Teratomaaa
Teratomaaa
ANOMALI PENYERTA
Sacrococcygeal teratoma
Sacrococcygeal tumor terjadi sekitar 35 – 60 % teratoma ( termasuk
gonadal ) terlihat pada tabel 67-1.
Insidensi 1 per 35.000 samapai 40.000 kelahiran hidup. Pada kasus teratoma
sacrococcygeal, 80 % terjadi pada perempuan dan 10 % famili dengan
riwayat kembar.
DIAGNOSIS
Sering sacrococcygeal teratoma terlihat jelas saat lahir dan dapat
segera didiagnosis. Wanita lebih sering ditemukan sekitar 3 : 1. Differential
diagnosis meningocele, terletak proximal dari sacrum dan tertutup dura
tetapi kadang-kadang terbungkus kulit. Pemeriksaan fisik dengan palpasi
secara gentle pada sacral meningocele untuk menetapkan diagnosis ebelum
dilakukan plain radiografi, ultrasound ( US ), dan Magnetic Resonance
Imaging ( MRI ) untuk memastikan diagnosis. Differential diagnosis lain
adalah include lymphangiomas, lipomas, tail-like remnant, meconium
pseudocyst dan bebrapa kondisi lainnya yang jarang terlihat.
Klasifikasi sacrococcygeal teratoma :
Tipe I : predomonan externa dengan minimal presacral komponen
Tipe II : external dengan signifikan intrapelvic extention
Tipe III : minimal komponen external, predominant intrapelvic
Tipe IV : tidak ada komponen external, hanya presacral
Meskipun banyak neonatus dengan sacrococcygeal teratoma tidak
memperlihatkan gejala, perlu perhatian pada prematur yang biasanya dengan
high-output cardiac failure, DIC dan bleeding pada tumornya. Lesi-lesi pada
intrapelvic komponen yang besar dapat menyebabkan urinary obstruksi.
Pemeriksaan rectal ( RT ) selalu harus dilakukan sebagai evaluasi komponen
intraperitoneal lainnya. Pemeriksaan radiologi meliputi plain anteropesterior
dan lateral dari pelvis dan spine, mencari kalsifikasi dan spinal defek, dan
USG abdomen, pelvis dan spine.
Diagnosis murni intrapelvic teratoma seringkali terlambat. Pada anak-
anak gejala klinik konstipasi, urinary retention, abdominal mass, atau gejala
malignansi seperti kegagalan tumbuh. Resiko malignansi < 10 % pada bayi
dan > 75% setelah berumur 1 tahun untuk sacrococcygeal tumor, kecuali
familial presaccral teratoma.
Diagnosis sering didpatkan pada prenatal dengan USG yang rutin
dilakukan pada trimester ke dua. Meningkatnya jumlah teratoma terdeteksi
antenatal dengan pemeriksaan US prenatal. Sering teratoma tidak menyebabkan
efek merugikan selama kehidupan fetus atau fetal.
Caption: Picture 3. Large teratomatous diagnosed by prenatal ultrasound.
PROSEDUR OPERASI
Intravenous access yang adekuat dan tersedianya transfusi darah
merupakan awal yang baik untuk dimulainya operasi, terutama tumor yang
besar.
Seringnya tumor terdapat di extrapelvik dan posisi operasi pasien
pronasi. Jika signifikan intrapelvik atau intraabdominal komponen,
sebaiknya laparatomy. En-bloc excision termasuk coccyx lebih baik
dilakukan. Kegagalan mengangkat coccyx berhubungan dengan tingginya
rekurensi tumor.
8. Enrico Danzer and at all, April 11, 2005, Diagnosis and Characterization of
Fetal Sacrococcygeal Teratoma, American Roentgen Ray Society
9. Sacrococcygeal teratoma – prenatal diagnosis, geneva foundation
for medical education and research, june 23, 2006, www.febe .jp
10. The Children’s Hospital of Philadelphia, Sacrococcygeal
Teratoma ( SCT ) – Fetal Diagnosis, 2007, www.chop.edu
11. Antoine De Backer and at all, Study of the factors
associated with recurrence in children with sacrococcygeal
teratoma, .jpedsurg.2005.10.022, Journal of Pediatric Surgery
(2006) 41, 173–181
12. Francis Bacon, UNC – Sacrococcygeal teratoma
( SCT ), 2003, www.mombaby.org
TERATOMA SACROCOCCYGEAL
Oleh : Wahyu W