Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM I

Percolation Test

Hari / Tanggal : Jum’at, 06 September 2019.

Pukul : 13.00 WIB – 16.00 WIB.

Tempat : Lapangan Kampus Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mengetahui Tingkat Daya Resap Tanah Lokasi


tertentu.

2. Mengetahui cara Pengukuran Daya Resap tanah.

I. Tinjauan Pustaka

Mencari angka peresapan dan percobaan perkolasi (percolation


test), dalam bidang resapan atau rembesan, perlu diadakan pengukuran
tingkatan tanah untuk dapat mengetahui daya resap tanah terhadap
terhadap air (degree of permeability of the soil) dengan mengadakan
percobaan pengukuran percolation maka daya resap tanah terhadap air
dapat diketahui pada suatu daerah karena setiap jenis tanah mempunyai
daya resap yang berbeda.
Perkolasi adalah proses mengalirnya air kebawah secara gravitasi
dari suatu lapisan tanah ke lapisan dibawahnya, sehingga mencapai
permukaan air tanah pada lapisan jenuh air. Tes percolasi ini bertujuan
untuk menentukan besarnya luas medan peresapan yang diperlukan untuk
suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin besar daya resap tanah,
maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan untuk
sejumlah air tertentu. Mengingat setiap daerah memiliki jenis tanah yang
berbeda maka daya resap tanahnya juga akan berbeda pula.

1
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal
dengan infiltrasi, sedangkan perkolasi adalah proses bergeraknya air
melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak kedalam tanah
melalui celah – celah dan pori – pori tanah dan bantuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi
dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi,
tersuspensi dalam air juga waktu.
Daya perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi
mamksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh
kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi
sebelum daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum
daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak
mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya lapisan.
Lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan
sementara didaerah tak jenuh.
Perkolasi disebut juga peresapan air kedalam tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya.
Untuk daerah irigasi, waduk, termasuk tekstur berat, perkolasinya
berkisar 1-3 mm/hari.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat – sifat tanah. Data –
data mengenai perkolasi dari penelitian kempuan tanah maka perkolasi,
yaitu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan
terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul. Perkolasi juga dapat
disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zona yang jenuh kedalam
daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
Konsep Umum Infiltrasi Pada saat air hujan jatuh ke permukaan
tanah, sebagian air tersebut tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air
mengalir sebagai aliran permukaan {surface run off) dan sebagian
lainnya meresap ke dalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan
maka akan terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong (void)

2
dalam tanah yang terisi udara sampai mencapai kapasitas lapang {field
capacity) dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat berat
sendiri dan bergerak terus ke bawah (percolation) ke dalam daerah jenuh
(saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah/phreatik
(Mohammad Rusli, 2008).
Pengertian Infiltrasi Infilrasi adalah aliran air ke dalam tanah
melalui peimukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral,
sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau
secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air
tanah (Bambang Triatmodjo, 2008).
Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh
gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran
selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari
daerah basah menuju daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai
gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang
dengan bertambahnya kelembaban tanah. Seiain itu, gaya kapiler bekerja
lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada
tanah berbutir kasar seperti pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi
melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya
kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak
kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini
menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada
lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh.
Gravitasi berianjut mengisi pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang
secara berangsur-angsur sampai dicapai kondisi konstan, dimana laju
infiltrasi sama dengan laju perkolasi tanah. Pengertian infiltrasi
(infiltration) sering dicampur-adukkan untuk kepentingan praktis dengan
pengertian perkolasi (percolation). Yang terakhir ini merupakan proses
air dalam tanah secara vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya
saling berpengaruh, akan tetapi secara teoritik hendaknya pengertian
keduanya dibedakan (Sri Harto, 1993).

3
Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas
infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi {infiltration capacity) dan laju infiltrasi
{infiltration rate). Untuk memudahkan uraian selanjutnya perlu diperjelas
definisi dari bbrapa istilah yang digunakan : 1. Kapasitas infiltrasi
(infiltration capacity) adalah kecepatan infiltrasi maksimum, yang
tergantung dari sifat permukaan tanah. 2. Kecepatan infiltrasi (Infiltration
rate) adalah kecepatan infiltrasi nyata. 3. Perkolasi (percolation)
kecepatan perkolasi yang ditentukan oleh sifat tanah pada (aeration
zone). 4. (Field capacity) adalah besamya kandungan air maksimum yang
dapat ditahan tanah terhadap gaya tarik gravitasi, 5. (Soil moisture
deficiency) adalah jumlah kandungan air yang masih diperlukan, untuk
membawa tanah pada. 6. Abstraksi awal (initial abstraction) adalah
jumlah intersepsi dan penampungan cekungan (depression storage), yang
harus dipenuhi lebih dahulu, sebelum terjadi limpahan hujan. Kecepatan
Infiltrasi Nyata (Actual Infiltration Rate) Kecepatan infiltrasi nyata
ditentukan oleh berbagai faktor, baik sifat permukaan tanah, maupun sifat
lapisan tanah dibawahnya. Pada dasamya, faktor - faktor tersebut dapat
dikelompokkan dalam 3 golongan (Musgrave & Holtan, 1964).

II. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Auger

2. Sekop

4
3. Linggis

4. Meteran

5. Ember

B. Bahan
1. Pasir

5
2. Coral

3. Air

III. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tentukan lokasi yang akan ditest daya resapnya.
3. Membuat lubang menggunakan auger dengan diameter lubang 4
inchi dan dengan kedalaman 85cm.
4. Kemudian masukkan pasir 5cm, coral 5cm pada lubang yang telah
dibuat.
5. Diisi air sampai jenuh interval 30 menit
6. Amati dan catat daya resap air setiap 5 menit sekali.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
No Waktu per 5 menit Tinggi penurunan air
1. 15.05 13 cm
2. 15.10 16 cm
3. 15.15 11 cm
4. 15.20 8 cm
5. 15.25 5 cm
6. 15.30 6 cm
Jumlah 59 cm

6
Perhitungan :
Angka percolation test : Waktu pengamatan x 2,5 cm
Tinggi penurunan air
: 30 menit x 2,5
59 cm
: 1,27 ft
B. Pembahasan
Pada praktikum pengujian daya resap tanah terhadap air, kali
ini dilakukan di lapangan kampus jurusan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 3
didapat angka percolation test yakni 1,27 ft. Dengan memakai
kedalaman lubang sedalam 85 cm dan diameter 4 inchi. Tes
percolation ini ditinjukan untuk menentukan tingkat penyerapan air
tanah dalam persiapan untuk membagun bidang drainase septic / bak
resapan. Hasil uji perkolasi diperlukan merancang sistem septic
dengan benar. Setelah di dapat tingkat penurunan air atau resapan,
bagilah dengan interval waktu untuk menentukan tingkat perkolasi
dalam hitungan menit per inchi. Pada praktikum ini dilakukan tes
perkolasi didaerah tanah yang memiliki daya resap tanah terhadap air
tinggi. Pada pengamatan 5 menit pertama tingkat penurunan air
menurun sebesar 13 cm. Pengamatan 5 menit kedua tingkat
penurunan air menurun sebesar 16 cm. Pengamatan 5 menit ketiga
tingkat penurunan air menurun sebesar 11 cm. Pengamatan 5 menit
ke empat tingkat penurunan air menurun sebesar 8 cm. Pengamatan
5 menit kelima tingkat penurunan air menurun sebesar 5 cm, dan
pengamatan 5 menit terakhir penurunan air menurut sebesar 6 cm.
Pengamatan daya resap ini dengan rentang interval waktu 30 menit.
Melihat data hasil pengamatan maka ditarik kesimpulan yakni
penurunan air / daya resap air semakin lama waktu pengamatan
semakin berkurangnya penurunan daya resap air tanah.

7
V. Penutup
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu : percolation test


adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur daya resapan
tanah, dengan adanya alat ini kita dapat mengukur berapa besar daya
resap tanah dalam suatu wilayah / daerah dengan bermacam – macam
jenis tanah yang berada pada lokasi tersebut.

Angka perkolasi pada lokasi yang telah diteliti adalah 1,27 ft.

B. Saran
Percolation test dilakukan kadang kala harus disesuaikan dengan
iklim dan struktur tanah yang digunakan dalam mengukur daya resap
tanah. Pada tahap pengukuran jangan terjadi kesalahan waktu dari
yang ditentukan karena akan mempengaruhi angka percolation
sehingga terjadi nilai yang tidak akurat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Civilizer,Yudha. 2012. PERKOLASI. Media : Jakarta.


http://yudhacivilizer.blogspot.com/2012/01/perkolasi.html.
(Diakses pada 10 september 2019 Pukul 13.00 )
Haibaraanudu. 2011. Tes Perkolasi. Pustaka : Bandung.
http://dwidesember1288.wordpress.com2011/05/24tes
perkolasi/. (Diakses pada 10 september 2019 Pukul 15.00)

9
LAMPIRAN

1. Pengukuran 2. Test Percolation.

10
PRAKTIKUM II
Septic Tank

Hari / tanggal : Jum’at, 06 September 2019

Pukul : 13.00 WIB – 16.00 WIB.

Tempat : Ruang Kelas Kampus Jurusan Kesehatan

Lingkungan.

Tujuan : Mengetahui Perhitungan Perancangan

Pembuatan Septic Tank.

I. Tinjauan pustaka
Sistem septic tank sebenernya adalah sumur rembesan atau sumur
kotoran. Septic tank merupakan sistem sanitasi yang terdiri dari pipa
saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak
resapan serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar
tidak mencemari air dann tanah sekitarnya adalah :
1. Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
2. Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah
resapan dengan lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.
3. Septic tank direncanakan untuk pembangunan pembuangan kotoran
rumah tangga dengan jumlah air limbah sntara 70 – 90% dari volume
penggunaan air bersih.
4. Waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24
jam.
5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung
lumpur yang dihasilkan setiap orang rata–rata 30–40

11
liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitung 2 – 4
tahun.
6. Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya salalu lebih tinggi kurang
lebih 2,5 cm dari pipa air keluar.
7. Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan
lubang penghaluan untuk membuang gas hasil penguraian.

Selain sebagai penampung, septic tank itu sesungguhnya terjadi


serangkaian proses biologis dan kimiawi yang melibatkan mikroba secara
alamiah yang dimaksudkan untuk mengolah air limbah black water
sebelum nantinya meresap kedalam tanah atau dibuang ke pengolahan
lebih lanjut.
Saat ini, septic tank dirumah – rumah sudah mempunyai 2 ruang
dan memang seharusnya demikian. 1 ruang pertama untuk pengolahan
dan ruang kedua untuk peresapan air. Air yang meresap membawa
bakteri dari dalam septic tank sehingga bisa mencemari air tanah.
Anjuran yang sudah kita tahu bersama, resapan ini minimal berjarak 10
meter sari sumur. Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara gampang,
tapi tidak bagi masyarakat kota.
Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah
bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat
(onsite) dengan menggunakan bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap
air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke dalam tanah
dan akan mengalir keluar melalui saluran yang disediakan.
Septic tank (dengan disertai bidang resapan) merupakan salah satu
bentuk pengolahan limbah setempat yang umum digunakan di Indonesia
dan direkomendasikan sebagai pilihan teknologi yang relatif aman
apabila memenuhi persyaratan tertentu.
Kerja bakteri dalam melakukan pengolahan limbah yang memadai
dalam tangki septik sangat bergantung pada pengoperasian dan
perawatan yang benar yang dilakukan oleh rumah tangga bersangkutan.
Mengingat pentingnya peran bakteri tersebut maka perlu dihindari

12
masuknya bahan-bahan yang berbahaya bagi keberadaan bakteri ke
dalam septic tank. Bahan-bahan itu di antaranya adalah pemutih pakaian,
bahan-bahan kimia, cat, maupun deterjen. Perawatan Septic Tank
Dalam perawatan septic tank, salah satu indikator yang digunakan untuk
mengetahui bahwa tangki septik memenuhi standar adalah dilakukan atau
tidaknya pengurasan rutin terhadap lumpur tinja (indikator ini digunakan
dalam studi Environmental Health Risk Assessment – Penilaian Resiko
Kesehatan Lingkungan yang dilakukan Kabupaten/Kota dalam rangka
penyusunan Buku Putih Sanitasi).
Septic Tank yang tidak pernah dikuras (ataupun memiliki periode
pengurasan lumpur yang panjang) mengindikasikan bangunan yang tidak
standar dan berpotensi mencemari air tanah setempat.
Pengurasan lumpur dari septic tank secara teratur akan menjamin proses
pengolahan air limbah berjalan optimal. Lumpur yang berlebih akan
mengurangi lamanya air limbah tinggal di dalam septic tank sehingga
mengurangi kinerja proses pengolahan.
Waktu tinggal yang disyaratkan agar air limbah mengalami proses
pengolahan yang optimal di dalam septic tank adalah 1,5 hari.
Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-2398-2002 mengenai
Perencanaan Septic Tank dengan sistem resapan, memberikan pedoman
mengenai ukuran (dimensi) septic tank dengan periode pengurasan tiga
tahun untuk digunakan bagi satu keluarga (terdiri atas 5 jiwa). Apabila
ukuran (dimensi) septic tank telah sesuai dengan apa yang terdapat dalam
SNI, maka pengurasan dapat mengikuti periode yang disarankan tersebut.
Untuk septic tank yang tidak mengikuti ukuran standar maupun septic
tank yang tidak diketahui dimensinya, salah satu cara untuk mengetahui
apakah tangki septik tersebut perlu dikuras atau tidak adalah dengan
melakukan pengecekan sederhana terhadap ketinggian lumpur.
Pengecekan ini sangat sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja
dan perlu dilakukan secara teratur (sekitar 6 bulan sekali).

13
Ada beberapa macam limbah domestik atau limbah rumah, antara
lain limbah air kotor, kotoran (yang berasal dari WC), dan sampah.
Limbah rumah tangga diolah atau diatur dengan sistem pengolahan
limbah seperti septic tank dan sistem sanitasi air (got, gorong-gorong,
peresapan air). Masalah yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga
dalam skala kecil rumah tangga mungkin tidak menyebabkan masalah
yang serius. Dari rumah tangga, dapat dihasilkan limbah berupa air kotor,
limbah organik maupun sampah. Biasanya, air kotor dan sampah dapat
langsung dibuang melalui riol kota ataupun bak sampah yang akan
diangkut. Namun dalam skala perkotaan, kadangkala karena berbagai
keterbatasan, air limbah maupun limbah organik langsung dibuang begitu
saja melalui riol kota ataupun sungai. Hal ini sangatlah tidak sehat dan
dapat menyebabkan pencemaran serta polusi air dan tanah.

II. Alat dan Bahan.


1. Pensil

2. Pena

3. Buku

14
4. Penggaris

III. Prosedur Kerja.


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lakukan perhitungan perencanaan septictank sesuai kebutuhan
kapasitas.

IV. Hasil dan pembahasan


A. Hasil
Diketahui :
Septic tank :
a). Jumlah populasi : 16 orang
b). Debit lumpur : 30 L/org/hr
c). Waktu tinggal : 5 hr
d). Debit air : 25 L/org/hr
e). Waktu Kuras : 5 th
f). Tinggi :1m
g). P = 2 x L

Perhitungan

1). Volume bak lumpur

V : Debit Lumpur x Waktu Kuras x Jumlah Populasi

: 30 x 5 x 16

: 2400 L = 2,4 m3

15
2. Volume bak air

V : Debit Air x Wktu Tinggal x Jumlah populasi

: 25 x 5 x 16

: 2000 L = 2m3

3.Ruang udara bak lumpur

1
x 2400 = 800L
3

= 0,8 m3

4. Ruang udara bak air

1 x 2000 = 666,6 L

= 0,66 m3

= 0,7

5. Jari-jari bak air

V = π . r2 . t

√𝑣
r = 𝜋 .𝑡

√ 2,4
r = 3,14 .1

r = √0,764

r = 0,87

16
6. Jari- jari bak lumpur

V = π . r2 . t

√𝑣
r = 𝜋 .𝑡

√2
r = 23,14 .1

r = √0,636

r = 0,79

7. Tinggi ruang udara bak lumpur

V = π . r2 . t

0,8 = 3,14 . 0,792 . t

0,8 = 1,95 . t

0,8
t = 1,95

t = 0,41 m

t. total = 1 + 0,41

= 1,41 m

8. Tinggi ruang udara bak air

V = π . r2 . t

0,7 = 3,14 . 0,872 . t

0,7 = 2,37 . t

0,7
t = 2,37

17
t = 0,29 m

t. total = 1 + 0,29

= 1,29 m

Jadi diketahui :

Jari – jari bak air = 0,87 m

Jari – jari bak lumpur = 0,79 m

Tinggi total bak air = 1,29 m

Tinggi total bak lumpur = 1,41 m

0,87 0,79 0,41


0,29

1m

1m

1.1. Gambar bak air 1.2. Gambar bak lumpur

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum perhitungan perencanaan desain
septic tank dengan jumlah populasi 16 orang, diperoleh desain
septic tank silinder dengan 2 bak / tuang. Bak pertama merupakan
bak lumpur, diperoleh dari hasil perhitungan yakni jari – jari 0,79
dan dengan tinggi total 1,41 m. Tinggi total bak lumpur diperoleh

18
dari jumlah tinggi bak + dengan tinggi ruang penghawaan.
Begitupun pada bak kedua / bak peresapan air. Diperoleh dari hasil
perhitungan perencanaan bak air dengan jari jari yakni 0,87 dan
tinggi total 1,29 m. Ruang penghawaan pada septic tank perlu
dibuat guna untuk membuang gas hasil penguraian.

V. Penutup.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan perencanaan pembuatan
septic tank, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i dapat
mengetahui cara perhitungan desain septic tank.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bagus surya. 2010. Pengolahan Air Limbah Septic Tank. Academia.edu :


Jakarta. http://www.academia.edu ( Diakses tanggal 9
September 2019 Pukul 13.00 WIB )

20
PRAKTIKUM III

Pembuatan Bowl

Hari / tanggal : Jum’at, 20 September 2019.


Pukul : 08.00 – 16.00 WIB.
Tempat : Workshop Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Tujuan : Mengetahui cara Pembuatan Bowl yang Baik dan
Benar.

I. Tinjauan Pustaka
Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang
dipergunakan untuk membuang air besar dan air kecil. Secara umum,
jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang kotoran manusia. Kotoran manusia ditampung pada suatu
tempat penampungan kotoran yang selanjutnya diresapkan kedalam tanah
atau diolah dengan cara tertentu. Sehingga tidak menimbulkan bau dan
mencemari sumber air disekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pe,buatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan manusia dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban jamban leher lubang closet
berbentuk lingkungan, dengan demikian air akan terisi guna nya sebagai
sumbat sehingga dapat menceagh bau busuk serta masuknya binatang –
binatang kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan
dalam kesehatan lingkungan (warsito, 1996).

21
Pembuatan jamban merupakan usahaa manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan hidup sehat. Dalam pembuatan
jamban sebisa mungkin harus di usahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut studi menunjukkan bahwa
penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%
demikian penegasan menteri kesehatan dr. Achmad Sujudi, september
2004 (Depkes RI,2009).

Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang


dipergunakan untuk membuang air besar dan kecil.

Secara umum, jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang


digunakan untuk membuang kotoran manusia. Kotoran manusia
ditampung pada suatu tempat penampungan kotoran yang selanjutnya
diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga
tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk
lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang
kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban
adalah sabagai berikut :
a. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air
minum,dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban.

22
b. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang
pada permukaan tanah.
c. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
d. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan
yang tidak menyedapkan.
e. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah.
f. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima
masyarakat setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1). Keadaan daerah datar atau lereng.
2). Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.
3). Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata
10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu
diperhatikan:
1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus
agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya
lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air
yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air.
4) Sifat, macam dan struktur tanah.

23
II. Alat dan bahan
A. Alat
1. Cetakan bowl

2. Ember

3. Sendok semen

4. Skrab

5. Golok

24
B. Bahan
1. Aci pewarna

2. Air

3. Pasir

4. Oli

5. Semen

25
III. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lapis cetakan bowl dengan oli secara merata
3. Lapisi cetakan yang telah dilapisi oli dengan aci setebal 2 cm
4. Tunggu selama 5 menit samai kering
5. Setelah 5 menit tuangkan adukan semen dan pasir pada cetakan
secara merata
6. Jemur selama satu hari tetapi jangan terlalu panas
7. Kemudian angkat dari cetakan bawah, setelah di angkat pukul
dengan palu pinggir – pinggir cetakan (jangan terlalu keras).

IV. Hasil dan pembahasan


A. Hasil

B. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan bowl leher angsa yang
dilakukan di workshop jurusan kesehatan lingkungan, maka dapat
dijelaskan langkah pembuatan bowl dimulai dengan mengolesi
seluruh bagian cetakan dengan oli dan dirtaburi semen.
Kekemudian selanjutnya tuangkan dengan adukan aci. Pengolesan
cetakan dengan oli bertujuan agar bowl dapat dengan mudah

26
dilepas dari cetakan. Tahap selanjutnya menuangkan adonan semen
dan pasir kedalam cetakan. Selanjutnya jemur hingga kering.
Penjemuran diusahakan tidak terlalu panas. Hal ini agar hasil
cetakan bowl tidak pecah atau rusak.

V. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat ditari kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui cara pembuatan bowl yang baik
dan benar
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa/i lebih memperhatikan cara membuat jamban
dengan tipe leher angsa yang memenuhi syarat kesehatan agar
mempunyai keterampilan yang dapat diterapkan pada masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agus Warsito. 1996. Biokomia. Surakarta : Universitas Muhammadiah


Surakarta
Departemen Kesehatan RI.2009. Pedoman Pelayanan Antenatal ditingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes RI.

28
LAMPIRAN

1. Proses plumasan cetakan dengan oli. 2. Penaburan semen.

3. Penambahan Adukan Aci Semen. 4. Penambahan adukan pasir


dan semen

29

Anda mungkin juga menyukai