Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada penulis sehinnga dapat
menyelesaikan “Tugas Rancangan Elemen Mesin II”
Berdasarkan kurikulum pada perguruan tinggi Institut Teknologi Medan (ITM), dimana
setiap mahasiswa/I Fakultas Teknologi Insdustri khususnya jurusan Teknik Mesin, wajib
menyelesaikan tugas rancangan kopling. Dalam kesempatan ini penulis membuat rancangan
KOPLING GESEK dengan data sebagai berikut :
Daya : 9,21 KW
Putaran : 85000 rpm
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, atas nasihat dan pengorbanan moril dan material serta do’anya
kepada penulis sehingga terselesaikannya tugas ini.
2. Dr. Eng supriatno ST.MT, selaku dosen pembimbing penulis dalam menyusun tugas
rancangan kopling ini.
3. Teman-teman mahasiswa yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini dan
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
penulis dan masyarakat luas.
ASPRI OMPUSUNGGU
15 202 269
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...……...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang……………..………………………………………………………1
1.2. Tujuan Perancangan……… .………………………………………………………1
1.3. Tujuan Pnulisan…………………………………………………………………….2
1.4. Batasan Masalah…………………………………………………………………....2
1.5. Metode Perancangan………………………………………………………………..2
ii
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN …………………….…………………………………14
4.1. Perhitungan Poros…………….………………………………………………..….14
4.1.1. pada perencanaan sepeda motor….…………………………………………..….14
4.1.2. Daya yang direncanakan....………………………………………………….…..15
4.1.3. Momen punter yang terjadi.……………………………………………………..15
4.2. Perhitungan Spline………………………………………………………………...19
4.2.1. Lebar spline………..………………………………………………………….…19
4.2.2. Panjang spline..……………………………………………………………….…19
4.2.3. Tinggi Spline…………………………………………………………………….19
4.2.4. Diameter spline………………………………………………………………….19
4.2.5. Gaya tangensial………………………………………………………………….20
4.2.6. Maka tegangan geser…………………………………………………………….20
4.2.7. Tegangan geser………………………………………………………………….20
4.2.8. Gaya yang di terima setiap spline……………………………………………….20
4.3. Perhitungan Naaf………………………………………………………………….21
4.3.1. Lebar gigi naaf…………………………………………………………………..21
4.4. Perhitungan Plat Gesek……………………………………………………………23
4.5. Perhitungan Pegas…………………………………………………………………25
4.6. Perhitungan Bantalan……………………………………………………………...28
LITERATUR…………………………………………………………………………………..35
iii
iv
ASSEMBLING
KETERANGAN GAMBAR
v
NO NAMA BAGIAN JUMLAH
1. Flywhell 1
2. Plat Gesek 1
3. Baut 4
4. Plat Pembawa 1
5. Bantalan Radial 1
6. Paku Keling 4
7. Baut 6
8. Plat Pembebas 1
9. Paku Keling 15
10. Pegas 5
13. Poros 1
14. Naaf 1
17. Baut 6
Berikut ini akan dibahas Konsep kerja kopling gesek yang banyak digunakan dapat
vi
Saat Piringan pemutar (Drive Disc) tidak berhubungan
dengan piringan yang diputar (Driven disk)
adalahmemutus dan menghubungkan jalur tenaga dari mesin ke transmisi. Proses perpindahan
tenaga, poros engkol (crank shaft) memutar drive disc dalam kopling. Selama piringan/disc
yang lain (driven disc) tidak berhubungan dengan drive disc, maka tidak ada tenaga/torsi/gerak
yang ditransfer dari mesin ke pemindah daya (lebih spesifiknya transmisi). Atau bisa juga
Pada saat drive disc dan driven disc bersinggungan, maka drive disc akan memutar
driven disc yang berhubungan dengan poros input transmisi. Sebagai hasilnya, torsi/gaya putar
dari mesin ditransfer melalui kopling ke komponen pemindah daya yang lainnya hingga ke
roda penggerak. Saat kedua disc bersinggungan, dan saling berputar bersama dapat
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kopling adalah alat penyambung antara dua poros yaitu poros penggerak dengan poros
Kopling tetap adalah sebuah elemen mesin yang berfungi sebagai penerus putaran dan
daya dari poros keporos penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip)
kopling ini tidak dapat dilepaskan, kopling ini dalam keadaan bersambung, dan kopling ini
hanya dapat diputuskan dan dihubungkan apabila poros penggeraknya dihentikan. Kopling
A. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu yang
segaris. Kopling ini bisa dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik-pabrik.
