Anda di halaman 1dari 19

1

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Nama al-hallaj mencuat kepermukaan dan menjadi buah bibir para
ulama dan sufi semasanya. Al-hallaj adalah salah satu sufi terkemuka dari
abad ke-9(3H). ketenaran nama al-hallaj dikarnakan fahamnya yaitu “al-
Hulul” yang merupakan pengalaman batiniyah dengan tuhan yang
diungkapkan kepada masyarakat umum.
Teofani “Ana al-Haqq” yang merupakan pengalaman kesatuannya
dengan Tuhan mendapatkan tanggapan kontroversial. Ada yang
membelanya dan salut terhadap al-hallaj dan ada juga yang menentangnya
dan mencacimakinya. Reaksi terhadap kejadian itu tidak hanya menjadi
bahan pembicaraan kontroversial, namun lebih dari itu. Pernyataan
tersebut selanjutnya menghantarkan al-hallaj ke tiang gantung yang
mengakhiri hayatnya.
Al-Hallaj yang terkenal dengan paham al-hulul-nya yang
mendasarkan dua sifat ketuhanan yang disebutnya (manusia mempunyai
sifat ketuhanan dan Allah mempunyai sifat kemanusiaan) yakni tuhan
mengambil tempat dalam tubuh manusia setelah manusia mampu
melenyapkan sifat kemanusiaannya melalui fana.
Bagi sebagian ulama islam, kematian ini dijustifikasi dengan
alasan bid’ah, sebab islam tidak menerima pandangan bahwa seorang
manusia bisa bersatu dengan Allah dan kebenaran Al-Haqq adalah salah
satu nama Allah, maka ini belarti bahwa al-Hallaj menyatakan
ketuhanannya sendiri. Kaum sufi sezamannya dengan al-Hallaj juga
terkejut dengan pernyataannya, karna mereka yakin bahwa seorang sufi
semestinya tidak boleh mengungkapkan pengalaman batiniahnya kepada
orang lain. Mereka berpandangan bahwa al-Hallaj tidak mampu
menyembunyikan misteri atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya
adalah akibat dari kemurkaan Allah karena ia telah mengungkapkan
segenap kerahasiaan tersebut. Adapun karya-karya yang dihasilkan al-
hallaj yaitu ketika al-hallaj selama di penjara, al-hallaj banyak menulis
hingga mencapai 48 buah buku.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dan juga ketentuan tugas, maka
perumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Biografi al-Hallaj
2. Pemikiran tasawuf al-Hallaj
3. Respon dan komentar ulama terhadap ajaran al-Hallaj
4. Karya-karya al-Hallaj
5. Kesimpulan
2

II. Pembahasan

A. Biografi Al-Hallaj
Nama lengkap al-Hallaj adalah Abu Bakar Al-Mungis al-Husain ibn
Mansur ibn Muhammad al-Baidawi. Lahir di Baida, sebuah kota kecil di
wilayah Persia, pada tahun 244H/858M. kakeknya adalah penganut Zoroaster
dan ayahnya memeluk Islam. ia menghabiskan masa kecilnya di kota Wasit
Bagdad. Pada usianya yang sangat belia, al-Hallaj sudah mempelajari tata
bahasa Arab, menghapal Al-Quran dan tafsirnya serta mempelajari teologi.
Ketika usianya baru menginjak 16 tahun ia mulai belajar tasawuf kepada
guru-guru sufi dengan serius. Diantara gurunya tercatat nama Sahl bin
Abdullah at-Tustari di negeri ahwaaz, seorang sufi yang menulis tafsir
tasawufnya dinishabkan kepada namanya, at-Tustari. Selama dua tahun ia
belajar kepada at-Tustari. at-Tustari adalah seorang sufi yang mempunyai
kedudukan spiritual tinggidan terkenal karena tafsir Al-Qurannya. Ia
mengamalkan secara ketat tradisi Nabi dan peraktek-peraktek kezuhudan
keras semisal puasa dan solat sunnat sekitar empat ratus rakaat sehari.
Setelah belajar dengan at-Tasturi ia pergi ke kota ilmu, Basrah. Di
kota tersebut ia belajar tasawuf kepada Amr al-Makki. Amr adalah murid
junaid, seorang sufi paling berpengaruh saat itu. Al-Hallaj belajar kepada
Amr selama delapan belas bulan. Di tahun 264 H (878M) ia masuk ke
Bagdad dan sempat belajar Tasawuf dibawah bimbingan Junaid al-Bagdadi.
Seperti kebanyakan para sufi yang sejaman dengannya, banyak bepergian dari
satu kota ke kota lain, dari satu Negara ke Negara yang lain dalam rangka
talab-al’ilm dan riyadah jasadiyyah, demikian juga al-Hallaj bepergian dari
satu kota ke kota lain, dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya. Kota-kota
yang pernah ia kunjungi antara lain: khurasan, Ahwaz, Turkistan, India,
Hijaz, Makkah dan Madinah al-Munawwarah. Perjalanan yang ia lakukan
telah memberikan pengalaman yang banyak, sehingga ia mempunyai andil
bagi terbentuknya pandangan, pendirian dan keyakina keagamaan yang kuat
yang berbeda dengan kebanyakan sufi pada waktu itu. Di usianya ke 53
3

tahun, ia telah menjadi perbincangan dan isu konflik di tengah-tengah


cendikiawan muslim waktu itu disebabkan konsep Tasawwufnya yakni al-
Hulul yang bergulir di masyarakat.
Al-Hallaj tiga kali naik haji ke Makkah. Saat pergi ke Makkah untuk
pertama kalinya dalam rangka menunaikan ibadah Haji. namun ibadah haji
yang dilakukan al-Hallaj tidaklah biasa, melainkan berlangsung selama
setahun penuh, dan setiap hari dihabiskannya dengan berpuasa dari siang
hingga malam hari. Tujuan al-Hallaj melakukan praktek kezuhudan keras
seperti ini adalah untuk mensucikan hatinya menundukannya kepada
kehendak ilahi sedemikian rupa agar dirinya benar-benar sepenuhnya diliputi
oleh Allah. Dan kembali ke Baghdad, mulailah ia memperoleh murid atau
pengikut yang semakin lama semakin banyak. Ia juga melakukan perlawanan
ke berbagai negeri, seperti Ahwaz, Khurasan, Turkistan, dan bahkan juga ke
India. Dimanapun ia berada, ia melaksanakan dakwah, mengajak umat agar
mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian pengikut-pengikutnya
yang dikenal denga sebutan Hallajiah, makin bertambah banyak.
Ia kembali ke Baghdad pada tahun 296H/909 M. Di kota ini, secara
kebetulan ia bersahabat dengan kepala rumah tangga istana, Nasr al-Qusyairi
yang mengingatkan system tata usaha yang baik dan pemerintahan yang
bersih. Al-Hallaj selalu mendorong sahabatnya melakukan perbaikan dalam
pemerintahan dan selalu melontarkan keritik-keritik terhadap penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi di kerajaan serta kesewenang-wenangan
pemerintah dalam menjalankan roda kepemerintahan.
Keritik yang konstruktif menjadi bumerang bagi al-Hallaj, karena
khalifah menaggapinya dengan kekerasan. Pemikiran al-Hallaj, yakni Hulul
dan ucapan satahatnya “ana al-Haq” dijadikan alasan oleh khalifah untuk
mengkafirkan al-Hallaj sehingga ia dipenjara, tetapi setelah satu tahun di
penjara ia dapat melarikan diri dengan pertolongan seorang penjaga yang
menaruh simpati kepadanya karena melihat kemurnian hidup beliau selama
dalam tahanan.
4

Al-Hallaj melarikan diri ke Sus dalam wilayah Ahwas. Disinilah ia


bersembunyi selama empat tahun lamanya dengan tidak merubah pendirian
dan pandangan hidupnya. Namun akhirnya pada tahun 301 H / 930 M dapat
di tangkap kembali dan dimasukan lagi kedalam penjara selama delapan
tahun lamanya.
Delapan tahun dalam penjara, tidak melunturkan pendiriannya.
Akhirnya pada tahun 309 H / 921 M, di adakan persidangan ulama dibawah
naungan kerajaan bani Abassyiah pada Khalifah Al-Muktadirbillah. Pada
tanggal 24 Zul-Qa’dah 309 H / 24 Maret 922 M, jatuhlah hukum padanya. Al-
Hallaj di hukum mati, dengan mula-mula dipukul, dicambuk seribu kali, lalu
di salib. Kedua kaki dan tangannya dipotong dan lehernya dipenggal. Setelah
itu, potongan-potongan tubuhnya ditinggalkan tergantung di gerbang pintu
kota Baghdad.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa al-Hallaj sebelum digantung ia
di tahan delapan tahun. Ketika digantung ia dicambuk tanpa mengeluh
kesakitan. Kemudian barulah kepalanya dipenggal. Namun sebelumnya, ia
sempat meminta izin untuk melaksanakan shalat dua rakaat, lalu ia
melaksanakan shalat dua rakaat. Setelah itu, kedua kaki dan tangannya
dipotong. Badannya dibungkus dengan tikar bambu, kemudian dimasukan
kedalam nafta lalu dibakar. Abunya dibuang ke sungai sedangkan kepalanya
dibawa ke khurusan. Setelah itu kepalanya di perlihatkan di jalan agar orang-
orang mengetahuinya.
Konon al-Hallaj menghadapi hukuman itu dengan penuh keberanian,
tatkala ia dibawa untuk disalib dan melihat tiang salib serta paku-pakunya, ia
menoleh kepada orang-orang seraya berdoa, yang diakhirinya dengan kata-
kata: “dan hambamu yang bersama-sama membunuhku ini, demi agama-mu
dan memenangkan karuniamu, ampunilah mereka ya Tuhan dan rahmatilah
meraka. Karena sesungguhnya, sekiranya engkau anugrahkan kepada mereka
apa yang telah engkau anugrahkan kepadaku, tentu mereka tidak melakukan
apa yang mereka lakukan. Dan bila kamu sembunyikan dari diriku yang telah
5

engkau sembunyikan dari mereka, tentu aku takan menderita begini. Maha
agung engkau dalam segala yag engkau kehendaki”.
Ungkapan itu adalah sebuah isyarat keihlasan seorang sufi sejati yang
rela menghadapi resiko apapun tanpa terbesit kata-kata dendam. Meskipun
berada di tiang gantungan semata-mata adalah kehendak-nya. Mengenai latar
belakang hukuman mati yang ia terima, terdapat berbagai versi. Banyak
penulis yang mengatakan kematian al-Hallaj disebabkan oleh fatwa-fatwa
sufinya yang dianggap menyesatkan umat islam. Namun ada juga faktor yang
menyebabkan al-Hallaj di penjara dua kali lalu dihukum mati, adalah
disebabkan oleh persoalan politik.
Sebagaimana diketahui bahwa sejak kepemerintahan al-Muqtadir,
Negara berada dalam keadaan yang tidak setabil. Kelompok ekstrim syi’ah
Isma’liyah yang dimotori oleh kaum sufi tidak mengakui kepemimpinan
pemerintahan Sunni di Baghdad, sehingga mengadakan perlawanan. Para sufi
terus melakukan gerakan untuk menggulingkann pemerintahan Abbasyiah,
khususnya di daerah Iraq selatan. Al-Hallaj dihubungkan dengan gerakan
tersebut dan perannya sangat menonjol sebagai tokoh Syi’ah Ismaliyah.
B. Pemikiran Tasawuf Al-Hallaj

