Dokumen - Tips - Kumpulan Laporan Operasi Teknik Kimia II
Dokumen - Tips - Kumpulan Laporan Operasi Teknik Kimia II
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“PERCOBAAN PENGERINGAN ZAT PADAT (DRYING OF
SOLIDS)”
1. Maksud
2. Tujuan Percobaan
C. Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air)
dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media
pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di
luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber
energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan,
sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan
electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan
zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung,
permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan
cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya.
Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate
dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin
juga garis lengkung yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady
state) dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa
adalah:
Keterangan:
(lbmol/jam)
(lb mol/jam)
Dari persamaa (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas
permukaan basah dapat dinytatakan sebagai:
sumber energi,
untuk memperkenalkan pakan ke dalam sistem pengeringan,
sistem pengkondisian untuk memastikan bahwa makan dan aliran produk
bebas dalam mesin pengering,
transfer panas dan
pemisahan uap-produk peralatan.
A. Materi
- Alat.
- Alat pengering ( Dryer ).
- Stop watch.
- Timbangan disebelah dalam pengering.
- Dry bulb temperature.
- Wet bulb temperature.
- Pengaris.
- Bahan.
- Roti tawar
B. Metoda
Prosedur Kerja :
Meassurements
NO Time Weight Dry Bulb Wet Bulb
menit ( T ) Q ( gram ) Temperatur ( 0C ) t Temperatur ( oC )tw
1 0 4.98 29 28
2 4 4.64 94 35
3 8 4.29 105 43
4 12 4.03 90 49
5 16 3.38 95 52
6 20 3.66 93 57
7 24 3.55 94 59
8 28 3.44 93 62
9 32 3.33 93 63
10 36 3.26 90 64
11 40 3.17 92 65
12 44 3.12 96 66
13 48 3.03 95 67
14 52 2.99 98 69
15 56 2.93 97 70
16 60 2.93 99 71
17 64 2.93 100 72
18 68 2.93 100 73
BAB V
A. Analisa data
A = 2 ( 𝑃 × 𝑙 ) + 2( 𝑃 × 𝑡) + 2( 𝐿 × 𝑡 )𝑐𝑚2
= 2 ( 5 × 4) + 2( 5 × 1) + 2( 4 × 1 )𝑐𝑚2
= 2 ( 20 ) + 2( 5 ) + 2( 4 )𝑐𝑚2
= 40 + 10 + 8𝑐𝑚2
= 58𝑐𝑚2
𝑘𝑘𝑎𝑙
𝜆 = 551,3 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 80OC
𝑔
t = 4 menit
4ℎ
𝜆= = 0,067 jam
60
2,05 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,067 𝑗𝑎𝑚
= 30,597 gram/jam
𝑀1
Maka RC = A
30,597 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑗𝑎𝑚
=
58 𝑐𝑚2
Q = h . A ( t – tw )....... ( 1 )
q=M . 𝜆 ....................( 2 )
q=Q
M . 𝜆 = h . A ( t – tw )
𝑚. 𝜆
h= A (t−tw )
𝑀
RC = A
𝑅𝐶. 𝜆
Maka h = t − tw
290,82 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑐𝑚2 ℎ
h1 =
1℃
Mousture Content ( w )
𝑄𝑛
W = Qo – 1
4,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
= –1
2,93 gram
= 1,699 −1 = 0,699
B. Tabulasi Data
PERHITUNGAN
Luas permukaan Drying date H
(m) Mousture
NO Sampel RC gram/cm2h Kkal/cm2
gram/jam w
( A ) cm2 jam jam OC
1 58 30,597 0,5279 0,699 290,82
2 58 25,52 0,440 0,583 4,111
3 58 20,298 0,349 0,461 3,111
4 58 16,417 0,283 0,375 3,806
5 58 13,43 0,2316 0,307 2,968
6 58 10,895 0,187 0,249 2,876
7 58 9,253 0,1594 0,2116 2,513
8 58 7,611 0,1312 0,174 2,333
9 58 5,97 0,102 0,1369 1,8915
10 58 4,925 0,0849 0,1126 1,8006
11 58 3,582 0,0617 0,0819 1,2610
12 58 2,835 0,048 0,064 0,8984
13 58 1,4925 0,0257 0,03412 0,5060
14 58 0,8955 0,0154 0,0204 0.293
15 58 0 0 0 0
16 58 0 0 0 0
17 58 0 0 0 0
18 58 0 0 0 0
BAB VI
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan modul pengeringan zat padat dengan sampel roti tawar
dengan ukuran luas permukaan 58 cm2 yang kami lakukan, maka kami dapat
memberikan kesimpulan :
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
1. Maksud
Untuk memperoleh koefesien Transfer Massa menyeluruh dan mengamati
kecepatan transfer massa.