1
Salah satu contoh kopling kaku :
o Kopling Bus
Pada kopling ini poros penggerak dengan poros yang digerakkan diikat oleh
tabung pengikat dan poros penggerak tidak terjadi gesekan berputar dengan baik tanpa
ada kejutan.
Kopling flens kaku ini prinsipnya sama dengan kopling bus, dimana proses
yang satu masuk kerumah penggerak, gunanya sewaktu kopling ini berputar dengan
serentak dan baut pengikat-pengikatnya tidak begitu besar menerima beban geser.
2
C. Kopling Flens Tempa
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antar poros
D. Kopling Luwes
Kopling ini mempunyai bentuk rumah yang sama dengan kopling, tetapi dengan
ada penonjolan pemasangan poros tidak dapat dipasang bus karet atau kulit sebagai
penghubung antara baut dengan dinding flens yang lain. Disamping ini bus karet
3
2. Kopling Karet Ban.
Kopling ini hampir sama prinsipnya dengan kopling flens luwes yang juga
mempunyai atau tumbukan kopling karet ban dan dapat juga bekerja dengan baik
3. Kopling Gigi
Pada kopling ini dipakai gigi untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada saat
bekerja antara masing-masing diikat dengan satu rumah pengikat poros dilengkapi
4
4. Kopling Universal
penggerak dengan poros yang digerakkan dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya.
Serta dapat memutuskan hubungan kedua poros tersebut baik pada saat berputar maupun pada
saat diam.
A. Kopling Cakar
5
Ada dua bentuk kopling cakar antara lain :
Dimana jenis kopling ini dapat meneruskan momenb dalam dua arah
Kopling ini hanya dapat bekerja meneruskan momen dengan baik pada
suatu putaran tertentu saja dan dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
6
B. Kopling Plat
demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan
dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi slip maka kopling berfungsi sebagai
pembatas moment
Pada kopling ini platnya sering sekali disebut piring priksi peranan gesekan
7
Anak penekan menjepit plat kopling diantara roda gigi penerus dan anak
penekan. Didalam sikap ini kopling terhubung supaya kopling dapat terlepas anak
Apabila kopling terinjk anak penekannya akan dipindahkan kekanan maka plat
kopling akan lepas dari roda penerus. Jika pedal ini dilepas pegas diantara anak
penekan dan roda penerus dengan sumbu yang pertama berputar bersama roda penerus.
Beda dengan kopling plat tunggal karena pada kopling ini mempunyai banyak
plat kopling. Sekumpulan piring-piringnya berputar pada sumbu pertama. Cara kerja
8
sama dengan kopling plat tunggal. Hanya karena bidang platnya lebih besar maka
Cara manual
Cara Hidraulik
Cara magnetic
Kopling tersebut kering bila plat-plat gesek bekerja dalam keadaan kering
(tanpa pelumas) dan tersebut basah apabila terendam atau dilumasi minyak.
C. Kopling kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhanan dan banyak
keuntungan dimana dengan daya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen yang besar,
9
Gambar 1.13 Kopling Kerucut
D. Kopling Friwel.
Kopling ini hanya diteruskan moment dalam suatu arah putaran saja. Sehingga putaran
berlawanan arahnya tidak dapat diteruiskan berputar lebih lambat dalam arah berlawannan dari
Cara kerja berdasarekan efek biji dari bola atau rol bola dipasang dalam ruangan yang
bentuknya sedemikian rupa sehingga jika poros penggerak berputar searah jarum jam, maka
gerakan yang timbul akan menyebabkan rol/bola terjepi diantara poros penggerak dan anak
luar sehingga anak luar bersama poros digerakkan akan berputar meneruskan gaya jika poros
penggerak berputar berlawanan arah.Jika poros yang digerakkan bekerja lebih cepat dari poros
10
E. Dasar-Dasar Pemilihan Kopling
Dalam perencanaan kopling perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kopling berfungsi sendiri menurut sinyal dan besar beban mesin yang dipindahkan ke
transmisi tanpa terjadi slip.
b. Koefisien gesek yamg dapat dipertahankan di bawah kondisi kerja.
c. Permukaan geseknya harus cukup keras untuk menahan keausan.
d. Massa dan luas permukaan plat gesek yang cukup untuk pengeluaran panas.
e. Material tidak hancur akibat gesekan pada temperatur dan beban apit pada proseskerja.
f. Konduktivitas panas untuk penyebaran panas dapat dipertahankan dan dapat di hindari
perubahan struktur dari komponen.
11
BAB II
POROS
D
Gambar 2.1. Poros
Poros merupakan salah satu yang terpenting dalam merancang kopling,maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin.Hampir semua kopling sebagai penerus daya dan putaran,peranan
seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran,harus diperhatikan jenis bahan
yang harus digunakan biasanya bahan poros terbuat dari baja batang yang mempunyai sifat-
sifat berikut :
* Tahan terhadap momen puntir
* Mempunyai elastissitas yang baik
* Tidak mudah patah
12
2.2 Perhitungan poros
Pada rancangan ini proses pemindah daya (p) sebesar 15 dk dan putaran sebesar 9100
rpm maka harus dikalikan dengan 0,7457 untuk mendapatkan daya (Kw)
Daya : 15 dk
Putaran : 9100 rpm
Mengingat pada saat start meneruskan daya lebih (over load) maka perlu
diperhitungkan faktor koreksi yang ditransmisikan.
Dimana : 1 dk = 0,7457 kw
P = 15 x 0,7457
= 11,18kw
Untuk mengatasi beban kejut atau beban lebih maka diperlukan factor koreksi
Pd = Fc x P (kw) ………………………………………(Sularso 1987;7)
Dimana:
Pd
T = 9,74 x 105 …………………………….(Sularso 1987;7)
n 10
13
Dimana :Pd = Daya (kw)
n = Putaran (Rpm)
Pd
T = 9,74 x 105 x
N
13,41
= 9,74 x 105 x
9100
14
Bahan poros diambil dari baja kabon untuk kontruksi mesin (S-C) baja yang difinis
dingin dalamhal ini diambil bahan poros S55C-D dengan kekuatan tarik τb 72 kg/mm2 Dengan
b
τa = (mm)……………………………………(Sularso 1987;8)
Sf 1xSf 2
Dimana :
Sf1 = Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan 6,0
Sf2 = Faktor yang mempengaruhi kontruksi tegangan dan kakasaran permukaan
(1,3-3,0) diambil 2,0
15
Maka diameter poros dapat dihitung :
1
5,1 3
ds = 2
x 2,1x1,6 x1431,78kg.mm
6kg / mm
= 16 mm
16
Tabel 2.3 Diameter Poros(Satuan mm)
4 10 * 22,4 40 100 * 224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 * 11,2 28 45 * 112 280 450
12 30 120 300 460
* 31,5 48 * 315 480
5 * 12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
5,6 14 * 35,5 56 140 * 355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
* 7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standart.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding
17
BAB III
SPLAIN DAN NAAF
3.1.Perhitungan Splain
Splain berfungsi meneruskan daya tarik poros yang digerakkan dengan putaran naaf.
Splain mempunyai alur yang berbeda pada poros,sedangkan naaf mempunyai alur alur dalam
yang terdapat pada kedudukan plat gesek.Besar dan jumlah alur pada splain dan naaf adalah
sama serta saling terikat satu sama lain,untuk perencanaan ini clearenya dianggap nol.
18
a. Jari-jari rata-rata antara poros dan naaf (rm)
Ds ds
rm mm
4
19,04 16
mm
4
8,76 mm
Dimana :
b = w = lebar splain = 2,496 mm
l = panjang = 28,8 mm
19
Fs
g
b xl
1781,21
Maka : 2,496 x 28,8
24,778 kg
mm 2
Diketahui bahwa τ harus lebih besar dari (τg) dimana 40 kg/mm2> 5,77 kg/mm2
maka kontruksi kopling dinyatakan aman dari tegangan geser yang terjadi.
l
Ml
Wl
kg / mm 2
Dimana :
Ml = Momen lengkung
Ml Fl x rm
178,121 x 8,76
1560,33 kg / mm 2
Wl = Momen perlawanan lengkung
Wl x rm
2
32
x 8.76
3,14
2
32
7,52 kg / mm 2
Maka :
Ml
l
Wl
1560,33 kg / mm
7,52 kg / mm
l 20,74 kg / mm
20
Tegangan lengkung izin
i t 50 kg / mm2
Dimana diketahui τ > τi dari hasil yang direncanakan 50 > 5,512 dinyatakan kopling
aman dari tegangan lengkung yang berlebihan.
L
Ds 3
ds 3
Dimana :
Ds = Diameter splain
ds = Diameter poros
Maka :
L
19,04
3
163
1,68 mm
Untuk naaf dihitung kekuatannya terhadap tegangan tumbuk dan tegangan geser pada
perencanaan ini bahan naaf diambil sama dengan bahan splain S 35 C dimana :
21
b 72 kg / mm
Sf1 6,0
Sf 2 2,0
Dari kesamaan bahan splain dan naaf dapat disimpulkan bahwa tegangan tarik izin (τt) pada
naaf sama dengan tegangan tarik izin pada splain yaitu : 50 kg/mm2.
