OLEH :
DI SETUJUI OLEH :
Koordinator Kerja Praktik Pembimbing Kerja Praktik
Mengetahui
Kepala Program Studi
Teknik Mesin S1 Fakultas Teknik Universitas Riau
i
PERNYATAAN
adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Karunia,
Hidayah, serta nikmat-Nya kepada kita semua serta shalawat kepada Nabi Besar
kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan ajaran kebaikan kepada kita
sehingga penulis bisa menyelesaikan praktik kerja lapangan dan laporan kerja
praktik di PT Chevron Pacific Indonesia Minas-Riau selama satu bulan.
Tujuan kerja praktik ini adalah untuk mengenal dunia kerja dalam ruang
lingkup teknik mesin berskala industri. Dan berinteraksi lansung dengan kondisi
lapangan kerja yang akan dihadapi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepeda pihak yang membatu dalam pelaksanaan dan pembuatan
laporan kerja praktik, yaitu:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan kesempatan
kepada penulis sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
2. Orang tua, dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan moril,
doa, serta semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini
dengan baik.
3. Bapak Efi Afrizal, ST., MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik
yang telah memberikan masukan-masukan dan pengarahan dalam
penyusunan laporan Kerja Praktik.
4. Bapak Iwan Kurniawan, ST., MT selaku Koordinator Kerja Praktik di
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Riau.
5. Bapak Asral, ST., MT., Ph.D selaku Ketua Prodi S1 Teknik Mesin yang
telah memberikan izin akademis untuk melakukan Kerja Praktik.
6. Bapak Humisar Nainggolan selaku mentor selama program kerja praktik
di PT. Chevron Pacific Indonesia
7. Bapak Haryanto selaku pembimbing lapangan selama program kerja
praktik yang telah mengajarkan kami ilmu-ilmu dan pengalaman yang
sangat luar biasa.
iv
8. Bapak Kamil, Abang Hendri, Abang Agung yang telah membimbing
selama pengambilan data Engine Gas Compressor.
9. Kepada teman seperjuangan saya Yusuf Rahman dan Andika Saputra
yang telah membersamai suka dan duka selama kerja praktik.
10. Kepada seluruh pihak yang secara lansung maupun tidak langsung
membantu penulis dalam melaksanakan kerja Praktik di PT. Chevron
Pacific Indonesia Minas-Riau.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari banyak terdapatnya
kekurangan, baik dari segi ilmu maupun penulisan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik, dan masukan demi kesempurnaan isi laporan Kerja Praktik
ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
v
DAFTAR ISI
vi
4.2 Waktu dan Tempat .................................................................................... 38
4.3 Spesifikasi Engine Gas Compressor ......................................................... 38
4.4 Komponen Engine Gas Compressor ......................................................... 39
4.5 Kondisi Kerja ............................................................................................ 39
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Data Pengamatan dan Analisa Permasalahan ............................................ 41
5.2 Rekomendasi Penyelesaian Masalah ......................................................... 49
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................ 50
6.2 Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
nya. Alasan perusahaan ini terpilih sebagai mitra program KP adalah karena
banyak proses yang membutuhkan tenaga kerja mechanical engineer yang akan
menjadi tempat yang cocok bagi mahasiswa Teknik Mesin untuk menambah
pengalamannya terksit bagaimana seorang engineer bekerja pada dunia industri.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi salah satu mata kuliah yang ada di jurusan teknik mesin, yaitu
adalah kerja praktik. Menambah wawasan dan juga pengetahuan tentang dunia
industri dan juga mengaplikasikan keilmuan dengan secara langsung
mempraktikannya.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penulisan laporan ini sebagai berikut:
a. Menerapkan ilmu yang dipelajari di perkuliahan untuk kepentingan
analisis masalah-masalah teknik di perusahaan.
b. Mengetahui mengenai engine gas kompresor dan komponennya.
c. Mengetahui dan melakukan analisis permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada engine combustion gas kompresor.
d. Menganalisis penyebab terjadinya permasalahan dan solusi yang dapat
disarankan untuk permasalahan yang terjadi pada engine combustion gas
kompresor.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kerja praktik di PT. Chevron
Pacific Indonesia Duri-Riau adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu melihat secara langsung komponen dari unit engine
gas kompresor yang selama ini hanya bisa dilihat secara teoritis dibangku
perkuliahan.
b. Memperoleh pengalaman kerja dalam menangani dan mengawasi unit
engine gas kompresor.
3
BAB IV METODOLOGI
Pada Bab ini menjelaskan tentang langkah pengerjaan kerja Praktik,
kegiatan, serta data lapangan yang akan dibahas.
BAB V PEMBAHASAN
Pada Bab ini menjelaskan tentang analisa yang penulis dari hasil
pengamatan yang dilakukan.
BAB VI PENUTUP
Pada Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran setelah
dilakukan pembahasan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
6
sehingga atas permintaan Caltex daerah kerjanya diubah menjadi seperti sekarang
yaitu berbentuk Kangguru menghadap ke barat.
Pekerjaan eksplorasi pertama mencakup peneltian geologis beserta
pengeboran sumur dan penelitian seismik. Penelitian seismik dilakukan tahun
1937-1941 dengan melakukan pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar pada
kedalaman 26.208 ft (7.862,4 m). Kegiatan eksplorasi untuk pertama kali
dilakukan pada bulan April 1939 di daerah lapangan kubu I. Kemudian pada
bulan Agustus 1940 ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang
merupakan penemuan pertama di daerah Riau. Pada bulan November 1940
ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan di daerah Duri
pada bulan Maret 1941. Pada tahun 1942 Mercu Bor siap dipasang di lapangan
minyak di Duri I, akan tetapi karena pecahnya Perang Dunia II di Indonesia maka
kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti. Kegiatan eksplorasi pada
tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Setelah berakhirnya perang,
kegiatan ekspllrasi dipusatkan bagi pengembangan lapangan Duri.
Pada tahun 1950, pemerintah Republik Indonesia mulai mempelajari dan
menyusun suatu undang-undang yang berkaitan dengan pertambangan. Dari hasil
undang-undang pertambangan yang telah dibentuk, maka pada bulan Januari 1951
pemerintah Republik Indonesia memberi izin atas berdirinya Caltex Pacific Oil
Company (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan SOCAL.
Setelah setahun CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Duri
maka pada tanggal 20 April 1952 diadakanlah pengapalan pertama Duri Crude
dari Perawang menyusuri sungai Siak menuju Pakning di selat malaka. Hasil dari
ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan
jalan dan pemasangan pipa saluran (shipping line) yang mempunyai diameter 60
cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Duri melintasi rawa sampai ke Dumai,
mencakup pula pembangunan stasiun–stasiun pengumpul (gathering station) dan
stasiun pompa pusat serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri dan
Dumai.
Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000
BPOD. Upaya menasionalisasikan perusahaan minakmasing di Indonesia diatur
7
tambahan daerah seluas 4.300 km2 maka pada tahun1968 sebagian wilayah blok
A dan D serta keseluruhan wilayah blok C (seluruhnya 32,6% dari daerah asal)
diserahkan kembali ke pemerintah Indonesia, sedangkan pengambilan daerah-
daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978.
Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi
hasil (CPS) dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1971 yaitu Coastal Plain
Pekanbaru Block seluas 21.975 km2 dan pada bulan Januari 1975 yaitu Mount
Front Kuantan Bloc seluas 6.865 km2. Wilayah kerja sebelumnya yang dikenal
dengan sebutan Kangguru Block seluas 9.030 km2 diperpanjang masa
orientasinya sampai 8 Agustus 2001. Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil
yang disepakati sampai saat ini antara Pertamina dan PT. CPI adalah 88% dan
12% ditambah dengan ketentuan khusus berupa fleksibilitas bagi PT. CPI untuk
hal-hal tertentu. Produksi minyak mentap PT. CPI mrncapai 65,8% pada tahun
1974 dan menurun menjadi 46,5% pada tahun 1990. Meskipun terjadi penurunan
produksi PT. CPI tetap menguasai panga produksi sebesar 75%, berbeda dengan
Pertamina dan Unocal yang mengalami penurunan produksi besar-besaran.
Setelah dilakukan pengembalian beberapa daerah wilayah kerja secara
bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru Block hanya seluas 9.996 km2.
Tahun 1979 hingga 1991 dilakukan penambahan kontrak-kontrak baru PT. CPI
yaitu sebagai berikut:
1. Joint Venture dengan Pertamina pada tahun 1976 yaitu meliouti Jambi
Selatan Solok Block D seluas 5.826 km2 dan dikembalikan
keseluruhannya pada tahun 1988.
2. Kontrak bagi hasil (CPS) untuk wilayah Singkarak Block pada tahun
1981 seluas 7.163 km2 di daerah Sumatera Barat dan wilayah pantai
Daerah Istimewa Acah, yang kemudian dikembalikan pada bulan Mei
1986.
3. Kontrak bagi hasil Nias Block pada tahun 1981 seluas 16.166 km2.
4. Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil (CPS)
untuk wilayah Siak Block selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28
November 1993 dengan luas wilayah kerja 9.314 km2
9
5. Kontrak bagi hasil (CPS) untuk wilayah Langsa Block pada tahun 1981
seluas 7.080 km2 di selat Malaka.
Saat ini PT. CPI memiliki kawasan seluas 31.700 km2. Pada bulan
Agustus 2005 Chevron membeli saham PT. Unocal Indonesia (akuisisi) sehingga
pada 9 Oktober 2001, Texaco Inc. Melakukan Merger dengan Chevron Corp,
yang kemudian membentuk ChevronTexaco Corp. Sejak saat itu manajemen
Chevron juga ikut berubah menjadi IndoAsia Business Unit (IBU). Setelah
mengakuisisi Unocal pada 10 Agustus 2004, pada tanggal 9 Mei 2005 nama
ChevronTexaco Corp berubah kembali menjadi Chevron Corp. Chevron memiliki
unit bisnis di lebih dari 180 negara dan didukung oleh sekitar 47.000 karyawan di
seluruh dunia. Pada 16 September 2005, PT. Caltex Pacific Indonesia pun
mengubah namanya menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron
Pacific Indonesia maupun caltex Pacific Indonesia memiliki singkatan yang sama,
yaitu PT. CPI.
PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan salah satu
perusahaan minyak asing terbesar di indonesia yang bergerak di bidang eksplorasi
minyak bumi dan gas alam yang terkemuka pada level multinasional. PT.
Chevron Pacific Indonesia dulu bernama CALTEX (California Texas Petroleum
Corporation) yang merupakan anak perusahaan dari Chevron dan Texaco (Texas
oil Corporation). Perubahan nama dari PT. Caltex Pacific Indonesia menjadi PT.
Chevron Pacific Indonesia terjadi ketika ditetapkannya surat keputusan No. C-
25712 HT.01.04.TH.2005 pada tanggal 16 September 2005. Perubahan ini
berdasarkan arahan pemilik saham mengenai aplikasi nama Chevron pada seluruh
bisnis hulunya di dunia.
10
b. Distrik Rumbai
Merupakan pusat administrasi daerah operasi PT. CPI di pulau
Sumatera.
c. Distrik Minas
Merupakan daerah operasi untuk memperoleh minyak Sumatera
Light Oil (SLO) dibagian selatan. Distrik ini dikenal dengan area
Sumatera Light South (SLS).
e. Distrik Dumai
Merupakan tempat pengumpulan hasil minyak dari Distrik Duri dan
Duri yang Kemudian dijual melalui kapal-kapal tanker di pelabuhan.
2. Kepercayaan
PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai prinsip untuk saling
mempercayai, menghormati, mendukung dan berusaha untuk
mendapatkan kepercayaan diri dari rekan sekerja dan mitra usaha.
3. Keragaman
PT. Chevron Pacific Indonesia belajar menjunjung tinggi ideologi dan
budaya dimana PT. Chevron Pacific Indonesia bekerja dan menghormati
perbedaan yang ada.