2. Tujuan Percobaan
Untuk memperoleh koefesien Transfer Massa menyeluruh, dengan
melakukan percobaan penguapan air air oleh udara didalam kolom dinding
basah dengan mengamati kecepatan transfer massa.
C. Latar Belakang
Zat cair yang masuk berupa air (pelarut) yang disebut denganweak
liquor, didistribusikan dari bagian atas menara isian, sehingga pada operasi
ideal membasahi permukaanpacking secara seragam. Sedangkan gas yang
dialirkan ke dalam kolom absorpsi mengandung zat terlarut (oksigen)
sehingga disebut dengan rich gas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
a. Kolom Basah
Pada kolom basah, kontak air dan udara terjadi di kolom dengan air
dialirkan dari kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom isian bagian
bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom yang
menimbulkan penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini disebabkan
karena adanya aliran udara yang masuk dari bawah ke atas. Selain gesekan
antara air dan dinding kolom juga menyebabkan aliran sekitar dinding
menjadi lambat sehingga tekanannya menurun.
Berdasarkan teori, laju alir air berbanding lurus dengan penurunan
tekanan untuk setiap laju alir udara. Penurunan tekanan pada kolom basah
lebih besar dari pada penurunan tekanan pada kolom kering. Hal ini
disebabkan oleh adanya zat cair di dalam menara sehingga mengurangi
ruang yang tersedia untuk aliran gas. dimana semakin besar laju alir air
pada laju alir udara yang konstan, nilaihold up semakin kecil karena
tahanan udara terhadap air semakin kecil, sehingga jumlah air yang
terperangkap semakin kecil pula. Dalam percobaan ini, kesalahan data
tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruhvalve yang berfungsi
untuk mengatur laju alir keluar dari zat cair dimanavalve tersebut tidak
dapat berfungsi dengan baik.
b. Liquid Hold Up
Liquid hold upmerupakan liquid(zat cair) yang terperangkap dalam
packing zat cair berupaliquid yang menempel sebagai film pada dinding
rasching danliquid yang tidak bisa lewat karena tertahan diantara
cincinrasching yang bergerak karena mendapat tekanan dari zat cair di
bagian atas kolom dan tekanan udara dibagian bawah kolom. Dari
percobaan dapat dilihat bahwahold up terjadi semakin bertambah
sebanding dengan bertambahnya laju alir air terhadap laju alir udara
konstan. Namun sebenarnya hal ini bertentangan dengan teori yang ada.
Nilai koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk
pada gas ini dipengaruhi oleh laju alir dari udara dan air yang terdapat
pada kolom basah. Semakin besar laju alir udara dan air yang diberikan,
nilai koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada
gas akan semakin besar, hal ini dikarenakan nilai koefisien film tersebut
berbanding lurus dengan laju alir gas dan zat cair.
Disamping faktor laju alir udara dan air, nilai koefisien film dalam
cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas juga dipengaruhi oleh
packing yang dipakai padapacked, dimana semakin besar ukuran packing
yang digunakan maka difussivitas yang terjadi akan semakin besar, yang
mengakibatkan bertambahnya nilai bilangan Schmitz sehingga nilai
koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas
juga akan semakin besar
f. Flooding
Flooding adalah keluarnya zat cair pada bagian atas kolom isian yang
disebabkan tidak adanya ruang kosong didalam kolom. Zat cair telah
mengisi seluruh bagian kolom sehingga tidak ada lagi laluan yang tersedia
bagi gas.
