Rekayasa Ide Pendidikan Insklusi Erma Semester 3
Rekayasa Ide Pendidikan Insklusi Erma Semester 3
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
ERMA YULIANI TANJUNG/1181113004
SITI HAMIDA PASARIBU
DWI HAISAR
FAHRINA
i
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala nikmat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas rekayasa ide yang berjudul “Desain
pembelajaran anak autis dan komunikasi anak autis dan berkebutuhan
khusus”untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah pendidikan insklusi
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini, serta kepada ibuk Drs. Nurmaniah M.Pd/ Elya siska S.sn.M.A kami
sadar bahwa dalam makalah RI ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 4
B. Tujuan……………………………………………………………………….. 5
C. Manfaat………………………………………………………........................ 5
A. Landasan Teoritis….............……...………………………………………….. 6
B. permainan khusus pada anak autis ………..…………………………………….
7
C. Subjek Program…………………………………………………...………….. 8
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………….. 9
A. Kesimpulan………………………………………………………………….. 9
B. Saran………………………………………………………………………… 9
C. Daftar pustaka……………………………………………………………………..
9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bicara merupakan alat komunikasi antar manusia yang menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan bagi anak autis. Dalam berkomunikasi menyampaikan pesan melalui alat ucap,
maka pengucapan haruslah jelas, agar mempunyai persamaan makna dan orang yang diajak
berkomunikasi dapat mengerti. Apabila ucapan yang dilontarkan tidak jelas, tidak mustahil
lawan yang diajak berkomunikasi salah mengartikan maksud dari pembicaraan kita.
Pengucapan kata saat berinteraksi sangat penting bagi kelancaran hubungan dengan manusia
lainnya. Edja Sadja’ah (1995: 8) berpendapat “ucapan yaitu penyampaian pesan melalui
penyandian sesuai dengan pola-pola ucap bunyi bahasa dari pesan yang diujarkan”.
Namun tidak semua orang yang dapat berucap dengan benar dan jelas. Salah satunya
yang terjadi pada anak tunagrahita dan autis sedang. Anak autis sedang merupakan bagian
dari anak berkebutuhan khusus yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Menurut
Sutjihati Soemantri (2005:107) menyatakan bahwa “anak tunagrahita sedang sulit bahkan
tidak dapat belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka dapat menulis secara
sosial”. Akibat dari keterbelakangan ini, anak tunagrahita sedang memiliki keterbatasan
menerima pelajaran karena perhatiannya mudah beralih, dan tidak mampu memikirkan hal
yang abstrak dan yang sulit-sulit dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang ini dikatakan juga
sebagai anak mampu latih, namun mereka dalam keseharian di lingkungannya bisa
berinteraksi dengan orang lain. Oleh sebab itu, layanan pendidikan pada anak berkebutuhan
khusus terutama pada anak tunagrahita sedang ini salah satunya diarahkan agar anak dapat
melakukan interaksi dengan orang lain dengan berkomunikasi yang ucapannya jelas atau
dimengerti oleh orang lain.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007) pendidikan tingkat dasar dalam
pelajaran Bahasa Indonesia terdapat Standar Kompetensi adalah “Memahami Teks Pendek”,
Kompetensi Dasar adalah “Membedakan Bunyi Berbagai Bahasa” dalam salah satu
indikatornya terdapat “melafalkan/mengucapkan suku kata dan kata yang tepat”. Kata dalam
hal ini menurut Daryanto (1998 : 333) bahwa :“Kata merupakan kumpulan beberapa huruf
yang diucapkan dan mengandung makna sebagai ungkapan perasaan”. Dengan demikian guru
dituntut untuk menggunakan metode yang tepat dalam melatih kemampuan anak dalam
pengucapan kata.
4
Anak dalam pengungkapkan sesuatu yang ingin disampaikan sering menggunakan
gerakan tangan, badan dan kepala seperti tingkah laku anak tunarungu. Kalau mengucapkan
sesuatu hanya menyebutkan kata akhirnya saja atau bagian belakang kara tersebut. Informasi
yang didapat dari orangtua: anak hanya mau berkomunikasi dengan orangtua, saudara atau
orang yang telah dikenalnya. Bahasa yang digunakan anak hanya dimengerti oleh orang
terdekatnya saja. Anak bisa mengucapkan nama benda bila benda tersebut dekat dengan anak
dan terdiri dari satu suku kata saja. Bila lebih dari satu suku kata anak hanya menyebutkan
kata tersebut di akhirnya saja. Artinya, kemampuan pengucapan anak masih rendah.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas rekayasa
ide Pembelajaran Kreatif, dan juga untuk meningkatkan bagaimana cara pengucapan kata
bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini membangun peningkatan pendidikan di
Indonesia.
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai sumber literasi bagi para pembaca, dan
sebagai solusi untuk meningkatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khusus
nya bagi anak Tunagrahita.
5
BAB II
KERANGKA UMUM
A. LANDASAN TEORITIS
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK dan autis antara
lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitanbelajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan desain pembelajaran pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra dan autis
mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat(bahasa tubuh).
a) Anak tunagrahita dan autis sedang hampir tidak bisa mempelajari akademik.
f) Mereka mempunyai potensi memelihara diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
Untuk meningkatkan kemampuan anak autis dan tunagrahita ringan dalam membaca
permulaan, guru biasanya menggunakan media desain pembelajaran sebagai alat dalam
mengajar membaca permulaan dengan tujuan menarik minat siswa untuk belajar membaca
6
dan untuk mengurangi hambatan yang dialami siswa dalam membaca. Banyak yang menjadi
kendala bagi anak tunagrahita dan desain pembelajaran anak autis ringan dalam hal membaca
permulaan khususnya kelas dua SDLB diantaranya:
1. Terbatasnya kemampuan atau daya ingat anak autis ringan sehingga akan
mempengaruhi kemampuan membaca.
2. Kurangnya penggunaan desain media pembelajaran akibatnya anak cepat bosan dan
kurang menarik minat siswa dalam membaca.
Salah satu indikator pada pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dicapai oleh
siswa adalah :
(1) Siswa dapat membaca kata benda dengan benar tanpa bantuan gambar
(3) Siswa dapat membaca gambar dan mencocokannya dengan kata benda.
permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan atas kehendak sendiri,
bebas tanpa paksaan, dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan
kegiatan tersebut. Sedangkan Zakhira (2010:1) mengemukakan bahwa “Media kartu adalah
media visual yang merupakan bagian dari media sederhana. Pengertian kartu adalah kertas
tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan)”. Permainan kartu ini dipilih
karena dengan bermain anak merasa senang, gembira dan spontanitas anak datang. Pada
penelitian ini anak diajak meniru ucapan karena karakteristik dari anak autis sedang adalah:
perbendaharaan kata anak terbatas dan anak bisa dilatih dengan cara tertentu.
Kartu gambar adalah sebagai alat untuk bermain yang berisi gambar-gambar benda.
desain Media ini dipilih, karena anak dalam kesehariannya suka diajak bermain dan senang
melihat yang berwarna. Dengan permainan, anak diajak bermain sambil belajar untuk
mengucapkan nama dari kartu gambar yang akan diperlihatkan kepada anak. Permainan
bergambar dimanfaatkan selain membuat anak senang dan termotivasi belajar, juga agar anak
mau mengucapkan nama dari gambar yang diperlihatkan kepadanya Kinari (2011:1).
7
dalam permainan kartu bergambar, anak diharuskan mengucapkan nama dari gambar
yang dilihatnya. Dengan demikian permainan ini dapat merupakan salah satu media visual
yang dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan anak.
Kata sederhana yang bisa dilakukan adalah,misalnya: tas, sepatu, bola, sepeda, buku. Dll
C. Subjek Program
Program ini ditujukan kepada seluruh peserta didik yang berkebutuhan
khusus,misalnya membantu anak autis
yang bermasalah dalam pengucapan kata mengelola sekitaran nya. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
8
dalam permainan kartu bergambar, anak diharuskan mengucapkan nama dari gambar
tersebut . Dengan demikian permainan ini dapat merupakan salah satu media visual yang
dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan anak.
Kartu gambar adalah sebagai alat untuk bermain yang berisi gambar-gambar
benda.anak dalam kesehariannya suka diajak bermain dan senang melihat gambar-gambar
yang berwarna. Dengan permainan, anak diajak bermain sambil belajar untuk mengucapkan
nama dari gambar yang akan diperlihatkan kepada anak.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
bermain anak diajak bersosialisasi, bersenang-senang sambil belajar mengucapkan nama-
nama benda tersebut.
B. Saran
1) Bagi guru, agar dapat menggunakan permainan kartu bergambar dalam meningkatkan
kemampuan anak dalam mengucapkan nama benda pada anak tunagrahita sedang
2). Semoga Karya Ilmiah ini menjadi bahan yang baik kedepannya untuk meningkatkan
pendidikan di Indonesia bagi anak yang berkebutuhan dasar.
DAFTAR PUSTAKA
10