4. Kemitraan
PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad yang konsisten untuk
menjadi mitra usaha yang baik bagi pemerintah, perusahaan lain,
pelanggan pelanggan PT. CPI, masyarakat dan sesama rekan kerja.
5. Kinerja yang unggul
PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad untuk stay ahead (tetap
unggul) dalam setiap hal yang dilakukan, dan berupaya keras untuk terus
memperbaiki diri.
6. Tanggung jawab
PT. Chevron Pacific Indonesia bertanggung jawab, baik secara
perorangan maupun sebagai kelompok untuk setiap hal yang dikerjakan
maupun untuk setiap tindakan yang dilakukan.
7. Pertumbuhan
PT. Chevron Pacific Indonesia menyukai perubahan yang mendukung
pembaharuan dan kemajuan, serta berusaha mencari dan mengejar
kesempatan. Seiring berjalannya waktu PT. CPI akan selalu inovatif
dalam bekerja.
8. Perlindungan terhadap manusia dan lingkungan
PT. Chevron Pacific Indonesia memberikan perlindungan keselamatan
kerja dan kesehatan, baik terhadap manusia maupun lingkungan.
16
Label (Tag)
Label harus dibuat berwarna standar untuk menunjukkan siapa yang
memasang pemasang harus menandatangani label tersebut:
Biru : Mekanik
Merah muda : Instrument and electrician
Kuning : Operator
Putih : Pekerja confined space
Material Safety Data Sheet (MSDS)
MSDS merupakan lembaran data mengenai suatu bahan kimia
berbahaya yang memberikan informasi mengenai bahaya potensial
dan cara penanganan yang selamat atas bahan yang digunakan. MSDS
menyediakan keterangan tentang nama bahan, komposisi, pengaruh
fisik dan keselamatan, prosedur darurat dan pertolongan pertama,
perlindungan khusus dan masalah-masalah keselamatan dan
lingkungan dari bahan tersebut. Informasi yang didapat didalamnya:
Identifikasi
Unsur bahaya
Data bahaya api dan ledakan
Data fisik
Data bahaya untuk kesehatan
Informasi pelindung khusus
Prosedur penanganan tumpahan atau kebocoran dan tindak
pencegahan khusus
Tujuan MSDS adalah menjamin bahaya bahan kimia yang ada
ditempat kerja dan cara menanganinya dikomunikasikan secara baik
sehingga pegawai dan mitra kerja dapat bekerja dengan selamat dalam
menggunakan bahan tersebut. Ruang lingkup MSDS diterapkan untuk
pegawai PT. CPI dan mitra kerja yang melakukan kerja berhubungan
dengan bahan kimia berbahaya dan menjelaskan peran masing-masing
dalam melaksanakan proses, proses pelaksanaan dan instruktur yang
diperlukan.
22
House Keeping
Proses house keeping ditujukan untuk memastikan fasilitas operasi
berada dalam keadaan bersih, rapih dan teratur. Keadaan tersebut akan
memberikan manfaat, seperti menghilangkan kemungkinan cedera dan
kebakaran, mencegah pemborosan energi, membantu pengendalian
limbah dan kerusakan, serta mencerminkan tempat kerja yang dikelola
dengan baik.
Dalam pelaksaannya, HES mempunyai prinsip: “do it safety or not at
all. There is always time to make it right”. Jadi apapun pekerjaan yang
dilakukan PT. CPI, harus dilakukan dengan aman atau tidak sama
sekali, serta selalu ada waktu untuk memperbaikinya. Untuk
mengingatkan para pekerja tentang pentingnya keselamatan, maka
diwajibkan untuk memasukkan HES Moment kedalam setiap agenda
rapat dan mengadakan HES Meeting minimal satu sekali dalam
sebulan.
The Chevron Way menyastrokean “We place the highest priority on
the health and safety of our work force and the protection of our
assets and the environment”. PT. CPI memasukkan hal tersebut dalam
tujuan keunggulan kinerja (Operational Excellence/OE), yaitu 0,0,0
yang artinya tidak ada pekerja yang terluka, tidak ada minyak yang
tumpah yang dapat mencemari lingkungan dan tidak ada kecelakaan
selama bekerja.
Ada 10 hal yang selalu menjadi acuan setiap karyawan PT. CPI dalam
melakukan aktivitas apapun. Hal ini dikenal dengan “Tenets of
Operation”, yaitu:
Operate within design or environmental limits
Operate in a safe and controlled condition
Ensure safety devices are in place and functioning
Follow safe work practices and prosedures
Meet or exceed costumer’s requirements
Maintain integrity of dedicated system
23
2. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan PT. CPI berbentuk:
a. Air hasil proses produksi
Air terproduksi yang dibuang tanpa diola terlebih dahulu dapat
menimbulkan bahaya karena belum memenuhi syarat yang ditetapkan.
Untuk itu, air hasil proses produksi diolah di Water Treating Plant untuk
digunakan sebagai injeksi untuk meningkatkan produksi minyak. Jumlah
air keseluruhan yang dihasilkan disalurkan ke steam station untuk diubah
menjadi steam untuk diinjeksikan (Enhanced Oil Recovery/EOR).
b. Minyak sisa
Penanggulangan yang dilakukan dengan cara penampungan sementara
kemudian minyak diproses kembali di Slop Oil Plant agar terpisah dari
24
air dan pasir yang kemudian digabungkan kembali di Oil Treating Plant
utama.
c. Foul Fluid
Merupakan fluida yang dihasilkan saat awal pengeboran yang
mengandung berbagai bahan kimia yang tidak bisa ditangani oleh unit
pengolahan minyak utama, untuk kemudian dijadikan satu di sebuah
tangki dan terjadi pemisahan minyak (slop oil plant) dan fluida sisanya
diinjeksikan ke dalam tanah.
3. Limbah Gas
Limbah gas ini berasal dari gas alam yang ikut dalam fluida yang
kemudia terpisah dalam gas boot. Gas ini terdiri dari hidrokarbon yang ringan,
asam sulfida dan beberapa gas yang lainnya. Gas ini akan dibuang melalui vent
stack sehingga gas yang keluar dari vent stack ini sudah sesuai dengan standar
yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan.
4. Kebisingan
Kebisingan timbul akibat beroperasinya alat-alat transportasi, unit
pengeboran, unit engine, Turbine, Pump dan Compressor di CGS.
Penanggulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelindung
pendengaran (ear plug) bagi semua karyawan di lokasi-lokasi tertentu.
BAB III
LANDASAN TEORI
25
26
Dimana :
r = Rasio Kompresi
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 𝑉𝐵𝐷𝐶 = Volume displacement (cc)
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 𝑉𝑇𝐷𝐶 = Volume clearance (cc)
Dimana :
𝑊𝑛𝑒𝑡 = Energi total dalam satu siklus (psi.ft2)
𝑀𝐸𝑃 = Tekanan efektif rata-rata (Psi)
𝑃𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛 𝑎𝑟𝑒𝑎 = Luas piston (ft2)
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = Jumlah langkah piston
𝑉𝑚𝑎𝑥 = Volume maksimal dalam silinder (cc)
𝑉𝑚𝑖𝑛 = Volume minimal dalam silinder (cc)
Gambar 3. 5 Siklus aktual dan ideal dalam mesin internal combustion dan diagram
P-V
konfigurasi yang paling banyak digunakan saat ini, karena mesin bisa
dibuat dalam ukuran kecil dengan banyak silinder tanpa timbul masalah
karena rangka motor yang kecil.
3. Early firing
Early firing atau penembakan dini terjadi saat tekanan di dalam silinder
naik terlalu dini. PFP biasanya tinggi dan dekat dengan TDC (Top Dead Center).