BAB III
A. Materi
1. Peralatan percobaan :
Kolom dinding basah
Thermostat
Pompa
Compressor
Thermometer
Flowmete
2. Bahan Percobaan :
Air
B. Metoda
Prosedur Percobaan :
DATA PENGAMATAN
A. Analisa Data
Harga H dapat dicari dari “Humudity Chart”
H₁ (Udara masuk)= 0,022
H₂(Udara keluar)= 0,026
Udara masuk
𝑃𝐴1 29
= . H1
𝑃𝑇−𝑃𝐴₁ 18
𝑃𝐴1 29
= . 0,022 mmHg
760𝑚𝑚𝐻𝑔−𝑃𝐴1 18
𝑃𝐴1
= 0,0354
760𝑚𝑚𝐻𝑔−𝑃𝐴1
25,9842mmHg = 𝑃𝐴₁w -1
𝑃𝐴₂ 29
= . H1
𝑃𝑇−𝑃𝐴₂ 18
𝑃𝐴₂ 29
= . 0,026 mmHg
760𝑚𝑚𝐻𝑔−𝑃𝐴 18
𝑃𝐴₂
= 0,0419 mmHg
760𝑚𝑚𝐻𝑔−𝑃𝐴
1,0419PA2 = 31,844mmHg
𝑃𝐴₂ = 30,5634mmHg
(𝑃𝐴𝑊₁−𝑃𝐴₁)−(𝑃𝐴𝑊₂−𝑃𝐴₂)
(∆𝑃𝐴)𝐿𝑛 = PAW₁−PA₁
2,303.Log[ ]
PAW₂−PA₂
1−0,25
= 1
2,303.Log[ ]
0,25
0,75
= 2,303.Log[4]
0,75
= 1,3865
= 0,5409 mmHg
𝑅
𝜌𝑔.Ū( PA−PA
KG = 2𝑙
[(∆PA)Ln]
𝑃𝑇
Dimana:
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑚3
= 0,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝑥 1000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
1 𝑗𝑎𝑚
= 0,024 m³/jam
QUdara = 20 NL/menit
20𝑁𝐿 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑚3
=𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝑥 1000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
1 𝑗𝑎𝑚
=1,32 m³/jam
𝑄 𝑄
U = 𝐴 = 𝜋.
𝐷²
4
𝑚3
1,32
𝑗𝑎𝑚
= 3,14.
(0,0001)𝑚2
4
𝑚3
1,32
𝑗𝑎𝑚
= 0,785 .10ˉ4 𝑚²
28 𝑦 –1,293
=
50 −0,2
50 y = 64,65 – 5,6
50 y = 58,15
𝑅
𝜌𝑔.Ū( PA1−PA2
KG = 2𝑙
[ (∆PA)Ln ]
𝑃𝑇
0,005 𝑚
1,163 kgmol/m3 .1,6815x10ˉ4 m/jam ( ) (25,9842−30,5634)mmHg
2.1 𝑚
= .
760mmHg 0,5409mmHg
V = Q/A
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑖𝑟
V= 1
.𝐷 2
4𝜋
0,024 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
V = 1/4.3,14.(0,01𝑚)2
0,024 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
V = 0,785𝑥10ˉ4 m2
1 𝑦 –0,99221
=
2 −0,00077
1(-0,00077) = 2 (Y-0,99221)
-0,00077 = 2Y-1,98442
-0,00077 + 1,98442 = 2Y
1,98365 = 2Y
1,98365
Y= 2
1 𝑦 –0,6560
=
2 −0,0239
1 (-0,0239) = 2(y-0,6560)
-0,0239 = 2y-1,312
-0,0239 + 1,312 = 2y
1,2881 = 2y
Y = 0,64405
3,6 𝑘𝑔/𝑚𝑗𝑎𝑚
Y = 𝜇 = 0,64405 cp x
1 𝑐𝑝
𝜇 = 2,31858 kg/m.jam
𝜌.𝐷.∪
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
𝑘𝑔
991,825 3 .0,01 𝑚.0,0306𝑥10ˉ4 𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝑚
=
2,31858𝑘𝑔/𝑚𝑗𝑎𝑚
= 1308,9842
BAB VI
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
B. Tujuan percobaan :
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen.
2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap relative volatility.
C. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs.
Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus – Clapeyron
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu.
Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult.
Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum Henry. Sifat – sifat
koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas pada bab ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gibbs,
c p .......................................... (3.1)
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
P P 1/ 2
H2 O2
KP
P H 2O
............................................. (3.2)
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada
tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap
suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3.2. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa – fasa padat, cair dan
gas terhadap suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 3.2. mengikuti persamaan
Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang
turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
c. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan,
kedua fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang
memiliki fasa α dan β,
Gα = Gβ .................................................. (3.4)
Jika tekanan dan suhu diubah dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka
G G G G
dP dT dP dT ............... (3.6)
P T T P P T T P
V dP S dT V dP S dT .............................. (3.7)
dP S S S
........................................... (3.8)
dT V V V
H
Karena S ..............................................................
T
(3.9)
dP S
maka .............................................................
dT TV
(3.10)
BAB III
A. Metoda
Larutan Metanol
H2O
B. Materi
Prosedur kerja :
1. Buat larutan metanol dengan kadar yang diinginkan (80%, 60%, 50%,
40%, 30%, dan 10%)
2. Periksa semua peralatan apakah sudah baik dan siap digunakan.
3. Setelah semua larutan dan peralatan selesai dipersiapkan masukkan larutan
tersebut kedalam still-pot sebanyak 300cc.
4. Alirkan air pendingin kedalam kondensor kemudian diikuti pengaliran
listrik dengan menekan switch H1 dan H2 ( arus listrik jangan dibiarkan
mengalir apabila still-pot sedang kosong).
5. Bila pendingin sudah berlangsung dan condensat telah tertampung, operasi
ini dibiarkan terus sampai berkali-kali sampai selama 1 jam.
6. Ambil sampel dari hasil destilasi dan dari still pot kira-kira 10cc untuk
masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui Indeks refraktive
atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan
dengan membuka stopcock k2 dan K3 secara berurutan.
7. Percobaan diulangi dengan memasukkan larutan berikutnya dengan kadar
yang berbeda-beda secara berturut-turut.hasil pengamatan percobaan
isikan kedalam lembar data.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
BAB V
A. Analisa Data
0,43 = ———————
𝑉1.𝜌1 𝑉2.𝜌2
+
𝑀1 𝑀2
𝑉1.0,79
32
0,43 = ——————————
𝑉1.0,79 (250−𝑉1).1
+
32 18
0,79𝑉1 576
0,43 = 𝑥
32 14,22V1+6400−32V1
0,0246 V1
0,43 =
455,04V1 + 204.800 − 32V1
0,024 6 V1
0,43 =
−568,96V1 + 204.800
0,0378 V1 = 5,79
V1 = 157,93 ml
V1 + V2 = 250 ml
V2 = 92,02 ml
YA = 0,94
YA + YB = 1
YB = 1 - YA
YB = 1- 0,94
YB = 0,06
XA = 0,38
XA + XB = 1
XB= 1 – 0,38
XB= 0,62
YA/XB
𝛼𝐴−𝐵 =
YB/XA
0,94/0,62
= 0,06/0,38
1,5161
=
0,1578
= 9,6079
2. Pengaruh temperatur
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
T atas+T bawah
t = 2
81℃+76℃
= 2
= 78,5 ℃
= 78,5℃ + 273 K
= 351,5 K
= 337,5𝐾
= 373 K
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
351,5 K
= 8,9 [(337,5K+373K )]
351,5
= 8,9 [ 710,5 ]
= 8,9 (0,4947)
= 4,4030
B. Tabulasi Data
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Judul Percobaan
“Menara Destilasi (Packed tower)”
B. Maksud percobaan
C. Tujuan percobaan
1. Melakukan percobaan atas campuran Methanol – Air dengan
menggunakan peralatan jenis Menara Isian ( packed tower ).
2. Mengevaluasikan performace Bahan Isian untuk Menara Distilasi
dengan memperbandingkan komposisi destilasi hasil yang diperoleh
dari Menara Isian tanpa Bahan Isian ( kosong ). ( jika memungkinkan
hitunglah Height Equivalent to a Theoritic plate ( H.E.T.P )
D. Latar Belakang
Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini
merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan.
Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan
dengan jalan distilasi tidak dapat dilakukan.
- Menara Fraksionasi
- Kolom Stripping
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan
tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum
campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu.
Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah
menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan.
Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan
secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen
dalam keadaan yang relatif murni.
1. Daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair
jenuh.
2. Daerah satu fase yaitu daerah yang terletak datas kurva uap jenuh.
3. Daerah dua fase yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di
antara kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh.
B. Diagram Entapi-komposisi
C. Macam-macam Distilasi
1. Distilasi kontinyu
2. Distilasi batch
1. Single-stage Distillation
2. Multi stage Distillation
Distilasi Vakum :
A. Materi
a. Peralatan percobaan ialah :
1. Satu Unit Menara Distilasi ( jenis isolasi panas yang
khusus), tanpa bola-bola keramik yang disikan.
2. Labu didih dilengkapi dengan mantel pemanas, 500 ml.
3. Heater.
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
5. Pendingin samping dan wadah sampel.
6. Pengatur tegangan.
B. Metoda
Prosedur kerja :
1. Periksa susunan peralatan
2. Ukur tinggi bahan isihan bola-bola keramik.
3. Masukan 450 ml larutan Metanol – Air (15% mol metyanol = 24% berat
methanol ) kedalam labu didih.
Masukkan beberapa keping batu didih kedalam labu didih untuk mencegah
terjadinya semburan cairan yang mendidih dan agar terjadinya pendidihan
dan agar halus dan merata.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
BAB V
A. Pembahasan
1. Penentun perhitungan konsentrasi Methanol - Air
Diketahui mf = 40 % = 0,4
𝜌 = 0,79 M1 = 32
M2 = 18 V1 = 250 𝜌 =1
ρ1. V1
𝑀𝐹 = M1
ρ1 . V1 ρ2 . V2
M1 + M2
0,79 . V1
𝑀𝐹 = 32
0,79 . V1 250 . 1
+ 18
32
0,0246875 . V1
𝑀𝐹 =
0,79 . V1 250 . 1
+ 18
32
5,55 = 0,O369875 . V1
V1 = 150,05 Ml
V1 + V2 = VT
150,05 + V2 = VT
V2 = 250 ml – 150,05 ml
V2 = 99,55 ml
XD = ( Destilat ) =
XW = ( Bottow ) =
Lo = V1 – V2
𝐿𝑂 2,75 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
R = = = 1,5714
𝐷 1,75 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑋𝐷 0,79
Garis Operasi atas = 𝑅+1 = 1,5714+1
0,79
=
2,5714
= 0,03072
Zt = 90 cm ( tinggi menara )
N = jumlah plate
𝑍𝑡
HETP =
𝑛−1
90
=
7−1
90
=
6
= 15 cm
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan.
Dari hasil percobaan menera distilasi kami dapat menyimpulkan beberapa
kesimpulan diantara nya ialah :
DAFTAR PUTSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“MENARA PENDINGIN ( PACKED TOWER)
1. Maksud
Agar mahasiswa/I mengetahui proses menara pendingin dan
aplikasinya dalam industry
2. Tujuan Percobaan
1. Untuk pemakaian kembali air pendingin pabrik – pabrik
kimia berat ( besar ) atau sebagai hasil pengunaan
pengendalian udara (air conditioning ) yang menyebar luas.
2. Untuk mempelajari Psycrometic Chart udara basah, udara
kering dan juga memperoleh prinsip dasar untuk unit operasi
pengendalian udara (air condicition ) pengeringan penguapan.
C. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Menara Pendingin
Humidifikasi PERALATAN
64
mekanis jauh lebih banyak digunakan. Menara ini memanfaatkan penggemar
besar untuk memaksa udara melalui air disirkulasikan. Air jatuh ke bawah di atas
permukaan mengisi yang membantu meningkatkan waktu kontak antara air dan
udara. Hal ini membantu memaksimalkan perpindahan panas antara dua. Setup
eksperimental untuk laboratorium menggunakan rancangan UG menara pendingin
mekanis.
65
BAB III
A. Materi
a. Perlengkapan penyediaan air panas.
1. Tangki air panas.
2. Panaskan listrik tercelup ( 3 KW x2 ).
3. Unit Otomatis pengontrolan suhu.
4. Distribusi air panas.
5. Penampungan Air panas.
b. Perlengkapan Udara Dingin.
1. Blower dan motor penggerak ( 0,75 KW ).
2. Unit pemanasan Udara ( 3 KW ).
3. Unit Otomotis Pengontrol suhu,
4. Penapis dan proyektor radiasi.
5. “ Drift water eliminator “
c. Unit Transfer massa dan Transfer panas
1. Kayu bahan isian.
2. Jendela transfarans.
3. Perlengkapan bahan isihan yang dapat ditukar dengan cepat.
d. Panel dan Instrument.
1. Thermometer and meansuring position selector.
a. Suhu air didalam tangki air panas.
b. Suhu air dingin didalam tangki penyimpanan.
c. Suhu udara pendinginan didalam pipa saluran ( duct ).
2. Higrometer .
“ Dry Bulb and wet Bulb Thermometer inlet of duct and ambled
conditioning”
3. Flow meter.
66
Rotameter air ( maksimum 1.000 l/jam )
4. “ Dial Indicator and Pressure measuring top selector “
a. “ Pressure drop across orifice plate”
b. “ Pressure drop across mass and heat transfer unit”
c. “ Static pressure in air duct “
5. Saklat Tenaga.
a. Penyediaan sumber tenaga ( utama ).
b. Blower
c. Pompa dan Pemanas.
B. Metoda
Prosedur Percobaan :
A. Persiapan.
1. Penyedian air.
Air dalam tangki puncak diawasi dan air pada “ wayer reservoir “
mempertahankan air puncak konstan dan disediakan sebagai air
pendingin untuk diuji.
2. Penyediaan air kota pengambilan ( drain ) untuk diuji :
Air kota disediakan ( dialirkan dengan jalur arus pipa baru, dan
arus drain ( drain valve = VRD ) tertup. Air kota didalam tangki air
dibuat melubert agar tinggi permukaan air dapat selalu konstan dan
air yang meleburkan keluar melalui pipa pembuangan air dapat
selalu konstan dan air yang meluber keluar tinggi permukaan air
dapat selalu konstan dan air yang meluber keluar melalui pipa
pembuangan saluran.
3. Mencegah pembekuan.
Pada musim dingin keluar semua air dari peralatan ( dari cooling
Tower ) supaya tidak membeku didalamnya. Di indonesia karena
iklim tropis hal ini tidak akan terjadi .
B. Pengawasan “ temperatur Sensors “
67
Awasilah “ temperatur Sensors yang tercelup didalam air yang selain
harus bersih di dalam kantongan. Kantongan terletak didalam bahan isihan
unit Transfer panas massa dan Transfer panas.
C. Pengawasan Higrometer.
68
Tahap 2. Putaran knop – knop Water Temp.control, air temperatur
control (fine ) dan AIR TEMP. CONTROL pada angka yang
diinginkan.
G. Water Flow control Valve ( V1) and memotion shuterr are provided for rate
controling . Pengukuran
Peralatan ini dioperasikan pada keadan seimbangan thermal dan steady state,
sehingga operasi harus di mulai beberapa jam seblum pengujian sesunggunya.
69
BAB IV
A. Pembahasan
DATA I
1. Pn = Pa × 13,6 + ho
Diketahui : Pa = 760 mmHg = 1 Kg/cm2
= 1000 Kg/cm2
Ho = 8 mmH2O = 8 Kg/m2
Ditanya : Pn………..?
