Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN

TENTANG PARTENOGENESIS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3

AGNES RUTH ERNA HUTAHAEAN (4163141003)


EMELIA GINTING (4161141017)
EMI KATANA ARUAN ( 4161141018)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Partenogenesis dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Hewan.
Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak.Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari bahwa pada
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan
kami.Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami sebagai penulis pada khususnya.Atas segala perhatiannya kami mengucapkan
banyak terima kasih.

Medan, 28 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Pengertian Partenogenesis ......................................................................... 2
2.2 Sejarah Dan Teori Perkembangan Partenogenesis .................................... 2
2.3 Contoh Hewan yang mengalami Partenogenesis ....................................... 2
2.4 Jenis Partenogenesis................................................................................... 3
2.5 Mekanisme Partenogenesis pada Lebah dan Kutu Air .............................. 4
2.6 Embrio Partenogenesis............................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Rangkuman ................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping ciri-ciri


lain seperti respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan
iritabilitas. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi atau proses perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada
makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual
(secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa perkawinan). Pada reproduksi
seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ
seksual, sehingga proses perkembangbiakan menggunakan organ tubuh, seperti
fragmentasi, membelah diri, metagenesis dan partenogenesis.

Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative,


sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative.
Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian
tunbuhan. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah
dan sebagian tumbuhan. Pada beberapa kelompok hewan invertebrata dan
beberapa spesies vertebrata, telur yang tidak difertilisasi dapat diaktivasi dan
berkembang menjadi individu normal. Proses inilah yang disebut dengan
partenogenesis. Partenogenesis dapat kita lihat pada kutu daun, lebah, kutu air,
dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo dan
hiu ternyata juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama dengan
beberapa jenis ikan, amfibi, dan reptil yang telah menunjukkan bentuk reproduksi
aseksual yang berbeda.

1.2 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Partenogenesis


2. Untuk Mengetahui Tipe-Tipe Partenogenesis
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Parteogenesis

1
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Partenogenesis


Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina
memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
Partenogenesis dapat dilihat pada kutu daun, lebah, kutu air, dan beberapa
invertebrata lainnya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo dan hiu ternyata
juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama dengan beberapa jenis
ikan, amfibi, dan reptil yang telah menunjukkan bentuk reproduksi aseksual yang
berbeda.
Dalam sumber lain partenogenesis memiliki arti dan tujuan yang sama
seperti proses perkembanganbiakan pada umumnya. Partenogenesis pada hewan
adalah proses dimana hewan betina mampu bertelur dan menghasilkan keturunan
tanpa pembuahan dari hewan jantan. Partenogenesis jarang terjadi pada hewan
bertulang belakang atau vertebrata dan belum pernah terjadi pada spesies
Rhacodactylus.

2.2 Sejarah Partenogenesis


 Partenogenesis pertama kali diakui pada tahun 1745 oleh Charles
Bonnet (Swiss, 1720-1793).
 Jacques Loeb (German, 1859-1924) menstimulasi partenogenesis
dalam landak laut dan telur katak dengan cara buatan pada tahun
1900.
 G.Pincus pada tahun 1936 secara buatan menghasilkan keturunan
partenogenetik pertama yang diketahui pada mamalia (kelinci).
2.3 Contoh Hewan yang Mengalami Partenogenesis
 Partenogenesis ditemukan di banyak invertebrata seperti rotifera
dan arthropoda.
 Crustacea, serangga, dan arakhnida (laba-laba, tungau) juga
menunjukkan partenogenesis.
 Ini juga terjadi pada beberapa vertebrata (kadal batu dan burung).

2
2.4 Tipe-Tipe Partenogenesis
2.4.1 Partenogenesis Alami
Pada hewan tertentu partenogenesis terjadi secara teratur, terus-
menerus dan alami dalam siklus hidupnya dan dikenal sebagai
partenogenesis alami. Partenogenesis alami dapat terdiri dari dua jenis,
yaitu, partenogenesis lengkap dan partenogenesis tidak lengkap.
a) Partenogenesis Lengkap
Serangga tertentu tidak memiliki fase seksual dan tidak ada
jantan. Mereka bergantung secara penuh pada partenogenesis untuk
reproduksi diri. Jenis partenogenesis ini dikenal sebagai partenogenesis
lengkap atau partenogenesis wajib. Contoh hewan yang mengalami
partenogenesis lengkap adalah:
1. Rotifera
Pada rotifera bdelloid, betina bereproduksi secara eksklusif
dengan partenogenesis. Dalam rotoger monogonont, betina dapat
bergantian antara reproduksi seksual dan aseksual.
2. Kadal batu Kaukasia
Kadal dari wilayah kaukasia di Uni Soviet hanya bereproduksi
secara partenogensis, yang selalu menghasilkan anakan betina melalui
proses ini, tidak anakan jantan sama sekali.
b) Parthenogensis Tidak Lengkap
Siklus hidup serangga tertentu meliputi dua generasi, generasi
seksual dan generasi partenogenetik/generasi aseksual, yang keduanya
saling bergantian. Dalam kasus seperti ini, telur yang bersifat diploid
akan menghasilkan anakan betina dan telur yang tidak dibuahi akan
menghasilkan anakan jantan. Jenis partenogenesis ini dikenal sebagai
partenogenesis parsial atau tidak lengkap atau siklik. Contoh hewan
yang mengalami partenogenesis tidak lengkap adalah:
1. Kutu daun
Kutu daun memiliki banyak generasi betina yang berkembang dari
telur yang tidak dibuahi di musim semi dan musim panas. Pada akhir
musim panas kedua jenis kelamin dibentuk oleh parthenogenesis.

3
Ketika betina kawin dengan jantan dan menghasilkan telur yang
berhasil bertahan hidup di musim dingin dan menetas menjadi anakan
betina di musim semi dan berikutnya untuk melanjutkan
perkembangbiakan secara aseksual melalui partenogenesis.

2.4.2 Partenogenesis Buatan


Partenogensis buatan dilakukan oleh manusia dalam suatu
eksperimen. Adapun metode yang digunakan ialah:
a. Mengganggu tekanan osmosis cairan lingkungan ovum.
b. Menimbulkan goncangan atau shock.
c. Menusuk ovum secara mekanik.
Zat yang biasa digunakan untuk menggangu tekanan osmosis
lingkungan ovum ialah berbagai jenis garam klorida dan K, asam laktat,
asam oleat dan dengan pelarut lemak seperti toluene, ether, alcohol,
benzene, aseton, urea, sukrosa. Goncangan atau shock berupa suhu dengan
menurunkan atau menaikkan suhu. Telur katak dapat berkembang dengan
ditusuk-tusuk dengan jarum yang terlebih dahulu dicelupkan ke darah
katak dewasa. Telur ini kemudian berkembang hingga menjadi larva ini
mampu bermetamorfosis sampai bentuk dewasa yang lebih lemah
dibandingkan dengan katak normal.

2.5 Mekanisme Partenogenesis pada Lebah dan Kutu Daun/Kutu Air


Partenogenesis hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu yang biasanya
berdasarkan faktor keturunan dan pola hidup. Sebagaimana terjadi pada lebah dan
tawon, telur yang dibuahi akan menjadi individu betina sedangkan yang tidak
dibuahi akan menjadi individu jantan. Individu jantan akan bersifat fertile,
sedangkan individu betina bersifat steril. Individu betina menjadi lebah pekerja
sedangkan individu jantan dapat mengawini ratu lebah yang terus menerus
bertelur. Pada kutu daun dan kutu air untuk beberapa generasi tidak dibutuuhkan
individu jantan. Individu betina terus menerus bertelur. Jika sudah menetas akan
menjadi individu dewasa. Kemudian akan bertelur lagi dan berkembang secara
partenogenesis.

4
Gambar 1. Mekanisme Partenogensis
2.6 Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbentuk tanpa peran sedikitpun dari
sperrnatozoa, dimana oosit dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada
spermatozoa. Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetis hanya
mempunyai unsur genetik dari betina (bisa haploid alau diploid). Dalam
perkembangan teknologi kultur in vitro, kejadian embrio partenogenetik dapat
diupayakan melalui aktivasi oosit dengan menggunakan bahan kimia (etanol),
aliran listrik ataupun proses maturasi diperpanjang (over maturation). Untuk
memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses pelepasan benda
kutub II dihambat sehingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki
kromosom 2n.

5
BAB III

PENUTUP

2.4 Rangkuman
1. Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina
memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses
fertilisasi. Partenogenesis dapat dilihat pada kutu daun, lebah, kutu
air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa
tumbuhan.
2. Partenogenesis pertama kali diakui pada tahun 1745 oleh Charles
Bonnet (Swiss, 1720-1793).
3. Jenis partenogensis terbagi menjadi 2 bagian yaitu partenogensis
alami yaitu partenogensis yang terjadi secara teratur dan terus
menerus yang terbagi menjadi parthenogenesis alami sempurna
dan partenogensis alami tidak sempurna. Dan partenogensis buatan
yang terjadi dengan bantuan manusia.
4. Partenogensis yang terjadi pada lebah madu yaitu partenogensis
tidak sempurna yaitu telur yang dibuahi akan menjadi individu
betina sedangkan yang tidak dibuahi akan menjadi individu jantan.
Individu jantan akan bersifat fertile, sedangkan individu betina
bersifat steril. Individu betina menjadi lebah pekerja sedangkan
individu jantan dapat mengawini ratu lebah yang terus menerus
bertelur.
5. Perkembangan embrio pada partenogensis yaitu embrio yang
terbentuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnatozoa, dimana oosit
dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada spermatozoa.
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetis hanya
mempunyai unsur genetik dari betina (bisa haploid alau diploid).

6
DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, M, dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.

Balinsky.1975. An Introduction To Embryology. Tokyo,Japan:Sounders


Company.

Kimbal, I.W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sugiyanto.J. 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta:UGM Press.

Sumarmin, Ramadhan. 2015. Perkembangan Hewan. Jakarta:Erlangga.

Suryo. 1996. Genetika.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat


Jenderal Pendidikan TInggi. Proyek Pendidkan Tenaga Guru.

Toegono. 1997. Genetika I. Surakarta: Sebelas Maret Univesity Press.

Anda mungkin juga menyukai