Anda di halaman 1dari 72

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada penulis sehinnga dapat
menyelesaikan “Tugas Rancangan Elemen Mesin II”
Berdasarkan kurikulum pada perguruan tinggi Institut Teknologi Medan (ITM), dimana
setiap mahasiswa/I Fakultas Teknologi Insdustri khususnya jurusan Teknik Mesin, wajib
menyelesaikan tugas rancangan kopling. Dalam kesempatan ini penulis membuat rancangan
KOPLING GESEK dengan data sebagai berikut :

Daya : 9,21 KW
Putaran : 85000 rpm

Dalam rancangan ini penulis menyajikan perhitungan untuk memperoleh ukuran-


ukuran dan bahan yang akan digunakan pada KOPLING GESEK.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, atas nasihat dan pengorbanan moril dan material serta do’anya
kepada penulis sehingga terselesaikannya tugas ini.
2. Dr. Eng supriatno ST.MT, selaku dosen pembimbing penulis dalam menyusun tugas
rancangan kopling ini.
3. Teman-teman mahasiswa yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini dan
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
penulis dan masyarakat luas.

Medan, 13 Desember 2017

ASPRI OMPUSUNGGU
15 202 269

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...……...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang……………..………………………………………………………1
1.2. Tujuan Perancangan……… .………………………………………………………1
1.3. Tujuan Pnulisan…………………………………………………………………….2
1.4. Batasan Masalah…………………………………………………………………....2
1.5. Metode Perancangan………………………………………………………………..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……..…………………………………………………………3


2.1. Pengertian Kopling……………..…………………………………………………..3
2.2. Perhitungan Poros…………………………………………………………………..3
2.2.1. kopling kaku……………………………………………………………………....3
2.2.2. kopling luwes (flexible)…………………………………………………………..4
2.2.3. kopling universal…………………………………………………………………6
2.2.4. kopling fluida……………………………………………………………………..6
2.3. Hal-Hal yang Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap…………………………7
2.4.1. Kopling Cakar…………………………………………………………………….7
2.4.2. kopling plat……………………………………………………………………….8
2.4.3. kopling kerucut…………………………………………………………………...8
2.4.4. kopling friwis……………………………………………………………………..8
2.4.5. kopling krucut…………………………………………………………………….9
2.4.6. kopling freweel…………………………………………………………………...9
2.5. Pemilihan Kopling………………………………………………………………...10

BAB III KONSTRUKSI KOPLING DAN CARA KERJA……………………….……….….11


3.1. Asembling Kopling………...……………………………………………...………11
3.2. Keterangan Gambar……………………………………………………………….12
3.3. Cara kera Kopling…………………………………………………………………13

ii
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN …………………….…………………………………14
4.1. Perhitungan Poros…………….………………………………………………..….14
4.1.1. pada perencanaan sepeda motor….…………………………………………..….14
4.1.2. Daya yang direncanakan....………………………………………………….…..15
4.1.3. Momen punter yang terjadi.……………………………………………………..15
4.2. Perhitungan Spline………………………………………………………………...19
4.2.1. Lebar spline………..………………………………………………………….…19
4.2.2. Panjang spline..……………………………………………………………….…19
4.2.3. Tinggi Spline…………………………………………………………………….19
4.2.4. Diameter spline………………………………………………………………….19
4.2.5. Gaya tangensial………………………………………………………………….20
4.2.6. Maka tegangan geser…………………………………………………………….20
4.2.7. Tegangan geser………………………………………………………………….20
4.2.8. Gaya yang di terima setiap spline……………………………………………….20
4.3. Perhitungan Naaf………………………………………………………………….21
4.3.1. Lebar gigi naaf…………………………………………………………………..21
4.4. Perhitungan Plat Gesek……………………………………………………………23
4.5. Perhitungan Pegas…………………………………………………………………25
4.6. Perhitungan Bantalan……………………………………………………………...28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….…32


5.1. Kesimpulsn……….……………………………………………………………….32
5.1.1. Perencanaan Poros……………………………………………………………...32
5.1.2. Perencnaan Spline……………………………………………………………....32
5.1.3. Perencanaan Naaf……………………………………………………………….32
5.1.4. Perencanaan Plat Gesek...………………………………………………………32
5.1.5. perencanaan Pegas……………………………………………………………...33
5.1.6. Perencanaan Bantalan…………………………………………………………..33
5.2. Saran………………………………………………………………………………34

LITERATUR…………………………………………………………………………………..35

iii
iv
ASSEMBLING

KETERANGAN GAMBAR

v
NO NAMA BAGIAN JUMLAH

1. Flywhell 1

2. Plat Gesek 1

3. Baut 4

4. Plat Pembawa 1

5. Bantalan Radial 1

6. Paku Keling 4

7. Baut 6

8. Plat Pembebas 1

9. Paku Keling 15

10. Pegas 5

11. Plat Pembawa 1

12. Bantalan Aksial 1

13. Poros 1

14. Naaf 1

15. Pegas Matahari 1

16. Paku Keling 8

17. Baut 6

CARA KERJA KOPLING

Berikut ini akan dibahas Konsep kerja kopling gesek yang banyak digunakan dapat

dijelaskan melalui gambar di bawah.

vi
Saat Piringan pemutar (Drive Disc) tidak berhubungan
dengan piringan yang diputar (Driven disk)

Berdasarkan skema rangkaian tersebut, kini terlihat fungsi utama kopling

adalahmemutus dan menghubungkan jalur tenaga dari mesin ke transmisi. Proses perpindahan

tenaga, poros engkol (crank shaft) memutar drive disc dalam kopling. Selama piringan/disc

yang lain (driven disc) tidak berhubungan dengan drive disc, maka tidak ada tenaga/torsi/gerak

yang ditransfer dari mesin ke pemindah daya (lebih spesifiknya transmisi). Atau bisa juga

disebut kopling dalam kondisi bebas.

Cara Kerja Kopling Saat Berhubungan

Pada saat drive disc dan driven disc bersinggungan, maka drive disc akan memutar

driven disc yang berhubungan dengan poros input transmisi. Sebagai hasilnya, torsi/gaya putar

dari mesin ditransfer melalui kopling ke komponen pemindah daya yang lainnya hingga ke

roda penggerak. Saat kedua disc bersinggungan, dan saling berputar bersama dapat

diilustrasikan dalam gambar di atas.

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Kopling

kopling adalah alat penyambung antara dua poros yaitu poros penggerak dengan poros

yang digerakkan dan berfungsi sebagai penerus putaran dan daya.

I.2. Macam-Macam Kopling

Berdasarkan konstruksi dan cara kerjanya kopling dapat dibagi atas :

1. kopling tetap (Permanent Coupling)

2. kopling tidak tetap (Non Permanen Coupling)

I.2.1. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah sebuah elemen mesin yang berfungi sebagai penerus putaran dan

daya dari poros keporos penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip)

kopling ini tidak dapat dilepaskan, kopling ini dalam keadaan bersambung, dan kopling ini

hanya dapat diputuskan dan dihubungkan apabila poros penggeraknya dihentikan. Kopling

tetap dibagi atas :

A. Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu yang

segaris. Kopling ini bisa dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik-pabrik.

1
Salah satu contoh kopling kaku :

o Kopling Bus

Pada kopling ini poros penggerak dengan poros yang digerakkan diikat oleh

tabung pengikat dan poros penggerak tidak terjadi gesekan berputar dengan baik tanpa

ada kejutan.

Gambar 1.1 Kopling Bus

B. Kopling Flens Kaku

Kopling flens kaku ini prinsipnya sama dengan kopling bus, dimana proses

yang satu masuk kerumah penggerak, gunanya sewaktu kopling ini berputar dengan

serentak dan baut pengikat-pengikatnya tidak begitu besar menerima beban geser.

Gambar 1.2 Kopling Flens Kaku

2
C. Kopling Flens Tempa

Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antar poros

dengan tempa pengikatnya ditempelkan menjadi satu.

Gambar 1.3 Kopling Flens Tempa.

D. Kopling Luwes

Kopling luwes dapat dibedakan atas :

1. Kopling Flens Luwes

Kopling ini mempunyai bentuk rumah yang sama dengan kopling, tetapi dengan

ada penonjolan pemasangan poros tidak dapat dipasang bus karet atau kulit sebagai

penghubung antara baut dengan dinding flens yang lain. Disamping ini bus karet

atau kulit ini dapat mengurangi kejutan.

Gambar 1.4 Kopling Flens Luwes

3
2. Kopling Karet Ban.

Kopling ini hampir sama prinsipnya dengan kopling flens luwes yang juga

mempunyai atau tumbukan kopling karet ban dan dapat juga bekerja dengan baik

meskipun kedua sumbu poros tidak benar-benar segaris.

Gambar 1.5 Kopling Karet Ban

3. Kopling Gigi

Pada kopling ini dipakai gigi untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada saat

bekerja antara masing-masing diikat dengan satu rumah pengikat poros dilengkapi

dengan roda gigi kemudian diikat menjadi satu.

Gambar 1.6 Kopling Gigi.

4
4. Kopling Universal

Kopling ini dipasang secara menyilang untuk menghubungkan masing-masing

poros. Kopling ini mempunyai kecepatan yang tetap

Kopling ini ada 2 jenis antaranya :

 Kopling universal hook

 Kopling universal kecepatan tetap

Gambar 1.7 Kopling Universal Hook

I.2.2. Kopling Tidak Tetap

Kopling tidak tetap merupakan bentuk sambungan yang menghubungkan poros

penggerak dengan poros yang digerakkan dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya.

Serta dapat memutuskan hubungan kedua poros tersebut baik pada saat berputar maupun pada

saat diam.

Kopling tidak tetap dibedakan atas beberapa macam :

A. Kopling Cakar

Kopling cakar ini merupakan kopling yang meneruskan momen dengan

perantara gesekan sehingga tidak terjadi slip.

5
Ada dua bentuk kopling cakar antara lain :

1. Kopling Cakar Persegi

Dimana jenis kopling ini dapat meneruskan momenb dalam dua arah

putaran tetapi tidak dihubungkan dalam keadaan berputar.

Gambar 1.8 Kopling Cakar Persegi

2. Kopling cakar Spiral

Kopling ini hanya dapat bekerja meneruskan momen dengan baik pada

suatu putaran tertentu saja dan dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.

Gambar 1.9 Kopling Cakar Spiral.

6
B. Kopling Plat

Kopling ini berfungsi meneruskan momen denghan perantara gesekan, dengan

demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan

dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi slip maka kopling berfungsi sebagai

pembatas moment

● Menurut jumlahnya kopling ini dapat dibedakan atas ;

1. Kopling Plat tunggal

2. Kopling Plat banyak

Gambar 1.10 Kopling Plat

1. Kopling Plat Tunggal

Pada kopling ini platnya sering sekali disebut piring priksi peranan gesekan

disatukan pada kopling tersebut.

7
Anak penekan menjepit plat kopling diantara roda gigi penerus dan anak

penekan. Didalam sikap ini kopling terhubung supaya kopling dapat terlepas anak

penekannya diberi pada yang berputar.

Apabila kopling terinjk anak penekannya akan dipindahkan kekanan maka plat

kopling akan lepas dari roda penerus. Jika pedal ini dilepas pegas diantara anak

penekan dan roda penerus dengan sumbu yang pertama berputar bersama roda penerus.

Gambar 1.11 Kopling Plat Tunggal

2. Kopling Plat Banyak/Kopling Ganda.

Beda dengan kopling plat tunggal karena pada kopling ini mempunyai banyak

plat kopling. Sekumpulan piring-piringnya berputar pada sumbu pertama. Cara kerja

8
sama dengan kopling plat tunggal. Hanya karena bidang platnya lebih besar maka

momen putaran yang dipindahkan lebih besar pula.

Menurut pelayanannya pada kopling plat dapat dibagi atas :

 Cara manual

 Cara Hidraulik

 Cara magnetic

Kopling tersebut kering bila plat-plat gesek bekerja dalam keadaan kering

(tanpa pelumas) dan tersebut basah apabila terendam atau dilumasi minyak.

Gambar 1.12 Kopling Plat ganda

C. Kopling kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhanan dan banyak

keuntungan dimana dengan daya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen yang besar,

tetapi daya tidak seragam.

9
Gambar 1.13 Kopling Kerucut

D. Kopling Friwel.

Kopling ini hanya diteruskan moment dalam suatu arah putaran saja. Sehingga putaran

berlawanan arahnya tidak dapat diteruiskan berputar lebih lambat dalam arah berlawannan dari

poros yang digerakkan.

Cara kerja berdasarekan efek biji dari bola atau rol bola dipasang dalam ruangan yang

bentuknya sedemikian rupa sehingga jika poros penggerak berputar searah jarum jam, maka

gerakan yang timbul akan menyebabkan rol/bola terjepi diantara poros penggerak dan anak

luar sehingga anak luar bersama poros digerakkan akan berputar meneruskan gaya jika poros

penggerak berputar berlawanan arah.Jika poros yang digerakkan bekerja lebih cepat dari poros

penggerak maka bola/rol akan lepas dari jepitannya.

Gambar 1.14 Kopling Friwil

10
E. Dasar-Dasar Pemilihan Kopling
Dalam perencanaan kopling perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kopling berfungsi sendiri menurut sinyal dan besar beban mesin yang dipindahkan ke
transmisi tanpa terjadi slip.
b. Koefisien gesek yamg dapat dipertahankan di bawah kondisi kerja.
c. Permukaan geseknya harus cukup keras untuk menahan keausan.
d. Massa dan luas permukaan plat gesek yang cukup untuk pengeluaran panas.
e. Material tidak hancur akibat gesekan pada temperatur dan beban apit pada proseskerja.
f. Konduktivitas panas untuk penyebaran panas dapat dipertahankan dan dapat di hindari
perubahan struktur dari komponen.

11
BAB II
POROS

D
Gambar 2.1. Poros

Poros merupakan salah satu yang terpenting dalam merancang kopling,maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin.Hampir semua kopling sebagai penerus daya dan putaran,peranan
seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran,harus diperhatikan jenis bahan
yang harus digunakan biasanya bahan poros terbuat dari baja batang yang mempunyai sifat-
sifat berikut :
* Tahan terhadap momen puntir
* Mempunyai elastissitas yang baik
* Tidak mudah patah

2.1 Macam-macam poros


1. Poros transmisi
Poros transmisi ini mendapat beban puntir atau lentur,daya ditransmisikan kepada
poros ini melalui kopling,roda gigi rantai dan lain-lain.
2. Spidel
Poros transmisi ini relative pendek dimana baban utama berupa puntiran pada
poros ini dideformasinya harus kecil dan ukurannya harus teliti.
3. Gender
Poros seperti ini banyak dipasang antara roda-roda kereta agar boleh dapat berputar.

12
2.2 Perhitungan poros
Pada rancangan ini proses pemindah daya (p) sebesar 15 dk dan putaran sebesar 9100
rpm maka harus dikalikan dengan 0,7457 untuk mendapatkan daya (Kw)
Daya : 15 dk
Putaran : 9100 rpm

Mengingat pada saat start meneruskan daya lebih (over load) maka perlu
diperhitungkan faktor koreksi yang ditransmisikan.

Tabel 2.1 factor koreksi


Daya yang ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Dimana : 1 dk = 0,7457 kw
P = 15 x 0,7457
= 11,18kw

Untuk mengatasi beban kejut atau beban lebih maka diperlukan factor koreksi
Pd = Fc x P (kw) ………………………………………(Sularso 1987;7)

Dimana:

Pd = Daya rencana (KW)


Fc = Faktor koreksi
P = Daya yang di transmisikan

Faktor koreksi yang diambil 1,2 daya maksimum


Dengan demikian :
Pd = 1,2 x 11,18 kw
= 13,41kw
Momen puntir yang terjadi : 13,41 kw

Pd
T = 9,74 x 105 …………………………….(Sularso 1987;7)
n 10 

13
Dimana :Pd = Daya (kw)
n = Putaran (Rpm)

Besar momen rencana T (Kg.mm) yaitu:

Pd
T = 9,74 x 105 x
N

13,41
= 9,74 x 105 x
9100

= 9,74 x 105 x 0.00147


= 1431,78 Kg.mm

2.2.a. Pemilihan bahan poros


Ada 9 baja karbon untuk kontruksi mesis dan baja baja yang difinis dingin untuk poros

Tabel 2.2 Bahan Poros.


Standart Lambang Perlakuan Kekuatan Ketarangan
dan macam panas tarik
S30C Penomalan 48
S35C 52
Baja karbon S40C 55
Kontruksi S45C 58
Mesin(715 G S50C 62
4501) S55C 66

Batang baja S35C-D 53 Ditarik


Yang difinis S45C-D 60 dingin,digerinda,
dingin S55C-D 72 dibubut atau
gabungan antara
hal-hal tersebut

14
Bahan poros diambil dari baja kabon untuk kontruksi mesin (S-C) baja yang difinis

dingin dalamhal ini diambil bahan poros S55C-D dengan kekuatan tarik τb 72 kg/mm2 Dengan

factor keamanan Sf1 x Sf2 .

b
τa = (mm)……………………………………(Sularso 1987;8)
Sf 1xSf 2

Dimana :
Sf1 = Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan 6,0
Sf2 = Faktor yang mempengaruhi kontruksi tegangan dan kakasaran permukaan
(1,3-3,0) diambil 2,0

τa= Tegangan geser yang diizinkan kg/mm2


τb = Tegangan tarik izin poros 72 kg/mm2
Maka :
b
a
Sf1 x Sf 2
72 kg / mm 2

6,0 x 2,0
 6 kg / mm 2

2.2.b Diameter poros


Diameter poros dapat dihitungdengan rumus :
 5,1  1
ds =  xKtxCbxT 3
…………………………(Sularso,1987:8)
 a 
Dimana : ds : Diameter poros
Kt : Faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 sampai dengan 3,0
(direncanakan 2,1)
Cb : Faktor keamanan terhadap beban lentur, harganya 1,2 sampai dengan 2,3
(direncanakan 1,6)

15
Maka diameter poros dapat dihitung :
1
 5,1  3
ds =  2
x 2,1x1,6 x1431,78kg.mm
 6kg / mm 
= 16 mm

Menghitung tegangan geser (τg) digunakan rumus :


5,1 x T
g
ds 3
5,1 x 1431,78

163
 g  1,782 kg / mm 2

16
Tabel 2.3 Diameter Poros(Satuan mm)
4 10 * 22,4 40 100 * 224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 * 11,2 28 45 * 112 280 450
12 30 120 300 460
* 31,5 48 * 315 480
5 * 12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
5,6 14 * 35,5 56 140 * 355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
* 7,1 71
75
8 80
85
9 90
95

Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standart.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding

2.2.c. Pemeriksaan kekuatan


Pada pemeriksaan kekuatan, dimana tegangan puntir (τg) yang timbul harus
lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan τa > τg dimana :
τa= 6 kg/mm
τg = 1,782 kg/mm
Berarti diketahui bahwa τa >τg dengan demikian bahwa kontruksi cukup untuk digunakan.

17
BAB III
SPLAIN DAN NAAF

3.1.Perhitungan Splain
Splain berfungsi meneruskan daya tarik poros yang digerakkan dengan putaran naaf.
Splain mempunyai alur yang berbeda pada poros,sedangkan naaf mempunyai alur alur dalam
yang terdapat pada kedudukan plat gesek.Besar dan jumlah alur pada splain dan naaf adalah
sama serta saling terikat satu sama lain,untuk perencanaan ini clearenya dianggap nol.

Gambar 3.1 Splain dan Naaf

3.1.a. Pemeriksaan terhadap splain dan naaf


Jumlah alur splain dan naaf (direncanakan 10 buah) tujuannya agar getaran yang terjadi
pada splain dan naaf relatif halus.
Data perencanaan untuk splain terdiri dari 10 buah alur diperoleh :
● Panjang splain (I) = 1,8 x ds = 1,8 x 16 = 28,8 mm
● Tinggi splain (h) = 0,095 x ds = 0,095 x 16 = 1.52 mm
● Lebar (w) = 0,156 x ds = 0,156 x 16 = 2,496 mm
● Diameter poros (ds) = 16 mm

Karena diameter minimum = diameter poros, maka diameter splainnya adalah :


Ds = 2 x h + ds (mm)
= 2 x (1.52) + 16 mm
= 19,04mm

18
a. Jari-jari rata-rata antara poros dan naaf (rm)

Ds  ds
rm  mm
4
19,04  16
 mm
4
 8,76 mm

Pemeriksaan kekuatan terhadap splain dan naaf,direncanakan bahan naaf diambil


sama dengan bahan splain dan akibat adanya gaya yang ditransmisikan oleh plat gesek keporos
kopling melalui splain akibat mengalami gaya.
b.Gaya yang bekerja pada splain (Fs)
Mtd
Fs = (kg)
rm
Dimana :
Mtd momen torsi rencana = 15603,48kg.mm
15603,48 kg.mm
Fs 
8,76 mm
 1781,21 kg
c. Gaya yang diterima tiap-tiap splain (F1)
Fs
F1= dimana (n) jumlah splain adalah 10 buah
n
1781,21
F1=
10
= 178,121 kg

3.1.b. Pemeriksaan terhadap tegangan geser


Fs
g
b xl

Dimana :
b = w = lebar splain = 2,496 mm
l = panjang = 28,8 mm

19
Fs
g
b xl

1781,21

Maka : 2,496 x 28,8
 24,778 kg
mm 2

Tegangan geser izin (τg)


 g  0,8 x  t
 0,8 x 50 kg / mm 2
 40 kg / mm 2

Diketahui bahwa τ harus lebih besar dari (τg) dimana 40 kg/mm2> 5,77 kg/mm2
maka kontruksi kopling dinyatakan aman dari tegangan geser yang terjadi.

3.1.c. Pemeriksaan terhadap tegangan lengkung (τl)

l 
Ml
Wl

kg / mm 2 
Dimana :
Ml = Momen lengkung
Ml  Fl x rm
 178,121 x 8,76
 1560,33 kg / mm 2
Wl = Momen perlawanan lengkung

Wl  x rm 
2

32
x 8.76
3,14

2

32
 7,52 kg / mm 2
Maka :
Ml
l 
Wl
1560,33 kg / mm

7,52 kg / mm
 l  20,74 kg / mm

20
Tegangan lengkung izin
 i   t  50 kg / mm2
Dimana diketahui τ > τi dari hasil yang direncanakan 50 > 5,512 dinyatakan kopling
aman dari tegangan lengkung yang berlebihan.

Gambar 3.2 Naaf


3.2 Perhitungan Naaf
Dengan merencanakan splain masuk kedalam naaf, maka berlaku :
● Diameter maximal splain (Ds) = tinggi naaf (h) = 1.52 mm
● Tinggi splain (t) = lebar naaf (w) = 2,496 mm
● Jari-jari rata-rata splain (rm) = 8.76 mm
Tetapi untuk panjang splain tidak sama panjang naaf (L), jadi panjang naaf (L) jadi panjang
Naaf ( CL )

L
Ds 3
ds 3
Dimana :
Ds = Diameter splain
ds = Diameter poros

Maka :

L
19,04 
3

163
 1,68 mm

Untuk naaf dihitung kekuatannya terhadap tegangan tumbuk dan tegangan geser pada
perencanaan ini bahan naaf diambil sama dengan bahan splain S 35 C dimana :

21
 b  72 kg / mm
Sf1  6,0
Sf 2  2,0
Dari kesamaan bahan splain dan naaf dapat disimpulkan bahwa tegangan tarik izin (τt) pada
naaf sama dengan tegangan tarik izin pada splain yaitu : 50 kg/mm2.

22
BAB IV
PLAT GESEK

Plat gesek adalah suatu elemen yang ter dapat pada kopling berfungsi untuk
meneruskan daya dan putaran poros penggerak dengan poros yang digerakkan,juga berfungsi
untuk memindahkan daya dari poros penggerak kopling melalui fly wheel dalam bentuk
gesekan.

