Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Pembelajaran IPA
Yang dibina oleh Dian Fitri Nur Aini, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 2:


PGSD 4A

1. Firda Rahayu Puti (201810430311010)


2. Achmad Fachrul Tryan F (201810430311013)
3. Hana Yulia Yamin (201810430311014)
4. Wuri Rahma Setyoningtyas (201810430311017)
5. Lailatus Sa’adah (201810430311036)
6. Rahma Wati (201810430311040)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini berisikan informasi tentang Pendekatan Dalam
Pembelajaran IPA. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari Ibu Dian dan juga teman – teman semua yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah
mendukung dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa merahmati kita. Amiin.

Malang, 14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PETA KONSEP......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA .......................................... 3
B. Pengertian Dan Jenis-Jenis Pendekatan ........................................ 3
BAB III PENUTUP ................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

ii
PETA KONSEP

Pendekatan Sain-
Lingkungan-Teknologi-
Masyarakat
Pendekatan
Lingkungan
Pendekatan
Kontekstual

Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA


Pendekatan Sejarah
Pendekatan Faktual

Pendekatan
Konseptual
Pendekatan
Keterampilan Proses

Pendekatan
Pemecahan
Masalah
Pendekatan Inkuiri

Pendekatan Nilai

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan
sangatlah pesat. Dengan adanya perkembangan ini, maka dalam melakukan
kegiatan pembelajaran atau dalam mengajarkan ilmu pengetahuan alam
sepantasnya menggunakan dua pendekatan. Hal itu dilakukan agar proses
pembelajaran terjadi dengan sesuai tujuan yang akan dicapai. Pendekatan
dalam pembelajaran merupakan proses mengalami untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
berperan penting dalam menentukan berhasil-tidaknya proses belajar yang
diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan proses mengalami
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Alam dapat digunakan berbagai pendekatan.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adnya interaksi
antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai
sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi
interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini,
sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi agar berjalan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa
juga menjadi senang dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar.Sehingga dalam mengajar diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran IPA SD?
2. Apa pengertian dan jenis-jenis pendekatan pembelajaran IPA SD?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui maksud pendekatan pembelajaran IPA SD

1
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis pendekatan pembelajaran
IPA SD

2
BAB II
PEMBAHSAN

A. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA


Keberhasilan pembelajaran di kelas sangat ditentukan dengan
pendekatan yang digunakan oleh guru saat berlangsungnya kegiata
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Maka, pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam
memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan akan menentukan
arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang
diterapkan terhadap masalah atu objek kajian yang akan dipelajari.
Pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan
guru agar siswa menjadi lebih aktif dan berminat dalam mengikuti proses
pembelajaran yang terjadi. Dengan adanya pendekatan pembelajaran IPA ini
diharapkan siswa dapat membangun rasa keingin tahuan yang tinggi agar
tujuan yang diinginkan dapat terapai. Tak hanya itu dengan adanya
pendekatan pembelajaran IPA ini juga dapat meningkatkan kesadaran untuk
berperan serta dalam menjaga lingkungan sekitar.

B. PENGERTIAN DAN JENIS PENDEKATAN


1. Pendekatan Lingkungkan

Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara


pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan
memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor
politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia
dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut dibangun melalui
pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk

3
mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungan,
dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.

2. Pendekatan Sain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat

IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan,


Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan
pemecahan permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap
lingkungan. Masyarakat merupakan lingkungan manusia tempa
terjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.
Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi
sumbangan terhadap perkebangan teknologi baru. Teknologi baru
tersebut akan mempengaruhi kegiatan ilmiah dan penentuan
permasalahan yang diteliti serta cara yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang
digunakan ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara
berfikir manusia, dan lingkungan hidup secara umum.
Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara
pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi
pribadi antara pengalaman dengan skemata pengetahuannya.
Pemerolehan pengetahuan dilakuakan oleh skemata siswa yang tepat dan
bermanfaat baginya. Dalam pendidikan IPA ini, siswa mampu
memperoleh pengalaman secara fisik dan memperoleh pengalaman
mengenai konsep dan model dalam IPA.
Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar siswa
memiliki pemahaman tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-
lingkungan, dan masyarakat yang pergunakan bagi perkembangan
kognitif, menggunakan pemahaman sains dan teknologi untuk diterpkan
dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial (masyarakat) siswa. Pada
pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan
memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang dapat diterapkan
adalah:
a. Curah pendapat tentang suatu/topic,

4
b. mendifinisikan pertanyaan/fenomena tertentu,

c. curapen dapat tentang sumberi informasi,

d. menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi,

e. melakukan analisis, sintesis, evaluasi, dan menciptakan sesuatu, dan

f. melakukan tindakan nyata (Lutz, 1996 dalam HerawatiSusilo,


1998).

3. Pendekatan Faktual

Menurut funk.dkk.(1979), pendekatan faktual adalah merupakan


suatu cara menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil penemuan
IPA kepada siswa dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan
memperoleh informasi tentang hal-hal penting tentang IPA
Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti pendekatan ini
adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku,
demonstrasi, latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang
pendekatan ini menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan
gambaran tentang sifat IPA sendiri. Fakta yang disampaikan mewailih
hasil atau produk IPA dan meminimalkan gambaran tentang pentingnya
proses IPA dalam menghasilkan produk IPA tersebut.
Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu yang
lama. Apabila hanya memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa
akan medapat kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan
informasi. Siswa tidak mendapatkan sajian tentang gambaran
menyeluruh tentang sifat IPA yang sebenarnya lebih menarik dan
menyenangkan.

4. Pendekatan Konseptual

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara


langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa

5
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-
prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat
mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru,
sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran
memerlukan objek yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan
melakukan manipulasi atau- pemrosesan pendapat secara mental.
Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan
fakta kedalam suatu model atau penjelaan tentang sifat alam semesta.
Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA
tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-
prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat
mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru,
sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret,
berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa
ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks.
Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam
satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat.
Contoh: Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar
dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “
Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan
pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda

6
konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan
pengalaman baru. Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu
diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
a. Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi
bernama.

b. Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan


unsur lain. Contoh: Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna
(bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).

c. Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.

d. Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan


bukan contoh.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah

Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa


pendekatan pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu
pendekatan yang penting. Setiap masalah memiliki suatu daya positif
atau daya pendorong yang cenderung menuju kearah perubahan yang
positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan. Namun dilain
pihak terdapat pula daya pikir negatif atau penghambat yang berupa
untuk mempetahankan permaslahan tersebut.
Oleh sebab itu dalam pemecahan masalah perlu dilakukan
indentifkasi daya pendorong positif yang dapat digunakan dan
indentifikasi daya penghambat untuk diminimal pengaruhnya. Menurut
buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah
dapat diterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu permasalahan.
Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu
masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prinsip pemecahan
masalah tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat membimbing siswa
merumuskan dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan
kepadanya. Seorang guru dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang

7
telah disebutkan. Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen,
yaitu permasalahan dengan memiliki satu cara pemecahan, atau
permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan memiliki beberapa
kemungkinan cara pemecahan.
Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar
yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan
permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab,
memiliki kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai kondisi dan
situasi yang dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk
melatih siswa adalah mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif,
mengumpulkan data, menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan
informasi yang diperolehnya.

6. Pendekatan Nilai

Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan


menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang
bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/agama, atau
nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara atau daerah.
Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat memahami dan
menerapkan prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau
kesempurnaan yang dicita-cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik
dan buruk bagi kehidupan dan alam: keuntungan/ manfaat dan kerugian
bagi manusia, lingkungan dan alam semesta: negatif dan positif bagi
manusia secara jasmani dan rohani serta sosial dan piritual: dan
sebagainya.
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil
IPA dan penjelasan tentang proses IPA serta prilaku yang diharapkan
yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara
langsung tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.

8
7. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru


dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan
yang dipakai oleh ilmuwan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian
jawaban melalui serangkaian kegiatan intelektual. Kegiatan yang
dilakukan adalah merancang, mendiskusikan, membuat hipotes,
menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang
dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau pengertian untuk diuji
melalui analisis rasional, penggalian sehingga mendapatkan suatu
penemuan, atau dengan eksperimen. Sehingga anak dapat melakukan
eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari
sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan ini
untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir,
sikap, dan keterampilan proses.
Esler dan esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran
dapat dikategorikan menggunakan pendekatan inkuiri apabila siswa
perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru
untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah
dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generalisai yang original bagi
siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan
rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang
memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan
pengalaman konkret bagi siswa, membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegitan
IPA). Tiga kategori pada pendekatan inkuiri, yaitu :
a. Rasional, yaitu mengarahkan siswa untuk membuat suatu generalisasi
dengan menggunakan rasional. Pada umumnya memberi pertanyaan
dan penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu
generalisasi yang diinginkan tercapai.

9
b. Discovery (penemuan), untuk mengembangkan keterampilan
memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi;
bukan untuk untuk menemukan generalisasi secara ilmiah.

c. Eksperimen, suatu prosedur membuat pernyataan yang dianggap


benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut.
Perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan
didiskusikan dan diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.

Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:


a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya.

b. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk


mendapatkan pengalaman belajarnya.

c. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan


sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.

d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup

Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:


a. Diawali dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami
konsep atau fenomena.

b. Membuat pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil


pengamatan.

c. Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat


kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh murid.

d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-


pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah
kesimpulan ini”?

e. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada
dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi

10
pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan jawaban
bukan memberi jawaban.

f. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas


pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.

g. Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan


eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan menggunakan
sumber-sumber lain.

h. Semua usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi,


keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.

i. Murid-murid melakukan penelitian secara individu atau kelompok,


untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.

j. Murid mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.

k. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.

8. Pendekatan Keterampilan Proses

Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose adalah


cara mengajrkan IPA dengan mengarjakan berbagi keterampilan prose
yang biasa digunakan pada ilmuan dalam mendapatkan atau
memformulasikan hasil IPA.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan
bekerja ilmiah. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah
mengorvasi, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta
melakukan percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan proses
dibahsa pada model tersendiri.

9. Pendekatan Sejarah

Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan


menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli

11
IPA dan tentang perkembangan temuan- temuan tersebut dikaitkan
dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang umum digunakan untuk
pendekatan ini adalah dengan membaca buku teks atau menjelaskan.
Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-
temuan IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya
pendekatan faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih
menenkankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan
proses mendapatkan temuan tersebut, namun tidak banyak-banyak
melibatkan siswa dengan bagaiman prose konkret yang dilaluinya.

10. Pendekatan Kontekstual


Fungsi dan tujuan pembelajaran IPA yaitu mampu mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, dan menguasai konsep sains untuk
bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi (Depdiknas, 2004: 2). Salah satu indikator ketercapaiannya
terlihat pada indikator kedua yaitu siswa mampu mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah. Tujuan tersebut tersirat bahwa
siswa dituntut tidak hanya mampu mengerjakan soal akan tetapi juga
harus memiliki karakter sains yaitu metode ilmiah karena Fisika
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan
teori dan konsep.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA dan karakteristik materi maka
pemahaman konsep yang dimiliki siswa dibangun dari proses asimilasi
sampai ekuilibrasi memerlukan proses pembangunan pengetahuan secara
mandiri dan kontekstual. Menurut Riyanto (2010:59) “pendekatan
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat”. Metode yang memungkinkan membangun