Jawab : Pn = Pa × 13,6 + ho
Pn = 1000 × 13,6 + 8 Kg/m2
= 136008 Kg/m2
2. Tn = 273 + To
Diketahui : To = 28,2 0C
Ditanya : Tn………..?
Jawab : Tn = 273 + To
= 273 + 28,2
= 301,2 0K
Pn
3. 𝛾𝑛 = 29,49 x Tn
= 136008 Kg/m2
2946 x 301,2 0K
= 15,327 Kg/m2 0K
4. G = 3600 × α × 𝜀 × π d2 √2 𝑔 ℎ𝑑𝑜 𝛾𝑛
4
70
= 3600 x 0,8031 x 1,000 x 3,14 ( 0,04755 ) 2 √2 𝑥 9,8 𝑥15,327
2884,68 𝑥 0,785 𝑥 0,00226 𝑥 54,8095
=
4
= 280, 49
5. V = G / 3600 X 𝛾𝑛
π/4 x D2
= 280,49/3600 x 15,327
3,14/4 ( 0,1053 ) 2
= 1,194
0,0087
= 137,24
6. Ro = v x D/ V
V = Viskositas Pada Temperatur 400 C Dengan cara interpolasi nilai V
pada suhu 40 0C Maka dapat dicari :
X – X1 = Y – Y1
X2 – X1 Y2 – Y1
40 – 0 = Y – 17.10
50 – 0 19,54 – 17,10
40 = 9 – 17,10
50 2,44
50Y - 855 = 97,6
50Y = 952,6
Y = 19,052 Kg/m sec
7. G X di = L x C x dt
L = G x di
C x dt
L = 280,49 x 0,04755
400C x 0,9
71
L = 0,37
B. Tabulasi Data
72
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
73
DAFTAR PUTSAKA
74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Fluidisasi ( fluidization)
1. Maksud :
Percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya kehilangan
tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting karena
selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan
unggun selama operasi berlangsung
2. Tujuan Percobaan
75
C. Latar Belakang
76
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
FLUIDISASI
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup
penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan
antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun
diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
77
Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh
“viscous loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :
gC : faktor konversi
µ : viskositas fluida
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun)
dihitung berdasarkan korelasi berikut:
78
satu kumpulan saluransaluran lurus yang partikelnya mempunyai luas
permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas
permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‘k’
yang diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:
Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga
Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan tekanan
digambarkan sebagai hubungan dari : “viscous losses” dan “kinetic energy
losses”.
79
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan
ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan
terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan gaya apung dari
fluida di sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung atau:
80
B. Perkembangan Serta Penggunaannya Didunia Industri
81
BAB III
A. Materi
Peralatan :
Kompresor udara/blower.
Orifice meter.
Manometer 𝐻2 O.
Kolom Fuidized Bed.
Berapa buah valve.
Timbangan.
Stop watch.
Gelas ukur.
Dll.
Bahan-bahan :
Pasir kwarsa.
Pellet plastic.
Dll.
B. Metoda
Cara kerja :
82
2. Periksalah rangkaian peralatan seperti pada gambar (3) apakah sudah
lengkap
3. Sebelum menghidupkan blower ( compressor) mintalah lebih dahulu ijin
dari asisten
4. Uji lebih dahulu peralatan dimana kolom dalam keadaan kosong.
5. Masukan partikal kedalam kolom dengan diameter dan ketinggian tertetu
6. Hidupkan blower, ataw flow rate udara dengan control valve
7. Catat gerakan partikal yang yang terjadi di dalam kolom sampai terjadi
fluidisasi
8. Setelah terjadi fluidasasi tutup katup control perlahan-lahan dan lakukan
pengamatan dan pencatatan gerakan pertikal-pertikal sampai unggun
menjadi diam.
