Anda di halaman 1dari 12

BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Hakikat Berpikir dan Pemecahan Masalah


Berpikir adalah sebuah bagian dari aktifitas yang tidak tampak yang
dimanipulasi melalui simbol (berupa bahasa dan konsep), dengan kata lain
berpikir itu manipulasi (mengaitkan) hubungan antara minimal dua konsep atau
lebih, tidak bisa satu kata, karena satu kata belum bisa mendasari dari proses
berpikir. Contoh, melihat seorang anak yang berpikir untuk mencoba
membangun balok-balok puzzle.
Salah satu sifat berpikir adalah goal directed yaitu berpikir tentang sesuatu,
untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang
baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemrosesan informasi dari stimulus
yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing position)
atau goal state. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa berpikir itu
merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons
(Walgito, B, 2010: 194).
Menurut Sobur, A (2003: 210) berpikir adalah suatu keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita
berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita inginkan.
Manusia berpikir untuk menghadapi dan memahami berbagai situasi atau
kenyataan sehingga kita dapat memutuskan, membayangkan, menyelesaikan,
mengatur, dan merencanakan. Untuk memastikan adanya proses berpikir adalah
melihat hasil berpikir yaitu berupa terjadi perubahan tingkah laku terhadap suatu
objek yang perubahan itu terlepas dari benar atau salah.
Solso, Robert (2008: 434) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang
terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/ jalan keluar untuk suatu
masalah yang spesifik.
Berpikir pada umumnya adalah menarik kesimpulan, sedangkan pemecahan
masalah ialah merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk sampai kepada
kesimpulan dalam hubungannya dengan suatu persoalan atau masalah, dengan
kata lain pemecahan masalah ialah sebuah situasi yang menuntut seseorang
menemukan sebuah solusi terhadap beberapa masalah.
B. Bentuk-bentuk Umum dari Tugas-tugas Pemecahan Masalah
Ellis, H.C (1978: 182) mengemukakan ada beberapa bentuk-bentuk umum
dari tugas-tugas pemecahan masalah, sebagai berikut:
1) Incubation in Problem Solving (Inkubasi dalam Pemecahan Masalah)
Inkubasi ialah menarik diri untuk sementara waktu dari masalah yang
dihadapi, dengan melakukan aktivitas tertentu yang berlangsung dalam
bawah sadar, diakibatkan karena tidak ditemukannya solusi dari suatu
masalah yang sedang dihadapi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh pada saat terjadinya inkubasi ini,
yaitu:
- Otak beristirahat sejenak dari berpikir keras.
- Membantu melupakan pendekatan yang tidak relevan tersebut.
- Membantu menemukan pendekatan baru yang lebih mudah.
2) Persistence of Set in Problem Solving (Jumud dalam Pemecahan Masalah)
Ada beberapa tipe dan kecenderungan pemecahan masalah, yaitu :
a) Jumud dengan satu cara
Tipe ini adalah di mana orang cenderung untuk memakai solusi
terhadap masalah yang serupa dan terus dipertahankan.
b) Jumud pada satu fungsi tertentu (functional fixedness)
Functional fixedness merupakan kecenderungan untuk berpikir
bahwa suatu obyek berfungsi dengan satu cara tertentu, dan
mengabaikan cara lain yang kurang lazim.
c) Jumud pada satu urutan
Penggunaan Verbal Anagram Problem dapat meperlihatkan satu
tipe pemecahan masalah dan kecenderungan menggunakan satu
rumus, prosedur, urutan dan sebagainya untuk semua masalah
serupa, meski belum tentu cocok. Dalam latihan berikut ini Anda
diminta menyusun huruf acak untuk menghasilkan kata yang
bermakna.
NIKA
IKAK
Latihan UMPAL
RABI
UHAB

NAKI
Ujian
ATIK
Dengan mempelajari karakteristik dari tipe-tipe pemecahan
masalah terlihat adanya suatu situasi pengalihan negatif, di mana
tingkah laku yang telah dipelajari mencampuri respon belajar yang
baru. Pengalihan negatif adalah keadaan dimana pengaruh belajar
sebelumnya menghalangi proses belajar yang baru, sementara
pengalihan positif terjadi apabila belajar sebelumnya membantu
proses belajar yang baru.
Jumud ialah suatu konsep yang tidak bisa diubah atau hanya
dengan satu cara, misalnya terhadap suatu masalah, hanya ada satu
cara penyelesaiannya, contoh : “perceraian”, fungsi jumud disini
hanya pada hal tertentu saja. Namun dalam berpikir, kita tidak boleh
menggunakan jumud, karena akan membuat proses berpikir kita
tidak baik.
3) Motivational Factors (Faktor Motivasi)
Motivasi dapat pula mempengaruhi efisiensi pemecahan masalah. Bila
tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks, maka tidak banyak motivasi
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Hubungan antara
tingkat motivasi dan efisiensi pemecahan masalah berbentuk U-shaped. Bila
tingkat motivasi meningkat, efisiensi pemecahan masalah meningkat hingga
mencapai tingkatnya yang optimal, apabila motivasi melewati tingkat
optimal, maka efisiensi pemecahan masalah makin berkurang. Hal ini dapat
terjadi karena motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian dari tugas-
tugas yang diberikan. Sedangkan motivasi yang melewati batas optimalnya
menyebabkan ketegangan.
C. Tahap-tahap Pemecahan Masalah
Ada empat tahapan dalam pemecahan masalah, yaitu :
1. Memahami dan menginterprestasikan (menafsirkan) masalah.
2. Memunculkan berbagai opsi atau pilihan.
3. Menentukan solusi dan melaksanakan opsinya.
4. Memeriksa keberhasilan masalah.
Dalam rangka tahap-tahap pemecahan masalah ini apabila diamati akan
terdapat adanya perbedaan dalam langkah-langkah yang diambil dari individu
satu dengan individu lain. Ada yang segera mengambil langkah begitu perintah
telah dimengerti dan mencoba-coba hingga sampai pada cara yang benar, namun
juga ada yang tidak mengambil tindakan tetapi memikirkan kemungkinan-
kemungkinan yang ada berkaitan dengan pemecahan masalahnya sebelum
mengambil tindakan secara konkrit (Walgito, B, (2010: 200).
D. Teori Berpikir dan Pemecahan Masalah
Ada tiga pendekatan teoritis yang digunakan dalam kajian tentang berpikir
dan pemecahan masalah, yaitu:

1. Teori stimulus-respon, berdasarkan kepada konsep bahwa berpikir


merupakan proses asosiatif.
2. Teori yang berlandaskan kepada psikologi Gestalt yang menekankan pada
pentingnya “pola keseluruhan” daripada “bagian-bagian terpisah” serta
pemaknaan secara mendalam (insight).
3. Information-procession approaches, teori yang memakai konsep pemrosesan
informasi dengan program komputer dalam mengkaji berpikir dan
pemecahan masalah (Ellis, H.C 1978: 188).
E. Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget
yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai
gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman
mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk
membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita
menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam
pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi
ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang
gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek
yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal
kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah
ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya
dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur
tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep
disebut akomodasi.
Piaget mengemukakan empat tahap atau tingkatan perkembangan kognitif,
yaitu sebagai berikut :
1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): anak mulai belajar dan mengendalikan
lingkungannya melalui kemampuan inderawi dan gerakan. Piaget
menemukan pada tahap ini terjadi kecenderungan untuk mengulangi
tingkah laku yang sudah dikuasai (primary circular reaction), dan
kecenderungan memanipulasi lingkungan (secondary circular reaction),
yaitu anak mengetahui suatu benda tetap ada atau bersifat tetap walaupun
tidak lagi terlihat olehnya.
2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun): anak mulai mempelajari kategori
konseptual dan bahasa, namun belum sampai pada kecerdasan
sesungguhnya atau konsistensi logika. Pada tahap ini anak sudah
menyadari orang lain punya pandangan yang berbeda dengan dirinya.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): proses berpikir atau tugas mental
dapat dikerjakan (operasional) asalkan obyeknya terlihat (konkret). Ada
dua kemampuan yang dikembangkan pada tahap ini: konservasi dan
reversibilitas. Konservasi adalah kemampuan menyadari suatu obyek tidak
berubah volumenya walaupun bentuk dan perspektifnya berubah.
Reversibilitas merupakan kemampuan untuk memikirkan obyek seperti
pertama kali urutannya dikenali.
4) Tahap Operasional Formal (lebih dari 11 tahun): proses berpikir atau
pekerjaan mental dapat dilaksanakan dengan menggunakan pemikiran
abstrak. Pada tahap ini berpikir telah dipengaruhi oleh penalaran,
pengambilan keputusan dan pilihan solusi untuk pemecahan masalah. Anak
mengembangkan kemampuan menggunakan dalil logika seperti orang
dewasa. Pemikiran kreatif dan gagasan imajinatif dapat merupakan hasil
proses berpikir operasional formal ini.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal
dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki.
Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan
dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap
berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa
menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung
dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang
anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang
lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
F. Beberapa Saran Praktis
Lima saran praktis di bawah ini dikembangkan dari prinsip-prinsip umum
berpikir dan memecahkan masalah, yaitu :
1. Pahami masalah: dengan cara mempertanyakan apa sebenarnya
permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan menjawab apa masalahnya
sebenarnya, di mana letak masalahnya, dan bagaimana peta masalahnya,
maka kita sampai pada pemahaman terhadap masalah.
2. Pikirkan masalah secara seksama: dengan memahami masalah kita dapat
menentukan berbagai kemungkinan pemecahan yang tepat, serta mengingat
kembali pemecahan masalah serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.
3. Kenali semua kemungkinan pemecahannya: kenali dan klasifikasikan
beberapa kemungkinan pemecahan yang timbul dari penalaran. Kita dapat
membuat dafar kemungkinan pemecahan dari yang paling sederhana sampai
kepada yang kompeks.
4. Temukan strategi pemecahannya: pada langkah ini kita telah memahami
situasi yang sebenarnya serta telah mendapatkan kesimpulan yang tepat;
pemecahan yang efektif dengan menggunakan suatu pilihan dan pendekatan
tertentu.
5. Evaluasi kemungkinan implementasi pemecahannya: setelah keputusan
akhir diambil, evaluasi kembali pilihan itu. Pertimbangkan
implementasinya, apakah pilihan tersebut rasional, logis, praktis dan layak?
Jika kita sudah berketepatan hati, maka lakukanlah rangkaian tindakan yang
harus dilakukan.
SOAL OBJEKTIF DAN ESSAY BESERTA JAWABAN

A. SOAL OBJEKTIF
1. “Kegiatan terselubung yang memanipulasi symbol “ kutipan tersebut
merupakan defenisi dari. . .
a. Berfikir
b. Menganalisis
c. Berteori
d. Pemecahan masalah
e. Konsep
2. Kecenderungan untuk memikirkan suatu objek sebagaimana ia berfungsi
pada suatu cara tertentu dan tidak menghiraukan cara lain yang kurang lazim
yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah disebut. . .
a. Verbal diagram
b. Functial fixedness
c. Pemecahan masalah
d. Persitence
e. Jumud
3. Ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada disebut dengan. . . .
a. Akomodasi
b. Asosiasi
c. Pemecahan masalah
d. Interperensi
e. Asimilasi
4. Tahapan yang tidak dibahas tentang pemecahan adalah. . .
a. Formal operation
b. Congrete operation
c. Rasioning
d. Preoerational thought
e. Sensorimotor
5. Tahap preoperational thuoght ini berlansung pada anak saat usia. . .
a. 7-11 tahun
b. 5-6 tahun
c. 2-7 tahun
d. 11-15 tahun
e. 16-20 tahun
B. SOAL ESSAY
1. Jelaskan menurut Anda konsep berpikir ?
Jawab : proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna dan
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau
penyelesaian masalah. Berfikir mengacu kepada proses yang terselubung
(cover process) tidak dapat diamati secara langsung . berfikir merupakan
sesuatu yang ditafsirkan oleh ahli psikologi dari perilaku seseorang, tidak
lansung terlihat secara umum berfikir mengacu pada kegiatan terselubung
yang mencakup manipulasi simbol.
2. Jelaskan menurut pendapat Anda mengenai bentuk-bentuk pemecahan
masalah ?
Jawab :
a) Kecenderungan umum manusia untuk memperthankan cara pemecahn
masalah yang tidak tepat.
b) Pengujian functional fixedness, mengacu kepada kecederungan untuk
memikirkan suatu objek sebagaiman ia berfungsi pada suatu cara
tertentu dan tidak menghiraukan cara lain yang kurang begitu lazim,
yang mungkin dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
c) Verbal anagram, ini merupakan latihan dengan menggunakan huruf acak
untuk disusun menjadi sebuah kata yang bermakna.
3. Ada tiga pendekatan teoritis yang digunakan dalam kajian tentang berpikir
dan pemecahan masalah, jelaskan secara sederhana ?
Jawab :
a) Teori stimulus-respon, berdasarkan kepada konsep bahwa berpikir
merupakan proses asosiatif.
b) Teori yang berlandaskan kepada psikologi Gestalt yang menekankan
pada pentingnya “pola keseluruhan” daripada “bagian-bagian
terpisah” serta pemaknaan secara mendalam (insight).
c) Information-procession approaches, teori yang memakai konsep
pemprosesan informasi dengan program komputer dalam mengkaji
berpikir dan pemecahan masalah.
YEL-YEL
KEPUSTAKAAN

Ellis H.C. 1978. Fondamentals Of Human Learning, Memory And Cognition (2nd
Edition). Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.


Solso, Robert, L. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV ANDI.

Anda mungkin juga menyukai