Gambar 4.1 Plat Gesek

4.1 Langkah kerja plat gesek


Ada 4 tingkat mekanisme kerja yang dilakukan plat gesek adalah :
1. Permukaan kerja dari kopling didorong dan ditekan plat gesek,maka poros yang
digerakkan dipercepat sampai pada putararan poros yang menggerakkan.
2. Kopling ini dipergunakan selama putaran input dan putaran output berputar pada
putaran yang sama.
3. Kopling tidak berfungsi bila permukaan kerja digerakkan, maka poros yang digerakkan
putarannya menurun dan kemudian akan berhenti.

23
4. Pada keadaan tidak bekerja,diantara dua permukaan kerja dipisahkan oleh sebuah jarak
dimana poros yang digerakan berhenti walaupun poros berputar.
4.2 Bahan plat gesek

Tabel 4.1 Plat gesek


Bahan permukaan μ Pa
kontak Kering Dilumasi
Besi cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 – 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 – 0.10 0,05 – 0,15 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03

4.3 Perhitungan ukuran plat gesek



F 
4
 
x D22  D12 x Pa


F 
4
 
x D12 x D22 x Pa

Nilai untuk D1 / D2 > 0,5 tidak boleh kecil dari 0,5


Dimana :
F = Gaya tekan
Pa = Tekan rata-rata pada bidang gesek dengan nilai 0,02 – 0,03 dipilih 0,02 kg/mm2

F 
4
 
x 1  D12 . D22 x 0,02 kg / mm


Maka : 
4
 
x 1  0,5 2 . D22 x 0,02 kg / mm

 0,011775 D22 kg / mm

Jari-jari rata-rata :
D1 x D2
rm 
4
0,5  1. D2

4
 0,375 D2

24
Untuk mencari diameter luar plat gesek dapat dirumuskan
T   x F x rm.............................................................Sularso,1987 :62
Dimana :
T : Torsi yang direncanakan = 1431,78 kg.mm
μ : Koefisien gesek (0,35 – 0,65) dipilih 0,50 untuk gesek kering
T   x F x rm
1431,78  0,50 x 0,011775 D22 x 0,375 D2
1431,78  2,2078 x 10 3 D22

1431,78
D23 
2,2078 x 10 3 D22
D23  0648509,8
D 2  3 0648509,8
 112,32 mm
 11,2 cm

Maka jari-jari rata-rata (rm)


rm  0,375 x D2
 0,375 x 112,32 mm
 42,12 mm
Gaya yang ditimbulkan tekanan plat gesek (F) dapat dicari

F  0,011775 kg / mm 2 x D2 
2

F  0,011775 kg / mm 2 x 112,32
2

 148,55 kg

Lebar bidang gesek (b)


b
 0,4  0,5
rm
diambil 0,5 maka
b  0,5 x D2
 0,5 x 42,12
 21,06 mm

Diameter dalam plat gesek (D1)

25
D1  2 x rm  b
 2 x 42,12  21,06
 63,18 mm
D1  6,318 cm

4.4 Perhitungan momen plat gesek


Dalam perencanaan ini perlu diperhatikan momen gesek yang terjadi pada plat gesek
tersebut,supaya kontruksi kopling aman,maka syarat-syarat dibawah ini harus diperhatikan.
Mg  Mtp  Mpm  Mpk kg.m
Dimana untuk mencari momen plat gesek harus ditentukan momen torsi puntirnya
p
Mtp  9,74 x 10 5 x
n
11,18
 9,74 x 10 5 x
9100
 1196,62 kg.mm
 11,9662 kg.m

Dimana :
Mg  Momen gesek
Mpm  Momen perancanaan massa
Mpk  Momen perencanaan kopling

2 x Wp
Mpm 
w xt

Dimana :
Wp  Kerja kopling
N xt
 kg.mm
12
t  Waktu kontak plat gesek 1  3 det ik diambil 3 det ik 
2 . . n
w  Kecepa tan sudut  rad / det
60

26
N  Daya 15hp
1 hp  15 x 75 kg m / s
100 hp  15 x 75 kg m / s
1125 kg m / s

2 . . n
W 
60
2 x3,14 x 9100

60
 952,4 rad / det
Maka:
N xt
Wp 
12
1125 x 3

12
 2,81 kg / mm

Momen kecepatan massa (Mpm) dapat dicari :


2 x Wp
Mpm 
W xt
2 x 2,81

952,4 x 3
 0,01770 kg / m
Momen kecepatan kopling (Mpk)
Lk x W
Mpk 
t
Maka:
Lk  Gaya yang dialami kopling
Y b

  rm 4 kg.ms 1
g 2

Dimana :
Y  7800 kg.m berat jenis baja
b  21,06 mm  0,02106m
g  9,81 m / s Grafitasi
rm  42,12mm  0,04212 m
3315 x 10 5 x 952,4
Mpk 
3
 0,10 kg.m

27
Maka momen plat gesek
Mg  Mtp  Mpm  Mpk
 11,9662  0,01770  0,10
 12,0839 kg.m
Tabel 4.2 laju keausan pemakaian plat gesek
Bahan permukaan W (cm3 / kg.m)
Paduan tembaga sinter 3  6 x10 7
Paduan sinter baja
4  8 x10 7
Setengah logam
5 10 x10 7
Damar cetak
6 12 x10 7

Dari tabel diatas dipilih bahan setengah logom


W  8 x10 7 cm 3 kg.m

Tabel 4.3 Nomor kopling


Nomor kopling 1,2 2,5 5 10 20 20 70 100
Batas keausan permukaan 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
Volume total pada batas keausan (cm2) 7,4 10,8 22,5 33,0 63,0 91,0 150 210

Dipilih nomor kopling yang digunakan 100,L3 = 210 kerja penghubung untuk sekalihubungan
(E)
GD 2 x nr 2 T do  kg.m 
E  x  ...................................( Sularso :1987 : 70)
7160 T do  TI 1  lb 

Dimana :

GD2= Gaya yang terjada pada poros kopling,untuk poros roda 4 dipilih G3 kg.m2
Nr = Putaran relatif poros kopling (rpm)
Tdo = Momen gesek dinamis (kg.m)
Tlo = momen start (kg.m)

28
Maka momen start (Tlo)
P x rm
Tlo  974 x
n
15 x 0,04212
 974 x
9100
 0,067 kg.m
Jadi kerja kopling untuk sekali hubungan ( E )

E
3 x 1000
2 2
x
100
7160 100  0,067
 1257,82 kg.m

Direncanakan umur plat gesek.


L3
Nml 
E .W
210

1257,82 x 8 .10 7
 208694,4 hb

Lama keja kopling


Kopling direncanakan bekerja 5 jam perhari dengan frekwensi hubungan N = 30
hb/jam. Jadi jumlah hubungan sehari :
= 5 jam/hari x 30 hb/jam
= 150 hb/hari
Dengan jumlah hari 365 hari /tahun, maka :

Cyr  150 x 365


 54750 hb / hari

Nml
Nmd 
Cry
208694,4

54750
 3,8 tahun

29
Dengan demikian plat gesek diganti tiap 3,7 tahun sekali
4.5 Perhitungan daya plat gesek
Mg .W . t . z
Ng  ................................................................( Sularso 1987 : 73)
2 x 75 x 3600

Dimana :
Ng = Daya gesek
Mg = Momen gesek = 12,0839 kg.m
W = Kecepatan sudut = 952,4 rad/det
t = Waktu kontak plat gesek (1-3) detik diambil t = 3 detik
z = Jumlah hubungan gesek per jam

Maka :
12,0839 x 952,4 x 3 x 30
Ng 
2 x 75 x 3600
 1,398

Daya maksimum (N maks)

Mtp x n
N maks 
71620
Mtp = Momen torsi 11,9662 kg.m = 1196,62 kg.mm
N = putaran = 5700 rpm
Maka :
1196,62 x 9100
N maks 
71620
 152,04 Hp

