Penyusun
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang
ditandai dengan perubahan biologis, perubahan psikologis dan perubahan
sosial (Notoatmodjo dalam Namira, 2018). Masa remaja sering juga disebut
dengan masa storm and stress. Stanley (Santrock, 2011) menjelaskan bahwa
masa storm and stress merupakan masa yang diwarnai dengan konflik dan
perubahan suasana hati. Salah satu bentuk konflik yang sering dialami oleh
remaja, yaitu konflik yang berkaitan dengan akademik. Adanya tekanan dan
masalah yang dihadapi remaja di lingkungan sekolah dapat menjadi stressor
bagi remaja sehingga mengalami stres akademik.
Penutup (5 menit)
1. Konselor mengucapkan terima kasih atas kedatangan dan partisipasi
konseli
2. Konselor memberikan mood meter dengan tujuan untuk mengetahui
suasana hati konseli selama sesi konseling berlangsung.
3. Konselor dan konseli mendiskusikan waktu dan tempat untuk sesi
selanjutnya. Kemudian konselor juga mempertegas perihal komitmen
anggota untuk mengikuti kegiatan hingga sesi akhir.
MONITORING Konseli mampu untuk terbuka dan tidak ada rasa khawatir serta ragu untuk
berada didalam kelompok dalam melakukan konseling.
Konseli mampu menceritakan apa yang dirasakan setelah melakukan sesi
konseling bersama.
PERTEMUAN 2
TAHAP TRANSISI, KOHESIVITAS DAN PRODUKTIVITAS
PENGANTAR
Pada sesi ini konselor menegaskan kembali kesepakatan yang sudah disepakati kemudian menjelaskan
tujuan konseling kelompok serta kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama konseling berlangsung.
Konselor diharapkan mampu memberi arahan kepada konseli untuk mulai terbuka dalam
menceritakan permasalahannya. Konselor memberikan materi “Manajemen Stres” kepada konseli
dengan tujuan konseli dapat mengelola stres akademik yang dialami dengan baik, sehingga pada
akhirnya konseli dapat meminimalisir stres yang dialami. Kemudian, konselor juga menggunakan
teknik active listening sebagai cara untuk memunculkan solusi atau tanggapan atas permasalahan yang
dialami anggota lain. Konselor juga akan memberikan solusi dengan tujuan sebagai perbandingan
apabila solusi yang sebelumnya dirasa kurang efektif. Setelah itu konselor memberikan lembar
penugasan(logbook) guna melihat ada atau tidak perubahan yang terjadi terhadap solusi atau alternatif
pemecahan masalah yang telah disepakati. Pada sesi ini juga diharapkan para konseli sudah
mendapatkan solusi dan menerapkan tugas yang diberikan oleh konselor.
TUJUAN
1. Menceritakan dengan detail permasalahan yang dialami oleh setiap konseli
2. Konseli mampu mengenali dan memahami permasalahan dirinya sehingga dapat menemukan
alternatif pemecahan masalah dalam manajemen stres
3. Memberikan tugas kepada konseli agar dapat melihat sejauh mana alternative pemecahan masalah
yang diberikan akan berdampak pada konseli.
MATERI 1. Menentukan permasalahan
Tujuan dari menentukan permalahan yang akan dibahas yaitu agar
konseli dapat menemukan pilihan strategi yang dapat ia lakukan untuk
menghadapi permasalahan terkait stres akademik.
2. Psikoedukasi “Manajemen Stres”
psikoedukasi ini diberikan dengan tujuan agar konseli dapat mengelola
stres yang dialami dengan baik
3. Mencari Solusi
Tujuan dari mencari solusi ialah agar konseli mendapatkan masukan
alternatif strategi untuk mengelola stres akademik, baik dari konseli
sendiri maupun dari anggota kelompok.
4. Pemberian Penugasan (Logbook)
Tujuan dari pemberian penugasan adalah untuk mengetahui atau
meninjau sejauh mana konseli dapat mengubah perilakunya dalam
mengelola stres melalui berbagai alternatif strategi yang sudah
diberikan para konseli.
WAKTU 45 menit
ALAT DAN BAHAN - Daftar hadir
- Alat tulis
- Kertas HVS
PROSEDUR Pembukaan (3 Menit)
1. Konselor membuka kegiatan dengan memberi salam serta berdoa
demi kelancaran kegiatan.