22
BAB IV
PLAT GESEK
Plat gesek adalah suatu elemen yang ter dapat pada kopling berfungsi untuk
meneruskan daya dan putaran poros penggerak dengan poros yang digerakkan,juga berfungsi
untuk memindahkan daya dari poros penggerak kopling melalui fly wheel dalam bentuk
gesekan.
23
4. Pada keadaan tidak bekerja,diantara dua permukaan kerja dipisahkan oleh sebuah jarak
dimana poros yang digerakan berhenti walaupun poros berputar.
4.2 Bahan plat gesek
F
4
x D12 x D22 x Pa
Maka :
4
x 1 0,5 2 . D22 x 0,02 kg / mm
0,011775 D22 kg / mm
Jari-jari rata-rata :
D1 x D2
rm
4
0,5 1. D2
4
0,375 D2
24
Untuk mencari diameter luar plat gesek dapat dirumuskan
T x F x rm.............................................................Sularso,1987 :62
Dimana :
T : Torsi yang direncanakan = 1431,78 kg.mm
μ : Koefisien gesek (0,35 – 0,65) dipilih 0,50 untuk gesek kering
T x F x rm
1431,78 0,50 x 0,011775 D22 x 0,375 D2
1431,78 2,2078 x 10 3 D22
1431,78
D23
2,2078 x 10 3 D22
D23 0648509,8
D 2 3 0648509,8
112,32 mm
11,2 cm
F 0,011775 kg / mm 2 x D2
2
F 0,011775 kg / mm 2 x 112,32
2
148,55 kg
25
D1 2 x rm b
2 x 42,12 21,06
63,18 mm
D1 6,318 cm
Dimana :
Mg Momen gesek
Mpm Momen perancanaan massa
Mpk Momen perencanaan kopling
2 x Wp
Mpm
w xt
Dimana :
Wp Kerja kopling
N xt
kg.mm
12
t Waktu kontak plat gesek 1 3 det ik diambil 3 det ik
2 . . n
w Kecepa tan sudut rad / det
60
26
N Daya 15hp
1 hp 15 x 75 kg m / s
100 hp 15 x 75 kg m / s
1125 kg m / s
2 . . n
W
60
2 x3,14 x 9100
60
952,4 rad / det
Maka:
N xt
Wp
12
1125 x 3
12
2,81 kg / mm
27
Maka momen plat gesek
Mg Mtp Mpm Mpk
11,9662 0,01770 0,10
12,0839 kg.m
Tabel 4.2 laju keausan pemakaian plat gesek
Bahan permukaan W (cm3 / kg.m)
Paduan tembaga sinter 3 6 x10 7
Paduan sinter baja
4 8 x10 7
Setengah logam
5 10 x10 7
Damar cetak
6 12 x10 7
Dipilih nomor kopling yang digunakan 100,L3 = 210 kerja penghubung untuk sekalihubungan
(E)
GD 2 x nr 2 T do kg.m
E x ...................................( Sularso :1987 : 70)
7160 T do TI 1 lb
Dimana :
GD2= Gaya yang terjada pada poros kopling,untuk poros roda 4 dipilih G3 kg.m2
Nr = Putaran relatif poros kopling (rpm)
Tdo = Momen gesek dinamis (kg.m)
Tlo = momen start (kg.m)
28
Maka momen start (Tlo)
P x rm
Tlo 974 x
n
15 x 0,04212
974 x
9100
0,067 kg.m
Jadi kerja kopling untuk sekali hubungan ( E )
E
3 x 1000
2 2
x
100
7160 100 0,067
1257,82 kg.m
Nml
Nmd
Cry
208694,4
54750
3,8 tahun
29
Dengan demikian plat gesek diganti tiap 3,7 tahun sekali
4.5 Perhitungan daya plat gesek
Mg .W . t . z
Ng ................................................................( Sularso 1987 : 73)
2 x 75 x 3600
Dimana :
Ng = Daya gesek
Mg = Momen gesek = 12,0839 kg.m
W = Kecepatan sudut = 952,4 rad/det
t = Waktu kontak plat gesek (1-3) detik diambil t = 3 detik
z = Jumlah hubungan gesek per jam
Maka :
12,0839 x 952,4 x 3 x 30
Ng
2 x 75 x 3600
1,398
Mtp x n
N maks
71620
Mtp = Momen torsi 11,9662 kg.m = 1196,62 kg.mm
N = putaran = 5700 rpm
Maka :
1196,62 x 9100
N maks
71620
152,04 Hp
30
Dimana :
L Lama pemakaian plat gesek
3,8 x 5 x 365
6935 jam
3,14
4
11,22 6,3182 x 2
134,2 cm 2
Sehingga tebal plat gesek
L x Ng
a
F x Ak
6935 x 1,398
134,2 x 6
12,0 cm
31
Maka :
623 x Ng
AT
F x
Dimana :
F = 134,2 cm2 = 0,1342 m2
AT = Perubahan temperature tergantung kecepatan rata-rata
Maka :
623 x 1,398
AT
0,1342 x 111,81
58,04 0 C
32
4.9 Temperatur kerja (Tw)
Tw AT TK 0 C
Dimana :
TK Temperatur kamar
58,04 28 0 C
86,04 0 C
Temperatur yang diizinkan untuk bahan asbes adalah :
T 80 0 C 200 0 C
Dimana perbandingan antara temperatur dan temperatur krja adalah :
T Tw maka200 0C 96,56 0C
Jadi konstruksi kopling dinyatakan aman dari temperatur akibat panas yang ditimbulkan oleh
plat gesek.
33
BAB V
BANTALAN
34
Kekuatan bantalan poros terhadap gaya radial dinamis :
Frd = X . Fr + Y . Fa………………….(kg)
Dimana :
X = Koefisien beban radial = 0,56
Fr = Gaya radial 1
Y = Koefisien beban aksial = 0
Maka :
Fr 0,56 x 1 0 x 12,99
0.56 kg
Kapasitas normal dinamis sfesifikasi (C)
Fh x d
C
Fn
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian
Fn = Faktor kecepatan
Lh = Lama pemakaian kopling (direncanakan kendaraan jarang dipakai 5000 – 15000
jam dipilih 10000)
Lh
Fh 3
500
10000
3
500
2,71 jam
33,3
Fn 3
n
33,3
3
9100
0,15 Rpm
35
Kapasitas nominal dinamis spesifik (c)
Fh x Fd
C
Fn
2,71 x 43,68
C
0,15
C 789,15 kg
Dengan melihat harga kapasitas normal dinamis spesifik (C) didapat nomor bantalan
6003 zz………..(Sularso 1987 : 143) (Tabel 413) diperoleh ukuran lengkap.
D = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 17 mm
D = Diameter luar bantalan = 35 mm
B = Tebal bantalan = 10 mm
R = Jari-jari bantalan = 0,5 mm
Co = kapasitas nominal statis spesifikasi = 296 kg
C = kkapasitas nominal dinamis spesifikasi = 470 kg
36
Tabel 5.1 Bantalan
Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
nominal nominal
Dua sekat
dinamis statis
Jenis Dua sekat tanpa
spesifikasi C spesifik Co
terbuka kotak d D B r
(kg) (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001 ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002 ZZ 6002 VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003 ZZ 6003 VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004 ZZ 6004 VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005 ZZ 6005 VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006 ZZ 6006 VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007 ZZ 6007 VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008 ZZ 6008 VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009 ZZ 6009 VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010 ZZ 6010 VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200 ZZ 6200 VV 10 30 9 1 400 236
6201 6201 ZZ 6201 VV 12 32 10 1 535 305
6202 6202 ZZ 6202 VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203 ZZ 6203 VV 17 40 12 1 750 460
6204 6204 ZZ 6204 VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205 ZZ 6205 VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206 ZZ 6206 VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207 ZZ 6207 VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208 ZZ 6208 VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209 ZZ 6209 VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210 ZZ 6210 VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300 ZZ 6300 VV 10 35 11 1 635 365
6301 6301 ZZ 6301 VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 6302 ZZ 6302 VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303 ZZ 6303 VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6304 ZZ 6304 VV 20 52 15 2 1250 785
6305 6305 ZZ 6305 VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306 ZZ 6306 VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 6307 ZZ 6307 VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6308 ZZ 6308 VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309 ZZ 6309 VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 6310 ZZ 6310 VV 50 110 27 3 4850 3650
37
5.1.b Bantalan aksial
Fungsi bantalan aksial adalah untuk menekan pegas tekan, disaat bantalan ditekan oleh
tuas, Clerence antara poros dengan peluncur (C1) dan kelonggaran antara bantalan dengan
peluncur C11 direncanakan
Tebal peluncur
(t) = 2 mm (direncanakan)
C1 = 0,4 mm (direncanakan)
C11 = 0,2 mm (direncanakan)
38
Perencanaan bantalan aksial :
Sehingga
Frd 0 x 1 2,0 x 12,99
25,98 kg
39
Dengan memperoleh diameter bantalan = 24,6 mm, maka jenis bantalan yang harus
digunakan dengan nomor bantalan 6003 ZZ……….dengan data sebagai berikut :
40
BAB VI
PEGAS
1431,78
FK
50
28,6356 kg
41
Pegas kejut direncanakan 6 buah mendapat peredam yang seimbang
Fk
Fk1
6
28,6356
kg
6
4,7726 kg
Diameter pegas kejut dibuat dari Jis 4314 dengan bahan Sus 302 WPA dengan
kekuatan tarik (τb) = 120 – 145 kg/mm2 (lihat table 5,1) dipilih τ = 120 kg/mm2
Tegangan geser izin (τg)
g 0,8 x Tb
0,8 x120 kg / mm 2
96 kg / mm
Diameter kawat pegas (d)
8 x C x Fk1
T
xd2
Dimana :
C = D/d : Indeks pegas dipilih C = 9 ……………..(Literatur EMS hal : 316)
8 x C Fk1
d2
xd2
8 x 9 x 4,7726
3,14 x 96
d 2 1,13
d 1,0 mm
d 1 mm
42
Tabel 6.1 Diameter Pegas
43
Diambil diameter kawat pegas 3 mm
Diameter lilitan (D)
D 4xd
4 x1
4 mm
Defleksi yang terjadi pada pegas (δ)
8n x D 3 x Fk1
4
mm 2 ...............................................Sularso 1987 : 318
d xG
Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif ≥ 3 dipilih 4………………….(Sularso 1987 : 137)
G = Modilus geser dengan bahan kawat distemper dengan minyak, dengan nilai 8
x 103 kg/mm2 ……………..(Lihat tabel 5.2)
8n x D 3 x Fk1
d 4 xG
8 x 4 x 4,7726
3
14 x 8 .10 3
0,30 mm
44
Jumlah lilitan (N)
N 2 (n)
24
6 buah
Jarak antara pegas (P)
D
P
3
4
3
1,3 mm
Panjang pegas sebelum menerima gaya (Lo)
Lo n . p 2 . d
4 .1,3 2 .1
7,2 mm
Panjang pegas saat kopling bekerja (L)
L Lo
7,2 0,30
6,9 mm
Momen tahan punter yang terjadi (τg)
8 x D x Fk1
g
x d3
8 x 4 x 4,7726
3,14 x (1) 3
48,63 kg / mm 2
Tegangan geser (τg) > momen tahan punter (τg) 96 kg/mm2>48,63 kg/mm2
45
Maka : Fa = 386 x 0,03 = 11,58 kg
Ta = 0,8 . Tb
= 0,8 . 115
= 92 Kg/mm2
46
Faktor Tegangan ( k ) dengan Indeks pegas dipilih 5
4C 1 0,615
K ……………..( Sularso, 1987 : 316 )
4C 4 5
4 . 5 1 0,615
4 .5 4 5
1,31
8 x C x Fni
Td
xd2
8 x 5 x 48,26 x 1,31
d2
3,14 x 92
d 2 8,7
d 2,9 mm
D C xd
5 x 2,9
14,5 mm
8 x n D 3 x Fni
d4 x g
Dimana :
8 x 4 14,5 x 48,26
3
2,94 x 8 x 10 3
8,32 mm
N= 2 + n
= 2 + 4
= 6 lilitan
47
Jarak antara lilitan ( P )
D
P
3
14,5
3
4,8 mm
L min = Lo – (δ + δ1)
Dimana :
6.2d. Besar Gaya Untuk Melepas Hubungan Gaya Plat Gesek Dengan Plat Penekan
1 x d 4 x g
Ft
8 x n x d4
0,1 x 2,9 x 8 x 10 3
4
8 x 4 (14,5 ) 4
0,04 Kg
48
Kekuatan pegas ( t max )
8 x n x F max x K
t max
x d3
8 x (14,5 ) x 48,26 x 1,31
3,14 x ( 2,9 )
83,93 Kg / mm 2
Jadi τb > t max = 115 kg/mm2> 83,93 kg/mm2 maka pegas dinyatakan mempunyai kekuatan
yang aman.
BAB VII
49
PELUMASAN
Pelumasan bertujuan untuk mengurangi gesekan dan keausan antara elemen gelinding
dan sangkar membawa keluar panas yang terjadi antara elemen gelinding dan sangkar yang
terjadi, mencegah korasidan menghindari masuknya debu cara pelumasan ada dua macam
yaitu:
Pelumasan gemuk lebih banyak disukai karena penyekatnya lebih sedehana dan rata-rata
gemuk yang berkualitas baik sehingga dapat memberi umur panjang. Cara yang paling umum
digunakan ubtuk penggemukan adalah dengan mengisi bagiandalam bantalan dengan gemuk
sebanyak mungkin.
Pelumasan merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi, yang paling popular
dari pelumasan minyak ini diantaranya adalah pelumasan celup, pada cara ini dengan poros
mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah elemen gelinging yang terendah, adalah suatu
keharusan bahwa temperatur minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini dapat dipakai pipa
pendingin, atau sirkulasi air untuk poros tegak.
Maka dari sistem pelumasan yang ada, pelumasan gemuk dan pelumasan minyak
pelumasan yang dipakai atau yang sesuai pada sistem kopling gesek adalah pelumasan minyak
dan standart pelumasan adalah SAE 30 s/d 40.
Untuk mengetahui temperatur kerja kita terlebih dahulu harus mengetahui temperatur
kamarnya, untuk temperatur kamar biasanya berkisar :
Maka :
50
Tw = Ts + Tk
= 28,09°C + 28°C
= 56,09°C
Maka :
180
Z 0,22 x S
S
180
0,22 x 185
185
= 39,727centi pois
= 40centi pois
7.4. Grafik
51
Jika viscositas absolute minyak pelumas dan temperatur yang terjadi adalah:
V = 40 Cp
Tw= 56,09°C
Maka dari grafik didapat bahwa minyak pelumas yang sesuai untuk kopling ini adalah :
SAE 20. Dimana temperatur kerja (Tw) = 56,09 °C dan Viskositas Kinematik (Z) = 40 centi
pois.
BAB VIII
BAUT
52
Gambar 8.1 Baut
Jumlah baut yang direncanakan untuk mengikayporos penggerak ini adlah sebanyak 4 buah.
Mtd
F
R
Dimana :
F = Gaya keliling
Mtd = Momen torsi design 1431,78 kg.mm
R = Jarak garis sumbu = ( direncanakan 40 mm )
n = Jumlah baut
1431,78 Kg.mm
F
40 mm
35,7945 kg
53
F
F1
n
35,7945 Kg
6
5,96575 Kg
Bahan yang dipilih dari bahan poros dengan Fly whell yaitu Jis G 3101 SS 55 dengan C≤
30%.....................................( Sularso 1987 : 339 )
Dimana :
Kekuatan tarik (τb) = 55 Kg/mm2
Faktor Keamanan (V) = 8 ÷ 10 (direncanakan 9)
Maka :
b
Ttr
V
55
9
6,11 Kg / mm 2
54
2 x F1
dl ≥
Ttr
2 x 65
dl ≥
6,11
dl ≥ 4,65 mm
dl = 5, 5 diambil
F1
Τg =
A
Dimana :
3,14
A= x dl
4
3
= x (5)2
4
= 19,6 mm
F1
τg =
A
5,96575
=
19,5
= 0,30 kg / mm2
55
P = Jarak bagi = 1
H1 = Tinggi kaitan = 0,541 mm
d = Diameter luar = 6000 mm
d1 = Diameter dalam = 4,917 mm
lp = Tebal yang dijepit = 22 mm ( Direncanakan )
ls = Tambah panjang = 2 - 10 mm ( Diambil 4 mm )
H = Tebal jepit = 6 mm
56
Jarak Tinggi
bagi p kaitan H1
Diameter Diameter Diameter
luar D efektif D2 dalam D1
1 2 3 Ulir luar
Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 M7 1 0,541 6,000 5,350 5,350 4,917
M8 1 0,541 7,000 6,350 6,350 5,917
1,25 0,677 8,000 7,188 7,188 6,647
M 10 M9 1,25 0,677 9,000 8,188 8,188 7,647
M 11 1,5 0,812 10,000 9,026 9,026 8,376
1,5 0,812 11,000 10,026 10,026 9,376
M 12 M 14 1,75 0,947 12,000 10,863 1,106
M 16 2 1,083 14,000 12,701 1,835
2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 20 M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 22 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 M 27 3 1,642 24,000 22,051 20,752
3 1,642 27,000 25,051 23,752
3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 36 M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 39 4 2,165 36,000 34,402 31,670
4 2,165 39,000 36,402 34,670
M 42 M 45 4,5 2,436 42,000 39,077 37,129
M 48 4,5 2,436 45,000 42,077 40,129
5 2,706 48,000 44,752 42,587
M 56 M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 60 5,5 2,977 56,000 52,428 50,046
5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
M 64 M 68 6 3,248 64,000 60,103 57,505
6 3,248 68,000 64,103 61,505
BAB IX
PAKU KELING
57
1
2
3
Keterangan :
1. Lempengan gesek
2. Paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. Lingkar pembawa
4. Paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. Plat pembawa
6. Paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. Naaf
Jumlah paku keling yang digerakkan pada plat gesek digunakan sebanyak 16 buah paku
keeling Maka gaya pada paku.