4.6 Perhitungan tebal plat gesek


a x F x Ak
L .........................................( Literatur alat  alat me sin hal 63)
Ng

30
Dimana :
L  Lama pemakaian plat gesek
 3,8 x 5 x 365
 6935 jam

F  Luas permukaan plat gesek




4
D 2
2 
 D12 z dim ana z  2


3,14
4

11,22  6,3182 x 2 
 134,2 cm 2
Sehingga tebal plat gesek
L x Ng
a
F x Ak
6935 x 1,398

134,2 x 6
 12,0 cm

4.7 Perhitungan temperatur


Kerja pada plat gesek akan menimbulkan panas, akibat pergesekan sehingga
temperatur kopling akan naik. Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik saat terjadi
hubungan .
Kecepatanrata-rata (Vm) :
Vm  W x rm
 952,4 x 42,12
 40115,088 mm / det
 40,115088 m / det
4.8 Perubahan temperatur
623 x Ng
AT  ........................................................( Literatur alat  alat me sin hal : 56)
F x

Karena untukVm = 40,115088 tidak terdapat pada tabel maka :


45  40,115088
  x 104  96  104
45  40
 111,81 kka e / m 2 0C

31
Maka :
623 x Ng
AT 
F x

Dimana :
F = 134,2 cm2 = 0,1342 m2
AT = Perubahan temperature tergantung kecepatan rata-rata
Maka :
623 x 1,398
AT 
0,1342 x 111,81
 58,04 0 C

Tabel 4.3 Koefisien panas dan kecepatan rata-rata


Koefisien panas (α) kkal m20c Kecepatan rata-rata (Vm) m/det
4,5 0
24,0 5
4,6 10
57 15
62 20
72 25
83 30
88 35
96 40
104 45
114 50
125 55
130 60

32
4.9 Temperatur kerja (Tw)
Tw  AT  TK 0 C  
Dimana :
TK  Temperatur kamar
 58,04  28 0 C
 86,04 0 C
Temperatur yang diizinkan untuk bahan asbes adalah :
T  80 0 C  200 0 C
Dimana perbandingan antara temperatur dan temperatur krja adalah :
T  Tw maka200 0C  96,56 0C 
Jadi konstruksi kopling dinyatakan aman dari temperatur akibat panas yang ditimbulkan oleh
plat gesek.

33
BAB V
BANTALAN

5.1 Klasifikasi bantalan


Fungsi bantalan adalah untuk menumpu poros, sehingga putaran dan gesek bolak-balik
dapat berlangsung secara halus,aman dan poros akan tahan lebih lama. Bantalan secara umum
dibagi 2 macam yaitu :
1. Menurut arah dan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur (Selding contact bearing)
b. Bantalan gelinding (Rolling contact bearing)
2. Menurut arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial : arah beban yang diterima tegak lurus terhadap sumbu
utama
b. Bantalan aksial : arah beban yang diterima sejajar dengan sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus : arah beban yang diterima adalah aksial dan
radial.

5.1.a Bantalan radial

Gambar 5.1 Bantalan Pendukung Poros

34
Kekuatan bantalan poros terhadap gaya radial dinamis :
Frd = X . Fr + Y . Fa………………….(kg)
Dimana :
X = Koefisien beban radial = 0,56
Fr = Gaya radial 1
Y = Koefisien beban aksial = 0
Maka :
Fr  0,56 x 1  0 x 12,99
 0.56 kg
Kapasitas normal dinamis sfesifikasi (C)
Fh x d
C
Fn
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian
Fn = Faktor kecepatan
Lh = Lama pemakaian kopling (direncanakan kendaraan jarang dipakai 5000 – 15000
jam dipilih 10000)
Lh
Fh  3
500
10000
3
500
 2,71 jam

33,3
Fn  3
n
33,3
 3
9100
 0,15 Rpm

35
Kapasitas nominal dinamis spesifik (c)
Fh x Fd
C
Fn
2,71 x 43,68
C
0,15
C  789,15 kg
Dengan melihat harga kapasitas normal dinamis spesifik (C) didapat nomor bantalan
6003 zz………..(Sularso 1987 : 143) (Tabel 413) diperoleh ukuran lengkap.
D = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 17 mm
D = Diameter luar bantalan = 35 mm
B = Tebal bantalan = 10 mm
R = Jari-jari bantalan = 0,5 mm
Co = kapasitas nominal statis spesifikasi = 296 kg
C = kkapasitas nominal dinamis spesifikasi = 470 kg

36
Tabel 5.1 Bantalan
Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
nominal nominal
Dua sekat
dinamis statis
Jenis Dua sekat tanpa
spesifikasi C spesifik Co
terbuka kotak d D B r
(kg) (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001 ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002 ZZ 6002 VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003 ZZ 6003 VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004 ZZ 6004 VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005 ZZ 6005 VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006 ZZ 6006 VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007 ZZ 6007 VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008 ZZ 6008 VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009 ZZ 6009 VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010 ZZ 6010 VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200 ZZ 6200 VV 10 30 9 1 400 236
6201 6201 ZZ 6201 VV 12 32 10 1 535 305
6202 6202 ZZ 6202 VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203 ZZ 6203 VV 17 40 12 1 750 460
6204 6204 ZZ 6204 VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205 ZZ 6205 VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206 ZZ 6206 VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207 ZZ 6207 VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208 ZZ 6208 VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209 ZZ 6209 VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210 ZZ 6210 VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300 ZZ 6300 VV 10 35 11 1 635 365
6301 6301 ZZ 6301 VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 6302 ZZ 6302 VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303 ZZ 6303 VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6304 ZZ 6304 VV 20 52 15 2 1250 785
6305 6305 ZZ 6305 VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306 ZZ 6306 VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 6307 ZZ 6307 VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6308 ZZ 6308 VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309 ZZ 6309 VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 6310 ZZ 6310 VV 50 110 27 3 4850 3650

37
5.1.b Bantalan aksial







Gambar 5.2 Bantalan aksial

Fungsi bantalan aksial adalah untuk menekan pegas tekan, disaat bantalan ditekan oleh
tuas, Clerence antara poros dengan peluncur (C1) dan kelonggaran antara bantalan dengan
peluncur C11 direncanakan
Tebal peluncur
(t) = 2 mm (direncanakan)
C1 = 0,4 mm (direncanakan)
C11 = 0,2 mm (direncanakan)

Diameter dalam peluncur (di)


di  ds  C1
 16  0,4
 16,4 mm

Diameter luar peluncur (dl)


dl  di  4 . t
 16,4  4 x 2
 24,4

38
Perencanaan bantalan aksial :

Diameter bantalan (d)


dl  dl  C11
 24,4  0,2
 24,6 mm

Pemeriksaan bantalan terhadap bantalan aksial dinamis :


Frd = X . Fr + Fa
Dimana :
Fr = Gaya radial = 1 (karma bantalan yang direncanakan bantalan (aksial)
Fa = Gaya aksial pada pegas tekan
Y = Koefisien beban aksial 1,00 – 2,30 (direncanakan 2,0)

Sehingga
Frd  0 x 1  2,0 x 12,99
 25,98 kg

Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)


Fh x Frd
C
Fn
2,71 x 93,2

0,15
 1683,81 kg
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian 2,71 jam
Fn = Faktor kecepatan 0,15 rpm

39
Dengan memperoleh diameter bantalan = 24,6 mm, maka jenis bantalan yang harus
digunakan dengan nomor bantalan 6003 ZZ……….dengan data sebagai berikut :

d = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 17 mm


D = Diameter luar bantalan = 35 mm
B = Tebal bantalan = 10 mm
r = Jari-jari bantalan = 0,5 mm
C = Kapasitas nominal statis spesifikasi = 296 mm
Co = Kapasitas nominal dinamis spesifikasi = 470 mm

40
BAB VI
PEGAS

Gambar 6.1 Pegas

Dalam perancangan ini ada 2 pegas yang digunakan yaitu :