83
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Air
Exp temp Manometer L Ket
volume
No 𝑂𝐶 ( m/ sec)
1 30 5 1,33 13 Diam
2 38 9 2,06 8 Bergerak
3 41 11 2,15 22 Bergerak
4 45 15 2,45 25 Bergerak
5 48 17 2,58 28 Bergerak
84
BAB V
A. Analisa Data
D = 56,30mm
Dp = 0,39 mm
𝑣1 = 7 ml
𝑣2 = 10 ml
𝑥1 =128,5 gr
𝑥2 =136,5 gr
= 0,117
𝑥2−𝑥1 136,5 𝑔𝑟−128,5 𝑔𝑟
∫ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 = 𝑣𝑡−𝑣1
= 15−10 𝑚𝑙
= 1,2 gr/ml
∆𝑝 = 5
V = 80 L/ menit
80 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑥 1 𝑚3 𝑥 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝐿 60 𝑠𝑒𝑐
= 0,00133 𝑚3/𝑠
85
D = 56,30 mm
= 0,0563 m
𝑉 𝑉
Q= =𝜋⁄4 𝑋𝐷2
𝐴
= 0,5362 m/s
L = 13 cm = 0,13 m
𝐷1=56,30 𝑀𝑀=0,0563 𝑀
𝐷𝑃 = 0,39 mm = 0,00039 m
Vto =𝐴𝑂 𝑋 𝐿𝑂
= 0,00248 𝑀2 . 0,13 m
= 0,00032 𝑚3
V udara = V to x 𝜖0
= 0,000322𝑀3 X 0,117
= 0,0000376 𝑀3
VP = Vto – Vudara
= 0,000322 𝑚3 - 0,0000376 𝑚3
= 0,000284 𝑚3
86
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1
𝜇1 = =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
30−0 𝑦−17,10
= = 19,54−17,10
50−0
30 𝑦−17,10
= =
50 2,44
928,2
= 50 y = 928,2 y =
50
= 18,564 kg/ 𝑚3
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1
𝜇2 = =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
38−0=𝑦−17,10 𝑦−17,10
= =
50−0 19,54−17,10
= 50y-855 =97,22
= y = 19,05 kg/𝑚3
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1
𝜇3 = =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
41−0 𝑦−17,10
= = 19,54 −17,10
50−0
= 50y-855 =100,04
= 50𝑦=955,04
= y= 19,10 kg/𝑚3
𝑦−𝑦1
𝜇4 = 𝑥 − 𝑥1 =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
87
45−0 𝑦−17,10
= =
50−0 19,54−17,10
= 50 y – 855 = 109,8
= 50 y = 964,8
= y= 19,28 kg/𝑚3
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦 1
𝜇5 = =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
48−0 𝑦−17,10
= 19,54−17,10
50−0
50 y- 855 = 117,12
50 y = 972,12
y = 19,44 kg/𝑚3
= 9573,15 kg/𝑚2
∆𝑝2=13600 𝑘𝑔/𝑚2
∆𝑝3=16650 𝑘𝑔/𝑚2
∆𝑝4=17850 𝑘𝑔/𝑚2
∆𝑝5=20600 𝑘𝑔/𝑚2
88
Pada fluidized bed ( saat bergerak)
V𝑡1=𝐴1 ×𝐿1
= 0,00248 𝑀2 × 0,13 𝑀
= 0,00032 𝑀3
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1
𝑃𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 1 = =
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
30−0 𝑦−1,293
= = 1,093 −1,293
50−0
30 𝑦−1,293
= = 1,093 −1,293
50
= 50y- 64,65 = 6
= 50 y = 70,65
1 3 𝑚𝑓
∈
𝑢𝑚𝑓 = 180 𝑔 ( 1−∈𝑚𝑓 ) (ρρ-ρ) D𝑃2
1 0,117
= 180 × 9,8 𝑚/𝑠( 1−0,117) × (1,2 𝑔𝑟/𝑚𝑙 − 1,113)(10,00039)2
1 0,001607
= 180 × 9,8 𝑚/𝑠( ) × (1,2 𝑔𝑟/𝑚𝑙 − 1,413)(10,00039)2
0,883
𝑚
=0,0055× 9,8 𝑠 × 0,0018 × ( 0,213) × 1,52 × 10−8 = 0,0000314 10−8 𝑘𝑔/𝑠 2
89
B. Tabulasi Data
90
BAB VI
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
91
DAFTAR PUTSAKA
92