1. Hulul
Menurut al-Hallaj bahwa dalam diri manusia terdapat lahut (unsur
Ketuhanan) dan nasut (unsur kemanusiaan), demikian juga dalam diri
Tuhan ada lahut dan nasut. Jika manusia berusaha mensucikan hati sesuci-
sucinya maka akan terjadi lahut manusia naik keatas dan nasut Tuhan
turun kebawah sehingga terjadi apa yang disebut ittihad. Ittihad artinya
bersatunya nasut Tuhan dengan lahut manusia dalam diri manusia.
Adapun menurut istilah ilmu Tasawuf, al-Hullul belarti paham
yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu
untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang
ada di dalam tubuh itu di lenyapkan.
Paham ini pada awalnya muncul dari pemikiran bahwa Tuhan
melihat pada dirinya. Tuhan berdialog dengan dirinya, dialog tanpa hurup
dan tanpa bunyi. Tuhan hanya melihat ketinggian dan kemulian zat-nya.
Kecintaan tuhan ini, menjadi sebab wujudnya sesuatu, yakni Adam.
Setelah Tuhan menjadika Adam, dia memuliakan, mengagungkan dan
6

mencintainya. Dalam kondisi itu, Tuhan berada dalam diri Adam. Hal ini
menunjukan bahwa manusia mempunyai sifat ketuhanan dalam dirinya.
Penghormatan Tuhan terhadap Adam dapat dilihat dalam Al-Quran surah
Al-Baqarah (2): 34. Yang Terjemahannya:
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat:
“sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.
Al-Hallaj memahami ayat tersebut bahwa perintah Tuhan kepada
Iblis agar bersujud kepada Adam. Karena dalam diri Adam terdapat roh
Tuhan yang menjelma. Pada diri Adam terdapat kekuatan lain diluar sifat
kemanusiaan Adam, yaitu roh ketuhanan.
Manusia tidak dapat bersatu dengan tuhan sebelum ia
menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya. Untuk langkah ini menempuh
proses fana yaitu pengrusakan diri. Jadi sifat-sifat kemanusiaan
dimusnahkan, maka sifat-sifat ketuhanan akan tinggal. Dalam kondisi
demikian, Tuhan dapat menempati dalam diri manusia. Pada saat itu, roh
dan Tuhan dapat bergabung menjadi satu.
Fana bagi al-Hallaj mengandung tiga tingkatan: tingkat
memfanakan semua kecenderungan dan keinginan jiwa; tingkat
memfanakan semua pikiran (tajrid aqli), khayalan, perasaan dan perbuatan
hingga tersimpul semata-mata hanya kepada Allah, dan tingkat
menghilangkan semua kekuatan pikiran dan kesadaran. Dari tingkat fan
dilanjutkan ke tingkat fana al fana, ialah peleburan wujud jati diri manusia
menjadi sadar ketuhanan melarut dalam hulul hingga yang disadarinya
hanyalah Tuhan.
Ucapan al-Hallaj yang menggambarkan paham hulul antara lain
adalah sebagai berikut:
Ruh-mu melebur dalam Ruh-ku seperti batu ambar yang
bercampur dengan minyak kesturi,
Orang-orang menyentuh-Mu, mereka juga menyentuhku, jadi
Engkau adalah aku tanpa pemisahan.
Di dalam diri-Mu, ada sebuah ide yang menarik pada-Mu, jiwa-
jiwa dan sebuah sanggahan telah dibuktikan oleh diri-Mu sendiri,
Aku…, Aku memiliki sebuah Hati dengan mata terbuka lebar dan
semuanya ada dalam Kendali tangan-Mu.
Ruh-Mu mengusut dalam ruhku seperti bercampurnya anggur
dengan air murni,
Demikian pula jika sebuah benda menyentuh-Mu, ia menyentuhku,
7

Demikianlah Engkau adalah aku dalam segala keadaan.


Dalam paham hulul, dari al-Hallaj tidak hancur. Ketika ia
mengatakan “Aku adalah al-Haq” bukanlah roh al-Hallaj yang mengatakan
demikian, tetapi ruh Tuhan yang mengambil tempat pada diri al-Hallaj.
Perbedaannya dengan ittihad Abu Yazid, dalam ittihad yang dilihat hanya
satu wujud, sedangkan dalam paham hulul ada dua wujud, tetapi bersatu
dalam satu tubuh.
Pemahaman ini dapat dibuktikan dalam ungkapan al-Hallaj:
“Aku adalah rahasia yang benar, dan bukanlah yang bear itu aku,
Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami.”
2. Al-Haqiqatul Muhammadiyah
Menurut al-Hallaj bahwa sejak azali Allah hanya melihat diri-Nya
sendiri. Dalam kesendiriannya itu, terjadi dialog antara Tuhan dengan diri-
Nya sendiri tanpa kalam dan tanpa ada huruf. Ketika itu, Tuhan Yang
Maha Suci hanya melihat ketinggian zat-Nya, ia mencintainya, cinta yang
tidak dapat di sifatkan, dan cinta ini lah yang menjadi sebab bagi segala
yang maujud. Yang maujud itu adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad
merupakan landasan semua ilmu dan makrifat, sekaligus sebagai Nabi
akhir zaman.
Selanjutnya, al-Hallaj memandang kepada Nabi Muhammad dalam
dua bentuk yang berbeda satu sama lain. Satu Bentuk adalah berupa Nur
Muhammad yang qadim, telah ada sebelum adanya segala yang maujud ini
dan dari padanya terpencar segala macam ilmu dan pengetahuan yang
gaib. Yang kedua adalah bentuk Nabi yang di utus keadaannya baharu, di
batasi oleh tempat dan waktu. Dari sini lahir ke Nabian dan kewalian.
Beliaulah yang mula-mula sekali menyatan bahwa sanya kejadian
alam ini pada mulanya ialah dari Haqiqatul Muhammadiyah, atau Nur
Muhammad. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian. Pendapat ini
hamper sama dengan renungan ahli filsafat yang mengatakan bahwa mula
terjadi ialah Akal pertama. Menurut al-Hallaj, Nabi Muhammad itu terjadi
dari dua rupa. Rupa yang Qadim dan Azali. Pertama, dia telah terjadi
sebelum terjadinya seluruh yang ada, dari padanya segala ilmu dan Irfan.
Kedua, ialah wujudnya sebagai manusia, seorang Rosul dan Nabi yang di
utus Tuhan. Rupanya yang sebagai manusia itu menempuh maut. Tetapi
yang Qadim tetap ada meliputu alam. Maka dari Nur yang Qadim itu lah
diamb il segala Nur untuk menciptakan seluruh Nabi, Rasul, dan Aulia.
Dalam hal kejadian dialah yang awal, dalam hal ke Nabian, dialah
yang akhir. Al-Haqq adalah dengan dia, dan dengan dialah hakikat. Dia
yang pertama dalam hubungan, dia yang akhir dalam kenabian, dan dialah
yang batin dalam hakikat, dan dialah yang lahir dalam Ma’rifat.
8

Pendeknya, Nur Muhammad itulah pusat kesatuan alam, dan pusat


kesatuan Nubuwwat segala Nabi, dan Nabi-Nabi itu Mubuwwatnya,
ataupun dirinya hanya sebagian saja dari cahaya Nur Muhammad itu.
Segala macam ilmu, hikmat, dan Nubuwwat adalah pancaran belaka dari
sinarnya.
Cahaya segala kenabian bersumber dari Nur Muhammad tidak lah
ada suatu cahaya yang lebih bercahaya dan lebih nyata. Yang lebih qadim
daripada cahaya qadim itu, yang mendahului cahaya beliau yang mulia.
Kehendaknya mendahului segala kehendak, wujudnya mendahului segala
yang Adam, namanya mendahului akal qalam sendiri, karena dia telah
terjadi sebelum terjadi apa yang terjadi.
Ide Nur Muhammad itu menghendaki adanya Insan Kamil sebagai
manifestasi sempurna pada manusia. Dari sini al-Hallaj menampilkan
Insan Kamil itu bukan pada diri Nabi Muhammad sendiri melainkan
kepada diri sendiri Nabi Isa al-Masih. Bagi al-Hallaj, Isa al-Masih adalah
al-syahid ala wujudillah, tempat tajalli dan berujudnya tuhan. Demikian
juga hidup kewalian yang sesungguhnya ada pada kehidupan Isa al-Masih
itu.
3. Kesatuan Segala Agama
Karena segala ilmu dan makrifat itu bersumber dari Nur
Muhammad, maka pada dasarnya semua Agama yang ada didunia inipun
berasal dari Nur Muhammad juga. Oleh sebab itu, hakikatnya semua
Agama juga bersumber dari Nur Muhammad dan dari Allah juga. Adapun
adanya Agama tertentu yang di anut oleh umat tertentu pada dasarnya
hanya satu fragmen Tuhan dalam menentukan episode dunia (Takdir).
Nama Agama yang berbagai macam, seperti Islam, Nasrani,
Yahudi dan yang lain-lain hanyalah perbedaan nama dari hakikat yang
satu saja.
Nama berbeda, maksudnya satu. Segala Agama adalah Agama
Allah maksudnya ialah menuju Allah. Orang memilih suatu Agama, atau
lahir dalam satu Agama, bukanlah atas kehendaknya, tetapi dikehendaki
untuknya. Cara ibadah bisa berbeda warnanya, namun isinya hanya satu.
Pendirian ini disandarkannya kepada ketentuan (takdir) yang telah
ditentukan Tuhan Allah. Tidak ada faedahnya seseorang mencela orang
yang berlainan Agama dengan dia, karena itu adalah takdir (ketentuan)
Tuhan buat orang itu. Tidak ada perlunya berselisih dan bertingkah. Tetapi
perdalamlah pegangan dalam Agama masing-masing.
Dengan teori Hulul dan Insan Kamil itu tidak dapat lagi diberikan
batas diri dan bahkan batas Agama, ia berbicara tentang roh universal dan
jiwa universal, serta kemanusiaan universal. Oleh karena itu, ia berbicara
tentang Agama-Agama dalam kesatuan yang tidak berbeda antara yang
9

satu dengan yang lain dan dengan satu Tuhan untuk semuanya baik dahulu
maupun sekarang. Pembatasan-pembatasan dalam ibadah pun ditolak oleh
al-Hallaj seperti adanya ka’bah sebagai pusat ibadah haji.
Demikian antara lain ajaran-ajaran Tasawuf al-Hallaj yang
diwarnai oleh Tauhid dalam konsep Hulul yang menjadi inti dari seluruh
ajaran tasawufnya.

C. Respon dan komentar ulama terhadap ajaran al-Hallaj


Berbagai ragam perkataan orang tentang al-Hallaj. Setengahnya
mengkafirkan dan setengahnya lagi membela. Beberapa perkataan,
terutama dari pihak kekuasaan pada masa itu tersiar bahwasanya ajaran al-
Hallaj sangat merusak ketenteraman umum.
Kebanyakan kaum Fiqih mengkafirkannya, dengan alas an
bahwasannya mengatakan bahwa diri manusia bersatu dengan Tuhan,
adalah persoalan yang besar, sebab mempersekutukan Tuhan dengan
dirinya, oleh karena itu hukuman bunuh yang diterima adalah hukuman
yang patut. Ibnu Taimiyah, Ibnu Qasyim, pengarang yang ternama Ibnu
Nadim dan lain-lain berpendapat demikian. Tetapi ulama-ulama yang lain
seperti Ibnu Syuriah, seorang ulama yang sangat berkemuka dalam
madzhab Malik, telah memberikan jawaban: Ilmuku tidak terlalu
mendalam tentang-tentang dirinya, sebab itu saya tidak berkata apa-apa.
Imam Gozali seketika ditanya orang pendapatnya terhadap al-
Hallaj tentang ana al-Haq ia menjawab: perkataan yang demikian keluar
dari mulutnya adalah karena sangat cintanya kepada Allah, apabila cinta
sudah sekian dalamnya, tidak dirasakan lagi perpisahan diantara diri
dengan yang dicintainya.
Sedangkan Ad-Damiri pengarang “Hayatul Hayawan” berkata:
bukanlah perkara mudah menuduh seorang Islam keluar dari dalamnya.
Kalau kata-katanya masih dapat dita’wilkan (diartikan lain), lebih baik
diartikan yang lain. Karena mengeluarkan seseorang dari lingkungan
Islam, adalah perkara yang besar. Dan menjatuhkan hukuman begitu,
hanyalah perbuatan orang jahil.

