Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Perilaku sexualitas adalah perilaku keseluruhan seseorang yang menunjukkan sebagai
laki-laki atau wanita. Perilaku sexual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri, bukan
saja dengan tuntunan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri dalam hal mencapai
kebahagaiaan dan pertumbuhan. Juga dapat mencapai perwujudan diri sendiri dalam
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik.
1. Fetisme
Definisi
Fethisime adalah kelainan yang dikarakteristikan sebagai dorongan seksual hebat yang
berulang dan secara seksual menimbulkan khayalan yang dipengaruhi oleh objek yang bukan
manusia. Pada fetishisme dorongan seksual terfokus pada benda atau bagian tubuh
(seperti,sepatu, sarung tangan, celana dalam, atau stoking) yang secara mendalam dihubungkan
dengan tubuh manusia. Pada penderita fetishisme, penderita kadang lebih menyukai untuk
melakukan aktivitasseksual dengan menggunakan obyek fisik (jimat), dibanding dengan
manusia.
Gejala Klinis
Terapi
Kendali Eksternal
Penjara adalah mekanisme kendali eksternal untuk kejahatan seksualyang biasanya tidak
berisi kandungan terapi. Memberitahu teman sebaya,atau anggota keluarga dewasa lain
mengenai masalah dan menasehati untuk menghilangkan kesempatan bagi perilaku untuk
melakukan dorongannya.
Terapi Perilaku
Digunakan untuk memutuskan pola parafilia yang dipelajari. Stimuli yang menakutkan,
seperti kejutan listrik atau bau yang menyengat, telah dipasangkan dengan impuls tersebut,
yang selanjutnya menghilang. Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh
pasien bila mana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar impulsnya.
Terapi Obat
Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah di indikasikan sebagai
pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia disertai dengan gangguan-
gangguan tersebut. Antiandrogen, seperti ciproteroneacetate di Eropa dan
medroxiprogesterone acetate (Depo-Provera) diAmerika Serikat, telah digunakan secara
eksperimental pada paraphilia hiperseksual. Medroxiprogesterone acetate bermanfaat
bagi pasien yangdorongan hiperseksualnya diluar kendali atau berbahaya (sebagai
contohmasturbasi yang hampir terus-menerus, kontak seksual setiap
kesempatan,seksualitas menyerang yang kompulsif). Obat serotonorgik seperti Fluoxetin
(prozac) telah digunakan pada beberapa kasus parafilia dengan keberhasilan yang terbatas.
Psikoterapi Berorintasi Tilikan
Merupakan pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengobati parafilia. Pasien
memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan perkembangan parafilia. Secara khusus, mereka menjadi menyadari
peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya (sebagai
contohnya, penolakan yang nyata atau dikhayalkan). Psikoterapi juga memungkinkan
pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan
menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Pedoman Diagnostik Fetihisme menurut PPDGJ–III
• Mengandalkan pada beberapa benda mati(non-living object)sebagai rangsangan untuk
membangkitkan keinginan seksual danmemberikanb kepuasan seksual. Kebanyakan
benda tersebut(object fetish) adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaianatau
sepatu
• Diagnosis ditegakkan apabila object fetish benar-benar merupakansumber yang utama
dari rangsangan seksual atau penting sekaliuntuk respon seksual yang memuaskan.
• Fantasi fetihistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguankecuali apabila menjurus
kepada suatu ritual yang begitu memaksadan tidak semestinya sampai menggangu
hubungan seksual danmenyebabkan bagi penderitaan individu.
• Fetihisme terbatas hampir hanya pada pria saja
2. Transvetisme Fetihistik
Definisi
Terapi Obat
Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah di indikasikan sebagai
pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia disertai dengan gangguan-
gangguan tersebut. Antiandrogen, seperti ciproteroneacetate di Eropa dan
medroxiprogesterone acetate (Depo-Provera) diAmerika Serikat, telah digunakan secara
eksperimental pada paraphilia hiperseksual. Medroxiprogesterone acetate bermanfaat
bagi pasien yangdorongan hiperseksualnya diluar kendali atau berbahaya (sebagai
contohmasturbasi yang hampir terus-menerus, kontak seksual setiap
kesempatan,seksualitas menyerang yang kompulsif). Obat serotonorgik seperti Fluoxetin
(prozac) telah digunakan pada beberapa kasus parafilia dengan keberhasilan yang terbatas.
