Anda di halaman 1dari 32

TEHNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI VERTEBRA

THORAKAL LUMBALIS DENGAN STANDART SCOLIOSIS


PADA INDIKASI SCOLIOSIS

DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD PARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) I

Nama : ZULFAOLITA RAHMAWATI PRIMANSYAH

NIM : 1411011040

PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diterima , diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) 1 atas mahasiswa mahasiswa radiodiagnostik dan
radioterapi yang bernama :

Nama : ZULFAOLITA RAHMAWATI PRIMANSYAH


NIM : 1411041040

Dengan judul laporan “TEHNIK RADIOGRAFI VERTEBRA THORAKAL


LUMBALIS DENGAN STANDART SCOLIOSIS pada INDIKASI SCOLIOSIS di Instalasi
Radiologi RSUD PARE”

Pare , 30 Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing Instansi Pembimbing Lapangan


( STIKes WIDYA CIPTA HUSADA ) ( CI RSUD PARE )

Yeni Cahyati Valentinus Lukito Edhi

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas
segala berkah dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus berjudul “ Tehnik Radiografi Vertebra Thorakal Lumbalis Dengan Standart
Scoliosis pada Indikasi Scoliosis di Instalasi Radiologi RSUD PARE” guna memenuhi
tugas mata kuliah PKL I Program Studi Diploma III Jurusan Radiodignostik dan
Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada .
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit RSUD Pare yang telah bersedia memberikan lahan praktek
2. Yeni Cahyati,S.Si,M.Si selaku Ka Prodi Radiologi STIKes Widya Cipta Husada
3. Dr. Nanik Yuliana, Sp.Rad selaku kepala instalasi radiologi di RSUD Pare
4. Pak Valentinus Lukito Edhi, selaku CI di Instalasi radiologi RSUD jombang
5. Ibu Yeni Cahyati,S.Si,M.Si selaku pembimbing institusi
6. Seluruh Staf dan pegawai di instalasi radiologi RSUD Pare
7. Seluruh staf dan dosen di STIKes Widya Cipta Husada
8. Ayah , mama dan adikku tercinta dirumah atas doa dan dukungannya selama ini
9. Teman – teman angkatan VI jurusan radiodiagnostik dan radioterapi STIKes Widya
Cipta Husada
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan


kasus ini , untuk itu penulis mohon saran demi kesempurnaan laporan kasus ini . Semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada
khususnya .

Pare , Desember 2015

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................2

KATA PENGANTAR .................................................................................................3

DAFTAR ISI.................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................5

Latar Belakang Masalah ...............................................................................................5

Rumusan masalah .........................................................................................................5

Tujuan Penulisan ..........................................................................................................5

Manfaat Penulisan .......................................................................................................6

BAB II DASAR TEORI ...............................................................................................7

Anatomi Thorax ...........................................................................................................7

Anatomi Saluran Pernafasan .......................................................................................9

Patofisiologi Dan Etiologi Efusi Pleura .......................................................................14

Tehnik Pemeriksaan Radiografi Thorax.......................................................................16

BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN .................................................19

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................24

Kesimpulan...................................................................................................................24

Saran .............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................25

LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang radiologi diperlukan untuk
menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas . kualitas radiograf dapat dinilai
baik jika radiograf dapat memberikan informasi secara jelas sehingga dapat
membantu menegakkan diagnose . dalam prinsip radiodiagnostik adalah pemanfaatan
sinar x yang baik yaitu mengenai suatu bahan obyek akan menghasilkan gambaran
radiograf yang dapat menentukan diagnose salah satunya adalah pada pemeriksaan
thorax .
Pemeriksaan radiologi thorax sangat penting karena penyakit paru belum bisa
dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa pemeriksaan radiologi thorax terlebih
dahulu . kelainan - kelainan dini pada paru juga dapat diketahui dalam pemeriksaan
rontgen thorax sebelum gejala klinis muncul .
Pada pemeriksaan radiologi thorax proyeksi yang biasa digunakan adalah
postero anterior ( PA ) jika pasien kooperatif dan antero posterior ( AP ) jika pasien
non kooperatif . untuk pemeriksaan pada kasus efusi pleura terdapat proyeksi
tambahan yaitu posisi RLD ( right lateral decubitus ) .

B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis membahas masalah tentang :
Bagaimana tehnik pemeriksaan radiografi thorax dengan indikasi effusi pleura di
instalasi radiologi RSUD Jombang ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Pembuatan Laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek kerja lapangan I di instalasi radiologi
RSUD Jombang
2. Penulis ingin menjelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan radiologi thorax
dengan indikasi efusi pleura yang dilakukan di RSUD Jombang .

5
D. Manfaat Penulisan
Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tetang tehnik pemeriksaan
thorax khususnya dengan penyakit efusi pleura

E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang , rumusan masalah , tujuan penulisan , manfaat penulisan
dan sistematika penulisan .
BAB II DASAR TEORI

Berisi landasan teori

BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang profil kasus dan data – data pasien serta berisi pembahasan
pemeriksaan pada thorax

BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
DASAR TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI VERTEBRA


Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervikal, 12 buah tulang
thorakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan
lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan
koksigeus (Cailliet, 1981 dikutip oleh Kuntono, 2007).

Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar sampai
mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari
tulang koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus ditanggung
semakin membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian beban tersebut
ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca. Korpus
vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis juga oleh suatu persendian
sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang punggung, kendati hanya
memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk mempertahankan stabilitas kolumna
vertebralis guna melindungi struktur medula spinalis yang berjalan di dalamnya.
Stabilitas kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing
vertebra, diskus intervertebralis, ligamen dan otot-otot (Moore, 1999 dikutip oleh
Yanuar, 2002).

7
Gambar 1 : anatomi tulang vertebra

a. Bagian – bagian dari tulang vertebra


Tulang dada terdiri dari 33 bagian yaitu:

 Tulang punggung cervical


Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus
spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang
ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan
urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus
seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang
lehernya.
 Tulang punggung thorax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa
gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung
dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.

 Tulang punggung lumbal


Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan
menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

8
 Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak
memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
 Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah.
Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari
itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).
 Disc intervertebralis
Sebuah disc intervertebralis (atau fibrocartilage intervertebralis) terletak di
antara yang berdekatan vertebra di tulang belakang. Setiap disk membentuk
fibrocartilaginous bersama (a simfisis), untuk memungkinkan gerakan kecil dari
tulang belakang, dan bertindak sebagai ligamen untuk menahan tulang belakang
bersama-sama. Peran mereka sebagai peredam kejut di tulang belakang sangat
penting.

Gambar 2 : Gambar disc intervertebralis

 Ligamen
Untuk memperkuat dan menunjang tugas vertebra atau tulang belakang
dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat ligamen-
ligamen , antara lain :

 Ligament Intersegmental ( menghubungkan seluruh panjang tulang belakang


dari ujung ke ujung ) :
1. Ligament Longitudinalis Anterior
2. Ligament Longitudinalis Posterior
3. Ligamnet praspinosum

9
 Ligament Intrasegmental ( Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas
yang berdekatan )
1. Ligamentum Intertransversum
2. Ligamentum flavum
3. Ligamentum Interspinosum
Ligamentum – ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang
occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara
tulang sacrum dengan tulang pinggul
b. fungsi tulang vertebra :
1. menyangga berat kepala dan dan batang tubuh
2. melindungi medula spinalis
3. memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis
4. tempat untuk perlekatan otot-otot
5. memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh
(Seelley dan Stephens, 2001 dikutip oleh Yanuar, 2003).
c. Otot-otot pada vertebra :
Otot-otot spine selain berfungsi sebagai pengerak dan berfungsi sebagai posis
tubuh tetap tegak.
 Pada bagian depan regio cervical terdapat otot-otot :
1. M. Rectus capitis anterior
2. M. Rectus capitis lateralis
3. M. Longus capitis
4. M. Longus colli
5. M. hyoideus
Pada bagian servikal terdapat otot-otot splenius capitis sebagai penggerak
utama ekstensi leher dan bagian lateralis leher terdapat M.
Stemocleidomastoideus, M .Levator scapula, M. Scalenus anterior-posterior-
medius.
 Pada regio abdominial terdapat otot-otot:
1. M. Rectus Abdominis
2. M. Obliques Eksternus dan Internus

10
 Pada Regio Thorachal dan Lumbalis terdapat oto-oto :
1. Sacospinalis
2. M. Semispinalis
3. M. Spinalis
4. M. Longisimus
5. M. Iliocostalis
 Otot-otot Spinalis seperti :
1. M. Multifidus
2. M. Rotators
3. Interspinalis
4. Intertransversari
 Pada Regiao bagian lumbal terdapat otot-otot yang dominan yaitu :
1. M. Quardratus Lumborum
2. M. Psoas Mayo

B. PATOFISIOLOGI SKOLIOSIS
1. Definisi
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah
pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal
tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering
terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area lumbal adalah
scoliosis yang paling parah.