Penyebab penembakan dini yaitu:
a. Ratio bahan bakar/udara terlalu kaya
b. Timing waktu pengapian lebih awal
c. Suhu udara hangat
4. Soft firing
Soft firing terjadi ketika tekanan di dalam silinder naiknya terlambat
(juga disebut terlambat meledak). PFP (Peak Firing Preasure) biasanya rendah
dan terlambat. Penyebab terjadinya soft firing yaitu:
a. Pembersihan tidak lengkap
b. Ratio udara/bahan bakar terlalu ramping menyebabkan depan api
lambat
c. Ratio udara/bahan bakar terlalu kaya untuk pembakaran yang tepat
d. Timing waktu pengapian terlambat
e. Komposisi bahan bakar yang buruk
5. Detonation
Detonasi adalah pembakaran yang cepat dan tidak terkendali. Detonasi
dapat menyebabkan kegagalan yang cepat karena panas yang tinggi dan akibat
dari stress mekanik. Penyebab terjadinya detonasi yaitu:
a. Campuran antara bahan bakar dan udara terlalu kaya
b. Intake untuk asupan udara masuk tersumbat/kotor (filter saluran
masuk udara, aftercooler, atau blower)
c. Pembilasan tidak lengkap atau bersih
d. Komposisi bahan bakar tidak konsisten
e. Mesin kelebihan beban
f. Timing waktu pengapian terlalu maju
g. Lebih banyak silinder yang dimuat dalam mesin yang tidak seimbang
rentan terhadap ledakan
36
6. Pre-igniton
Pre-ignition atau pra-penyalaan adalah pembakaran prematur dari
campuran bahan bakar/udara sebelum saat pengapian normal (autocombustion).
PFP dapat terjadi sebelum TDC yang akan menyebabkan kekuatan yang
berlebihan pada piston, pin, batang penghubung dan bantalan. Tegangan mekanik
dan termal yang dihasilkan dari pre-ignition dapat menyebabkan retak pada
kepala piston, terbakar. Penyebab pra-penyalaan yaitu:
a. Hot spot di silinder yang disebabkan oleh abu atau karbon yang
berada di silinder akibat dari sisa pembakaran
b. Hot spot akibat dari ledakan
c. Timing waktu pengapian awal biasanya tidak dianggap pre-ignition.
37
38
Data Teknis:
Jenis Engine : Two-Stroke
Jumlah Silinder : 8 Silinder
Jenis Susunan Silinder : Type Inline
Fuel : Gas
Engine Speed : 274 Rpm
Engine Runs : CCW and Straight
Tipe Kompresor : Raciprocating Two-Stage
39
dapat menghemat cost untuk pemakaian daya listrik tanpa harus menggunakan
jasa PLN.
BAB V
PEMBAHASAN
Analisa:
Data yang didapat merupakan data yang diambil langsung ke lapangan
dan kemudian data diolah oleh tools reciprocating machinery analyzer sehingga
didapat data P vs Crank Angle serta data vibrasi dan ultrasonic. Untuk data spark
plug didapat menggunakan tools primary ignition lead sehingga didapat data
seperti pada grafik yang menunjukkan nilai voltase dan durasi pengapian dari busi
Dilihat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa engine dari kompresor
mengalami unbalanced, ini dapat dilihat dari tingkat PFP (peak firing preasure)
dari tiap silinder yang memiliki nilai yang berbeda-beda dan jarak nilai PFP antar
silinder cukup jauh yaitu nilai PFP tertinggi yaitu 615 psi dan PFP terendah yaitu
217 psi, perbedaan ini bisa dikatakan cukup jauh sehingga jika dibiarkan terlalu
lama maka komponen terlemah pada silinder akan cepat mengalami kerusakan.
Unbalanced ini dapat disebabkan karena waktu penyalaan yang tidak merata pada
setiap silinder serta perbandingan campuran udara dan bakar yang tidak tepat serta
komposisi bahan bakar yang buruk.
47
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari analisis masalah pada engine gas compressor
reciprocating double acting engine 2-stroke adalah:
1. Berdasarkan hasil analisis engine gas compressor di Petani GP terdapat
banyak permasalahan combustion yang terjadi yaitu unbalanced, dead
cylinder, low compression, high compression, late combustion, soft firing
dan detonasi.
2. Untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi pada engine gas compressor,
reciprocating machinery analyzer digunakan sebagai alat bantu untuk
program pemeliharaan engine gas compressor yang mana alat ini
berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan pada engine gas
compressor sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah.
3. Setelah didapatkan permasalahan apa yang terjadi pada engine gas
compressor maka bisa direkomendasikan pada mekanik untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi sehingga kerusakan yang terjadi
cepat ditanggulangi sebelum menjadi kerusakan yang lebih besar
sehingga dapat menghemat cost perbaikan.
6.2 Saran
Adapun saran dari analisis masalah pada engine gas compressor
reciprocating double acting engine 2-stroke adalah:
1. Sebelum melakukan pengambilan data pada engine gas compressor perlu
memahami prosedurnya terlebih dahulu.
50
51
Dead cylinder
Unbalanced
Early firing
• All cylinder average PFPs fall within 10-15% of the engine
Pre-ignition
Soft firing
detonation
• average PFP
• Low cycle-to-cycle deviation in cylinder PFP
• PFP angle consistent and at expected location
• Similar exhaust temperatures among power cylinders
No Possible causes • •
1 Uneven average peak firing pressures •
2 High deviation in PFP for cylinde •
3 Uneven exhaust temperatures •
4 Usually accompanied by higher NOx and HC •
5 Often audible •
6 High PFP with early PFP angle • •
7 Very high pressure rise rate compared to other cylinders • •
8 Often develops a shock wave that is seen in the PT •
9 Combustion may make more noise than normal •
10 Auto-combustion occurring before normal ignition •
11 PFP angle may occur before TDC • • •
12 Causes mechanical and thermal stress on piston, wrist pin, connecting rod and bearing •
13 Type of misfire •
14 Average PFP lower than normal •
15 PFP angle later than normal • •
16 Low pressure rise rate when compared to other cylinders (or history) •
17 May be followed by detonation • •
18 Increased exhaust temperature • •
19 PFP angle earlier than normal • •
20 Average PFP higher than normal • •
21 Higher pressure rise rate when compared to other cylinders (or history) •
22 Lower exhaust temperature •
23 Average PFP at running compression – exhibits no cycle • •
24 variation, low PFP deviation •
25 Maximum pressure = running compression pressure •
26 Low pressure rise rate when compared to other cylinders (or history) •
27 Consumes horsepower •
28 Wastes fuel ($100-$200/day/cyl) •
29 Fuel in exhaust manifold is a backfire ris •
30 Low exhaust temperature • •
Tabel Valve train trouble shooting chart
Operating difficulty
Instruction
1 2 3 4 5 6 7
•operating instruction valve train
Leaking valves
Improper valve
Broken valve
Worn rocker
•Valve opening events are quiet or absent
clearance
bushing
seating
spring
•Valve events are similar across the entire engine
•Closing events are at expected crank angle, single
•impact of short duration
•No leakage occurs after valve closure
No Possible causes
1 Multiple impact following normal valve closure •
2 Excessive noise on opening or closure •
3 Valve opens late and closes early •
4 Impact noises on valve closure •
5 Sometimes see impact on opening •
6 Early closing exhaust valves may raise the PV toe •
7 Impact noises on opening and closure •
8 Valve may close late •
9 Roughness seen in vibration pattern as valve opens and closes •
10 Valve may hang up in the guide and not close at the correct time •
11 May see gas leakage if valve does not seat properly •
12 Impacts in the vibration as gear teeth pass each other •
13 May cause excessive wear on the cam lobe leading to rough vibration pattern •
14 When troubleshooting, be prepared to move the vibration transducer around •
15 Blowby pattern appears when pressure rises in the cylinde •
16 Multiple impacts on valve closure as valve finds the seat •
17 Look for differences in valve closure across the engine •
Can be caused
18 by beat-out seat, worn/broken/incorrect spring, worn guide, loose rocker arm, bent valve stem •
19 May see blowby pattern when pressure is high in the cylinder •