12
pengetahuan siswa secara mandiri dan kontekstual serta meningkatkan
keaktifan siswa adalah metode POE dan eksperimen. Menurut Paul
Suparno (2007:102) “metode pembelajaran POE (prediction,
observation, and explanation) adalah suatu metode pembelajaran yang
menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu pertama
prediction atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu
peristiwa Fisika; kedua observation yaitu melakukan penelitian,
pengamatan apa yang terjadi; ketiga explanation yaitu memberi
penjelasan tentang kesesuaian antara dugaan dengan yang sungguh
terjadi”. Melalui metode ini siswa secara total dilibatkan dalam
melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Jadi metode ini lebih untuk
mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Pemilihan
metode yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik materi maupun
tingkat kognitif siswa hal ini diharapkan akan mampu menunjang
prestasi belajar.Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Slameto (2010: 54)
mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja.
Yaitu faktor internal dan eksternal”. Jadi dapat diartikan bahwa faktor
internal dan faktor eksternal tersebut saling mempengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor
internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain
intelegensi, kemampuan menggunakan alat ukur, kemampuan memori,
kemampuan verbal, minat, bakat, motivasi, kesehatan jasmani, kesehatan
rohani, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa antara lain guru, bahan pelajaran, metode mengajar,
lingkungan, sarana dan prasarana, interaksi yang terjadi antar siswa
ataupun interaksi antara siswa dengan guru dan lain-lain. Pemilihan
pendekatan dan metode pembelajaran adalah bagaian faktor ekternal
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, oleh sebab itu perlu

13
diselaraskan dengan faktor internal. Diantara beberapa faktor internal
yang mendukung dalam pendekatan kontekstualdengan metode POE dan
eksperimen yaitu kemampuan menggunakan alat ukur dan kemampuan
verbal siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian
pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual melalui metodePOE
dan eksperimen ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan
kemampuan verbal siswa. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui: 1) pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual
denganmetode POE dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa; 2)
pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa; 3) pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa; 4) interaksi antara metode pembelajaran
dengan kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi belajar; 5)
interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa; 6) interaksi antara kemampuan
menggunakan alat ukur dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar siswa; 7) interaksi antara metode pembelajaran, kemampuan
menggunakan alat ukur, dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
siswa. Proses pembelajaran IPA diharapkan menekankan pada
penguasaan kompetensi yang disebut life skill, yang berarti kecakapan
hidup yang dimiliki untuk berani menghadapi masalah hidup dan
kehidupan kemudian secara proaktif dan keratif mencari solusi untuk
mengatasinya. Strategi pembelajaran IPA diharapkan untuk lebih
mengedepankan pendekatan kontekstual, artinya lingkungan diharapkan
sebagai sumber belajar dan memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Pendekatan juga merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Pendekatan akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk
menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atu objek
kajian yang akan dipelajari. Dengan adanya pendekatan pembelajaran IPA ini
diharapkan siswa dapat membangun rasa keingin tahuan yang tinggi agar
tujuan yang diinginkan dapat terapai.
Pendekatan pembelajaran IPA ada beberapa jenis yaitu: 1) Pendekatan
lingkungan, 2) Pendekatan Sain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat, 3)
Pendekatan factual, 4) Pendekatan Konseptual, 5) Pendekatan pemecahan
masalah, 6) Pendekatan nilai, 7) Pendekatan inkuiri, 8) Pendekatan
keterampilan proses, 9) Pendekatan sejarah, 10) Pendekatan konstektual.

B. SARAN
Sebagai calon guru yang akan mengajar dalam kelas, kita harus memiliki
wawasan yang luas, dan bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa
dan yang tidak membosankan. Dan setelah membaca makalah ini, kami
menyarankan agar kita menggunakan pendekatan mengajar yang sesuai
dengan situasi didalam kelas, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif serta optimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Sapriati, dkk. (2019). Pembelajaran IPA di SD. Tanggerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Nurkholis, Aris, dkk. 2013. Jurnal Inkuiri. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan

Kontekstual Melalui Metode Eksperimen dan POE ditinjau dari

Kemampuan Menggunakan Alat Ukur dan Kemampuan Verbal Siswa. Vol

02 (3) hal: 216-227.

Santoso, Priya. 2018. Mahir Prakrikum Biologi Penggunaan Alat-alat Sederhana

dan Murah untuk Percobaan Biologi. Sleman: CV. Budi Utama.

Sutarno, Nano. 2007. Materi dan pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas

terbuka.

16

Anda mungkin juga menyukai