Psikoterapi Berorintasi Tilikan
Merupakan pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengobati parafilia. Pasien
memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan perkembangan parafilia. Secara khusus, mereka menjadi menyadari
peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya (sebagai
contohnya, penolakan yang nyata atau dikhayalkan). Psikoterapi juga memungkinkan
pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan
menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3. EKSHIBISIONISME
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada
asing (biasanya lawan jenis kelamin) atau kepada orang banyak di tempat umum, tanpa
ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab.
Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual yang
memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak
yang aman di tempat umum. Apabila yang menyaksikan itu terkejut, takut atau terpesona,
kegairahan penderita menjadi meningkat.
Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual,
tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan (stimultaneously)
dengan kehidupan seksual yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung
lama,walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat menghadapi konflik
dalam hubungan tersebut.
Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan kesulitan dalam mengendalikan
dorongan tersebut dan dorongan ini bersifat “ego alien” (suatu benda asing bagi dirinya).
4. VOYEURISME
Istilah voyeurism, dari kata Prancis berarti melihat, mengacu pada keinginan untuk
memandang tindakan dan ketelanjangan hubungan seks. Voyeurisme adalah preokupasi
rekuren dengan khayalan dantindakan yang berupa mengamati orang lain yang telanjang atau
sedang berdandan atau melakukan aktivitas seksual. Gangguan ini juga dikenal sebagai
skopofilia. Masturbasi sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah
peristiwa.Voyeurisme ini merupakan kegiatan mengintip yang menggairahkan dan bukan
merupakan aktivitas seksual dengan orang yang dilihat. Sebagian besar pelaku voyeurisme
ialah dari golongan pria.
Gambar 1. Voyeurisme
5. PEDOFILIA
Kata ini berasal dari bahasa Yunani: Paidophilia (παιδοφιλια), pais (παις, "anak -anak")
dan philia (φιλια, "cinta yang bersahabat" atau"persahabatan". Di zaman modern, pedofil
digunakan sebagai ungkapan untuk "cinta anak" atau "kekasih anak" dan sebagian besar dalam
konteks ketertarikan romantis atau seksual.
Pedofilia juga merupakan gangguan psikoseksual, yang mana fantasi atau tindakan seksual
dengan anak-anak prapubertas merupakan cara untuk mencapai gairah dan kepuasan seksual.
Perilaku ini mungkin diarahkan terhadap anak-anak berjenis kelamin sama atau berbeda
dengan pelaku. Beberapa pedofil tertarik pada anak laki-
laki maupun perempuan.Sebagian pedofil ada yang hanya tertarik pada anak-anak, tapi
ada pula yang juga tertarik dengan orang dewasa dan anak-anak.
Gambar 2. Pedofilia
Terapi
- Psikoterapi
- Anti Anxietas
- Anti Depresan
9. HOMOSEKSUALITAS
Pada masa remaja, individu juga mengalami perkembangan seksual dan pematangan
organ seksual. Oleh karena proses perkembangan inilah timbul adanya dorongan seksual dan
rasa ketertarikan pada lawan jenis kelamin. Sehubungan dengan jenis kelamin dan bawaan
biologis, rasa ketertarikan seksual seorang pria terhadap seorang perempuan ataupun
sebaliknya merupakan hal yang wajar karena pada umumnya manusia memiliki orientasi
seksual terhadap lawan jenis atau heteroseksual. Namun didalam kehidupan bersosialisasi ada
sekelompok orang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda yaitu homoseksual dan
biseksual. Homoseksual menyukai sesama jenis, bila terjadi pada pria disebut homo atau gay
dan pada perempuan disebut lesbian. Sedangkan biseksual adalah orang yang menyukai lawan
jenis dan sesama jenis sekaligus.