D. Karya-Karya al-Hallaj
10

Selama di penjara, al-Hallaj banyak menulis hingga mencapai 48


buah buku. Judul-judul kitabnya itu tampak asing dan isinya juga banyak
yang aneh dan sulit dipahami.

Kitab-kitab itu antara lain:


1. Kitab al-Shaihur fi Naqshid Duhur
2. Kitab al-Abad wa al-Mabud
3. Kitab Kaifa Kana wa Kaifa Yakum
4. Kitab Huwa-Huwa
5. Kitab Sirru al-Alam wa al-Tauhid
6. Kitab al-Tawasin al-Azal
7. Dan lain-lain
Kitab-kitab itu hanya tinggal catatan, karena ketika hukuman
dilaksanakan, Kitab-kitab itu juga ikut dimusnahkan, kecuali sebuah yang
disimpan pendukungnya yaitu ibnu ‘Atha dengan judul Al-Thawasin al-
Azal. Dari kitab-kitab ini dan sumber-sumber muridnya dapat diketahui
tentang ajaran-ajaran al-Hallaj dalam tasawuf.

III. Kesimpulan
Nama al-Hallaj adalah Abu Bakar Al-Mungis Al-Husain ibn
Mansur ibn Muhammad al Baidhawi, lahir di Baida, sebuah kota kecil
diwilayah Persia. Pada tahun 244H / 858M. pada usia 16 tahun ia sudah
mulai belajar Tasawuf pada guru-guru Sufi. Al-Hallaj adalah sufi
terkemuka pada abad ke-9.
Al-Hallaj adalah seorang sufi yang tidak pernah menetap pada
suatu tempat demi untuk memperdalam ilmunya. Walaupun dalam sejarah,
al-Hallaj mendapat tekanan dari penguasa dalam membawa ajarannya
yakni al-hulul, bahkan ia sempat dipenjara dua kali disebabkan ajarannya
tersebut pada masa Bani Abbasyiah yang diperintahkan oleh khalifah Al-
Muqtadirbillah, hingga ia terbunuh ditiang gantungan pada 24 Zul-Qai’dah
309 H/ 24 Maret 922M. Sebagian juga berpendapat terbunuhnya al-Hallaj
bukan karena sebab utamanya ajaran yang dibawanya tetapi lebih karena
persoalan. Dari sini kemudian dibawa dalam persoalan keagamaan dengan
meminjam istilah-istilah keagamaan dari ulama waktu itu.
Al-Hallaj yang terkenal dengan paham al-Hululnya yang
mendasarkan dua sifat ketuhanan yang disebutnya Lahut dan Nasut
(manusia mempunyai sifat ketuhanan dan Allah mempunyai sifat
kemanusiaan). Yakni Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
setelah manusia mampu melenyapkan sifat kemanusiaannya melalui Fana.
Ajaran Tasawuf al-Hallaj yaitu tentang:
1. Hulul
2. Al-Haqiqatul Muhammadiyah
11

3. Kesatuan segala Agama.

Selama al-Hallaj dipenjara, ia menulis dan menghasilkan kitab


sebanyak 48 buah buku kitabnya antara lain:
1. Kitab al-Sharihur fi Naqshid Duhur
2. Kitab al-Abad wa al-Mabud
3. Kitab Kaifa Kana wa Kaifa Yakun
4. Kitab Huwa-Huwa
5. Kitab Sirru al-Alam wa al-Tauhid
6. Kitab al-Thawasin al-Azal
7. Dan lain-lain
Kitab-kitab itu hanya tinggal catatan, karena ketika hukuman itu
dilaksanakan kitab itu pula ikut di musnahkan, kecuali sebuah yang
disimpan oleh pendukungnya yaitu Ibnu’ Atha dengan judul Al-Thawasin
al-Azal.

DAFTAR FUSTAKA
12

Alba Cecep. Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam. Bandung: Pt
Ramaja Rosdakaria. 2012.
http://www.scribd.com/doc/72991595/Husain-Ibnu-Manshur-Al-hallaj.Selasa.05
November 2013. 11:50
http://ojodumeh-futuwwah.blogspot.com/2008/07/cahaya.html.kamis14November
2013.12:00

http://www.scribd.com/doc/141074027/Al-Hallaj.Selasa.05November 2013.12:00

Kisah al-Hallaj dan Siti Jenar


13

Pandangan Siti Jenaar dan Husain ibnu Mansur al-Hallaj dalam


manunggaling Kawulo Gusti.
Syekh Siti Jenar begitu sering dihubung-hubungkan dengan al-
Husain Ibnu Mansyur al-Hallaj sufi Persia abad ke-9, yang sepintas lalu
ajarannya mirip dengan Siti Jenar, karena ia di mohon dibunuh agar
tubuhnya tidak menjadi penghalang penyatuannya kembali dengan tuhan.
Adalah al-Hallaj yang karena konsep satunya Tuhan dan dunia
mengucapkan kalimat, akulah kebenaran/Anna al-Haq. Yang menjadi alas
an bagi hukuman matinya di Baghdad. Seperti Syekh Siti Jenar pula, nama
al-Hallaj menjadi monument keberbedaan dalam penghayatan agama,
sehingga bahkan di andaikan bahwa jika secara historis Syekh Siti Jenar
tak ada, maka dongengnya adalah personifikasi saja dari ajaran al-Hallaj,
bagi yang mendukung maupun yang menindas ajaran tersebut. Petikan atas
kutipan dari serat Siti Jenar yang diterbitkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri,
1922:
Kawula dan gusti sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak
bias memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya saat ini nama kawula-
gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup
lagi, gusti dan kawula lenyap, yang tinggal hanya hidupku, ketentraman
langgeng dalam Ada sendiri.
Hai Pangeran Bayat, bila kau belum menyadari kebenaran kata-
kataku maka dengan tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam
dalam masa kematian. Di sini memang banyak hiburan aneka warna.
Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak
melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindra.
Itu hanya impian yang sama sekalai tidak mengandung kebenaran
dan sebentar lagi akan lenyap. Gilalah orang yang terikat kepadanya, tidak
seperti Syekh Siti Jenar. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam
kerajaan kematian. Satu-satunya yang kuusahakan, ialah kembali kepada
kehidupan.
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus
debat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun,
setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat yang maha kuasa. Hanya saja
masing-masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda dengan
yang menjalankan ajaran yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing-
masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan
bahwa agamanya yang paling benar.
Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseoran dapat lebih
mengutamakan perinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang
beribadah dengan mengharapkan surge atau pahala berarti belum bisa
disebut ikhlas.
14

Manunggaling Kawula Gusti, dalam ajarannya ini, pendukungnya


berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya
sebagai tuhan. Manunggaling Kawula Gusti di anggap bukan berarti
bercampurnya tuhan dengan mahluknya, melainkan bahwa sang pencipta
adalah tempat kembali semua mahluk. Dan dengan kembali kepada
tuhannya, manusia tlah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.
Dan dalam ajarannya, Manunggaling Kawula Gusti adalah bahwa
didalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai
dengan ayat al qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia
(Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya aku akan
menciptakan manusia dari tanah.maka apabila telah kusempurnakan
kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruh ku; maka kamu hendaklah
kamu bersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad;71-72) ). Dengan
demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh tuhan dikala
penyembahan terhadap Tuhan terjadi.
Riwayat pertemuan Ibrahim ibn saman dengan Husain bin Mansur
al Hallaj (kutipan dari buku Husain bin manshur al Hallaj, karangan
LouisMassignon).
Aku melihat al-Hallaj pada suatu hari di mesjid al mansur: Aku
memiliki dua dinar dalam sakuku dan aku berpikir untuk menghabiskan
uang itu untuk hal-hal yang melangar hukum. Seseorang datang dan
meminta sedekah . dan Husain bin Mansur al Hallaj berkata: Ibnu saman
berikanlah sedekah dengan apa yang kamu simpan di dalam kubahmu, aku
terdiam dan menangis, oh syaikh, bagaimana engkau mengetahui hal itu ?
Al Hallaj berkata: setiap hati yang mengosongkan diri dari yang selain
Alloh, dapat membaca kesadaran orang yang menyaksikan apa yang
ghoib. I Hallaj: orang yang mencari tuhan di balik huruf miim dan ain
akan menemukannya. Dan seseorang yang mencarinya dalam konsonan
idhapah antara alif dan nun, orang itu akan kehilangan Dia. Karena Dia itu
Maha Suci, di luar jangkauan pikiran dan di atas yang terselubung, yang
berada di dalam diri setiap orang. Kembalilah kepada Tuhan, titik terakhir
adalah Dia. Tidak ada mengapa di hari akhir kecuali Dia. Bagi manusia
MA/yaitu miim dan ain milik Dia berada dalam miim dan ain makna
MA”ini adalah Tuhan maha suci. Dia mengajak mahluk terbang menuju
Tuhan. Miim membimbing ke Dia dari atas ke bawah. Ain membimbing
ke Dia dari Jauh dan Luas.
Ilmu Huruf Muqotaah
Ilmu huruf, yang di dasarkan pada suatu bahasa suci,tentulah
memiliki sebuah pondasi mistis yang di perlukan. Orang bisa menemukan
doktrin ini dalam puisi mistis yang terkenal Ghulsyan-i Raz (Taman
Mawar), karya Syabistari: Bagi orang yang jiwanya adalah manipestasi
Tuhan yaitu Al-Quran, keseluruhan alam ini adalah huruf-huruf vokalNya
15

dan substansinya adalah huruf konsonan Nya pasal 200-209 puisi


Ghulsyan-i-Raz.
Abu Ishaq Quhistani, sufi Islam, menegaskan pentingnya ilmu
huruf dengan menyatakan bahwa ilmu huruf adalah akar dari segala ilmu.
Secara skematis ilmu huruf mengandung :

 Simbolisme ketuhanan dan metasfisika atau /metakosmik


 Simbolisme universal / makrokosmik yang di dasarkan
pada korespondensi antara huruf-huruf dan benda astrologis
(ruang angkas/planet/lambang zodiak dll).
 Simbolisme manusia dan individu yang di dasarkan pada
korespondensi fisiologis/organ tubuh. Jumlah huruf
muqattaah (terpotong) ada 14 huruf yaitu: alif lam miim, ha
miim, alif lam ra, tha ha, ha miim ain sin qaf, ya sin, khaf
ha ya ‘ain shad, kaf dan nun. Kalau di rangkai
keseluruhannya menjadi sebuah kalimat : (terpotong)
adalah huruf-huruf yang merupakan rumusan dialog antara
Alloh swt dengan kekasihnya (para Nabi dan para Wali).
Apa makna miim dan ain sehingga dapat menemukan Tuhan dan
bertemu
dengan Nya dan Mengapa ketika mencari Tuhan di balik huruf alif dan
nun maka tidak bisa bertemu dengan Nya ?
Tafsir miim (numerology Arabiyah):
Huruf miim merupakan muhammad rosullilah atau Ahmad, yang
merupakan pintu menuju Ahad yang merupakan wahdaniyah Allah.
Perbedaan antara Ahad dan Ahmad adalah huruf arab miim (Muhammad
Rasullilah penutup jalur risalah dan kenabian).
Miim juga berarti malakiti/ keagungan/ penguasaan atas seluruh
langit bumi, ayat Kursi merupakan ayat yang mengandung banyak huruf
miim didalamnya.
Huruf miim bernilai 40, 40 hari khalwat dengan ikhlas dengan
mengamalkan surat al ikhlas dan ayat Kursi (ayat yang banyak
mengandung huruf miim / sujud jadi sujud adalah cara menggapai
keagungan). Juga surat al ikhlas di awali dengan qullhuwa allohu ahad.
Jadi perwujudan ahad di dunia adalah Ahmad , ketika manusia menjadi
Ahmad maka merupakan tajalli/ penampakan sang mahakuasa pada diri
manusia. Sekali lagi bedakan Ahmad dan Ahad terletak huruf miim.
Huruf miim membentuk, posisi sujud dalam solat, sujud
merupakan posisi kedekatan dengan Alloh, bahkan sujud merupakan
simbol dari wahdaniyah Alloh. Metode untuk mendekat
16

