Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabiila Afiifah

NIM : 1807272

Prodi : Pendidikan Kimia 2018

1. Kasus dalam Manajemen Pendidikan

Jumlah guru bimbingan dan konseling di Indonesia saat ini hanya sekitar
33.000 orang. Padahal, untuk melayani sekitar 18,8 juta siswa SMP/MTS dan
SMA/SMK/MA dibutuhkan setidaknya 125.572 guru bimbingan dan konseling.

Mungkin mengatakan, idealnya satu guru BK ada di setiap kelas. “Namun,


angka itu sulit tercapai sehingga satu guru BK mendampingi 150 siswa pun sudah
tergolong sangat bagus,” ungkap Mungin (Guru Besar Bimbingan dan Konseling di
Universitas Negeri Semarang Mungin Eddy Wibowo).

Namun, banyak kasus di sekolah bahwa satu guru BK mendampingi jauh lebih
dari 150 peserta didik, padahal guru BK merupakan salah satu komponen yang penting
di sebuah sekolah karena tidak semua guru berkeinginan dan bisa mendampingi peserta
didik seperti guru BK yang memang ahli di bidangnya. Dan juga guru BK merupakan
salah satu ruang lingkup dari manajemen yaitu dalam lingkup kepegawaian.

Jika salah satu ruang lingkup manajemen tidak terpenuhi maka proses
organisasi tidak akan berjalan sesuai yang diharapkan, sebagaimana ruang lingkup
manajemen ada 7, diantaranya tatausaha, perbekala, keuangan, kesiswaan, kurikulum,
kepegawaian, dan hubungan dengan masyarakat, yang dimana ruang lingkup
manajemen ini sangat berkaitan guna untuk mencapai tujuan bersama.

Sumber : www.kompasiana.com

2. Analisis Kasus dengan Pendekatan Teori

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan proses yang perlu dipadukan


kedalam upaya pendidikan secara menyeluruh, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Pemerintah Indonesia telah memberlakukan undang-undang tentang sistem pendidikan
Nasional beserta berbagai aturan pelaksanaannya yang mencakup didalamnya
pelayanan bimbingan dan konseling, hal ini terdapat dalam UU No.20 tahun 2003 pasal
1 dan2. Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu peserta didik
mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi,
belajar, sosial, dan karir.

Peran guru BK dalam sebuah sekolah sangatlah penting dan adanya guru BK
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional berbagai komponen disekolah haruslah ikut ambil bagian dan juga haruslah
terdapat manajamen pendidikan dalam sekolah tersebut dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Manajemen pendidikan disebuah sekolah bertujuan agar pelaksanaan suatu


usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan
lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien.
Setiap sekolah memiliki tujuan masing-masing namun sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional. Dengan adanya manajemen pendidikan dalam sebuah sekolah
maka setiap komponen dalam sekolah bekerjasama dan saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tersebut. Guru BK di sekolah merupakan salah satu komponen
yang melaksanakan tanggung jawabnya sesuai keahlian yang dimiliki untuk mencapai
tujuan bersama. Proses manajemen pendidikan diawali dengan merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan. Keseluruhan proses manajemen
ini dilakukan oleh seorang manajer dalam sebuah sekolah. Pengorganisasian dilakukan
agar rencana yang telah disusun dapat dikerjakan oleh orang ahlinya secara sukses.
Berdasarkan teori manajemen pendekatan sistem (system Approach)
memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari
bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-
komponen atau bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi,
membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu, perubahan satu komponen akan
berpengaruh terhadap komponen lainnya dan juga mempengaruhi dalam pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan bahwa banyak sekolah yang hanya
memiliki satu guru BK untuk mendampingi jauh lebih dari yang seharusnya (150-160
peserta didik) hal ini akan berdampak pada keefektifan, keefisienan, dan kualitas pada
pencapaian tujuan. Dapat dibayangkan satu guru BK harus mendampingi dan
melaksanakan perannya sebagai guru BK kepada 150 peserta didik, apa jadinya bila
guru BK mendampingi lebih dari 150 peserta didik seperti 750 peserta didik bahkan
lebih secara sekaligus yang jumlahnya jauh dari yang seharusnya. Komponen sekolah
lainnya seperti guru mata pelajaran, wali kelas, staff administrasi, dll seharusnya juga
dapat membantu guru BK sesuai porsinya, namun tidak sedikit komponen sekolah
selain guru BK yang tidak memahami bagaimana cara mendampingi peserta didik
seperti apa yang dilakukan guru BK, dan juga tidak jarang komponen sekolah lainnya
enggan membantu guru BK karena merasa bukan keahliannya dan kewajiban yang
harus dilakukan.

Sehingga, banyak hal-hal yang seharusnya diperoleh peserta didik dari peran
guru BK yang juga telah tercantum dalam tujuan pendidikan Nasional tetapi peserta
didik tidak peroleh karena tidak sesuainya jumlah guru BK dengan jumlah peserta didik
dan kurangnya pengorganisasian komponen sekolah. Sehingga dapat dikatakan guru
BK yang merupakan salah satu komponen disebuah sekolah dalam manajemen
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan mengalami sebuah kendala atau
perubahan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan teori
manajemen pendekatan sistem, perubahan atau kendala yang dialami guru BK yang
merupakan salah satu komponen dalam sekolah akan mempengaruhi komponen
lainnya dan akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan dari sekolah itu sendiri atau
tujuan pendidikan nasional. Dan dilihat bahwa guru BK merupakan bagian dari lingkup
kepegawaian yang merupakan salah satu ruang lingkup manajemen, dengan
bermasalahnya guru BK dalam melakukan perannya, hal ini akan memberikan dampak
pada proses pengorganisasian dan pencapaian tujuan bersama.

3. Solusi dari Kasus yang Dipaparkan

a) Penambahan jumlah guru BK disetiap sekolah hingga mencapai kesesuaian


antara jumlah guru BK dengan jumlah peserta didik yang seharusnya
b) Setiap guru dan komponen sekolah lainnya harus ikut andil dalam
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sesuai arahan dari guru BK selaku
pengelola bimbingan dan konseling.
c) Dilakukan pengorganisasian komponen sekolah oleh guru BK dalam hal
bimbingan dan konseling disetiap awal tahun ajaran baru.
d) Diadakannya sosialisasi dan bimbingan rutin kepada komponen sekolah
mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan sesuai porsi masing-masing untuk
dapat membantu guru BK.

Anda mungkin juga menyukai