Mtd
P =
rm
Dimana :
Mtd = 1431,78
rm = 42,12
1431,78
P =
42,12
= 33,99
58
P
P1 =
16
33,99
=
16
= 2,12 kg
Bahan Paku keeling diambil SS 37 dengan kekuatan tarik (τb) = 37 kg / mm2 faktor
keamanan 8 : 10 (direncanakan 10) jadi tegangan tarik izin adalah:
b
Ttr =
v
37
=
10
= 3,7 kg / mm2
Τg = 0,8 x Ttr
= 0.8 x 3,7
= 2,96 kg / mm2
59
= 2,5 x 0,45
= 1,1 mm
1,33 kg mm
2
BAB X
60
10.1. KESIMPULAN.
Kopling adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam bidang permesinan ,
dengan adanya kopling daya dan putaran dapat diteruskan atau ditransimisikan .
a. Bahan yang dapat dipakai untuk komponen perlu diperhatikan, bahan yang
digunakan haruslah mempunyai kekuatan tarik yang terjadi, jadi pemilihan bahan
merupakan hal yang terpenting dalam perencanaan.
b. Factor keamanan juga harus diperhatikan dalam perencanaan suatu elemen mesin
pemiihan faktor keamanan dipengaruhi oleh dua hal yang menjadi pertimbangan
yaitu bila faktor keamanan kecil maka elemen itu akan rusak dengan mudah tetapi
faktor keamanan itu besar keefesieananya. Elemen mesin itu menjadi mahal.
c. Fly wheel sangat berguna untuk menyimpan energi berlebih dan akan mengeluarkan
energi pada saat kekurangan energi, sedangkan fly wheel itu sendiri dibuat dari
bahan yang sama dengan bahan paras karena fly wheel paras diikat dengan baut
menjadi satu dan bergerak terus selama mesin beroperasi.
Daya = 15 dk
Putaran = 9100 rpm
61
Momen dari plat gesek (Mg) = 12,0839 kg / m
Umur plat gesek (Nml) = 3,8 Tahun
Daya gesek = 1,398 kg
Temperatur kerja = 86,04 º C
10.1 f. Pelumasan
Temperatur kerja = 56,09 º C
Viskositi kinematik = 40 Centipais
Jenis Pelumasan = SAE 20
10.1 g. Baut
Gaya keliling (F) = 35,7945 kg
Gaya keliling tiap baut (F1) = 5,96575 kg
Tegangan geser izin (τg) = 4,9 kg / mm2
Tegangan geser (σg) = 0,30 kg / mm
10. 2. SARAN.
62
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan – kekurangan yang
terdapat dalam laporan rancangan KOPLING GESEK ini, salah satu penyebabnya adalah
keterbatasan buku diperpustakaan untuk itu penulis berharap untuk melengkapi kekurangan
tersebut, karna itu adalah untuk kemajuan mahasiswa INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN.
Kiranya dihari yang akan datang kita harus dapat memperaktekannya secara
langsung di laboratorium,agar lebih memahami yang telah dipelajari dalam teori sebelumnya.
Atas bimbingan penulis lebih dahulu mengucapkan banyak terimak kasih kepada bapak Ir.
Surya Murni Yunus, MT.
DAFTAR PUSTAKA
63
1. Sularso. Suga Kiyokatsu “ Eelemen Mesin” PT . Pradya Paramilha Jakarta,
Cet 11. 2004.
2. Stoclk Jeck dan Kross “ Elemen Konstruksi Bangunan Mesin” New York 1992.
5. J. Kennets Salis Bary “ Mechanical Engineer Hand Book “ ,New York, 1950.
6. Khurmi, R.S. Gupta, J.K. Machine Design. Pvt Adram Nagar. India.1980.
7. Shingley, Josep Edward. Perencanaan teknik mesin. Jilid II. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1991.
10. Hall. Hollowenko. Machine Desingn. New York, Mc. Grow Hill. 1961.
64