Abstract
Evaporation is the process of thickening the solution by boiling or evaporating the
solvent. In the processing of agricultural products the evaporation process aims to,
increase the solution before further processing, reduce the volume of the solution,
reduce the activity of aw water. Drying experiments using an oven at 105 oC for 3
days with a sample of cherry tomatoes. It was observed physical changes (color,
hardness, and gloss) every day for 3 days, drying rate, calculated water content, yield
weight, and weight loss (%). The results obtained were poor physical characteristics,
decreased drying rate, cherry tomato water content on day 2 of 94.22% and day 3 of
2.66%, yield of 5.61%, and weight loss of 94 , 38%.
Key words: drying, cherry tomatoes, sugar
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam
bahan hasil pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet
karena proses pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian
merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu
butuh penanganan lebih lanjut seprti evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah
jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental manis.
Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga
dapat meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan
memperkecil volume larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan,
penyimpanan, dan transportasi.
Pengeringan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar air
pada suatu bahan padat sampai dengan batas tertentu yang bertujuan untuk proses
pengawetan, dan tanpa merusak jaringan aslinya. Terdapat berbagai macam jenis
yang digunakan untuk mengeringkan atau mengurangi kadar air suatu bahan, yaitu
dengan cara alami dan cara buatan. Proses pengeringan suatu bahan padat dengan
cara alami dapat dilakukan dengan menggunakan/memanfaatkan energi panas
matahari, namun cara ini memiliki kelemahan diantaranya yaitu proses terlalu lama
dan bisa terkontaminasi komponen lain seperti debu ataupun mikroba perusak yang
dapat merugikan.
Sedangkan proses pengeringan suatu bahan padat dengan menggunakan cara
buatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat pengering yang
dibuat seefektif mungkin agar dapat mengeringkan suatu bahan dengan
memperimbangkan besarnya efisiensi pengeringan dan sekecil mungkin faktor
kerugian yang dialami dalam proses pengeringan suatu bahan.
Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses penguapan (evaporasi).
Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air dalam bentuk
murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang mengandung air dalam
jumlah yang relatif banyak. Meskipun demikian ada kerugian yang ditimbulkan
selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta
terjadinya penurunan mutu bahan (Astutik, 2008)
Tujuan
Pada praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami prinsip dan
proses evaporasi dan pengeringan dari suatu produk. Serta, mengetahui peralatan
yang dipakai dan pengaplikasian proses pendinginan dan pembekuan pada produk
pangan.
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada Rabu, 18 Desember 2019. Praktikum ini
dilakukan di Laboratorium Pengolahan dan Rekayasa Pangan Universitas Sahid
Jakarta lantai 7 ruangan 703 pukul 12.10-Selesai WIB.
Tomat cherry
Ditimbang sebanyak 20 g
Tomat Kering
Didinginkan
Sampel Pekat
Ditimbang
Hari 2 =
Hari 3 =
Berdasarkan hasil percobaan, kadar air tomat cherry yang dihasilkan pada hari
ke-2 sebesar 94,22% dan pada hari ke-3 sebesar 2,66%. Pada percobaan ini
menunjukkan bahwa makin lama waktu pengeringan, kadar air tomat cherry yang
dihasilkan semakin menurun. Hal ini terkait dengan makin tingginya suhu dan lama
pengeringan menyebabkan energi panas yang dibawa udara makin besar, sehingga
makin banyak jumlah massa cairan yang ada dipermukaan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan
semakin besar dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan sehingga
kadar air yang dihasilkan semakin rendah dengan makin tingginya suhu dan makin
lamanya proses pengeringan.
Kadar air dapat mempengaruhi kualitas tomat cherry seperti mudah
terkontaminasi mikroba dan fisik menjadi rusak. Dalam suatu bahan kandungan air
yang tinggi dapat mendorong terjadinya reaksi enzimatik yang mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan kimia. Perubahan komposisi kimia terutama pada
senyawa-senyawa berkhasiat dapat menurunkan mutu simplisia yang dihasilkan.
Disamping itu kandungan air yang tinggi merupakan media bagi tumbuhnya
mikroorganisme atau jamur yang dapat mencemari bahan. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa perlakuan pengeringan berpengaruh nyata terhadap
kadar air masing-masing simplisia (Riyani, 2016).
Rendemen
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data susut bobot tomat cherry sebesar
94,38%. Data menunjukan bahwa metode pengeringan berpengaruh nyata terhadap
susut bobot sampel. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengeringan proses
maka akan semakin banyak air yang menguap dan semakin besar kehilangan bobot.
Menurut Winangsih (2013), bahwa suhu pengeringan yang digunakan mempengaruhi
lama pengeringan, semakin tinggi suhu pengeringan semakin cepat proses transpirasi
di dalamnya.
Pada pengeringan ini digunakan alat oven. Oven adalah merupakan
seperangkat mesin pengering sebagai pengganti sinar matahari dalam pengeringan
suatu produk. Sistem kerja mesin oven pengering ini adalah mengeringkan produk
pada suhu yang dikehendaki (suhu bisa diatur secara konstant). Sistem pengering
mesin ini dengan menggunakan aliran udara panas dengan kecepatan tinggi, dengan
bantuan exhaust blower udara jenuh terhisap dan mengalir keluar. Sistem pengeringan
dengan mesin pengering ini disebut pengeringan dengan pemanas buatan (artificial
drying).
Prinsip kerja oven adalah menurunkan kadar air dalam bahan dengan
mengalirkan panas dari elemen (yang mengubah dari energi listrik menjadi energi
kalor) dengan udara sebagai mediumnya. Skala komersial industri pangan, oven
elektrik ditetapkan pada kecepatan 2,45 x 10 rps. Pemanasan didapat dari pergerakan
partikel yang disebabkan oleh arus bolak-balik (arus AC), selain itu oven listrik sering
digunakan sebagai alat pengeringan untuk keperluan laboraturium karena bisa dipakai
untuk metode penelitian kelembaban dari beberapa material yang berbeda. Oleh
karena itu, oven elektrik dikategorikan sebagai cabinet dryer (almari pengeringan).
Pengeringan yang dilakukan secara mekanis, yakni dengan menggunakan alat
pengering buatan (artificial drying) dapat mempermudah dalam mengontrol faktor-
faktor dalam proses pengeringan. Pengaturan suhu udara misalnya, dapat
menghasilkan produk yang jauh lebih homogen dan teratur bila suhu udara pengering
tersebut diatur sesuai dengan sifat bahan dan hasil yang dikehendaki (Subandi et al.,
2015).
Berdasarkan seluruh hasil percobaan pada pengeringan tomat cherry dapat
diketahui bahwa proses pengeringan tomat cherry dengan suhu 105 oC selama 3 hari
menghasilkan produk dengan karakteristik fisik yang kurang baik yaitu warna sangat
hitam, tekstur sangat kering dan tidak mengkilap, rendemen produk yang rendah dan
susut bobot yang tinggi. Selain itu, tomat memiliki kadar air yang tinggi sekitar
94,38%. Sehingga dapat diketahui bahwa proses pengeringan dengan oven perlu
dilakukan pengaturan suhu dan waktu yang tepat agar menghasilkan produk yang
baik.
Evaporasi
Air
Air
Hasil yang diperoleh adalah semakin tinggi konsentrasi maka titik didihnya
akan semakin tinggi. ˚Brix yang dihasilkan juga semakin tinggi konsentrasi gula
maka ˚Brix yang diperoleh semakin tinggi . Gula yang digunakan dalam percobaan
adalah sukrosa yang merupakan komponen monosakarida yang pada umumnya dapat
mengalami karamelisasi jika dipanaskan pada suhu yang melebihi titik didihnya.
Warna coklat yang terjadi pada larutan gula yang dipanaskan akan semakin gelap dan
larutan menjadi semakin pekat (karena pemanasan menyebabkan tingginya viskositas
larutan) bila pemanasan dilakukan semakin lama. Hal ini dapat terlihat pada
perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan viskositas
yang tinggi.
Gambar 2 Grafik Evaporasi
Berdasarkan pada gambar 2 selama proses evaporasi terjadi penguapan
pelarut sehingga konsentrasi larutan meningkat akibatnya viskositas larutan juga
meningkat. Peningkatan konsentrasi larutan menyebabkan terjadi kenaikan titik didih.
Suhu penguapan titik didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni pada tekanan
yang sama, larutan yang semakin pekat maka titik didih akan semakin tinggi.
semakin pekat larutan , maka semakin tinggi titik didihnya. Semakin lama waktu
evaporasi maka larutan gula semakin berwarna kecoklatan dikarenakan evaporasi
dilakukan pada suhu tinggi sehingga terjadinya reaksi maillard.
KESIMPULAN
Pada proses pengeringan tomat cherry menghasilkan produk dengan
karakteristik fisik yang kurang baik. Sehingga perlu dilakukan pengaturan suhu dan
waktu yang tepat untuk menghasilkan produk yang baik. Pada proses evaporasi
semakin tinggi konsentrasi maka titik didihnya akan semakin tinggi. Peningkatan
konsentrasi larutan menyebabkan terjadi kenaikan titik didih. Suhu penguapan titik
didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni pada tekanan yang sama, larutan
yang semakin pekat maka titik didih akan semakin tinggi. semakin pekat larutan ,
maka semakin tinggi titik didihnya. ˚Brix yang dihasilkan juga semakin tinggi
konsentrasi gula maka ˚Brix yang diperoleh semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Y. A., Rostiati, Kadir, S. 2017. Mutu Fisik, Kimia dan Organoleptik Buah
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Hasil Pelapisan Berbagai Jenis Pati
Selama Penyimpanan. E-J Agrotekbis 5(5): 547-555.
Astutik.2008. Teknik Pengeringan Bawang Merah Dengan Cara Perlakuan Suhu dan
Tekanan Fakum. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2
Kusumawati, E C. 2017. Sifat Fisik Tepung Kulit Buah Naga Merah pada
Pengeringan Matahari dan Oven dengan Penutupan Kain Hitam. Fakultas
Peternakan dan Pertanian. Universitas Dipenogoro.
Subandi, dkk. 2015. Modifikasi Oven Bekas sebagai Alat Pengering Multi Fungsi.
TekTan Jurnal Ilmiah Teknik Pertanian Vol. 7 (2): 113-123.