Anda di halaman 1dari 17

REVISI

LAPORAN KASUS DIETETIK I


MASALAH IKTERIK SUSP HEPATITIS

Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Etika Ratna Noer, S.Gz, M.Si

Disusun oleh :

Devi Fairuz Zakiyah 22030117110018

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2019
I. LATAR BELAKANG
Tn. Z berusia 62 tahun, beragama Islam dan bekerja sebagai wiraswasta dan
didiagnosis medis Ikterik Susp Hepatitis. Tn. Z datang ke rumah sakit dalam kondisi
yang lemas disertai dengan nyeri dada dan perut besesek. Pemeriksaan tanda vital
terakhir yang dilakukan adalah tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi
20 kali/menit, dan suhu 36,7℃. Pasien mengaku belum pernah mendapat konseling
mengenai penyakit hepatitis dan tidak menyadari sedang mengidap penyakit hepatitis.
Pasien hanya mengeluhkan adanya nyeri dada dan perut besesek saat akan makan.
Asupan makan pasien saat di rumah menurut penuturan istri pasien dan keluarga
adalah pasien gemar sekali mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak atau
kolesterol yaitu daging kambing dan tinggi natrium seperti telur asin. Kebiasaan pasien
yaitu konsumsi teh 2 gelas/hari. Pasien jarang mengonsumsi gorengan, santan dan
makanan yang memiliki rasa pedas. Pola makan pasien yaitu makan 3x sehari. Pasien
terbiasa mengonsumsi sayur bayam, sop, daging kambing dan jarang mengonsumsi lauk
nabati. Buah tidak terlalu sering dikonsumsi, namun biasanya pasien mengonsumsi buah
pisang dan semangka. Pasien tidak memiliki makanan pantangan atau makan yang
dihindari. Istri pasien selalu menyediakan makanan yang sehat dan selalu menyediakan
sayur di rumah untuk dimakan pasien. Berdasarkan penuturan pasien, pasien mulai
mengurangi makanan yang mengandung tinggi lemak dan natrium ketika pasien mulai
merasakan adanya rasa tidak nyaman pada perut dan nyeri dada.
Kemampuan pasien menerima makanan memiliki gangguan. Pasien hanya
mengonsumsi makanan sekitar 3-5 sendok makan. Penyebab dari pasien makan dengan
porsi sedikit dipengaruhi dengan adanya rasa tidak nyaman pada bagian perut serta
adanya nyeri dada dan rasa mual yang menyebabkan pasien tidak bisa makan dengan
porsi cukup.
Sebelum sakit, pasien bekerja dari Senin sampai Sabtu, serta menghabiskan waktu
santainya di hari Minggu bersama keluarga, kadang pasien mengajak jalan-jalan
keluarga, namun pasien tidak pernah memanfaatkan waktu libur untuk berolahraga.
Selama pasien dirawat, pasien hanya beristirahat total tanpa melakukan aktivitas apapun
disebabkan adanya rasa nyeri dada dan perut yang besesek.
Tn. Z jarang menimbang berat badan dan tinggi badan namun saat konseling, istri
pasien memberitahukan bahwa saat Tn. Z dirawat di rumah sakit berdasarkan pengukuran
memiliki tinggi badan 158 cm. Pengukuran antropometri yang dilakukan oleh konselor
diperoleh hasil bahwa untuk LILA yaitu 21,5 cm dan panjang ulna 24 cm.
II. SKRINING (DATA UMUM)
A. Pemilihan metode skrining
Pada kasus Tn. Z, metode skrining yang digunakan adalah MNA (Mini
Nutritional Assessment), mengingat pasien adalah lansia berusia 62 tahun. MNA
dapat mengidentifikasi lansia yang berisiko dan mengalami malnutrisi.
B. Pengisian kuesioner
Tabel 1. Skrining Risiko Malnutrisi dengan MNA

SKRINING SKOR
A Apakah asupan makanan berkurang selama 3 bulan terakhir karena
kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, kesulitan mengunyah atau
menelan?
0
0 = asupan makanan sangat berkurang
1 = asupan makanan agak berkurang
2 = asupan makanan tidak berkurang
B Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu 1
2 = penurunan berat badan antara 1 hingga 3 kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
C Mobilitas
0 = terbatas di tempat tidur atau kursi
1
1 = mampu bangun dari tempat tidur/kursi tetapi tidak bepergian ke luar rumah
2 = dapat berpergian ke luar rumah
D Menderita tekanan psikologis atau penyakit yang berat dalam 3 bulan terakhir
0 = ya 2
2 = tidak
E Gangguan neuropsikologis
0 = depresi berat atau kepikunan berat
2
1 = kepikunan ringan
2 = tidak ada gangguan psikologis
F1 Indeks Massa Tubuh (IMT)
0 = IMT kurang dari 19 (IMT <19)
1 = IMT 19 hingga kurang dari 21 (IMT 19 hingga <21) 0
2 = IMT 21 hingga kurang dari 23 (IMT 21 hingga <23)
3 = IMT 23 atau lebih (IMT ≥ 23)
BILA DATA IMT TIDAK ADA, GANTI PERTANYAAN F1 DENGAN PERTANYAAN F2. ABAIKAN
PERTANYAAN F2 BILA PERTANYAAN F1 SUDAH DAPAT DIISI
F2 Lingkar betis (cm)
0 = lingkar betis kurang dari 31 (lingkar betis <31)
3 = lingkar betis sama dengan atau lebih besar daripada 31 (lingkar betis ≥31)
SKOR SKRINING (skor maksimal 14)
Skor 12-14 : status gizi normal 6
Skor 8-11 : berisiko malnutrisi
Skor 0-7 : malnutrisi

C. Membuat kesimpulan kuesioner


Berdasarkan kuesioner di atas, pasien berisiko malnutrisi dibuktikan dengan total
skor 6 pada MNA. Ahli gizi dapat melaksanakan perancanaan asuhan gizi pada
Tn. Z.
III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI
1. Pengkajian data riwayat pasien (CH)
Tabel 2. Pengkajian data riwayat Tn. Z

Domain Data Keterangan


CH 1.1.1 Umur 62 tahun Lansia
CH 1.1.2 Gender Laki-laki
CH 1.1.10 Mobilitas Pasien beristirahat total tanpa Pasien merasakan nyeri dada
melakukan aktivitas apapun dan perut yang besesek
CH 2.1.3 Riwayat Penyakit: Pasien didiagnosis ikterik susp Pasien tidak menyadari
Endokrin hepatitis mengidap hepatitis
CH 3.1.6 Pekerjaan Wiraswasta
CH 3.1.7 Agama Islam
Kesimpulan: Tn. Z berusia 62 tahun yang didiagnosa ikterik susp hepatitis.

2. Pengkajian riwayat terkait gizi/makanan (FH)


a. Data sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Tabel 3. Pengkajian riwayat gizi/makanan SMRS Tn. Z

Domain Data SMRS Interpretasi Keterangan


FH 1.1.1 Asupan energi Pola makan pasien 3x Asupan energi Tercukupi
sehari mungkin tercukupi
FH 1.2.1 Asupan cairan Pasien mengonsumsi teh 2 Asupan cairan belum Belum tercukupi
gelas/hari tentu tercukupi
FH 1.5.1 Asupan lemak Pasien gemar Asupan lemak dan Berlebih
dan kolesterol mengonsumsi makanan kolesterol mungkin
tinggi lemak/kolesterol berlebih
seperti daging kambing
dan telur asin
FH 1.5.2 Asupan Pasien terbiasa Asupan protein Tercukupi
protein mengonsumsi daging mungkin tercukupi
kambing, jarang nabati
FH 1.5.3 Asupan Pasien makan 3x sehari, Asupan karbohidrat Tercukupi
karbohidrat konsumsi gula dari teh 2x mungkin tercukupi
sehari
FH 1.5.4 Asupan serat Pasien mengonsumsi sayur Asupan serat mungkin Tidak tercukupi
bayam dan sop, jarang tidak tercukupi
konsumsi buah namun
biasanya konsumsi buah
pisang dan semangka
FH 2.1.2 Kebiasaan diet Pasien makan 3x sehari, Pasien memiliki
gemar makan makanan kebiasaan diet yang
tinggi lemak/kolesterol, kurang baik
jarang konsumsi gorengan,
santan dan rasa pedas,
tidak ada pantangan atau
makanan yang dihindari
FH 7.3 Aktivitas fisik Pasien bekerja Senin- Aktivitas fisik rendah
Sabtu, hari Minggu jalan
bersama keluarga
Kesimpulan: Sebelum dirawat, Tn. Z gemar mengonsumsi makanan tinggi lemak atau
kolesterol dan mungkin mencukupi kebutuhan energi hariannya. Pasien tidak memiliki
pantangan makanan tertentu.

b. Data setelah masuk rumah sakit (MRS)


