DAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA IBU DENGAN MENOMETRORAGI
Di RSUD Dr. SOEDOMO TRENGGALEK
Disusun oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini gangguan haid merupakan keluhan tersering bagi wanita yang datang ke poliklinik
ginekologis dan menoragia merupakan salah satu diantaranya yang tersering. Hampir semua wanita
pernah mengalami gangguan haid selama hidupnya bahkan banyak diantaranya harus mengalami
gangguan ini setiap bulannya. Gangguan ini dapat terjadi dalam kurun waktu antara menarche dan
menopause. Gangguan haid atau perdarahan abnormal menjadi masalah menarik sehubungan dengan
makin meningkatnya usia harapan hidup perempuan.
Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita premenopause
mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health Organizations (WHO) baru-baru ini
melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55 tahun merasa bahwa perdarahan dalam
menstruasinya berlebihan. Menorrhagia harus dapat dibedakan dari diagnosis ginekologis lainnya,
termasuk metroragia, menometroragia, polimenorea dan perdarahan karena disfungsi uterus
(dysfunctional uterine bleeding).
Menometroragia adalah suatu penyakit yang sering ditemukan pada wanita-wanita usia subur
dan menjelang menopause. Menometrorhagia ini bisa disebabkan oleh penyebab organik yaitu adanya
kelainan pada organ reproduksi. Selain itu juga disebabkan oleh perdarahan disfungsional mengingat
akibat perdarahan ini sangat bisa membahayakan bagi nyawa pasien, maka diperlukan penanganan
dan pengobatan yang cepat dan tepat agar tidak lebih membahayakan bagi pasien. (Irwanto, 2010).
Berdasarkan fenomena tersebut, penyaji membuat laporan pendahuluan dan askeb komprehensif
pada Ny. S di Ruang Sakura RSUD. Dr. Soedomo Trenggalek.
1.2 Tujuan
1) Tujuan umum
Untuk Mengetahui Asuhan Kebidanan Secara Komprehensif pada ibu dengan masalah kesehatan
reproduksi Menometroragia
2) Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada klien dengan Menometroragia
b. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa pada klien dengan Menometroragia
c. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi pada klien dengan Menometroragia
d. Mahasiswa mampu mengetahui implemnetasi pada klien dengan Menometroragia
e. Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi keperawatan pada klien dengan Menometroragia
5. Intervensi
Tujuan :
- Menjaga kondisi ibu agar tetap stabil
- Dapat dilakukan tindakan segera
- Mengatasi anemia
Kriteria Hasil :
1. Keadaan umum ibu
2. Hb 11-12 g/dl
2. Beritahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga dan Dengan memberi tahu klien dan
rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan rencana yang
akan dilakukan akan mengurangi
kecemasan klien
4. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam pemberian terapi Dengan berkolaborasi dengan
antinyeri dokter Sp.OG akan dapat
dilakukan tindakan dan terapi
yang tepat
6. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk melakukan terapi : Dengan berkolaborasi dengan
- medikamentosa hormon dr.SpOG dapat dilakukan
- medikamentosa non hormon tindakan yang tepat untuk
- Terapi bedah mengatasi menometroragia
6. Implementasi
o Memeriksa tanda-tanda vital dan perdarahan
o Menganjurkan ibu untuk tirah baring
o Memberikan cairan IV atau tranfusi darah sesuai kebutuhan
o Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian terapi
o Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
o Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
7. Evaluasi
- Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat di deteksi dengan tepat , serta terapi mulai di
berikan.
- Ibu dan bayinya menjalani persalinan dan kelahiran yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Widjanarko, Bambang. 2009. Pendidikan Klinik Obstetri Ginekologi.blogspot.com diakses tanggal 23-
11-2016
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5.2 Saran
Dalam membuat laporan pendahuluan dan askeb komprehensif ini penyaji banyak melakukan
kesalahan, maka dari itu penyaji menerima kritik dan saran untuk selanjutnya agar lebih baik.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini diuraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan fakta yang
terdapat pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny”S” dengan menometroragia di
ruang sakura RSUD dr. Soedomo Trenggalek.
Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung terus / panjang dan
dengan jumlah darah yang lebih banyak (Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC). Perdarahan
menometroragia merupakan perdarahan disfungsional dengan siklus panjang yang di jumpai pada
seorang wanita dewasa dan terutama pada masa premenopause yang merupakan terhentinya fungsi
ovarium dengan turunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu timbul perdarahan yang kadang-
kadang bersifat siklis atau tidak teratur.
Pada kasus ini, Ny “S” umur 53 tahun datang dengan keluhan perdarahan pervagina selama
3 bulan pada tanggal 17 november 2016 darah keluar banyak bergumpal disertai nyeri perut bagian
bawah. Ibu mengatakan siklus haid tidak teratur, lama haid juga memanjang pernah sampai 18 hari.
Ibu pernah menggunakan KB spiral/IUD dan sudah dilepas sejak 14 tahun yang lalu. Ibu pernah
kuretase tanggal 24 september 2016. Ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi, memiliki alergi
dengan kaptopril. Ibu mengatakan melahirkan kedua anaknya di dukun. Ibu mengonsumsi
amlodiphine 1x sehari. Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
83x/menit, suhu 36,7 0C, pernafasan 21x/menit, konjungtiva merah muda, nyeri abdomen bagian
bawah, tidak teraba massa, ada pengeluaran darah pervagina, tanggal 18 November 2016 kadar Hb
7,2 g/dl, tanggal 21 november 2016 Hb 11,4 g/dl. Dalam buku Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri
dan Ginekologi, Nyeri abdomen dan perdarahan pervaginam adalah dua gejala terlazim dari
masalah kedaruratan ginekologi. Perdarahan per vaginam abnormal dapat tak teratur dan asiklik
(metroragia), haid banyak atau berkepanjangan (menoragia), atau perdarahan banyak tak teratur
selama haid dan diantara siklus haid (menometroragia). Riwayat kontrasepsi juga dapat
mempengaruhi haid karena alat kontrasepsi dalam rahim dapat disertai oleh hipermenorea. Pada
tahap pengkajian data tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Menometrorhagia adalah hipermenorhea atau menoragia
adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal/lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
Sedangkan dalam kasus ini ibu mengalami haid yang tidak teratur, lama haid memanjang sampai 18
hari. Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny “S” P2A0H2 dengan menometroragia , dalam hal ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
Penanganan menometroragi menurut Prawirohardjo (2005), kadang-kadang pengeluaran
darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring
dan diberi tranfusi darah. 1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC) dapat menaikkan
hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa normal (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, WHO). Penanganan dengan
medikamentosa non hormon bertujuan untuk mengurangi jumlah darah yang keluar, menurunkan
risiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup. Salah satu medikamentosa yang dapat digunakan
Asam traneksamat (Antifibrinolisis). Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara
reversibel dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50%. (Buku Ilmu
Kandungan Edisi 3 oleh Sarwono Prawirohardjo. 2011). Sebagai tindakan yang terakhir pada
wanita dengan perdarahan disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan
beberapa kali, dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi. Histerektomi merupakan
prosedur bedah utama yang dilakukan pada kegagalan terapi medikamentosa. Untuk mereka yang
sangat keberatan atau ada kontraindikasi terhadap operasi, dan sudah lanjut umur (45 tahun ke atas )
terapi radiaso ovarium dapat dipertimbangkan. Dalam penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.
“S”, terapi yang sudah didapat antara lain, tranfusi darah 4 kolf, injeksi asam traneksamat, injeksi
vitamin K, injeksi cefuroxim, amlodiphine, dan injeksi Ca Glukonas. Terapi bedah histerektomi
dilakukan karena ibu berumur >45 tahun dan sudah memiliki anak. Maka penatalaksanaan yang
diberikan kepada Ny. “S” sesuai dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan.