REFERAT FORENSIK Baru
REFERAT FORENSIK Baru
MEDIKOLEGAL
IDENTIFIKASI KERANGKA
Disusun Oleh:
Ayu Fitria Rahmawati FK UNDIP
Estica Tiurmauli K. S. FK UNDIP
Husein Ahmad FK UNDIP
Monica Sari Gunawan FK UNDIP
Yuni Sri Herdiyani FK UNDIP
Fitri Nur Laeli FK TRISAKTI
Ita Indriani FK TRISAKTI
Kustian Pramudita FK TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG
PERIODE 13 JANUARI – 8 FEBRUARI 2014
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI KERANGKA
Disusun oleh:
Mengetahui,
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….….... i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ……. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ... iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………… …… v
DAFTAR GAMBAR...…………………………………………………… … vi
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………… ………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………… …….. 2
1.3 Tujuan ………….…………………………………………………… 3
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………………………………… 3
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………………………. 3
1.4 Manfaat ………… ………………………………………………….. 3
1.5 Metode Penulisan ………………………………………………….. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 5
2.1 Identifikasi ……………....... ……………………………………….. 5
2.1.1 Pengertian Identifikasi………………………… …………………… 5
2.1.2 Klasifikasi Identifikasi……………………………………………… 6
2.2 Menentukan Manusia atau Bukan ………………………………….. 10
2.3 Menentukan Jumlah Korban………………………………………. .. 14
2.4 Menentukan Ras Pada Pemeriksaan Kerangka……………………… 18
2.5 Menentukan Jenis Kelamin Pada Kerangka……………………....… 20
2.6 Menentukan Umur Pada Pemeriksaan Kerangka………………….... 22
2.7 Menentukan Tinggi Badan Pada Pemeriksaan Kerangka …………..
2.8 Menentukan Perkiraan Waktu Kematian ……………………………
2.8.1 Menentukan Umur Tulang ………………………………………….
2.8.2 Gambaran Fisik Tulang …………………………………………….
BAB 3 PENUTUP ………………………………………………………... … 23
3.1 Kesimpulan…..……………………………………………………… 23
3.2 Saran …………...…………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karunia-Nya, referat ini dapat terselesaikan. Penulisan referat ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam
menempuh Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Kami
menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan referat ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Bersama ini kami menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. dr. Abraham Soediro, SpF selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan
referat ini
2. dr. Abdul Hakim, MH(Kes) selaku residen pembimbing yang telah berkenan
memberikan masukan dalam penulisan referat ini
3. Segenap staf Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dan RSUP Dr. Kariadi Semarang
4. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan dukungan
moral maupun material
5. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP Dr. Kariadi Semarang yang
telah memberikan bantuan bagi kami
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
pola bentuk tengkorak dan rahang berbeda. Walaupun pola tersebut sering kali
proses hukum, yang berbasis pada osteologi dan anatomi manusia merupakan
terapan menuju identifikasi individu dari data populasi yang dipelajari dalam
antropologi biologi1.
identifikasi pada orang mati atau jenazah identifikasi diperlukan juga pada
orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya atau ketidak-tahuan akan
yang tertukar, disputed partenity, orang yang merubah wajah dengan operasi
plastik, jenis kelamin yang diragukan, orang dewasa yang hilang ingatan1,2.
korban adalah: ras, jenis kelamin, gigi, pengukuran antropometri (tinggi dan
lebar badan, ukuran lingkar kepala), sidik jari, pakaian dan ornamen lain yang
dipakai korban1.
hukum. Diantaranya pada tahun 2008 telah mencuat sebuah kasus Very Idham
penyidikan dan hukum peradilan, bagian penyidik Polda Metro Jaya meminta
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi
personal dalam kasus-kasus pidana atau perdata dengan tepat, amat penting
biologi yang berbasis pada studi populasi untuk mendapat data biologi variasi
hayat manusia yang jaringan lunaknya telah hilang sebagian atau seluruhnya
a. Perkara Pidana
b. Perkara perdata
Asuransi
Hak waris
Deformitas
Perut, tattoo
e. Fotografi
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka
a. Umum:
5. Perkiraan umur
6. Penentuan ras
b. Khusus:
4. Gigi-geligi
7. Tattoo
Kesulitan akan timbul apabila korban tidak utuh. Dalam hal ini
(awan).
cukup. Walaupun demikian hal ini penting sekali di negara kita, mengingat
Ada 2 tulang yang dipercaya dapat membedakan ras manusia, yaitu tulang
negro
ovoid bulat
apertura nasalis berbatas tajam dan jelas. Menurut Amar Sighh, penentuan ras
Indeks Cephalicus
Brachii indeks
Intermembrak index
Humerofemoral index
Lebar Max. Tengkorak kepala X 100
Indeks Cephalicus =
Panjang max. Tengkorak kepala
Keterangan:
Lebar max. Tengkorak kepala : sepanjang sutura parieto sqamosa kanan dan kiri
tanda-tanda seks primer (alat kelamin) dan tanda-tanda seks sekunder. Selain
itu terdapat pula perbedaan secara global antara pria dan wanita yaitu :
Jika korban sudah membusuk kadang kadang masih dapat dilihat dari
alat kelamin dalam yaitu rahim pada wanita dan kelenjar prostat pada laki laki
organ tidak dapat dikenali lagiatau yang diperiksa sepenggal bagian tubuh/
dasar pemeriksaan perbedaan seks dari tulang tengkorak, tulang pelvis dan
tulang panjang.