2. Kemudian konselor kembali menegaskan lagi kesepakatan-
kesepakatan yang telah disepakati dipertemuan sebelumnya
Kegiatan kelompok (40 Menit)
3. Penentuan masalah
setelah pada posisi yang nyaman, konseli diminta untuk menentukan
permasalahan siapa yang akan dibahas terlebih dahulu dengan cara
menceritakan kembali permasalahan mereka. Para konseli dengan teknis
berbicara satu persatu dan menceritakan permasalahan stres akademik.
4. Materi “Manajemen Stres”
psikoedukasi ini diberikan dengan tujuan agar konseli dapat mengelola
stres yang dialami dengan baik. Materi ini sendiri memuat definisi stres,
penyebab stres, tingkatan dan strategi mengatasinya. Kemudian
dikaitkan dengan masalah stres akademik yang dialami konseli.
5. Memunculkan solusi
Setelah membahas materi dan menghubungkan dengan masalah yang
dialami konseli, konselor melakukan konseling dengan teknik Listening
yang digunakan agar dapat memunculkan solusi atau tanggapan atas
permasalahan yang diceritakan oleh para konseli. Para konseli mencoba
mengungkapkan solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh konseli yang
memiliki masalah tersebut dengan bantuan konselor dalam
mengembangkan solusi yang terbaik. Konselor hanya memandu jalannya
konseling dan menanggapi solusi yang diberikan oleh konseli, bukan
memberi solusi terbaik secara penuh.
6. Memberikan Penugasan
Setelah para konseli dan konselor selesai dalam berbagi ide mengenai
solusi apa saja yang tepat bagi masalah-masalah stres akademik,
konselor memberikan lembar penugasan yang harus konseli isi. Konselor
akan menjelaskan tujuan dari lembar penugasan dan cara
penggunaannya
Penutup (3 Menit)
1. Konselor membacakan kesimpulan yang telah ia dapat dari sesi ini,
antara lain ialah dampak yang ditimbulkan apabila tidak dapa
memanajamen stres dengan baik serta solusi-solusi yang telah
dikemukakan.
2. kemudian konselor mengingatkan konseli agar mengisi logbook yang
telah diberikan, dan tidak lupa untuk membawanya dipertemuan
selanjutnya.
3. Konselor pun mengucapkan terima kasih kepada para konseli atas
partisipasinya dan juga memberikan kesempatan kepada para konseli
untuk bertanya apabila ada yang belum jelas.
4. Konselor kemudian menanyakan pertemuan selanjutnya dan
mempertegas perihal komitmen anggota untuk mengikuti kegiatan
hingga sesi akhir.
5. Konselor memberikan mood meter dengan tujuan untuk mengetahui
suasana hati konseli selama sesi konseling berlangsung.
MONITORING Konseli mampu menceritakan masalah yang terjadi secara detail dan
mampu menemukan solusi untuk permasalahan yang dihadapi.
Konseli mampu menceritakan apa yang dirasakan setelah melakukan
sesi konseling.
PERTEMUAN 3
TAHAP KONSOLIDASI , TERMINASI DAN EVALUASI
PENGANTAR
Pada sesi ini konselor membahas hambatan apa saja yang di alami oleh konseli selama menjalankan
solusi yang diberikan dan penugasan yang diberikan pada sesi sebelumnya. Konseli diminta untuk
membandingan solusi mana yang lebih efektif. Setelah mendapat solusi yang benar-benar efektif,
konselor meminta konseli untuk terus menerapkannya. Konselor juga mengulas hasil penugasan yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, pada sesi ini seluruh anggota mengulas
bagaimana perasaan dan perubahan setelah menjalani proses konseling serta memberikan lembar
post-test untuk mengukur stres akademik konseli.
TUJUAN
MATERI - Review perkembangan
Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana konseli dapat
melaksanakan solusi yang diberikan dan mengulas hasil penugasan yang
diberikan.
- Hambatan
Tujuan dari kegiatan ini mengidentifikasi hambatan beserta solusi untuk
mengatasi hambatan tersebut berdasarkan tugas yang diberikan.
- Perasaan konseli terkait kesuksesan konseling
Tujuan dari kegiatan ini ialah mengetahui perasaan konseli setelah
melaksanakan kegiatan konseling yang telah dilaksakan.
WAKTU 45 menit
ALAT DAN BAHAN Alat tulis
Daftar Hadir
Snack & Air Mineral
PROSEDUR Pembukaan (5 Menit)
1. Konselor membuka kegiatan dengan memberi salam serta berdoa demi
kelancaran kegiatan.
2. Kemudian konselor kembali menegaskan lagi kesepakatan-
kesepakatan yang telah disepakati dipertemuan sebelumnya
Penutup (5 Menit)
1. Konselor mengucapkan terima kasih kepada konseli atas waktu yang
telah diberikan dan juga memberikan kesempatan kepada konseli
untuk bertanya apabila ada yang belum jelas.
2. Konselor memberikan mood meter dengan tujuan untuk mengetahui
suasana hati konseli selama sesi konseling berlangsung.
3. Konselor mengakhiri konseling kelompok dengan ucapan salam.
EVALUASI Konseli mampu menjalankan penugasan yang diberikan dan
memberikan pendapat dari masing-masing anggota terhadap konseli
lainnya serta menemukan solusi untuk permasalahan yang dihadapi.
Konseli melaporkan perkembangan dan menceritakan hambatan
mengenai masalah yang dihadapi berdasarkan solusi yang telah di
temukan.
Konseli memberikan pendapat mengenai konseling kelompok yang
telah dijalani.
Konseli mampu menerapkan solusi yang telah ditemukan dengan
efektif, diketahui dengan cara permasalahan yang dihadapi berangsur
berkurang hingga hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Stres
Stress adalah suatu bentuk ketegangan fisik, psikis, emosi, dan mental,
yang dialami oleh seseorang sehingga dapat mempengaruhi kegiatan
orang tersebut. Menurut Sarafino dan Smith (dalam Raisya Namira, 2018),
stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan karena adanya
ketidaksesuaian antara kondisi psikologis dan fisik sehingga
menimbulkan reaksi yang menantang dari psikologis maupun fisik.
Macam-macam stres
a) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun).
b) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak).
Pengertian Stres Akademik
Alvin (dalam Raisya Namira, 2018) berpendapat bahwa stres akademik
merupakan kondisi yang muncul karena adanya tuntutan untuk mencapai
prestasi dalam kondisi persaingan akademik yang meningkat sehingga
individu semakin terbebani oleh berbagai tuntutan dan tekanan.
Penyebab Stres Akademik
Menurut Desmita (dalam Sri Dewi Utami, 2015) terdapat beberapa faktor
penyebab individu mengalami stres akademik, yaitu:
a. Physical demands
Physical demands adalah stres siswa yang bersumber dari lingkungan
fisik sekolah. Dimensi dari lingkungan fisik sekolah yang dapat
menyebabkan terjadinya stres akademik meliputi: keadaan iklim
ruangan kelas, temperatur yang tinggi, pencahayaan dan penerangan,
perlengakapan atau sarana/prasarana penunjang pendidikan, daftar
pelajaran, kebersihan dan kesehatan sekolah, keamanan dan
penjagaan sekolah.
b. Task demands
Tuntutan tugas diartikan sebagai tugas-tugas pelajaran yang harus
dikerjakan atau dihadapi oleh peserta didik yang dapat menimbulkan
perasaan tertekan atau stres. Aspek dari tuntutan tugas meliputi:
tugas-tugas yang dikerjakan di sekolah dan di rumah, mengikuti
pelajaran, memenuhi tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau
ujian, mematuhi disiplin sekolah, penilaian, dan mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler.
c. Role demands
Tuntutan peran secara tipikal berkaitan dengan harapan tingkah laku
yang dikomunikasikan oleh pihak sekolah (kepala sekolah, guru-guru
dan pegawai) serta oleh orangtua dan masyarakat kepada siswa,
seperti harapan memiliki nilai yang bagus, mempertahankan nama
baik dan keunggulan sekolah, memiliki sikap dan tingkah laku yang
baik memiliki motivasi belajar yang tinggi, harapan berpartisipasi
dalam memajukan kehidupan masyarakat, menguasai keterampilan
yang dibutuhkan di lapangan pekerjaan. Semua harapan peran ini
dapat menjadi salah satu sumber stres bagi siswa, terutama ketika ia
merasa tidak mampu memenuhi harapan-harapan peran tersebut. Jadi
tuntutan peran berhubungan dengan tingkah laku lain yang
diharapkan dari siswa sebagai pemenuhan fungsi pendidikan di
sekolah.
d. Intepersonal demands
Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat
mencapai prestasi akademik yang tinggi, melainkan sekaligus harus
mampu melakukan interaksi sosial atau menjalin hubungan baik
dengan orang lain. Bahkan keberhasilan siswa di sekolah banyak
ditentukan oleh kemampuannya mengelola interaksi sosial. Hal ini
karena sebagian besar waktunya dihabiskan bersama orang-orang di
luar lingkungan keluarganya, seperti teman sebaya dan guru-guru.
Golongan Stres Akademik
Oon (2007 dalam Elyani Fachrosi, 2012) mengemukakan empat tipe stres
akademik, yaitu:
a) Stres reaktif
Disebabkan oleh tekanan dan tuntutan terhadap siswa yang melebihi
kemampuannya. Contohnya: reaksi terhadap tes mendadak, terlambat
menghadiri kegiatan penting di sekolah, atau dimarahi di depan kelas.
b) Stres kumulatif
Respon terhadap stres yang masih berlangsung dan gejalanya
meningkat dari waktu ke waktu. Masalah-masalah tersebut sering
menjadi penyebab siswa tidak produktif. Contohnya: siswa tidak
mampu mengerti instruksi di kelas atau terus menerus diomeli atau
dimarahi.
c) Stres insiden kritis
Reaksi terhadap tuntutan yang mendadak, diluar dugaan, ancaman,
dan insiden-insiden khusus. Stres jenis ini menyebabkan reaksi
emosional yang kuat. Contohnya: diganggu secara fisik oleh kakak
kelas di sekolah atau terlibat dalam kecemasan yang mengancam jiwa.
d) Stres post-traumatik
Reaksi terhadap ingatan tentang suatu insiden traumatis yang
berhubungan dengan stres. Ingatan ini bersifat mengganggu yang
menjadi pemicu reaksi stres. Stres ini juga sering disebut disfungsi
kesadaran. Ini terjadi ketika pikiran selama kondisi sadar diisi oleh
ingatan traumatis akibat insiden kritis, misalnya dibawah ancaman
sebilah pisau. Stres ini membutuhkan pengobatan dan pertolongan
psikologis jangka panjang.
Dampak Negatif dari Stres di Sekolah
Menurut McPherson (2010 dalam Elyani Fachrosi, 2012) dampak
negatif dari stres yang muncul di sekolah adalah sebagai berikut:
a) Burnout
Siswa merasa lelah dengan kegiatan sekolah biasa akan kehilangan
minat untuk belajar. Hal ini terjadi dikarenakan siswa kehilangan
insentif pada tugastugas tertentu yang dirasa terlalu menghabiskan
waktu dan energi yang banyak. Jika perasaan ini tidak tertolerir
akan berubah menjadi depresi.
b) Menyontek
Kebiasaan dalam menilai kesuksesan pada performansi di sekolah
menyebabkan stres pada siswa di sekolah. Pemikiran siswa untuk
mencapai peringkat yang tinggi memunculkan perilaku menyontek
untuk mencapainya.
c) Gangguan makan
Tekanan akademik yang intens berkontribusi pada kemungkinan
kecenderungan terhadap gangguan makan. Cemas yang berlebihan
terhadap peringkat bukanlah penyebab suatu gangguan namun
beresiko memperburuk. Gangguan makan yang sering ditemui
adalah anoreksia, bullimia, dan “binge eating” (perilaku makan yang
kompulsif).
d) Penggunaan Obat-obatan
Terkadang tekanan akademik, berkolaborasi dengan tekanan
teman sebaya, memunculkan keinginan siswa untuk
bereksperimen dengan alkohol dan obatobatan. Hasil dari
penggunaan dan konsumsi obat-obatan dapat menyebabkan rasa
lelah, iritabilitas, sakit kepala dan rasa tidak nyaman pada badan.
Dapat membuat proses berpikir menurun, siswa tidak
menyelesaikan pekerjaan rumahnya seperti biasa, kesulitan
berkonsentrasi dan sulit mempelajari materi baru.