Tabel 4. Pengkajian riwayat gizi/makanan MRS Tn. Z

Domain Data MRS Interpretasi Keterangan


FH 1.1.1 Asupan energi Pasien hanya Asupan energi Dipengaruhi rasa
mengonsumsi makanan tidak terpenuhi tidak nyaman pada
sekitar 3-5 sendok makan bagian perut, nyeri
dada dan mual
FH 7.3 Aktivitas fisik Pasien beristirahat total Pasien terikat di Disebabkan adanya
tanpa melakukan tempat tidur (bed rasa nyeri dada dan
aktivitas apapun rest) perut yang besesek
Kesimpulan: Selama di rumah sakit, Tn. Z tidak memenuhi kebutuhannya dan
beristirahat total.

3. Pengkajian antropometri (AD)


Tabel 5. Pengkajian antropometri Tn. Z

Domain Data Interpretasi Keterangan


AD 1.1.1 Tinggi badan 158 cm
AD 1.1.2 Berat badan 45,47 kg LILA diketahui 21,5
cm, dihitung dengan
formula Crandal
AD 1.1.5 Indeks Massa Tubuh 18,21 kg/m2 Underweight Cut-off Asia Pasifik
Persentil LILA Gizi kurang Menggunakan persentil
70% LILA
Kesimpulan: Berdasarkan cut-off Asia Pasifik, Tn. Z dengan berat badan 45,47 kg dan
tinggi badan 158 cm diklasifikasikan sebagai underweight (<18,5 kg/m2 dan LILA 70%).

4. Pengkajian data biokimia (BD)


Tabel 6. Pengkajian data biokimia Tn. Z

Domain Data Nilai Normal Interpretasi Data


BD 1.2.1 BUN/Ureum 72 mg/dl 10-50 mg/dl Lebih
BD 1.10.1 Hemoglobin 11,8 g/dl 13,2-17,3 g/dL Kurang
BD 1.10.2 Hematokrit 33,3% 38,8-50% Kurang
BD 1.10.3 MCV 74,6 fL 80-100 fL Kurang
Trombosit 605000/mcL 150000-440000/mcL Lebih
Eritrosit 4,46 juta/ul 4,4-5,9 juta/ul Normal
MCH 26,4 pg 26-34 pg Normal
SGPT 253 u/L 7-56 mc/L Lebih
Kesimpulan: Nilai laboratorium untuk ureum, trombosit dan SGPT pasien berlebih,
sedangkan nilai laboratorium untuk hemoglobin dan hematokrit rendah.
5. Pengkajian data klinis/fisik (PD)
Tabel 7. Pengkajian data klinis Tn. Z

Domain Data Nilai Normal Identifikasi Masalah


PD 1.1.4 Extremities Pasien mengalami nyeri
dada, perut besesek dan
tidak nyaman, serta mual
PD 1.1.9 Vital signs Tekanan darah 160/90 <120/<80 mmHg Tekanan darah tinggi
mmHg
Nadi 80x/menit 60-100x/menit Nadi normal
Respiratory rate 20x/menit 12-20x/menit RR normal
Suhu tubuh 36,7°C 36,5-37,5°C Suhu tubuh normal
Kesimpulan: Tn. Z memiliki tekanan darah tinggi, mengalami nyeri dada, perut besesek,
dan merasa mual.
6. Comparative standar
Tabel 8. Nilai Comparative Standar Tn. Z

Domain SMRS MRS


CS 1.1.1 Kebutuhan Energi 1630,04 kkal 1755,432 kkal
CS 2.1.1 Kebutuhan Lemak 45,27 g 48,762 g
CS 2.2.1 Kebutuhan Protein 61,12 g 41,67 g
CS 2.3.1 Kebutuhan Karbohidrat 244,5 g 263,31 g
CS 2.4 Kebutuhan Serat 30 g 30 g
CS 3.1.1 Kebutuhan Cairan 2500 ml 2500 ml
CS 4.1.2 Kebutuhan Vitamin C 90 mg 90 mg
CS 4.1.4 Kebutuhan Vitamin E 15 mg <15 mg
CS 4.1.5 Kebutuhan Vitamin K 65 mcg <65 mcg
CS 4.1.6 Kebutuhan Tiamin 1,1 mg 1,1 mg
CS 4.1.9 Kebutuhan Folat 400 mcg 400 mcg
CS 4.1.11 Kebutuhan Vitamin B12 2,4 mg <2,4 mg
CS 4.2.4 Kebutuhan Magnesium 360 mg 360 mg
CS 4.2.7 Kebutuhan Sodium 1300 mg 1300 mg
CS 4.2.8 Kebutuhan Zink 11 mg 11 mg
Kesimpulan: Kebutuhan SMRS Tn. Z 1630 kkal dan 1755 kkal untuk kebutuhan MRS,
dengan berbagai kebutuhan mikronutrien yang harus dipenuhi.
IV. DIAGNOSIS GIZI
1. Inadequate oral intake (NI 2.1) berkaitan dengan rasa tidak nyaman pada bagian
perut, nyeri dada dan rasa mual yang dialami pasien ditandai dengan asupan MRS
yang tidak mencukupi kebutuhan pasien (3-5 sendok makan).
2. Altered nutrition-related laboratory values (NC 2.2) berkaitan dengan diagnosa
ikterik susp hepatitis pada pasien ditandai dengan nilai laboratorium ureum,
trombosit dan SGPT tinggi, serta hemoglobin, hematokrit dan MCV kurang.
3. Undesirable food choice (NB 1.7) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan penyakit
hepatitis yang dialami ditandai dengan kegemaran mengonsumsi makanan tinggi
lemak, kolesterol dan natrium.
V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi Gizi
1. Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien,
dengan tidak memperberat kerja hati dan memenuhi kebutuhan gizi.
2. Mengatasi keluhan mual pasien.
3. Memperbaiki nilai laboratorium pasien perlahan.
4. Memberikan informasi terkait diet bagi hepatitis yang dialami pasien.
B. Perencanaan (Planning)
1. Pemberian Diet
a. Preskripsi Diet
Memenuhi kebutuhan pasien yaitu 1200 kalori. Diet yang diberikan
berupa diet hati rendah protein. dengan kalori tinggi yang berasal dari
makanan tinggi karbohidrat, lemak cukup yang mudah dicerna, cukup
vitamin dan mineral, serta makanan mudah cerna. Diet diberikan melalui
oral karena Tn. Z tidak memiliki keluhan dalam penerimaan makanan
melalui oral, serta makanan diberikan dalam porsi kecil dan diberikan
sering. Bentuk diet adalah makanan lunak dengan frekuensi 3 kali
makanan utama dan 3 kali selingan, dengan komposisi makronutrien yang
diberikan adalah karbohidrat 220 gram, serat 16 gram, protein 36 gram
dan lemak 30 gram. Lemak yang diberikan diutamakan mengandung
BCAA.
b. Syarat Diet
1) Makan makanan dengan perlahan, porsi sedikit tapi sering untuk
mengatasi keluhan mual.
2) Makanan diolah dengan cara direbus, dikukus, ditumis, dan tidak