● Pegas kejut
● Pegas tekan
6.1 Pegas kejut
Pegas kejut adalah pegas yang berpungsi sebagai peredam kejutan atau getaran. Pada
saat plat menyatu dengan fly wheel. Jenis ini tergolong pada jenis pegas tekan yang terpasang
pada rangka naaf dan dudukan pegas kejut.
Gaya keliling yang bekerja pada pegas (Fk)
Mtd
Fk 
R
Dimana :
Mtd = momen torsi yang direncanakan 1431,78 kg.mm
R = Jarak antara sumbu poros kepegas kejut direncanakan 50 mm

1431,78
FK 
50
 28,6356 kg

41
Pegas kejut direncanakan 6 buah mendapat peredam yang seimbang
Fk
Fk1 
6
28,6356
 kg
6
 4,7726 kg

Diameter pegas kejut dibuat dari Jis 4314 dengan bahan Sus 302 WPA dengan
kekuatan tarik (τb) = 120 – 145 kg/mm2 (lihat table 5,1) dipilih τ = 120 kg/mm2
Tegangan geser izin (τg)
 g  0,8 x Tb
 0,8 x120 kg / mm 2
 96 kg / mm
Diameter kawat pegas (d)
8 x C x Fk1
T 
 xd2

Dimana :
C = D/d : Indeks pegas dipilih C = 9 ……………..(Literatur EMS hal : 316)

8 x C Fk1
d2 
 xd2
8 x 9 x 4,7726

3,14 x 96
d 2  1,13
d  1,0 mm
d  1 mm

42
Tabel 6.1 Diameter Pegas

Diameter Kekuatan tarik (kg/mm2) Diameter Kekuatan tarik (kg/mm2)


kawat kawat
(mm) SUS302WP SUS302WP SUS631WP (mm) SUS302WP SUS302WP SUS631W
A B C A B PC
SUS304WP SUS304WP SUS304WP SUS304WP
A B A B
SUS316WP SUS316WP
A A
0,08 165 - 190 220 - 245 - 1,00 150 - 175 190 - 215 180 - 205
0,09 165 - 190 220 - 245 - 1,20 140 - 165 180 - 205 170 - 195
0,10 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,40 140 - 165 180 - 205 170 - 195
0,12 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,60 135 - 160 170 - 195 160 - 185
0,14 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,80 135 - 160 170 - 195 160 - 185
0,16 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,00 135 - 165 170 - 195 160 - 185
0,18 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,30 130 - 155 160 - 185 150 - 175
0,20 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,60 120 - 145 160 – 185 150 - 175
0,23 160 - 185 210 - 235 200 - 225 2,90 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,26 160 - 185 210 - 235 195 - 220 3,20 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,29 160 - 185 210 - 235 195 - 220 3,50 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,32 160 -185 210 - 235 195 - 220 4,00 110 - 135 150 - 175 140 - 165
0,35 160 - 185 210 - 235 195 - 220 4,50 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,40 160 - 185 210 - 234 195 - 220 5,00 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,45 160 - 185 200 - 225 185 - 210 5,50 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,50 160 - 185 200 - 225 185 - 210 6,00 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,55 160 - 185 200 - 225 180 - 210 6,50 100 - 125 130 - 155 -
0,60 160 - 185 200 - 225 185 - 210 7,00 100 - 125 130 - 155 -
0,65 160 - 185 200 - 225 185 - 210 8,00 100 - 125 130 - 155 -
0,70 160 - 185 200 - 225 185 - 210 9,00 - 115 - 140 -
0,80 150 - 175 190 - 215 180 - 205 10,00 - 100 - 125 -
0,90 150 - 175 190 - 215 180 - 205 12,00 - 90 - 115 -

43
Diambil diameter kawat pegas 3 mm
Diameter lilitan (D)
D  4xd
 4 x1
 4 mm
Defleksi yang terjadi pada pegas (δ)
8n x D 3 x Fk1
  4
mm 2 ...............................................Sularso 1987 : 318
d xG
Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif ≥ 3 dipilih 4………………….(Sularso 1987 : 137)
G = Modilus geser dengan bahan kawat distemper dengan minyak, dengan nilai 8
x 103 kg/mm2 ……………..(Lihat tabel 5.2)
8n x D 3 x Fk1
 
d 4 xG
8 x 4 x 4,7726
3

14 x 8 .10 3
 0,30 mm

Tabel 6.2 Bahan pegas


Bahan Lambang Harga G (kg/mm)
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja keras SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat distemper dengan minyak - 8 x 103
Kawat baja tahan karat (SUS 27 ; 32 ; 40) SUS 7.5 x 103
Kawat kuningan BSW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Kawat perunggu pospor PBW 4,.5 x 103
Kawat tembaga birilium BeCuW 5 x 103

44
Jumlah lilitan (N)
N  2  (n)
24
 6 buah
Jarak antara pegas (P)
D
P
3
4

3
 1,3 mm
Panjang pegas sebelum menerima gaya (Lo)
Lo  n . p  2 . d
 4 .1,3  2 .1
 7,2 mm
Panjang pegas saat kopling bekerja (L)
L  Lo  
 7,2  0,30
 6,9 mm
Momen tahan punter yang terjadi (τg)
8 x D x Fk1
g
 x d3
8 x 4 x 4,7726

3,14 x (1) 3
 48,63 kg / mm 2

Tegangan geser (τg) > momen tahan punter (τg) 96 kg/mm2>48,63 kg/mm2

6.2 Pegas tekan


Pegas tekan berfungsi memberi gaya aktual terhadap plat penekan, agar penyambungan
dan pemutaran daya antara poros penggerak keporos yang digerakkan dapat terlaksana.
Direncanakan jumlah pegas tekan 8 buah. Gaya yang diterima plat gesek pada saat
penekanan F = 433,62 kg dan tekanan permukaan direncanakan 0,02 kg/mm2

45
Maka : Fa = 386 x 0,03 = 11,58 kg

6.2.a Besar gaya yang diterima setiap pegas (Fni)


F
Fni 
8
386,10

8
 48,26 Kg
6.2b. Diameter Pegas Kawat Pegas Tekan (d)
8 x C x Fni
Td 
 xd2
Dimana :
Td = ( Kukuatan tarik ) dari pegas baja yang dipakai adalah SPU 4 dengan Tb
= 115 kg / mm ( dari tabel 6.3 )

Tabel 6.3 Sifat Mekanis


Perlakuan panas ( °C ) Batas mulur
(Regangan Kekuatan
Lambang Celup Tampar Permanen Tarik ( Kekerasan
Dingin 0,2%) Kg/mm2 ) ( HB )
Kg/mm
SUP 4 450 – 500 110 115 352 – 415
SUP 6 480 – 530 110 125 363 – 429
SUP 7 830 – 860 490 – 540 110 125 363 – 429
SUP 9 Pendinginan 460 – 510 110 125 363 – 429
SUP 10 Minyak 470 – 540 110 125 363 – 429
SUP 11 460 - 510 110 125 363 – 429

Ta = 0,8 . Tb
= 0,8 . 115
= 92 Kg/mm2

46
Faktor Tegangan ( k ) dengan Indeks pegas dipilih 5

4C  1 0,615
K  ……………..( Sularso, 1987 : 316 )
4C  4 5
4 . 5  1 0,615
 
4 .5  4 5
1,31

8 x C x Fni
Td 
 xd2
8 x 5 x 48,26 x 1,31
d2 
3,14 x 92
d 2  8,7
d  2,9 mm

D  C xd
 5 x 2,9
 14,5 mm

6.2c.Defleksi Pada Pegas

8 x n D 3 x Fni

d4 x g

Dimana :

n = Jumlah lilitan aktif = 4


g = Modus geser = 8 x 103

8 x 4 14,5 x 48,26
3
 
2,94 x 8 x 10 3
 8,32 mm

Jumlah seluruh lilitan ( N )

N= 2 + n
= 2 + 4
= 6 lilitan

47
Jarak antara lilitan ( P )

D
P
3
14,5

3
 4,8 mm

Panjang pegas sebelum menerima gaya ( Lo )


Lo = (n x P) + (2 x d)
= 4 x 4,8 + 2 x 2,9
= 25mm

Panjang pegas saat menerima gaya maksimal

L min = Lo – (δ + δ1)

Dimana :

δ = tegangan antara plat gesek dengan plat penekanan diperkirakan 0,1


L min = 25 – ( 8,32 + 0,1 )
= 16,58 mm
= 1,65 cm

6.2d. Besar Gaya Untuk Melepas Hubungan Gaya Plat Gesek Dengan Plat Penekan

Besar gaya untuk melepas plat gesek

1 x d 4 x g
Ft 
8 x n x d4
0,1 x 2,9 x 8 x 10 3
4

8 x 4 (14,5 ) 4
 0,04 Kg

Gaya maksimum yang diterima pegas ( F max )


F max = Fni + Ft
= 48,26 + 0,04
= 48,30Kg

48
Kekuatan pegas ( t max )
8 x n x F max x K
t max 
 x d3
8 x (14,5 ) x 48,26 x 1,31

3,14 x ( 2,9 )
 83,93 Kg / mm 2

Jadi τb > t max = 115 kg/mm2> 83,93 kg/mm2 maka pegas dinyatakan mempunyai kekuatan
yang aman.

BAB VII
49
PELUMASAN

Pelumasan bertujuan untuk mengurangi gesekan dan keausan antara elemen gelinding
dan sangkar membawa keluar panas yang terjadi antara elemen gelinding dan sangkar yang
terjadi, mencegah korasidan menghindari masuknya debu cara pelumasan ada dua macam
yaitu:

1. pelumasan dengan gemuk


2. pelumasan dengan minyak

7.1 Pelumasan Gemuk

Pelumasan gemuk lebih banyak disukai karena penyekatnya lebih sedehana dan rata-rata
gemuk yang berkualitas baik sehingga dapat memberi umur panjang. Cara yang paling umum
digunakan ubtuk penggemukan adalah dengan mengisi bagiandalam bantalan dengan gemuk
sebanyak mungkin.

7.2 Pelumasan Minyak

Pelumasan merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi, yang paling popular
dari pelumasan minyak ini diantaranya adalah pelumasan celup, pada cara ini dengan poros
mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah elemen gelinging yang terendah, adalah suatu
keharusan bahwa temperatur minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini dapat dipakai pipa
pendingin, atau sirkulasi air untuk poros tegak.

Maka dari sistem pelumasan yang ada, pelumasan gemuk dan pelumasan minyak
pelumasan yang dipakai atau yang sesuai pada sistem kopling gesek adalah pelumasan minyak
dan standart pelumasan adalah SAE 30 s/d 40.

7.3 Temepratur Kerja ( Tw )

Untuk mengetahui temperatur kerja kita terlebih dahulu harus mengetahui temperatur
kamarnya, untuk temperatur kamar biasanya berkisar :

Tk = 27°C s/d 30°C


= 28°C…………( yang direncanakan )

Maka temperatur kerja ( Tw )


Tw = Ts + Tk
Dimana :
Ts= Temperatur Slip
= 28,09°C
Tk = Temperatur Kamar
= 28°C

Maka :

50
Tw = Ts + Tk
= 28,09°C + 28°C
= 56,09°C

Viskositi kinematik ( Z ) diperoleh dari persamaan :


 180 
Z =  0,22 x S   Centi Pois
 S 
Dimana :
Z = Viskositi Kinematik
S = Sayblok Viskositi diambil ( 185 Second )

Maka :
 180 
Z   0,22 x S  
 S 
 180 
  0,22 x 185  
 185 
= 39,727centi pois
= 40centi pois

Tabel 7.1 Formula Konversi Viskositi

Viskositi ( S ) Viskositi Dinamis


(10-6 m/s ) ( Cp )
Say bolt Universal 0,220 S - ( 180 / S )
Say bolt Furel 2,04 S - ( 160 / S )
Red Wood No. 1 0,26 S - ( 171,5 / S )
Red Wood No. 2 2,70 S - ( 1120 / S )
Englar 0,147 S - ( 374 / S )

7.4. Grafik

51
Jika viscositas absolute minyak pelumas dan temperatur yang terjadi adalah:
V = 40 Cp
Tw= 56,09°C

Maka dari grafik didapat bahwa minyak pelumas yang sesuai untuk kopling ini adalah :
SAE 20. Dimana temperatur kerja (Tw) = 56,09 °C dan Viskositas Kinematik (Z) = 40 centi
pois.

BAB VIII
BAUT
52
Gambar 8.1 Baut

Jumlah baut yang direncanakan untuk mengikayporos penggerak ini adlah sebanyak 4 buah.

Mtd
F
R

Dimana :
F = Gaya keliling
Mtd = Momen torsi design 1431,78 kg.mm
R = Jarak garis sumbu = ( direncanakan 40 mm )
n = Jumlah baut

1431,78 Kg.mm
F
40 mm
 35,7945 kg

Gaya keliling yang diambil setiap baut (F1).

53
F
F1 
n
35,7945 Kg

6
 5,96575 Kg

Bahan yang dipilih dari bahan poros dengan Fly whell yaitu Jis G 3101 SS 55 dengan C≤
30%.....................................( Sularso 1987 : 339 )
Dimana :
Kekuatan tarik (τb) = 55 Kg/mm2
Faktor Keamanan (V) = 8 ÷ 10 (direncanakan 9)

Maka :
b
Ttr 
V
55

9
6,11 Kg / mm 2

Tegangan Geser Izin (τg).


Τg = 0,8 x Ttr
= 0,8 x 6,11
= 4,9 Kg/mm2

Diameter luar (dl)

54
2 x F1
dl ≥
Ttr

2 x 65
dl ≥
6,11
dl ≥ 4,65 mm
dl = 5, 5 diambil

Pemeriksaan baut terhadap tegangan geser (τg).

F1
Τg =
A

Dimana :
3,14
A= x dl
4
3
= x (5)2
4
= 19,6 mm

F1
τg =
A
5,96575
=
19,5
= 0,30 kg / mm2

Jadi τg ≥ τg = 4,9 ≥ 0,30 kg / mm2


Setelah memperoleh diameter baut (dl = 6 mm) maka dari tabel ( Sularso, 1987 : 289 )

Dengan ulir M6 Diperoleh data – data sebagai berikut :

55
P = Jarak bagi = 1
H1 = Tinggi kaitan = 0,541 mm
d = Diameter luar = 6000 mm
d1 = Diameter dalam = 4,917 mm
lp = Tebal yang dijepit = 22 mm ( Direncanakan )
ls = Tambah panjang = 2 - 10 mm ( Diambil 4 mm )
H = Tebal jepit = 6 mm

Tingakat kepala baut (H)


3
H = x dl
4
3
= x 5
4
= 3,75
Panjang baut ekivalen (L)
L = lp + H + Ls
= 22 + 6 + 4
= 32 mm

Diameter kepala baut (dk)


Dk = 2 x dl
= 2 x 5
= 10 mm

Tabel 8.1 Diameter Baut


ulir Ulir dalam

56
Jarak Tinggi
bagi p kaitan H1
Diameter Diameter Diameter
luar D efektif D2 dalam D1
1 2 3 Ulir luar
Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 M7 1 0,541 6,000 5,350 5,350 4,917
M8 1 0,541 7,000 6,350 6,350 5,917
1,25 0,677 8,000 7,188 7,188 6,647
M 10 M9 1,25 0,677 9,000 8,188 8,188 7,647
M 11 1,5 0,812 10,000 9,026 9,026 8,376
1,5 0,812 11,000 10,026 10,026 9,376
M 12 M 14 1,75 0,947 12,000 10,863 1,106
M 16 2 1,083 14,000 12,701 1,835
2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 20 M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 22 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 M 27 3 1,642 24,000 22,051 20,752
3 1,642 27,000 25,051 23,752
3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 36 M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 39 4 2,165 36,000 34,402 31,670
4 2,165 39,000 36,402 34,670
M 42 M 45 4,5 2,436 42,000 39,077 37,129
M 48 4,5 2,436 45,000 42,077 40,129
5 2,706 48,000 44,752 42,587
M 56 M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 60 5,5 2,977 56,000 52,428 50,046
5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
M 64 M 68 6 3,248 64,000 60,103 57,505
6 3,248 68,000 64,103 61,505

BAB IX
PAKU KELING

57
1
2

3
Keterangan :
1. Lempengan gesek
2. Paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. Lingkar pembawa
4. Paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. Plat pembawa
6. Paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. Naaf

Jumlah paku keling yang digerakkan pada plat gesek digunakan sebanyak 16 buah paku
keeling Maka gaya pada paku.

Mtd
P =
rm

Dimana :
Mtd = 1431,78
rm = 42,12
1431,78
P =
42,12
= 33,99

9.1 Gaya yang terjadi tiap paku keeling

58
P
P1 =
16
33,99
=
16
= 2,12 kg

Bahan Paku keeling diambil SS 37 dengan kekuatan tarik (τb) = 37 kg / mm2 faktor
keamanan 8 : 10 (direncanakan 10) jadi tegangan tarik izin adalah:

b
Ttr =
v
37
=
10
= 3,7 kg / mm2

Tegangan geser izin

Τg = 0,8 x Ttr
= 0.8 x 3,7
= 2,96 kg / mm2

Diameter paku keeling.



P = 2 x n x d2 x τg
4
3,14
33,99 = 2 x 16 x d2 x 2,96
4
33,99
d2 =
3,14
2 x 16 x 2,96 x
4
= 0,45 kg / mm2

Diameter kepala paku keling


D = 2,5 x d

59
= 2,5 x 0,45
= 1,1 mm

Tinggi kepala paku (K)


K = 0,6 x d
= 0,6 x 0,45
= 0,27 mm

9.2. Pemeriksaan paku keling terhadap tegangan geser.


Tegangan geser Izin (τg) :
Maka tegangan geser yang terrjadi (τg) :
pl
g

x d2
4
2,12

0,785 x 0,45
2

 1,33 kg mm
2

Sehingga diperoleh τg ≥ τg ( 2,96 kg / mm2 1,33 kg / mm2 )


Konstruksi yang dinyatakan aman.

BAB X

KESIMPULAN DAN SARAN

60
10.1. KESIMPULAN.

Kopling adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam bidang permesinan ,
dengan adanya kopling daya dan putaran dapat diteruskan atau ditransimisikan .

Perencanaan kopling di pengaruhi beberapa hal antara lain :

a. Bahan yang dapat dipakai untuk komponen perlu diperhatikan, bahan yang
digunakan haruslah mempunyai kekuatan tarik yang terjadi, jadi pemilihan bahan
merupakan hal yang terpenting dalam perencanaan.
b. Factor keamanan juga harus diperhatikan dalam perencanaan suatu elemen mesin
pemiihan faktor keamanan dipengaruhi oleh dua hal yang menjadi pertimbangan
yaitu bila faktor keamanan kecil maka elemen itu akan rusak dengan mudah tetapi
faktor keamanan itu besar keefesieananya. Elemen mesin itu menjadi mahal.
c. Fly wheel sangat berguna untuk menyimpan energi berlebih dan akan mengeluarkan
energi pada saat kekurangan energi, sedangkan fly wheel itu sendiri dibuat dari
bahan yang sama dengan bahan paras karena fly wheel paras diikat dengan baut
menjadi satu dan bergerak terus selama mesin beroperasi.

Dari daya dan putaran yang direncanakan, dimana :

Daya = 15 dk
Putaran = 9100 rpm

Didapat perhitungan – perhitungan sebagai berikut :


10.1.a. perencanaan paras
 Momen torsi (mf) = 1431,78 kg.mm
 Bahan paras = S55 C-D
 Diameter poros = 16 mm

10.1.b. perencanaan splain dan naaf


 Jari-jari rata – rata antara paras dan splain (Rm) = 8,76 mm
 Gaya yang bekerja pada setiap alur splain (f1) = 178,121 mm
 Tegangan geser yang terjadi (σg) = 40 kg / mm2
 Tegangan lengkung (tl) = 20,74 kg / mm2
 Panjang naaf (L) = 1,68 mm

10.1.c. perencanaan plat gesek


 Bahan plak gesek = Besi cor dan asbes
 Jari – jari, rata – rata = 45,12 mm
 Diameter luar (D2) = 112,32 mm
 Diameter dalam (D1) = 6,318 mm
 Tekanan plat gesek (F) = 148,55 mm
 Lebar bidang gesek (b) = 21,06 mm

61
 Momen dari plat gesek (Mg) = 12,0839 kg / m
 Umur plat gesek (Nml) = 3,8 Tahun
 Daya gesek = 1,398 kg
 Temperatur kerja = 86,04 º C

10. 1 d. Perencanaan bantalan


 Bantalan radial (Fr) = 0,56 kg
 Bantalan aksial (Fa) = 24,6 kg
 Gaya radial dinamis(Frd) = 25,98 kg

10.1 e. Perencanaan pegas


 Gaya pegas kejut (Fk) = 28,6356 kg
 Diameter kawat pegas (d) = 1 mm
 Diameter kawat lilitan (D) = 4 mm
 Defleksi pada pegas (  ) = 0,30 mm
 Besar gaya tiap pegas (Fni) = 48,26 mm
 Diameter kawat pegas tekan (d) = 92 Kg/mm2
 Gaya maxsimum pegas (F max) = 48,30 Kg
 Kekuatan pegas (T max) = 83,93 Kg / mm2

10.1 f. Pelumasan
 Temperatur kerja = 56,09 º C
 Viskositi kinematik = 40 Centipais
 Jenis Pelumasan = SAE 20

10.1 g. Baut
 Gaya keliling (F) = 35,7945 kg
 Gaya keliling tiap baut (F1) = 5,96575 kg
 Tegangan geser izin (τg) = 4,9 kg / mm2
 Tegangan geser (σg) = 0,30 kg / mm

10.1 h. Paku keling


 Gaya pada paku keeling(P) = 33,99 kg
 Gaya yang terjadi pada tiap paku keling = 2,12 kg
 Tegangan geser izin (τg) = 2,96 kg / mm2
 Tegangan geser (σg) = 1,33 kg / mm

10. 2. SARAN.

62
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan – kekurangan yang
terdapat dalam laporan rancangan KOPLING GESEK ini, salah satu penyebabnya adalah
keterbatasan buku diperpustakaan untuk itu penulis berharap untuk melengkapi kekurangan
tersebut, karna itu adalah untuk kemajuan mahasiswa INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN.

Kiranya dihari yang akan datang kita harus dapat memperaktekannya secara
langsung di laboratorium,agar lebih memahami yang telah dipelajari dalam teori sebelumnya.
Atas bimbingan penulis lebih dahulu mengucapkan banyak terimak kasih kepada bapak Ir.
Surya Murni Yunus, MT.

DAFTAR PUSTAKA

63
1. Sularso. Suga Kiyokatsu “ Eelemen Mesin” PT . Pradya Paramilha Jakarta,
Cet 11. 2004.

2. Stoclk Jeck dan Kross “ Elemen Konstruksi Bangunan Mesin” New York 1992.

3. Dabrovolsky V “ Machine Element “ penerbit Foreign Languages Fablising House


“Edisi 2. 1968.

4. Calhin Cherminal kents ”Mechanical “ Mechanical Hand Book “ Topan Company


Tokyo, 1994.

5. J. Kennets Salis Bary “ Mechanical Engineer Hand Book “ ,New York, 1950.

6. Khurmi, R.S. Gupta, J.K. Machine Design. Pvt Adram Nagar. India.1980.

7. Shingley, Josep Edward. Perencanaan teknik mesin. Jilid II. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1991.

8. Timoshenko S. Dasar-Dasar Perhitungan Kekuatan Bahan. Penerbit restu Agung.


Jakarta. 1986.

9. Intitut Teknologi Bandung. Mekanika teknik. Bandung. Polyteknik Mekanik Swiss


ITB. 1978.

10. Hall. Hollowenko. Machine Desingn. New York, Mc. Grow Hill. 1961.

11. Ir. Zainun Acmad. Elemen mesin. 1999.

64

Anda mungkin juga menyukai