Solusi untuk menghindari dan Mengatasi Stres
a) Tidur cukup
b) Atur Waktu
c) Pola makan sehat
d) Olahraga
e) Meditasi
f) Menulis diary
g) Psikoterapi
2. Lembar Pretest dan Post-test Skala Stres Akademik
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
PETUNJUK PENGISIAN
STS : jika pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI anda lakukan atau anda
rasakan
TS : jika pernyataan TIDAK SESUAI anda lakukan atau anda rasakan
R : jika pernyataan RAGU-RAGU anda lakukan atau anda rasakan
S : jika pernyataan SESUAI anda lakukan atau anda rasakan
SS : jika pernyataan SANGAT SESUAI anda lakukan atau anda rasakan
Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, berikan tanda = pada jawaban yang
salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap paling
sesuai.
Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri anda dan periksalah jawaban anda,
pastikan tidak ada yang kosong. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-
beda, tidak ada jawaban yang benar atau salah, dan tidak ada penilaian baik atau
buruk. Semua jawaban adalah benar. Kerahasiaan jawaban anda akan terjamin
sepenuhnya.
No Pernyataan STS TS R S SS
1 Saya cemas setiap menghadapi ujian mendadak
2 Saya merasa takut karena diganggu secara fisik oleh teman
sekelas saya
3 Saya tetap tenang saat menghadapi masa ujian
4. PR yang terlalu banyak membuat saya ingin menangis
5. Kepala saya bertambah pusing karena terlalu banyak PR yang
akan dikumpulkan
6. Saya tidak takut dihukum guru jika perbuatan itu memang
salah saya
7. Saya cemas saat harus masuk pelajaran yang gurunya saya
takuti
8. Saya sering kali berpikir untuk absen dari sekolah karena
terlalu banyak PR
9. Kepala saya pusing saat orang tua saya bertanya tentang nilai
raport saya
10. Emosi saya tetap stabil walaupun mendekati hari ujian
semester
11. Saya merasa takut karena diganggu secara fisik oleh kakak
kelas saya
12. Saya gugup saat harus menjawab pertanyaan lisan guru
13. Saya sering menangis, akibat dimarahi orang tua karena nilai
raport saya jelek
14. Walaupun PR banyak, saya tetap bisa mengerjakan dengan
tenang.
15. Jantung saya berdetak keras saat masuk pelajaran yang saya
takuti
16. Saya takut harus sekelompok dengan teman yang bukan teman
dekat saya
17. Saya tidak cemas berdiskusi materi pelajaran dengan guru
saya
18. Saya seperti akan menangis saat dimarahi guru di depan kelas
19. Semakin banyak PR yang akan dikumpul membuat saya lupa
mengerjakannya
20. Saya sulit berkonsentrasi saat ujian akan berlangsung
21. Saya menangis saat mendapat hukuman fisik dari guru
22. Berkali-kali mendapatkan nilai jelek, membuat saya merasa
takut akan tinggal kelas
23. Saya merasa lelah untuk ikut serta dalam kegiatan penting di
sekolah seperti pensi (pentas seni)
24. Saya akrab dengan senior saya baik di dalam maupun di luar
sekolah
25. Tidak masalah bagi saya untuk sekelompok dengan teman
yang bukan teman dekat saya
26. Badan saya gemetaran saat tiba-tiba disuruh menjawab soal
oleh guru saya
27. Saya takut dengan hukuman yang diberikan orang tua bila
nilai raport yang jelek
28. Saya tetap tenang walaupun ada teman lain yg mengejek
peringkat saya
29. Suasana hati (mood) saya buruk saat harus sekelompok
dengan teman lain yang bukan teman dekat saya
30. Saya menjadi mudah lelah akibat terlalu sering memikirkan
kemampuan saya bila dibandingkan dengan teman lainnya
31. Saya sulit berkonsentrasi saat belajar dalam kelompok yang
bukan teman dekat saya
32. Saya tetap bisa memusatkan perhatian walaupun pada
pelajaran yang gurunya saya takuti
33. Saya sering lupa mengerjakan PR yang akan dikumpul akibat
jadwal sekolah yang padat
3. Lembar Penugasan (Logbook) pada pertemuan ke-2
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal Sumber Stres Respon Stres Cara Mengelola Stres Hasil Penerapan
Pengelolaan Stress
4. Lembar Monitoring (Mood Meter) pada pertemuan ke-2 dan 3
Pertemuan : Tanggal :
😊 😐 ☹
5. Lembar Evaluasi Kegiatan pada pertemuan ke-3
LEMBAR EVALUASI
Nama :
Kelas :
1 Tema kegiatan 1 Tema kegiatan sangat tidak sesuai dengan kebutuhan siswa
3 Cukup Kondusif
6. Komentar
7. Saran