Anda di halaman 1dari 5

Epidural Hematom

• Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik

• In epidural hematoma, the blood collection lies between the dura mater and the periosteum.It
is classically produced by traumatic laceration of a meningeal artery.
• The cause is almost always a skull fracture with a tear in the middle meningeal artery, the
largest of the meningeal vessels.
• Such fractures often occur without producing any serious injury to the brain; thus, many
patients with epidural hematoma remain awake immediately after the traumatic event and do
not lose consciousness until some time later (after the so-called "lucid interval"). They may
then die from the rapidly rising intracranial pressure unless the hematoma is rapidly
diagnosed and operatively removed.

DEFINISI
• Kumpulan darah ekstra axial dalam ruang potensial antara lapisan luar duramater dan bagian
dalam tengkorak.
EPIDEMIOLOGI
• Laki2 > perempuan
• >>Remaja dan dewasa muda
• >> 20-30 tahun, << 50-60 tahun
ETIOLOGI
• Traumatic : Tabrakan kendaraan, serangan fisik, jatuh secara tidak sengaja
• Non traumatic : Infeksi/abses, koagulopati, tumor hemoragik
KLASIFIKASI
• Bdskan perkembangan radiografi
 Tipe 1 (Akut) : Terjadi pada hari ke 1, diikuti dgn adanya “ swirl” of unclotted blood
 Tipe 2 (subakut) : Terjadi antara hari ke 2-4 dan biasanya padat
 Tipe 3 : Terjadi antara hari ke 7-20, mixed or lucent appearance with contrast
enhancement
GEJALA KLINIS
• Headache
• Nausea/ Vomitting
• Seizures
• Focal neurologic symptoms (aphasia, weakness, numbness)
• Penurunan kesadaran hingga koma
• Pupil anisokor (pupil ipsilateral menjadi melebar)
PX FISIK
• Bradikardi dan atau hipertensi
• Scull Fracture
• Perubahan Tingkat Kesadaran
• Anisocor
• Facial Nerve Injury
• Weakness (eg contralateral hemiparesis due to compression of the cerebral puduncle)
• 1. Periksa Kesadaran
• Tingkat kesadaran penderita dapat dinilai dengan cara yang biasa dipakai (sadar, somnolent,
sopor, coma) atau menggunakan
a) Evaluasi dengan menggunakan metode AVPU, yaitu :
• A : Alert, sadar
• V : Vocal, adanya respon terhadap stimuli vokal
• P : Painful, adanya respon hanya pada rangsang nyeri
• U: Unresponsive, tidak ada respon sama sekali
PX LAB
• Complete Blood Count (CBC) with platelets : memantau adanya infeksi dan menilai
hematokrit dan trombosit untuk resiko hemoragik lebih lanjut.
• Prothrombin time (PT)/ activated partial thromboplastin time (aPTT) : to identify bleeding
diathesis
• Serum chemistries, including electrolytes blood urea nitrogen (BUN), creatinine and glucose :
untuk mengkarakterisasi gangguan metabolisme that may complicate clinical course.
• Complete Blood Count (CBC) with platelets : memantau adanya infeksi dan menilai
hematokrit dan trombosit untuk resiko hemoragik lebih lanjut.
• Prothrombin time (PT)/ activated partial thromboplastin time (aPTT) : to identify bleeding
diathesis
• Serum chemistries, including electrolytes blood urea nitrogen (BUN), creatinine and glucose :
untuk mengkarakterisasi gangguan metabolisme that may complicate clinical course.
PX PENUNJANG
• Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi
(bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah temporoparietal.
• Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi
kontralateral.
• Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi duramater,
berada diantara tulang tengkorak dan duramater.
• MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur yang terjadi.
• MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.

TATA LAKSANA
• Osmotic diuretics, such as mannitol or hypertonic saline, may be used to diminish intracranial
pressure. As hyperthermia may exacerbate neurological injury, acetaminophen may be given
to reduce fevers. Anticonvulsants are used routinely to avoid seizures that may be induced by
cortical damage.
• MEDIKAMENTOSA :
• Elevasi 30 derajat kepala dari tempat tidur dan diberi diuretik osmotik
• Dexamethasone ( dosis awal 10 mg lalu dilanjutkan 4mg/jam)
Mannitol 2% ( dosis 1-3mg/KgBB?hari)
Tujuan : untuk megatasi edema cerebri
• Tri Hidroksimetil amino-metana (THAM)
Buffer yang masuk ke dalam SSP untuk menurunkan tekanan intrakranial
• Barbiturat (10 mg/ KgBB/Hari selama 30 menit lalu dilanjutkan 5mg/KgBB/Hari
setiap 3 jam)
Untuk mengatasi TIK dan efek protektif terhadap otak dari iskemia dan hipoksia
• Fenitoin (24 jam petama)
Karbamazepin
Terapi Profilaksis mencegah timbulnya fokus epileptogenic jangka panjang
• OPERATIVE
• Indikasi :
Acute EDH
Hematoma vol greater than 30 ml
GCS kurang dr 9 dgn anisocor
• Tindakan
Craniotomy : pembedahan kranium
Hematoma evacuation

Anda mungkin juga menyukai