(muqorrobin/kewalian) kepada Tuhan yang paling cepat adalah dengan


sujud yang lama dalam solat. Hadist Kudsi Alloh berfirman: Brang siapa
memusuhi waliku sungguh ku umumkan perang kepadanya, tiadalah
hambaku mendekat kepadaku dengan hal-hal yang pardu -17 rokaat, dan
Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal-hal yang sunah -34
rokaat, qobliyah dan bakdiyah-baginya hingga aku mencintainya, bila aku
mencintainya maka aku menjadi telinganya yang ia gunakan untuk
mendengar, dan matanya yang ia gunakan untuk melihat, dan menjadi
tangannya yang ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yang ia
gunakan untuk melangkah, bila ia meminta padaku niscaya kuberi
permintaanya. (shahih Bukhari hadits no.6137).
Tafsir Ain, Yaa,Sin,Nuun,Aliif (numerology Arabiyah):
Huruf ain bermakna sayidina ali bin abu tholib merupakn pintu
gerbang keilmuan. Sesuai hadits nabi yang menyatakan bahwa muhammad
rasullaloh adalah gudang ilmu dan sayidina ali adalah pintunya. Huruf ayn
membentuk posisi ruku dalam sujud, dalam riwayat asbabu nuzul quran
ada ayat yang berkenaan dengan ali bin abu thalib, yaitu orang yang rukuk
kemudian dalam posisi rukuk dalam solat melakukan sedekah berupa
cincin, inilah ayat Quran itu: walimu hanyalah Alloh, Rosulnya dan
mereka yang beriman yang menegakkan shalat, membayar zakat seraya
rukuk. (QS. Al-Ma’idah:55).
Kunci sholat yang merupakan adab tatakrama/kepasrahan total ila
allohu ada di rukuk/ huruf ain, sujud/ huruf miim adalah kedekatan
(muqorobin-fana asma dan tajali asma), barang siapa tidak tahu adab
(rukuknya) maka tidak layak untuk dekat (muqqorobin).
Huruf ain bernilai 70. Sedang huruf Ya bernilai 10 dan huruf Sin
bernilai 60 . Jadi secara matematis yaitu 70 (Ain)=yaa(10)+sin(60) jadi Ya
+ Seen = Ain merupakn quran dalam surat 36 adalah surat Ya Seen. Ayat
ke 58 dari surat Yasin adalah Salaamun Qawlam Mir Rabbir Raheem. Jadi
5+8=13, posii huruf ke 13 dalam abjad arab adalah huruf miim/sujud. Jadi
untuk mengerti ain/ rukuk kita harus mengerti tafsir huruf Yaa dan Tafsir
huruf Sin.Dengan mengerti Yaa dan Sin kita akan sampai kepada Sayidina
Ali bin Abu Tholib.
Kyai Kholil Bangkalan, salah seorang pencetak kyai besar
Nahdatul Ulama, selama perjalan pesantren Keboncandi, Pasuruan-
Sidogiri kyai kholil Bangkalan sewaktu muda selalu membaca YaSin,
hingga khatam bekali-kali.
Huruf Ya adalah akhir dari abjad Arab and Alif awal dari abjad
Arab. Huruf Ya/ hamba memimpin/cenderung ke arah Alif/ Alloh . Huwal
Awwalu Wa hu wal Akhiru .
*Rician huruf awwalu :
17

*Alif (1)+waw(6)+lam(30)=37-3+7=10,(Ya=10)
*10-1+0=1-pertama
*Rincian hurf Akhiru :: Alif (1)+(600)+Ro(200)=801-8+0+1=9 –
terakhir adalah 9, angka 9, dalam numerology arab adalah huruf Ta yang
bermakana penyucian ataw Tahara / penyucian dan bulan ke 9 dalam arab
/ Qomariah adalah bualan ramadhan yaitu bulan puasa.
Penyucian kalbu dari kecintaan diri dan dunia merupakn tingkat
awal penyucian untuk bersuluk kepada Alloh. Sesungguhnya kotoran
maknawi terbesar yang tidak bisa di sucikan meskipun dengan tujuh lautan
dan para nabi pun tidak mampu menghilangkannya adalah kotoran
kejahilan ganda (pura-pura tahu padahal tidak tahu). Kekeruhan ini
mungkin akan memadamkan cahaya petunjuk dan meredupkan api
kerinduan yang meruapakan buraq untuk bermikraj mencapai berbagai
maqom spritual. (Imam Khomeini dalam Hakikat dan Rahasia Sholat).
Dan Alif (1)+Ta(9)=10-(Ya=10=hamba), nilai huruf (Ya=10), jadi
seorang hamba yaitu simbol Ya harus melakukan Puasa / penyucian jiwa/
tazkiyah nafas simbol (Ta=9) untuk Alloh semata simbol (Alif=1) atau
Hamba sabar dengan KetentuanNya atau nrimo ing pandum, karena hasil
puasa Lillah Billah menjadikan orang sabar atau innalloha maashobirin
(Sesungguhnya Alloh bersama (MA terdiri huruf miim dan ain lihat al
Baqarah:153) orang yang sabar. Lihat bersama adalah Ma yaitu
maasshobirin. Disini terungkap rahasia mim dan ayn yaitu MA seperti
yang di ucapkan oleh Husain bin Mansur al Hallaj. Jadi sabar adalah kunci
menemukan Tuhan. Para mufassir puasa langsung di tangan Alloh bukan
di tangan para malaikat. Sabda Rosulluloh saw Puasa yang dilakukan
khusus untuk-Ku / puasa Lillah Billah dan cukuplah Aku sebagai
pahalanya.
Mempelajari Ilmu Ketuhanan kan menjadikan orang bersabar,
seperti dialog Nabi Musa as dan Nabi Khidr as yaitu Bagaiman kamu
dapat sabar terhadap persoalan yang kamu sama sekali belum memiliki
pengetahuan yang cukup tentangNya (QS 18:68). Barang siapa
menghadapi kesengsaraan drngan hati terbuka, menunjukkan kesabaran
dengan penuh ketengangn dan martabat, masuklah dalam golongan oang
terpilih dan bagian untuknya adalah berikanlah kabar gembira
(keberhasilan dan kejayaan) kepada orang yang sabar (QS 2:155)
Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri
di sebut sabar. Orang yang paling sbara adalah orang yang paling tinggi
dalam kecerdasan emosionalnya. Ia biasanya tabah dalam menghadapi
kesulitan. Ketika belajar orang ini tekun. Ia berhasil mengatasi berbagai
gangguan dan tidak memperturutkan emosi-Nya.
18

Gabungan rincian Awwalu dan Akhiru adalah seorang hamba


(Yaa=10=hamba) karena Akhiru (9)+Awwalu (1)=10-(Ya=10=hamba) ,
jadi seorang hamba menampung asama Alloh yang lengkap dan memilki
potensi untuk menampakkan sifat ketuhannan.
Huruf Sin bernilai 60 dalam numerology Arab, merupakn simbol
dari Sirr muhammad, Siir adalah rahasia ketuhanan yang di simpan dalam
diri manusia sebagi hamba. Huruf sin dalam INSAN . Huruf AlifNya
adalah Alloh, hruf sin adalah rahasia/siir ketuhanan, dua huruf nun adlah
simbol hukum dunia dan akhirat yang merupakan representasi / perwakilan
kitab suci Al Quran.
Huruf Yaa/ sibol hamba di gunakan untuk memanggl seseorang
atau menarik perhatian seseorang. Ya adalah simbol seorang hamba
menyembah dan menyebut Tuhannya Ya Alloh Ya Robbi dll. Yaa juga di
gunakan oleh Alloh memanggil hambanya. Ya juga berari simbol antara
yang di sembah dan menyembah, tetapi posisi Ya = 10 / hamba selalu
cenderung kepada Alif = 1 atau Alloh karena Alloh sebagai Awwalu,
dalam ilmu huruf.
Alif (1)+waw(6)+lam(30)=37-3+7=10 adalah Yaa menyatu dengan
Alif (10-1+0=1) atau di balik Yaa ada Alif atau di dalam manusia ada
Tuhan atau istilah wahdatul wujudnya ibnu Arobi yaitu antara penyembah
dan yang di sembah itu sma tapi tidak serupa atau menurut istialah ajaran
Syekh Siti Jenar, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. PERSAMAAN
antara manusia dan alloh. Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda nabi
saw.:sesungguhnya allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan
diriNya sendiri. lebih jauh lagi alloh telah berfirman: hambaKu mendekat
kepadaku sehungga Aku menjadikannnya sahabatku. Akupun menjadi
telinga nya , matanya dan lidahnya. Juga allah berfirman kepada Musa as.:
aku pernah sakit tapi engkau tidak menjengukku! Musa menjawab: ya
alloh, engkau adalah Rabb langit dan bumi; bagaimana engkau bisa sakit?
Allah berfirman: salah seorang hambaKu sakit; dan dengan menjenguknya
berrarti engkau telah menjengukKu memang ini adalah suatu masalah
yang agak berbahaya untuk diperbincangka, karena hal ini berada dibalik
pemahaman orang-orang awam. Seseorang yang cerdas sekalipun bisa
tersandung dalam membicarakan soal ini dan percaya pada inkar nasi dan
persekutuan dengan allah.

Tafsir huruf Nun dan Alif- Pencari Tuhan dibalik huruf alif dan
Nun maka tidak bisa bertemu dengannya:
Bernilai 50 dalam numerology Arab.
Tafsir Huruf INSAN, memiliki 2 huruf Nun merupakan simbol
alam dunia / jasad dan alam akhirat/ruh/jiwa. Ruh yang disucikan akan
19

memperoleh Nur/Surga sedangkan ruh yang dikotori akan memperoleh


Nar/neraka.
Tafsir Alif dan Nun: Penggambaran Simbolis Huruf dan Alif Nun
merupakan lambang sebuah perahu (syariat) dan sebuah jiwa/ individu/
personal mengarungi lautan/ medan ujian, kayuh/ sampan(membentuk
huruf alif) kiri kanan adalah wilayah pilihan manusia (sunnatulloh adalah
qadha dan qadar baik buruk) yang telah di tetapkan oleh Alloh arti simbol
Alif. Individu yang sedang menaiki perahu (simbol nun) sampan/kayuh
adalah alat/ pilihan yang akan menggerakkan jiwanya menuju tiga pilihan
yaitu, pertama, arah perahu kekiri berarti ashabul syimal / nun menjadi
naar / neraka, kedua arah perahu ke kanan berarti ashabul yamin/nun
menjadi nur / cahaya, ketiga arah perahu tidak kekiri dan tidak ke kanan
tetapi tengah berarti sabiqunal awwalun / terdahulu mencapai tujuan ini
adalah golongan para pencinta yaitu menyembah karena kerinduan ingin
bertemu dengan sang kholiq ini adalah jawaban isyarah tersembunyi dari
husain bin manshur al Hallaj-yaitu para nabi.

Anda mungkin juga menyukai