok, mampu berpikir kritis, dan mendukung gagasan baru serta ikutserta dalam
menentukan.
Untuk menjadi pengikut yang baik ada beberapa hal yang harus dilakukan antara
lain:
a. Jika ada masalah, segera memberitahu kepada pimpinan.
b. Sertakan laporan dan saran untuk menyelesaikan masalah.
c. Fokuskan minat dan kekuatan dalam pekerjaan.
d. Mendukung ide yang dikemukakan orang lain.
e. Memberikan alasan yang logis jika tidak setuju.
f. Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan pimpinan.
g. Terus mengembangkan kerterampilan yang dimiliki.
h. Selalu mensharing apa yang diketahui.
Menjadi pengikut yang efektif tidak hanya memberikan perasaaan dibutuhkan dalam
kelompok tetapi juga akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja. Seorang pemimpin
adalah manusia biasa yang memiliki banyak kebutuhan, membutuhkan perhatian dan
memilki ambisi. Pada dasarnya pemimpin juga memiliki kekuatan yang kelemahan.
Pengikut yang baik harus mampu mengenal hal tersebut sehingga pengikut dapat
membantu pimpinan memanfaatkan kekuatan yang ada dan mampu memberi dorongan
pada hal-hal yang menjadi kelemahan seorang pemimpin. Hal ini mampu

13
mempertahankan tujuan pimpinan agar tidak berubah dan mengurangi jarak antara
pengikut dengan pimpinan.
Menurut Deutschman (2005 ) & Korn (2004) dalam lingkungan kerja yang lain
terkadang pengikut dihadapkan pada pimpinan yang buruk dan membingungkan dalam
memberikan arahan. Saking buruknya keputusan pimpinan dapat membuat para pengikut
frustasi bahkan kecewa. Beberapa hal perlu dilakukan untuk menangani hal tersebut
antara lain;
a. Tidak mempertahankan/ mengadopsi perilaku tidak efektif pimpinan.
b. Terus melakukan pekerjaan dengan baik untuk memberikan kontribusi dalam
kelompok.
c. Jika lingkungan semakin tidak mendukung, carilah bantuan orang lain dalam
kelompok untuk menemukan solusi.
d. Jika semakin tidak tertahankan, pertimbangkan untuk mentransfer ke bagian yang lain
atau mencari posisi yang lain.
(Weiss & Tappen, 2015).
Ini bukanlah suatu cara untuk memanipulasi pimpinan agar mendapatkan lebih
banyak perhatian atau penghargaan tetapi menjadi acuan untuk lebih memahami
karakteristik pimpinan, memahami apa yang diperlukan dari seorang pengikut dan
kebutuhan pimpinan itu sendiri. Bannis (1994 dikutip dalam Huber, 2010) mencatat
bahwa pengikut membutuhkan tiga hal dari para pemimpin: arahan, kepercayaan dan
harapan. Dengan tiga elemen tersebut, pengikut diberdayakan dalam usaha partisipasi
mereka.
Menurut Kelley (1992), tipe followers dapat dibedakan menjadi empat golongan
meliputi effective follower, alianated follower, yes people dan sheep.

Independent, Critical Thinking

Alianated Follower Effective Follower


Passive Active
Sheep “Yes” People

Dependent, Uncritical Thinking

Gambar 2.2 Tipe Pengikut (Grossman & Valiga, 2009)

14
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan, seorang pemimpin perlu
memahami keanekaragaman kepribadian pada individu.Telah banyak peneltian
tentang kepribadian, namun secara garis besar terdapat lima dimensi yang dapat
menggambarkan kepribadian seseorang termasuk seorang pemimpin.
Seorang pemimpin dapat mengembangkan pemikiran non-pemimpin melalui
empat bidang kritis yaitu independent thinking, open-mindedness, systems thinking,
and personal mastery. Selain itu, pemimpin dalam menjalankan fungsinya harus
menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan rasa cinta agar para pengikut
merasa nyaman dalam bekerja. Followers bukanlah seorang yang pasive, tetapi
seseorang yang mampu bekerja dengan baik jika didukung oleh pemimpin yang
mampu memahami keanekaragaman latar belakang dan kemampuan pengikutnya
serta mengembangkan kemampuan untuk saling melengkapi dalam mencapai suatu
tujuan organisasi.
B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisannya maka diharapkan para
penulis berikutnya mampu membahas lebih luas dan dalam lagi tentang the personal
side leadership serta memberikan contoh-contoh dalam pelayanan keperawatan

16
DAFTAR PUSTAKA

Abigael Grace Prasetiani1, H. K. (2018). Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 1, Maret 2018. 6(1),
49–54.
Ardinata dan, & Agus susanto. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional
terhadap Perawat dalam melakukan Terapi Mindfullness.
Daft, R. L., & Lane, P. G. (2008). The Leadership Experinece. In Marketing Communications
(4th ed.). USA: Thomson South Western.
Grossman, S. C., & Valiga, T. M. (2009). The New Leadership Challenge: Creating The Future
Of Nursing (3rd ed.). California: Davis Company.
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management Huber Diane L Leadership and
Nursing Care Management 640pp £48.99 Elsevier Fifth edition 9781455740710
1455740713. Nursing Management. https://doi.org/10.7748/nm.21.6.13.s14
Wakefield, M. K. (2018). Nurse leadership in global health: New opportunities, important
priorities. International Journal of Nursing Sciences, 5(1), 6–9.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.12.002
Weiss, S. A., & Tappen, R. M. (2015). Essentials of Nursing Leadership and Management (6th
ed.). Philadelphia: Davis Company.

17
18

Anda mungkin juga menyukai