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana


terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau
kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila
diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang
belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu
perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya
dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk
kurva “C” atau kurva “S”.

11
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang
menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan
bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit
ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa
(Mion, Rosmawati, 2007).

 Klasifikasi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
1. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan
rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
 Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
a. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1.Infantile : dari lahir-3 tahun.
2.Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.
3.Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ).
b. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau
lebih badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti
paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung
menyebabkan deformitas.
2. Skoliosis nonstruktural ( Postural )
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula),
dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural,
deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa
keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau
kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam
keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.

12
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
1. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan
abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini
dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau
oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
2. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang
dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk
sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis
ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk
kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral
palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut
congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan
perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
3. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan
pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-
dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine
yang disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-
jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang
yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
4. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat
terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-
orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari
tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan
bentuk spine.

C. ETIOLOGI EFFUSI PLEURA

Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang,
penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk
yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti
tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.

13
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
3) Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

1. Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan berupa:
1) Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2) Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3) Nyeri punggung
4) Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang


membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang
membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul
kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Awalnya penderita mungkin
tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis
tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala
tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya
merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H.
Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala
awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika
keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar
dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila
penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak
mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.

14
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat
yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut
sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana
dalam Soetjiningsih, 2004) :
1) Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat
2) Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat
3) Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui
operasi.

 Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari
adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang
belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada
garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena
suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf
yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka
syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada
ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau
seperti huruf S atau huruf.

1. Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat
seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok
dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
2. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat.
Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita
sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran
memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami
penyakit paru-paru dan pneumonia.

15
3. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin
akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih
banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
4. Prognosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya
kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko
terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis
ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan
cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan
timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki
prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis
neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral
palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah
memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita
skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya,
sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.

D. TEKNIK RADIOGRAFI SKOLIOSIS


Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan skoliosis adalah sebagai berikut :

1. AP/PA
2. ERECT LATERAL
3. AP/PA METODE FERGUSON
4. AP/PA RIGHT AND LEFT BENDING
5. POSISI LATERAL HIPEREKSTENSI & HIPERFLEKSI

1. PROYEKSI PA/AP

Posisi Pasien :

16
Pasien dalam posisi erect atau recumbent dengan distribusi berat tubuh pada kedua
kaki pada posisi erect
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan Mid line
- Tidak ada rotasi tarsal / pelvis jika memungkinkan
- Letakkan lower margin min 3-5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus langsung pada mid point
SID : 100 -150 cm
Kriteria Gambar :
Tampak vertebra thoracal dan lumbal

17
2. PROYEKSI LATERAL ERECT
Tujuan :
Untuk melihat Spondylolis, derajat kiposis atau lordosis
Posisi Pasien :
Posisi pasien lateral erect dengan kedua lengan diangkat, atau jika tidak tegak,
pegangan di depannya.
Sisi cembung pada kurva harus tegak lurus
Posisi Obyek :
- Letakkan pelvis dan tarsal dalam posisi lateral
- Atur mid coronal plane tubuh pada CR dan mid line
- Lower margin minimal 3 -5 cm dibawah setinggi crista iliaka
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus grid
CP : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm
Kriteria Gambar : Tampak vertebra thorakal dan lumbal dalam posisi lateral

18
3. PROYEKSI AP METODE FERGUSON
Tujuan :
Metode ini membantu mengkompensasi perbedaan kelainan bentuk curva
Posisi Pasien :
- Salah satu kaki pasien bisa duduk / berdiri dengan kedua lengan disamping
-Utk kaki yg kedua, letakkan block dibawah kaki ( atau hip jika duduk) pada sisi
cekung curva kaki pasien dapat meneggakkan sedikit posisi tanpa assiten.
- Block boleh digunakan dibawah pantat jika pasien duduk atau kaki jika pasien berdiri

19
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line grid dengan kedua lengan disamping
-Tidak ada rotasi tarsal atau pelvis jika memungkinkan
- Batas bawah 3 -5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar:
CR : Tegak lurus
CP : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm

20
4. PROYEKSI AP (PA) RIGHT AND LEFT BENDING
Tujuan :
Utk menilai space vertebra jika digerakkan
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi erect atau recumbent dan AP atau PA dengan kedua lengan
disamping
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line pada grid
- Tidak ada rotasi tarsal dan pelvis jika memungkinkan .
- Letakkan batas bawah 3 -5 cm di bawah crista iliaka
- Dengan pelvis sbg titik tumpu, fleksikan ke arah lateral pada salah satu sisi
- Jika recumbent gerakkan kedua tarsal dan tungkai sampai maksimum lateral fleksi
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus
CP : pertengahan Kaset
SID : 100 – 150 cm
KRITERIA GAMBAR :

21
Tampak gambaran AP/PA vertebra thoracal dan lumbal, dengan pasien dalam lateral
fleksi min 2,5 cm di bawah crista iliaka tampak

5. Posisi Lateral Hyperextensi dan Hiperfleksi


Tujuan :
Proyeksi ini digunakan utk melihat penyatuan spinal fusion
-Dilakukan dengan pasien dalam posisi
( hiperfleksi dan hyperekstensi)

22
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi lateral recumbent, dengan kepala diatas bantal dan suport diantara
knee
Posisi Obyek :
- Atur mid coronal plane pada mid line grid
Hiperfleksi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, bending ke arah depan dgn tungkai ke atas
Hiperekstensi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, tarsal dan kedua tungkai ditarik ke posterior
hiperextensi
Tidak ada rotasi thoraks dan pelvis.
Kriteria gambar :
Tampak lateral lumbal dan hiperfleksi dan hiperekstensi

23
BAB III
PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas pasien


Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiografi
Vertebra Thorakal Lumbalis Dengan Standart Scoliosis pada Indikasi
Scoliosis di Instalasi Radiologi RSUD PARE adalah sebagai berikut :
 Nama : An Mukholida
 Umur : 14 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Pare
 Pemeriksaan : Skoliosis AP dan Bending
 Poli / Ruangan : Poli Orthopedi

24
Gambar 4 : Surat permintaan foto rontgen

3.1.2 Tata Laksana Pemeriksaan Thorax AP

3.1.2.1 Persiapan pesawat , alat dan bahan

Pesawat sinar x yang digunakan pada pemeriksaan thorax pada pasien Tn.B :

 Merk pesawat : BMI ( Bio Medical Internasional )


 Type : BHEC
 No. seri tabung : F302/A
 Tegangan maksimum : 150 KV
 Arus maksimum : 500 mAs
 Kaset dan film ukuran : 43 x 35 cm
 Marker R atau L

Gambar 5 : marker R dan L

25
3.1.2.2 Persiapan pasien dengan proyeksi AP
Pada pemeriksaan foto vertebra thorakal lumbalis dengan proyeksi AP
tidak ada persiapan khusus , hanya saja pasien harus dibebaskan dari benda –
benda di sekitar dada seperti : kalung , kancing baju , BH yang dapat
menyebabkan artefak pada radiograf .
3.1.2.3 Prosedur pemeriksaan
 Posisi pasien : pasien dianjurkan untuk berdiri . tangan pasien berada
disamping tubuh dengan posisi anatomi dan komunikasikan kepada pasien
agar tidak merubah posisinya .
 Posisi obyek : atur mid sagital plane ( MSP ) pasien tepat dipertengahan kaset
. atur kedua pundak agar sama tinggi . usahakan vertebrae prominens (
cervical 7 ) masuk dalam lapangan penyinaran . kedua sisi tubuh diatur agar
mempunyai jarak yang sama dari sisi lateral kaset .
 Pengaturan sinar : central ray ( CR ) tegak lurus dengan kaset dengan arah
sinar vertical . central point ( CP ) pada pertengahan kedua angulus inferior
scapula atau setinggi vertebrae thorakal ke 7 dengan FFD sejauh 150 cm .
 Faktor eksposi : KVp = 73 , mAs = 16
 Kollimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
vertebrae prominens dan batas bawah pada batas bawah kaset dan batas kanan
kiri .
 kriteria radiograf

1. Tampak vertebra lumbal,


2. space intervertebra,
3. prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra,
4. prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
5. Tampak foramen intervertebralis Lumbal 1 – Lumbal 4,
6. Corpus vertebrae,
7. space intervertebrae,
8. prosessus spinosus dan Lumbal 5 – Sakrum 1.

26
3.1.3 Tata Laksana Pemeriksaan Vertebra thorakal lumbalis Bending kanan dan
kiri

3.1.3.1 Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan foto vertebra thorakal lumbalis bending kanan dan kiri tidak
ada persiapan khusus pada pasien hanya saja pasien harus berdiri dan
memiringkan badan ke arah kanan atau kiri semaksimal mungkin .
3.1.3.1 Prosedur pemeriksaan
 Posisi pasien : pada pasien RLD pasien diposisikan berdiri dan harus
memiringkan bagian badan atas kea rah kanan atau kiri semangsimal mungkin
agar dapat mendapatkan hasil true anatomis.
 Posisi obyek : atur mid sagital plane pasien tepat pada pertengahan kaset . atur
salah satu pundak di bagian atas kase. kedua sisi tubuh di atur agar masuk
kedalah kaset .
 CR : tegak lurus
 CP : pertengahan Kaset
 Pengaturan sinar :dengan FFD sejauh 150 cm
 Faktor eksposi : KV = 73 , mA = 16
 Kollimasi luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas vertebrae
prominens dan batas bawah pada batas bawah kaset , dan batas kanan dan kiri.
 Kriteria radiograf : Tampak gambaran AP/PA vertebra thoracal dan lumbal,
dengan pasien dalam lateral fleksi min 2,5 cm di bawah crista iliaka tampak

27
Prosesing Film
Pengolahan film dilakukan di sebelah ruang pemeriksaan, karena sudah
menggunakan CR sehingga daerah kerjanya hanya ada daerah kerja kering.

a. Model : CR Fuji
b. Ser. No : Capsula XL2
c. Made in : Japan

Gambar 6 : Prosesing Film automatic

Pembahasan Tehnik pemeriksaan AP dan RLD

Pada pemeriksaan radiologi vertebra curva thorakal lumbalis AP, Bending kanan
dan kiri tidak tampak kelainan congenital deformitas pada corpus vertebra.

28
HASIL RADIGRAF

Gambar . foto vertebra AP Gambar . foto vertebra bending

29
4.2 Hasil Pembacaan Radiograf Oleh Radiolog
Foto vertebra thorakal lumbalis dengan standart scoliosis
SCOLIOSIS THORACOLUMBALIS INDIOPHTIC SINGLE CURVE

tampak single curva, yaitu curva thoraco lumbalis dengan conveksitas kekanan.
Adapun sudut cob : 44 , sudut bending kanan : 34, flexibilitas : 10. Derajat rotasi
menurut Moe’s pedicle method 1. Derajat maturitas tulang menurut riser 2

30
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pemeriksaan radiologi tborax dengan indikasi efusi pleura di RSUD Pare
hanya menggunakan proyeksi yaitu AP atau PA dan bending kanan atau kiri dan tidak
mengggunakan proyeksi tambahan lainnya . berdasarkan praktek kerja lapangan yang
dilaksanakan di RSUD Pare , penerapan di lapangan tidak sama dengan teori yang telah
diajarkan di perkuliahan di stikes widya cipta husada .

Saran

Saran dari penulis untuk pemeriksaan radiologi di RSUD Pare agar proteksi
radiasi kepada pasien dan radiographer lebih diperhatikan agar dapat meminimalisir
dosis radiasi yang diterima pasien maupun radiografernya .

31
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/53727796/Patofisiologi-Efusi-Pleura

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_EfusiPleuraTuberkulosis.pdf/.html

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/efusi-pleura.html

http://ahmadgelegarpersada.blogspot.com/2013_06_01/anatomisalpernapasan.html

http://firdadistira.blogspot.com/p/anatomi-fisiologi-saluran-pernapasan.html

http://ardhysmart.blogspot.com/2012/05/teknik-pemeriksaan-radiografi-thorax.html

http://aviero.blogspot.com/2011/05/teknik-radiografi-thorax_01.html

32

Anda mungkin juga menyukai