1. Cara Histologi
pemeriksaan dapat diambil dari : kulit, leukosit, sel sel selaput lender bagian
2. Kerangka
a. Non metric
Penentuan jenis kelamin didasarkan pada ciri yang mudah dikenali pada
mempunyai nilai tinggi adalah tulang pangul dan baru kemudian tulang
tengkorak.
Dismorfisme sex pada pelvis lebih jelas, beberapa yang perlu diketahui :
Pelvis Keseluruhan Berat, kasar, bekas otot Tidak berat, bekas otot
b. Metrik
- Os Pubis
rumus :
Apabila ditarik garis sejajar dengan ramus superior dan inferior, maka
sudut yang dibentuk dari perpotongan dua garis tersebut pada pria
lebih besar.
- Os Sacrum
Pasa pria relatif lebih sempit yang bila dibandingkan antara lebar dan
panjang didapatkan nilai indeks pada pria kurang dari 112 pada wanita
- Os Ileum
seseorang dan kemungkinan dapat terjadi kesalahan bila korban adalah orang
dengan melihat :
- Wajah
- Gigi
Incisivus I 7 tahun
Incisivus II 8 tahun
Caninus 11 tahun
Premolar I 9 tahun
Premolar II 10 tahun
Molar I 8 tahun
ketepatan yang cukup dengan melihat erupsi gigi seperti skema diatas dan
ossifikasi)
Pada penentuan umur berdasar fusi dari inti penulangan pada tulang
bisa digunakan pada orang yang berumur 1 -25 tahun. Pada wanita,
fusi dari inti penulangan ini satu tahun lebih dahulu maturitasnya.
3 Patella
11 Trochlea humeri
Penentuan umur pada usia lebih dari 25 tahun lebih sukar dan nilai
ketepatannya kurang. Dalam hal ini bisa dipakai pedoman pedoman dibawah
ini :
1. Bila epiphyse dan diaphyse tulang tulang ekstremitas sudah bersatu
4. Bila corpus mayus telah bersatu dengan corpus os hyoid dan ada
40-60 tahun
Tetapi kadang kadang hanya sebagian tubuh saja yang dapat ditemukan atau
sebagian kerangka saja. Dalam hal ini ada beberapa rumus yang dapat dipakai
panjang kepala
5. Tinggi badan kira kira sama dengan jarak ujung jari ke ujung jari
Dalam hal keadaan dimana hanya sebagian tulang saja yang didapat,
maka dengan mengukur panjang tulang humerus, radius, ulna femur, tibia,
dan fibula dan memasukan dalam suatu rumus yang dapat dipakai antara lain
1. Karl Pearson
4. Regresion Formula
humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang yang diukur dalam
dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan. Panjang dari femur dan
tibia harus diukur dalam posisi oblique sedangkan panjang tulang tulang
Laki laki :
Wanita :
2. Rumus dari Trotter dan Gleser ( untuk laki laki ras mongoloid)
Pria :
-TB= 72,9912 + 1, 7227T + 0,7545 F( ±4,2961)
TB = 80,8078 + 2,2788F(±4,6186)
Wanita
Keterangan :
± adalah nilai standar error (SE) yang dapat dikurangi atau ditambahkan
pada nilai yang diterima dari kalkulasi , makin kecil SE makin tepat
1. Tes Fisika
Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya
ultra violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang
ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak
kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian
baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari
rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka
violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100-150 tahun. Tes Fisika yang
pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma
Gambar 1:
pemotongan.
c. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum
tulang.
2. Tes Serologi
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. Penggunaan metode cairan peroksida yang
serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di
campuran Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika
diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat
dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi
serbuk.
technique dengan anti human serum. Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak
yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan
serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira 5-10 tahun,
3. Tes Kimia
yang baru mengandung kira-kira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan
diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang
mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis
lain menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti
umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5
per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.
amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin
adalah yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang
spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin dan
Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat
kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah
beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan
hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa
Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian
kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis
pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi. Periosteum kelihatan
berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin
masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada
terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan
tulang rawan, kadang dalam beberapa hari ataupun beberapa minggu. Jika mayat
dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat
bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada
tulang seperti :
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian
kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih
dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan
poripori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang
lebih tua. Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya
tulang- tulang panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang
hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar
seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan
kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral
lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam
waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar
cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya
berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal
ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang
dari luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak
terlindung, tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi
setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan
keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi
disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan
padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad,
sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat.
jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran