Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS

“DRY SOCKET”

Pembimbing: drg. Jaka Kusnanta Sp.BM

Disusun Oleh:
Novian Eko P.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

I. DESKRIPSI KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : Sulastri
Usia : 52 th
JK : Perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Demak

b. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang atasnya berlubang besar dan
sering terselip makanan.
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang atasnya berlubang besar, gigi
tersebut dahulunya berlubang sehingga sering terselip makanan. Gigi pasien tidak
pernah terasa sakit.
Pemeriksaan Riwayat penyakit Sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
c. Pemeriksaan Obyektif
- General
Tekanan darah : 120/70 mm/Hg Nadi :78 x/menit
Berat badan : 65 Kg Respiration rate :20 x/menit
Temperatur : t.d.l Tinggi badan : 160 cm
- Ekstraoral
Inspeksi : d.ta.k
Palpasi : d.t.a.k
- Intraoral
d.t.a.k
- Gigi Geligi
Gigi 25 : terdapat sisa akar
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Mobilitas (1)
Tekan (-)
Vitalitas (-)
d. Diagnosis
Periodontitis kronis et causa gangrene radix
e. Tindakan
Ekstraksi

Kunjungan 1
 Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang atasnya tinggal sisa akar, gigi tersebut
dahulunya berlubang dan lama kelamaan hanya sisa akar. Gigi pasien tidak pernah
terasa sakit.
Pemeriksaan umum
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 78x / menit
RR : 20x/ menit
Ekstra Oral : d.t.a.k
Intra oral :
Gigi 25 :
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Mobilitas (-)
Tekan (-)
Vitalitas (-)
Diagnosis : Periodontitis kronis et causa necrose radix
Tindakan
Ekstraksi posterior rahang atas dengan menggunakan cairan anastesi pehacain.
Tahapan ekstraksi
1. Inform consent
2. Persiapan alat dan bahan
Alat :
• Alat diagnostik
• Bein
• Tang sisa akar rahang atas
• Bone file
• kuret
Bahan :
• Povidone iodine
• Kassa steril
• Kapas
• Tampon
• Pehacain
Instruksi kepada pasien

Instruksi kepada pasien

 Gigit tampon selama ½ - 1 jam


 Hindari kumur keras selama 24 jam
 Hindari makan/minum panas atau pedas
 Bila pasien merokok, hindari merokok selama 24 jam
Hindari menyentuh luka bekas pencabutan dengan lidah

Resep
Amoxcyclin tab 500 mg no XV
s.3.d.d tab I p.c
Asam Mefenamat tab 500 mg no X
s.3.d.d.tab.p.cKunjungan 2
Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk kontrol pasca pencabutan gigi 8 hari yang lalu. Pasien
mengeluhkan bekas luka pencabutan terasa nyeri setelah pencabutan gigi.
Pemeriksaan Objektif
Terdapat socket pasca pencabutan gigi 25 belum menutup, socket pencabutan terlihat
berwarna putih keabu-abuan dengan tepi kemerahan.
Rubor (+)
Kalor (-)
Dolor (+)
Tumor (-)
Fungsiolesa (-)
Assesment : hari ke-8 post ekstraksi disertai dry socket
Planning :
- Pembuangan jaringan nekrotik
- Spulling untuk membersihkan sisa makanan dengan irigasi salin + Pov iodine
- Pemberian alvogyl
- Pemberian resep
Clindamycin tab 300 mg no XV
s.3.d.d.tab I.p.c
Kalium diklofenak 50 mg no
s.3.d.d.tab I.p.c
Pasien datang untuk kontrol perawatan gigi belakang kanan atas pasca perawatan dry soket.
Tidak ada keluhan dari pasien. Luka bekas pencabutan sudah tidak terasa sakit lagi. Soket
belum menutup sempurna.
Rubor (-)
Kalor (-)
Dolor (-)
Tumor (-)
Fungsiolesa (-)
Assesment : 1 bulan post perawatan dry soket
Planning : kontrol

Pertanyaan kritis
1. Definisi dry socket
2. Penyebab dry socket
3. Gambaran klinis dry socket
4. Patofisiologi terjadinya dry socket
5. Perawatan dry socket
- Definisi dry socket
Dry socket dikenal sebagai osteitis lokal atau vokal dan secara klinis
bermanifestasi berupa inflamasi yang meliputi salah satu atau seluruh bagian dari
lapisan tulang padat pada soket gigi ditandai dengan rasa sakit pasca operasi pada atau
di sekitar soket gigi yang dapat meningkat tiap waktu antara hari pertama dan hari
ketiga setelah pencabutan yang ditandai dengan hilangnya bekuan darah pada soket
alveolar.
- Tanda dan gambaran klinis dry socket antara lain :
 Dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi dengan durasi
biasanya hingga 5-10 hari
 Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya
dipenuhi oleh debris.
 Rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 24-72 jam setelah
pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga dan tulang
temporal.
 Pada soket bekas pencabutan, tulang alveolar sekitar diselimuti oleh lapisan
jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan.
 Inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan.
 Mukosa sekitar biasanya berubah warna menjadi kemerahan.
 Halitosis

Penyebab dry socket


Beberapa faktor lokal dan sistemik diketahui memiliki kontribusi pada
terjadinya dry socket yaitu antara lain
 Trauma dan Kesulitan dalam pencabutan
Hal ini karena lebih banyak pembebasan second direct tissue activator
pada inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika pencabutan gigi lebih sulit
dan traumatik.
 Kurangnya Pengalaman Operator
Larsen mengemukakan bahwa operator yang kurang berpengalaman
dapat menyebabkan trauma yang lebih besar selama pencabutan gigi
 Penyakit Sistemik
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa terdapat asosiasi antara
penyakit sistemik dengan dry socket. Pasien dengan immunocompromised atau
diabetes cenderung untuk mengalami dry socket karena dapat mengubah
proses penyembuhan luka.
 Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral merupakan satu-satunya medikasi yang memiliki
asosiasi dengan insidensi dry socket.Selain itu, ditemukan bahwa peningkatan
insidensi dry socket memiliki korelasi dengan penggunaan kontrasepsi oral.
Estrogen dikatakan memiliki peran yang signifikan dalam proses fibrinolisis.
Estrogen dipercaya mengaktifkan sistem fibrinolitik (meningkatkan faktor II,
VII, VIII, X dan plasminogen) secara tidak langsung dan kemudian
menyebabkan peningkatan lisis bekuan darah.
 Merokok
Beberapa studi mengemukakan terdapat hubungan antara merokok
dengan dry socket.Mekanisme sistemik atau pengaruh lokal secara langsung
(panas atau isapan rokok) pada daerah pencabutan gigi yang menyebabkan
peningkatan insidensi dry socket juga belum diketahui secara
pasti.Dipertimbangkan bahwa fenomena ini berkaitan dengan paparan
substansi asing yang dapat bertindak sebagai kontaminan pada daerah
pencabutan gigi.
 Infeksi bakteri
Banyak studi yang mendukung bahwa infeksi bakteri merupakan faktor
utama terjadinya dry socket.Treponema denticola diketahui berkembang biak
dan menghancurkan bekuan darah tanpa menghasilkan gejala klinis yang khas
pada infeksi, seperti kemerahan, bengkak atau terbentuknya pus dan
sebelumnya telah diisolasi dari dry socket. Treponema denticola adalah bakteri
anaerob yang berimplikasi pada penyakit periodontal dan dapat menghasilkan
bau busuk yang khas dari dry socket.Treponema denticola menunjukkan
aktivitas fibrinolitik seperti plasmin, sedangkan bakteri rongga mulut lainnya
pada umumnya hanya memiliki aktivitas yang minim.T. denticola merupakan
koloni yang belakangan ditemukan pada rongga mulut.
 Terdapat Sisa Fragmen Tulang/Akar pada Luka
Fragmen sisa tulang atau akar dan debris dapat menyebabkan
terganggunya penyembuhan dan memiliki kontribusi dalam insidensi dry
socket.

Patofisiologi dry socket


Dry Socket terjadi karena tingkat dari aktifitas dari fibrinolisis yang tinggi
pada daerah sekitar bekas pencabutan gigi karena adanya infeksi atau trauma. Lisis total
atau partial dan hancurnya bekuan darah disebabkan oleh pelepasan mediator selama
inflamasi oleh aktivasi plasminogen direct atau indirect ke dalam darah.7
Ketika mediator dilepaskan oleh sel-sel pada tulang alveolar pasca trauma,
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah
oleh disintegrasi fibrin. Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular atau
plasmatik dan aktivator lainnya. Aktivator-aktivator tersebut diklasifikasikan menjadi
direct (fisiologik) dan indirect (nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam
subklasifikasi berdasarkan sumbernya, yaitu aktivator intrinsik dan ekstrinsik. 7
Aktivator intrinsik berasal dari komponen plasma, seperti aktivator factor XII-
dependent atau factor-Hageman-dependent dan urokinase. Direct aktivator intrinsik
berasal dari luar plasma dan termasuk aktivator jaringan dan plasminogen endothelial.
Aktivator jaringan plasminogen paling banyak ditemukan pada mamalia, termasuk pada
tulang alveolar.Indirect aktivator termasuk streptokinase dan stafilokinase.Substansi-
substansinya dihasilkan dari interaksi antara bakteri dengan plasminogen dan bentuk
aktivator kompleks tersebut yang mengubah plasminogen menjadi plasmin. 7
Bakteri anaerob Treponema Denticola yang merupakan habitat normal dalam
rongga mulut dapat merangsang aktivitas fibrinolitik karena kerja enzymnya seperti
kerja Plasmin yang dapat memecahkan bekuan darah yang pada akhirnya dapat
terjadi Dry Socket, organisme ini tidak menghasilkan pus, pembengkakan atau warna
yang lebih merah tetapi ketika terinfeksi bakteri anaerob yang lain akan menghasilkan
bau busuk dan rasa yang tidak enak. Menurut penelitian pada pemeriksaan kultur pada
socket yang terjadi Dry Socket menunjukkan infeksi campuran, dan bakteri Fusiform
Bacilli seringkali ditemukan.
Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan
senyawa kinin di dalam alveolus.Kinin mengaktifkan terminal nervus primer afferen
yang peka terhadap mediator inflamasi dan susbtansi allogenik lainnya yang pada
konsentrasi 1ng/ml dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.Plasmin juga
menyebabkan perubahan kallikrein menjadi kinin di dalam sumsum tulang alveolar.
Sehingga, adanya plasmin dapat menjelaskan
- Perawatan dry socket
Tujuan perawatan dry socket adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien selama proses penyembuhan yang tertunda. Hal ini biasanya
diselesaikan dengan irigasi pada soket, debridemen secara mekanik dan penempatan
dressing yang mengandung eugenol. Rasa sakit biasanya hilang dalam 3 sampai 5
hari, meskipun dapat mencapai 10 sampai 14 hari pada beberapa pasien.
Beberapa studi menunjukkan teknik Matthew's pada tahun 1982 dan Mitchell's
tahun 1986 sangat efektif. Mereka menggunakan granula dextranomer (Debrisan)
dan pasta kolagen (Formula K) tanpa mengamati terjadinya reaksi tubuh yang asing
seperti pada penggunaan zinc oksida/campuran eugenol. Dengan perawatan ini, rasa
sakit berangsur-angsur reda dan pasien diinstruksikan untuk menghindari
mengunyah pada sisi yang tersebut. Selain itu, menjaga oral hygiene tetap
ditekankan
Refleksi kasus
Ekstraksi gigi dilakukan apabila gigi tersebut telah mengalami kerusakan yang
tidak dapat dirawat dengan perawatan konservatif atau mengalami penyakit
periodontal, dalam hal ini karena kondisi gigi 25 sudah sisa akar maka dilakukan
ekstraksi.
Tindakan ekstraksi gigi dapat menyebabkan beberapa komplikasi, salah
satunya adalah dry socket, seperti pada kasus saya, ketika kontrol hari ke- 8 pada
soket luka pasca ekstraksi meradang dan terdapat jaringan nekrotik keputihan di
dalam soket. Hal ini dikarenakan adanya bakteri Treponema denticola yang
berkembang biak di dalam soket dan menghancurkan bekuan darah yang terbentuk.
Etiologi dari dry socket telah dijelaskan diatas, penyebab dry socket pada kasus ini
adalah pencabutan yang lama dikarenakan anatomi dari gigi pada bagian akar yang
membulat dan sulit dikeluarkan, sehingga menyebabkan banyaknya pembebasan
second direct tissue activator pada inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika
pencabutan gigi lebih sulit dan traumatic.
Dry socket merupakan komplikasi post ekstraksi gigi yang ditandai dengan
gejala klinis Rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 3 – 5 hari setelah
pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga dan tulang temporal
sehingga pasien merasa terganggu dengan rasa sakit tersebut. Pada soket bekas
pencabutan yang mengalami dry socket ditandai dengan tulang alveolar sekitar
diselimuti oleh lapisan jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan.dan disetai
Inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan.Pada pemeriksaan Probe
Test dengan menggunakan sonde lurus, tanda yang sangat khas sekali adalah rasa
sakit sekali apabila sonde menyentuh Bare Bone.
Perawatan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan irigasi pada soket,
debridemen secara mekanik dan penempatan dressing agar berkurang frekuensi rasa
sakit yang dialami pasien. Pada kasus ini, selain diirigasi dengan salin + pov iodine,
pasien diberikan antibiotik, analgetik, dan penempatan alvogyl pada soket serta
edukasi ke pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pada
kunjungan kedua pasca dry socket, pasien sudah tidak merasakan rasa sakit. Pada
kunjungan berikutnya soket mulai menutupdan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Khitab, Umar, Ahmad Khan, dan S. Maqbool Shah. Clinical Characteristics and
Treatment of DrySocket –a Study. Pakistan Oral & Dental Journal Vol 32,
No. 2 (August 2012).
Akpata, Osagie, Osawe Felix Omoregie, dan Foluso Owotade. Alveolar Osteitis:
Patients’compliance to post-extraction instructions following extraction of
molar teeth. Niger Med J.2013 Sep-Oct; 54(5): 335–338.
Anyanechi, Charles Ezechukwu. Management of Alveolar Osteitis: A Comparative
Study of Two-Treatment Techniques. Journal of Contemporary Dentistry,
Januari-April 2013;3(1):11-14.
B, Daly, et al. Local interventions for the management of alveolar osteitis (dry socket)
(Review). JohnWiley & Sons, Ltd.. 2012.
Cardoso et al. Clinical Concepts of Dry Socket. J Oral Maxillofac Surg 68:1922-1932,
2010.
Agrawal, Amiya, Neeraj Singh, dan Ankita Singhal. Oxidized Cellulose Foam in
Prevention ofAlveolar Osteitis.IOSR Journal of Dental and Medical
Sciences (JDMS). Volume 22, Issue 22(Nov.- Dec. 2012), PP 26-28.
Marcano, Luis. Emergencies: Dry Socket. 2014
(http://drluismarcano.com/2014/01/30/emergencies-dry-socket/
(http://drluismarcano.com/2014/01/30/emergencies-dry-socket/) diakses
pada 19 Desember2014 pukul 22.00 WIB).
Hawramy, Falah A, dan Ibrahim S. Gataa. Evaluation of Different Drugs for
Prevention of DrySocket after Extraction of Lower Wisdom Teeth. Tikrit
Journal for Dental Sciences 1(2012)76-80.

Anda mungkin juga menyukai