a. Definisi
Homoseksual adalah laki-laki dan perempuan yang secara emosional dan seksual
tertarik terhadap sesama jenisnya. Homoseksual terdiri dari gay dan lesbian. Gay adalah
laki-laki yang secara seksual tertarik terhadap laki-laki. Lesbian adalah perempuan yang
secara seksual tertarik terhadap perempuan.
b. Etiologi
Beberapa teori etiologi terjadinya homoseksual, yaitu: susunan kromosom,
ketidakseimbangan hormon, struktur otak, kelainan susunan syaraf, faktor lain yaitu
psikodinamik, sosiokultural, dan faktor lingkungan.
c. Jenis-Jenis Homoseksual
Homoseksualitas digolongkan ke dalam beberapa jenis: homoseksual tulen (pure
homosexual), shy homosexual, homoseksual tersembunyi (hidden homosexual),
homoseksual situasional (situational homosexual), biseksual, homoseksual mapan
(established homosexual).
d. Kategori Homoseksual
Macam-macam homoseksual dari segi psikiatri ada dua macam yakni: Homoseksual Ego
Sintonik (Sinkron Dengan Egonya) adalah homoseks yang tidak merasa terganggu oleh
orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada
desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya. Yang kedua
adalah Homoseksual Ego Distonik (Tidak Sinkron dengan Egonya) adalah homoseks yang
mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis. la senantiasa tidak atau sedikit
sekali terangsang oleh lawan jenis dan hal itu menghambatnya untuk memulai dan
mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakannya.
e. Terapi
Family Therapy
1. Coming Out
Tahap awal dari terapi keluarga dengan anggota homoseksual adalah anggota keluarga
tersebut harus terbuka (disclosed) mengenai kondisi dirinya kepada keluarga. Yang
kemudian akan ditanggapi oleh anggota keluarga lain dengan berbagai macam reaksi,
baik itu penolakan ataupun penerimaan. Dibutuhkan seorang terapis yang sensitif
terhadap hal ini dan paham mengenai seluk beluk LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and
Transgender) agar dapat terjalin komunikasi yang baik antara keluarga dan terapis
sehingga akan menunjang tingkat keberhasilan dari terapi tersebut. Rhoads
mengatakan bahwa, bersikap terbuka (coming out) kepada orang tua dan anggota
keluarga lainnya tetap menjadi salah satu tantangan terbesar bagi homoseksual saat
mereka mencoba membuka identitasnya. Dibutuhkan keberanian yang sangat besar
agar seseorang membuka jati dirinya kepada keluarganya, dimana keluarga tersebut
belum tentu siap untuk memberikan respon atau bahkan tidak memiliki cukup
pengetahuan dalam memberikan jawaban atas pernyataan coming out dari anak
tersebut (Berger & Kelly, 2001). Meskipun besar kemungkinan untuk ditolak dan
diasingkan, namun survey menyatakan bahwa sekitar 60-77% homoseksual
memutuskan untuk menyatakan identitas dirinya atau “coming out” kepada orang
tuanya. Banyak dari mereka berharap bahwa tindakan ini akan membawa mereka
kearah perbaikan hubungan dengan keluarganya.
2. Reaksi Keluarga Ketika keluarga sudah mendengar secara langsung pernyataan
mengenai identitas homoseksual dari salah satu anggotanya, terapis akan mengkaji
reaksi dari orangtua dan anggota keluarga lain tentang hal ini. Pada umumnya ada
beberapa tahapan reaksi orang tua yang akan terjadi, yaitu: shock (terkejut), denial and
isolation (penolakan dan pengasingan), anger (marah), bargaining (tawaran),
depression (depresi), dan acceptance (penerimaan). Tahapan-tahapan ini akan berbeda
urutan dan periode waktunya, ada yang tidak berkelanjutan, dan ada juga yang
langsung bisa menerima kondisi anak tadi, hal ini sangat bergantung dari faktor-faktor
internal keluarga itu sendiri. Dibandingkan dengan homoseksual yang tidak ditolak
atau sedikit diterima, maka homoseksual yang ditolak oleh keluarganya akan memiliki
beberapa risiko sebagai berikut :
a). Lebih dari 3 kali lipat berisiko untuk menggunakan obat-obatan terlarang.
b). Lebih dari 3 kali lipat berisiko untuk tertular HIV
c). Lebih dari 8 kali lipat berisiko untuk melakukan bunuh diri
d). Sedikitnya 6 kali lipat lebih sering dilaporkan mengalami tekanan dan depres.
Seorang terapis dapat membantu keluarga untuk menghadapi tantangantantangan yang
ada, berikut menyediakan informasi dan konseling jika diperlukan agar tahapan-
tahapan tersebut dapat berjalan dengan lancar.
3. Memberi Suport
Dalam proses terapi ini, ada beberapa keyakinan yang kemungkinan ada dalam
keluarga dan harus menjadi perhatian khusus oleh terapis, yaitu heterosexism 9 dan
homophobia. Heterosexism adalah keyakinan dimana seorang heteroseksual
menggangap homoseksual lebih rendah dan tidak berharga ketimbang mereka, yang
umumnya keadaan ini dianggap sebuah penyakit oleh mereka. Sedangkan
homophobia adalah kondisi yang merasa ketakutan (tertular, pengaruh negatif,
pandangan orang lain, dsb) akan anggota keluarga homoseksual sehingga muncul
ekspresi acuh, menjauhkan diri, mendiskriminasi dan bahkan melakukan serangan
fisik terhadap homoseksual.
Beberapa sikap untuk memberikan dukungan pada homoseksual dalam keluarga
yang dapat membantu homoseksual dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan
mentalnya, sehingga semangat hidupnya ikut terangkat :
a). Membicarakan dengan anggota keluarga tentang orientasi seksualnya.
b). Ekspresikan rasa sayang kepadanya ketika dia menyatakan sesuatu hal yang
berhubungan dengan orientasi seksualnya.
c). Berikan dukungan kepadanya meskipun anda merasa tidak nyaman.
d). Berikan pembelaan ketika dia diperlakukan tidak adil karena kondisinya.
e). Beritahu keluarga lain untuk menghargai dia apa adanya.
f). Bawalah dia ke organisasi dan acara yang bisa mendukung keberadaannya.
g). Berikan wawasan tentang orang dewasa yang memiliki kondisi sama dengannya
untuk menjadi salah satu pilihan masa depannya.
h). Berikan kelonggaran kepada teman yang memiliki kondisi sama dengannya untuk
datang ke rumah.
i). Tetap optimis bahwa dia dapat memiliki masa depan yang baik dengan kondisinya.
Tetap harus mempertimbangkan aspek belief pada keluarga tersebut, bila faktor
belief dan sosial-budaya sangat kuat dan melarang keberadaan kaum homoseksual,
maka tetap mengakomodir hal tersebut, misalnya nasehat bagaimana tetap menjadi
individu homoseks tanpa melanggar kaidah belief terlalu jauh.
10. BISEKSUALITAS
a. Definisi
Biseksual merupakan kombinasi dari maskulinitas dan feminitas, dan biseksual bukanlah
merupakan kombinasi dari maskulinitas dan femininitas saja melainkan heteroseksualitas
dan homoseksualitas. 7 Dalam pengertian umumnya, biseksual adalah orientasi seksual
yang mempunyai ciri-ciri berupa ketertarikan estetis, cinta romantis, dan hasrat seksual
kepada pria dan perempuan.
b. Etiologi
Kinsey (2002) mengemukakan ada tiga hal yang dapat mendorong seorang menjadi
biseksual, yaitu: pengalaman seksual yang dari hubungan persahabatan laki-laki dan
perempuan yang sangat dekat, kelompok-kelompok yang membentuk pergaulan biseksual
dimana kelompok tersebut berusaha memperkenalkan tentang “filosofi biseksual” serta
lingkungan biasanya lebih bersifat memaksa, seperti disebuah penjara, para narapidana
yang sebelumnya laki-laki normal, tetapi karena tinggal dalam waktu yang lama di dalam
penjara dimana hanya terdapat para lakilaki saja, maka penyalurannya hanya kepada
sesama laki-laki. Hal seperti ini juga dapat terjadi pada tentara (prajurit) yang berperang di
hutan-hutan, dimana sulit bertemu dengan perempuan.
c. Perkembangan Identitas Pada Biseksual
Terdapat empat tingkatan pada biseksual dalam menghadapi identitas mereka: initial
confusion (merupakan periode yang sangat membingungkan, ragu dan berjuang dengan
identitas mereka sebelum mendefinisikan diri mereka sendiri sebagai biseksual), finding
and applying the label, settling into the identity, dan continued uncertainity.
d. Terapi
Dalam pelaksanaan terapi keluarga dengan subyek seorang biseksual memiliki konsep
yang sama dengan terapi keluarga pada homoseksual, namun dalam beberapa tahap akan
difokuskan pada area-area khusus karena ada risiko yang lebih 10 besar terhadap tingkat
stres dan gangguan kesehatan baik mental ataupun fisik pada subyek ini.
Laporan statistik menyatakan bahwa kecenderungan subyek biseksual mengalami
depresi, khawatir dan kecemasan lebih tinggi daripada subyek homoseksual. Seperti pada
homoseksual, dalam lingkungan biseksual juga mengenal istilah biphobia, yaitu paham
yang menganggap semua orang adalah homoseksual atau heteroseksual, sehingga tidak
adanya pengakuan terhadap biseksual akan menambah tekanan pada subyek biseksual
dalam kehidupan nya sehari-hari. Adapun ciri-ciri dari orang biphobia adalah:
a). Berasumsi bahwa semua orang adalah homoseksual atau heteroseksual.
b). Menganggap subyek biseksual adalah seorang yang sedang bingung atau dalam masa
mencari identitas seksualnya sebelum menjadi seorang homoseksual atau heteroseksual.
c). Menganggap subyek biseksual adalah seorang pemuas fantasi sex orang lain.
d). Menganggap subyek biseksual tidak waras.
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada subyek pada dasarnya sama dengan saran
kepada subyek homoseksual, namun dalam hal ini akan difokuskan pada pola hidup dan
pergaulan yang sehat.
1. Diharapkan melakukan konsultasi medis secara rutin pada provider kesehatan untuk
memonitor kesehatan mental dan fisiknya.
2. Risiko STD (Sexually Transmitted Desease), STI (Sexually Transmitted Infection) dan
HIV/AIDS dapat dicegah dengan menerapkan pola pergaulan yang sehat.
3. Imunisasi Hepatitis sangat dianjurkan khususnya bagi subyek biseksual yang sering
berhubungan seksual dengan partner berlainan.
4. Memberikan saran dan masukan akan pentingnya menjaga pola makan dan olahraga
yang teratur, akan membantu subyek untuk tetap dalam pola hidup sehat.
5. Dengan pendekatan yang baik dan memberikan saran untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh subyek akan sangat membantunya untuk tidak kembali ke drug/alkohol lagi.
6. Depresi dan stress yang berlebihan bahkan keinginan untuk bunuh diri pun dialami oleh
sebagian besar subyek biseksual. Oleh karena itulah pendekatan secara kultural dan
spiritual merupakan metode yang tepat untuk pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
akan kondisi tersebut.
7. Skrining rutin terhadap risiko kanker prostat, testikular, payudara, servik dan kolon yang
dapat muncul kapan saja karena kebiasaannya.
8. Pengendalian gaya hidup dan penjelasan tentang risiko yang ditanggung akan mampu
mengurangi konsumsi tembakau.
Gangguan mood adalah komorbid terbanyak pada pasien pedofilia. Kelainan ini akan
menyulitkan pasien pedofilia untuk mendapatkan terapi terhadap kejiwaannya karena pasien
memiliki motivasi dan tingkat kepedulian yang rendah, dan juga pasien akan menyangkal
terhadap penyakitnya.
Definisi Pedofilia
Pedofilia merupakan gangguan psikoseksual, yang mana fantasi atau tindakan seksual
dengan anak-anak prapubertas merupakan cara untuk mencapai gairah dan kepuasan seksual.
Perilaku ini mungkin diarahkan terhadap anak-anak berjenis kelamin sama atau berbeda
dengan pelaku. Beberapa pedofil tertarik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sebagian
pedofil ada yang hanya tertarik pada anak-anak, tapi ada pula yang juga tertarik dengan orang
dewasa dan anak-anak.
Pedofilia adalah orang dewasa yang mendapat kepuasaan seksual melalui kontak fisik
atau seksual dengan anak-anak. Pedofilia bisa heteroksual atau homoseksual. Menurut
Sadarjoen (2005) pedofilia adalah cinta kepada anak-anak, yang mana keintiman seksual
dicapai melalui manipulasi alat genital anak-anak atau oleh anak, melakukan penetrasi penis
sebagian atau keseluruhan terhadap alat genital anak. Kebanyakan kaum pedofilia adalah pria
dengan korban anak perempuan yang disebut pedofilia heteroseksual sedangkan dengan anak
laki-laki disebut dengan pedofilia homoseksual.
• Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas,
baik laki-laki maupun perempuan
• Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan
• Preferensi tersebut harus berulang dan menetap
• Termasuk : laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi
karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan seksual yang
diharapkan, maka kebiasaannya beralih kepada anak-anak sebagai pengganti
Penatalaksanaan
Psikoterapi berorientasi tilikan adalah pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengobati. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa
sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya. Psikoterapi juga
memungkinkan pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan
interpersonal serta menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Terapi kelompok juga berguna.
Terapi seks adalah pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang menderita
disfungsi seksual tertentu dimana mereka mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak
menyimpang dengan pasangannya.
Terapi perilaku digunakan untuk memutuskan pola pedofilia yang dipelajari. Stimuli
yang menakutkan, seperti kejutan listrik atau bau menyengat, relah dipasangkan dengan impuls
tersebut, yang selanjutnya menghilang. Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan
oleh pasien bilamana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar impulsnya.
Terapi obat, termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah diindikasikan
sebagai pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif jika pedofilia adalah disertai dengan
gangguan-gangguan tersebut.
Gangguan Mood
Definisi Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih
dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga
berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya
gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur
atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.
Gejala utama
o Afek depresik
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala Lainnya
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresi ringan, sedang, dan berat hanya digunakan untuk
episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang.
Penatalaksanaan
Psikoterapi
Electro Convulsive Therapy adalah terapi dengan mengalirkan arus listrik ke otak. Terapi
menggunakan ECT biasa digunakan untuk kasus depresi berat yang mempunyai resiko untuk
bunuh diri. ECT juga diindikasikan untuk pasien depresi yang tidak merespon terhadap obat
antidepresan.
Terapi ECT terdiri dari 6 – 12 treatment dan tergantung dengan tingkat keparahan pasien.
Terapi ini dilakukan 2 atau 3 kali seminggu, dan sebaiknya terapi ECT dilakukan oleh
psikiater yang berpengalaman. Electro Convulsive Therapy akan kontraindikasi pada pasien
yang menderita epilepsi, TBC miller, gangguan infark jantung, dan tekanan tinggi intra
karsial.
Terapi Farmakologi
Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk memperbaiki perasaan (mood) yaitu
dengan meringankan atau menghilangkan gejala keadaan murung yang disebabkan oleh
keadaan sosial – ekonomi, penyakit atau obat – obatan.
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi serius yang dikarenakan
depresi berat. Kadar NT (nontransmiter) terutama NE (norepinefrin) dan serotonin dalam
otak sangat berpengaruh terhadap depresi dan gangguan SSP. Rendahnya kadar NE dan
serotonin di dalam otak inilah yang menyebabkan gangguan depresi, dan apabila kadarnya
terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu antideresan adalah obat yang mampu
meningkatkan kadar NE dan serotonin di dalam otak.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) merupakan obat terbaru dengan batas
keamanan yang lebar dan memiliki spektrum efek samping obat yang berbeda – beda.
SSRI diduga dapat meningkatkan serotonin ekstraseluler yang semula mengaktifkan
autoreseptor, aktivitas penghambat pelepasan serotonin dan menurunkan serotonin
ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Untuk saat ini SSRI secara umum dapat diterima sebagai
obat lini pertama.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor adalah obat antidepresan yang mekanisme kerjanya
menghambat pengambilan serotonin yang telah disekresikan dalam sinap (gap antar
neuron), sehingga kadar serotonin dalam otak meningkat. Peningkatan kadar serotonin
dalam sinap diyakini bermanfaat sebagai antidepresan.. SSRI memiliki efikasi yang setara
dengan antidepresan trisiklik pada penderita depresi mayor. Pada pasien depresi yang tidak
merespon antidepresan trisiklik (TCA) dapat diberikan SSRI. Untuk gangguan depresi
mayor yang berat dengan melankolis antidepresan trisiklik memiki efikasi yang lebih besar
daripada SSRI, namun untuk gangguan depresi bipolar SSRI lebih efektif dibandingkan
antidepresan trisiklik , hal ini dikarenakan antidepresan trisiklik dapat memicu timbulnya
mania dan hipomania.
Obat antidepresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti Citalopram, Escitalopram,
Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, dan Sertraline. Fluoxetine merupakan antidepresan
golongan SSRI yang memiliki waktu paro yang lebih panjang dibandingkan dengan
anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari
(Mann, 2005). Efek samping yang ditimbulkan Antidepresan SSRI yaitu gejala
gastrointestinal ( mual, muntah, dan diare), disfungsi sexsual pada pria dan wanita, pusing,
dan gangguan tidur. Efek samping ini hanya bersifat sementara.
Obat yang termasuk golongan SNRI yaitu Venlafaxine dan Duloxetine. Efek samping yang
biasa muncul pada obat Venlafaxine yaitu mual, disfungsi sexual. Efek samping yang
muncul dari Duloxetine yaitu mual, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
Antidepresan Aminoketon
Antidepresan golongan aminoketon adalah antidepresan yang memiliki efek yang tidak
begitu besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin. Bupropion merupakan satu –
satunya obat golongan aminoketon. Bupropion bereaksi secara tidak langsung pada sistem
serotonin, dan efikasi Bupropion mirip dengan antidepresan trisiklik dan SSRI (Mann,
2005). Bupropion digunakan sebagai terapi apabila pasien tidak berespon terhadap
antidepresan SSRI. Efek samping yang ditimbulkan Bupropion yaitu mual, muntah, tremor,
insomnia, mulut kering, dan reaksi kulit.
Antidepresan Triazolopiridin
Antidepresan Tetrasiklik
Mirtazapin adalah satu – satunya obat antidepresan golongan tetrasiklik. Mekanisme kerjanya
sebagai antagonis pada presinaptic α2 – adrenergic autoreseptor dan heteroreseptor,
sehingga meningkatkan aktivitas nonadrenergik dan seratonergik. Mirtazapin bermanfaat
untuk pasien depresi dengan gangguan tidur dan kekurangan berat badan. Efek samping
yang ditimbulkan berupa mulut kering, peningkatan berat badan, dan konstipasi.
Mono Amin Oxidase Inhibitor adalah suatu enzim komplek yang terdistribusi didalam tubuh,
yang digunakan dalam dekomposisi amin biogenik (norepinefrin, epinefrin, dopamin, dan
serotonin).
MAOI bekerja memetabolisme NE dan serotonin untuk mengakhiri kerjanya dan supaya
mudah disekresikan. Dengan dihambatnya MAO, akan terjadi peningkatan kadar NE dan
serotonin di sinap, sehingga akan terjadi perangsangan SSP.
MAOI memiliki efikasi yang mirip dengan antidepresan trisiklik. MAOI juga dipakai untuk
pasien yang tidak merespon terhadap antidepresan trisiklik. Enzim pada MAOI memiliki
dua tipe yaitu MAO – A dan MAO – B. Kedua obat hanya akan digunakan apabila obat
– obat antidepresan yang lain sudah tidak bisa mengobati depresi ( tidak manjur ).
Moclobomida merupakan suatu obat baru yang menginhibisi MAO – A secara ireversibel,
tetapi apabila pada keadaan overdosis selektivitasnya akan hilang. Selegin secara selektif
memblokir MAO – B dan dapat digunakan sebagai antidepresant
Obat – obat yang tergolong dalam MAOI yaitu Phenelzine, Tranylcypromine, dan Selegiline.
Efek samping yang sering muncul yaitu postural hipotensi ( efek samping tersebut lebih
sering muncul pada pengguna phenelzine dan Tranylcypromine ), penambahan berat badan,
gangguan sexual (penurunan libido, anorgasmia).
Terapi Tambahan
Digunakannya terapi tambahan yang untuk meningkatkan efek antidepresan serta mencegah
terjadinya mania.
Mood Stabilizer
Lithium dan Lomotrigin biasa digunakan sebagai mood stabilizer. Litium adalah suatu
terapi tambahan yang efektif pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap pemberian
monoterapi antidepresan. Lomotrigin adalah antikonvulsan yang mereduksi glutamateric dan
juga digunakan sebagai agen terapi tambahan pada depresi mayor dan juga digunakan untuk
terapi dan pencegahan relapse pada depresi bipolar.
Beberapa mood stabilizer yang lain yaitu Valproic acid, divalproex dan Carbamazepin ini
semua digunakan untuk terapi mania pada bipolar disorder. Divalproex dan Valproate
digunakan untuk mencegah kekambuhan kembali.
Antipsikotik
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang
ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien
dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering
terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak
esensial untuk penegakan diagnosis)
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan gangguan afektif bipolar ini memerlukan waktu yang lama bahkan
seumur hidup.
Tujuan terapi :
PSIKOTERAPI :
OBAT-OBAT
Daftar pustaka:
1. Taktak Ş, Karakuş M, Eke SM. The Man Whose Fetish Object is Ejaculate : A Case Report.
2015;18(3).
2. Maramis FM, Maramis AA. Sexualitas Normal dan Abnormal Edisi 2. Surabaya : Airlangga
University Press. 2009. Hal. 343-65.
3. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan Ringkas PPDGJ-III. Edisi1. Jakarta : PT.
Nuh Jaya. 2001. Hal. 96-97; 111-15.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Seksualitas Manusia. Muttaqin H, SihombingRNE, Editor. Kaplan
& Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 02thed. Jakarta: EGC; 2010. Hal. 298-22
5. Dewi Prisca S, Nalini Muhdi, 2016, Family Therapy To Homosexuals And Bisexuals, vol
5, number 1, Universitas Airlangga, Surabaya.
6. Marwin T, Fiona, Boyke S, Emelia W. Referat Gangguan Preferensi Seksual. FK-
Universitas Tarumanegara. RS. Khusus Jiwa Dharma Graha. BSD. Tangerang [serial on the
internet] 2012. [cited 2013 Juni 10] Hal. 1 25
7. Bannon GE, Carroll K.S. Paraphilias 2008. Scrib [serial on internet] 2013 [cited 2013 Juni
10]. Hal. 1-5
8. Ronawulan, E. Bahan Ajar Mata Kuliah Kedokteran Jiwa Gangguan Psikoseksual.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. 2006. Hal. 200-11