digoreng.
3) Perbanyak konsumsi buah dan sayur tinggi serat.
4) Pembatasan asupan makanan yang banyak mengandung gula
tambahan, garam, lemak trans, karbohidrat sederhana dan lemak
jenuh.
5) Protein yang dikonsumsi adalah protein rendah lemak.
2. Pemberian Konseling Gizi
Konseling gizi dapat dilakukan di kamar rawat pasien jika tidak
memungkinkan untuk mengunjungi ahli gizi. Ahli gizi memaparkan konseling
juga kepada keluarga yang ikut menemani pasien. Konseling berlangsung
selama 30 menit dengan didukung media leaflet. Ahli gizi memberikan
panduan diet hati untuk pasien dengan hepatitis yang membantu menjalani
gaya hidup sehat guna meminimalisir kerusakan pada hati, seperti:
1) Mengurangi konsumsi makanan yang diolah dengan cara digoreng, diganti
dengan cara direbus, dikukus, ditumis atau dibakar.
2) Membatasi makanan yang mengandung gas dan merangsang saluran cerna.
3) Menambah konsumsi buah dan sayur (meningkatkan konsumsi serat).
4) Membatasi konsumsi makanan tinggi natrium.
5) Membatasi konsumsi makanan tinggi gula seperti kue dan soda.
6) Membatasi konsumsi lemak jenuh seperti produk susu tinggi lemak, daging
tinggi lemak, dan makanan yang digoreng.
7) Tidak mengonsumsi alkohol dan soda.
8) Meningkatkan aktivitas fisik, seperti frekuensi jalan kaki ditingkatkan
menjadi 3 kali seminggu dan menjadi lebih aktif.
9) Peningkatan kesadaran akan sanitasi dan hygiene, sebagai pencegahan dan
penyebaran hepatitis.
3. Koordinasi dengan Profesi Kesehatan Lain
a. Dokter bertanggung jawab dengan menegakkan diagnosis dan menetapkan
terapi secara keseluruhan, menetapkan preskripsi diet, dan merujuk pasien
ke ahli gizi.
b. Perawat bertanggung jawab melakukan skrining gizi dan pemantauan
asupan makanan dan respons klinis pasien terhadap diet yang diberikan,
lalu menyampaikan ke ahli gizi
c. Apoteker/farmasi bertanggung jawab dalam memberikan obat terkait
perawatan terhadap pasien dengan hepatitis.
C. Implementasi
1. Jenis Diet : Diet rendah lemak dan natrium
2. Bentuk Makanan : Lunak
3. Frekuensi Makan : 6 kali (3 makanan utama, 3 makanan selingan)
4. Menu
Waktu Menu Bahan Penukar URT
6.30 Teh manis hangat Gula pasir 1P 1 sdm
7.00 Nasi tim Beras 1P 1 gls
Omelet Telur 1P 1 btr
Tomat ½P 1 buah
Sup bening Buncis ½P 1 gls
Wortel ½P 1 gls
10.00 Jus apel pisang Apel 1P 1 buah
Pisang 1P 1 buah
Gula pasir 1P 1 sdm
12.00 Nasi tim Beras 1P 1 gls
Ikan bumbu asam manis Ikan kakap 1P 1/3 ekor
Tumis labu siam Labu siam ½P 1 gls
Minyak 1P 1 sdt
Semangka Semangka 1P 1 ptg
16.00 Pudding mangga Agar-agar Sedikit Sedikit
Mangga 1P ¾ buah besar
18.00 Nasi tim Beras 1P 1 gls
Pepes tahu Tahu 1P 1 buah
Cah kangkung Kangkung 1P 1 gls
Minyak 1P 1 sdt
20.00 Pepaya Pepaya 1P 1 ptg bsr

VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI


Tabel 9. Tabel Perencanaan Monev Pasien

Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian


Antropometri Berat badan stabil dalam waktu Penimbangan yang Pasien mempertahankan
Berat Badan seminggu dirawat dilakukan setiap hari berat badan normal
Biokimia Nilai laboratorium ureum Tes laboratorium yang Nilai laboratorium berangsur
berangsur turun (50 mg/dl) dilakukan sebulan turun menuju normal
Nilai laboratorium trombosit kemudian
berangsur normal (500000/mcL)
Nilai laboratorium SGPT
berangsur turun (230 u/L)
Biokimia Nilai laboratorium hemoglobin Tes laboratorium yang Nilai laboratorium berangsur
berangsur naik (12,5 g/dl) dilakukan sebulan naik menuju normal
Nilai laboratorium hematokrit kemudian
berangsur naik (35%)
Nilai laboratorium MCV
berangsur naik (78 fL)
Klinis/fisik Tekanan darah mencapai 150/80 Pengukuran dilakukan Tekanan darah pasien
mmHg dua minggu kemudian berangsur kembali normal
Asupan Makanan dihabiskan 80% dari Pengecekan yang Pasien memenuhi kebutuhan
makanan yang dihidangkan dilakukan setiap hari hariannya

VII. PEMBAHASAN KASUS


Tn. Z berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dalam kondisi lemas disertai dengan
nyeri dada dan perut besesek. Pasien belum pernah mendapat konseling mengenai
penyakit hepatitis terkait dengan kondisi pasien, sehingga tidak menyadari bahwa
mengidap penyakit hepatitis. Pasien dengan tinggi badan 158 cm dan LILA 21,5 cm
memiliki berat badan sekitar 45,47 kg dan IMT 18,21 kg/m2 sehingga termasuk
underweight menurut cut-off Asia Pasifik.
Metode skirining yang diterapkan adalah Mini Nutritional Assessment (MNA)
mengingat pasien adalah lansia dan tool ini dinilai dapat mengidentifikasi lansia yang
berisiko dan mengalami malnutrisi. Hasil skor skrining adalah 6, yang berarti pasien
malnutrisi dan dapat diberikan proses asuhan gizi terstandar.
Sebelum dirawat, pasien gemar sekali mengonsumsi makanan yang mengandung
tinggi lemak, natrium dan kolesterol, mengonsumsi teh 2 gelas/hari, dan memiliki pola
makan 3x sehari. Pasien memiliki aktivitas fisik yang cukup ringan dan tidak pernah
berolahraga. Selama pasien dirawat di rumah sakit, pasien hanya beristirahat total tanpa
melakukan aktivitas apapun dan hanya mengonsumsi makanan sekitar 3-5 sendok makan
disebabkan oleh rasa nyeri dada dan perut yang besesek, serta rasa mual.
Pemeriksaan nilai laboratorium yang dilakukan pada Tn. Z menyatakan bahwa
nilai ureum, trombosit dan SGPT lebih serta nilai hemoglobin, hematokrit dan MCV
kurang. ALT (alanine aminotransferase) merupakan enzim yang utama banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular dengan
kadar normal 5-35 U/L. Dalam kasus hepatitis akut serta kerusakan hati, serum mencapai
200-400 U/L. Enzim SGPT paling banyak ditemukan di dalam hati, sehingga untuk
mendeteksi penyakit dianggap lebih spesifik disbanding SGOT. Peningkatan SGPT 3-10
kali normal menujukkan infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu
ekstra hepatic, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT).1 Selain itu, nilai
trombosit dan ureum pasien tinggi berkebalikan dengan nilai hemoglobin, hematokrit,
dan MCV rendah. Ureum adalah sampah utama metabolisme protein serta produk akhir
katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan
melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi
oleh glomerulus dan sebagian direabsorpsi pada keadaan dimana urin terganggu. Jumlah
ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan kemampuan ginjal mengekskresikan
urea.2
Pasien juga memiliki tekanan darah tinggi yaitu 160/90 mmHg, berkaitan dengan
hipertensi portal yang berhubungan dengan penyakit hati, yang kebanyakan
mempengaruhi pembuluh darah portal yang mengarah dari usus ke hati. Jika jalur ke hati
dari usus tersumbat atau melambat karena adanya kerusakan, maka tekanan meningkat
dalam sistem vena portal yang dapat mengakibatkan pembuluh darah ‘bocor’ yang
nantinya mampu berkontribusi terhadap asites. Fibrosis adalah penyebab paling umum
dari hipertensi portal, mengelilingi pembuluh di dalam hati yang menyebabkan darah
sulit mengalir.3
Berdasarkan asesmen, diagnosis yang ditegakkan untuk pasien adalah inadequate
oral intake (NI 2.1) berkaitan dengan rasa tidak nyaman pada bagian perut, nyeri dada
dan rasa mual yang dialami pasien ditandai dengan asupan MRS yang tidak mencukupi
kebutuhan pasien (3-5 sendok makan); altered nutrition-related laboratory values (NC
2.2) berkaitan dengan diagnosa hepatitis pada pasien ditandai dengan nilai laboratorium
urea, trombosit dan SGPT tinggi, serta hemoglobin, hematokrit dan MCV kurang;
undesirable food choices (NB 1.7) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan penyakit
hepatitis yang dialami ditandai dengan kegemaran mengonsumsi makanan tinggi lemak,
kolesterol dan natrium.
Pada hepatitis, gambaran klinis yang terjadi pada hepatitis akut terbagi dalam 4
tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen.
Pasien yang didiagnosis ikterik susp hepatitis berada dalam fase ikterus. Pada masa pra
ikterik, timbul keluhan-keluhan pertama, seperti nyeri otot, mudah lelah, gejala saluran
napas, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen yang ringan dan menetap di kuadran
kanan atas atau epigastrium. Pada fase ikterus, fase ini muncul setelah 5-10 hari
bersamaan dengan munculnya gejala, namun banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Hati
membesar moderat dan nyeri, limpa terasa membesar pada sekitar 25% penderita.
Pemeriksaan urin menunjukkan adanya bilirubin dan urobilinogen berlebihan.4
Tn. Z yang hanya mengasup 3-5 sendok makan dan tidak mencukupi
kebutuhannya diberikan intervensi gizi dengan tujuan memberikan makanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien dengan tidak memperberat kerja hati dan
memenuhi kebutuhan gizi, mengatasi keluhan mual pasien dan memberikan informasi
terkait diet bagi hepatitis. Diet yang diberikan yakni diet rendah lemak dan rendah
natrium yaitu 0,8 gram per kg berat badan mengingat tingginya kadar ureum yang
berlebih pada tes laboratorium. Makanan diberikan dalam bentuk lunak karena rasa mual
dan tidak nyaman pasien, diberikan 3 kali makanan utama dengan 3 kali selingan. Selain
itu, Tn. Z juga akan diberikan konseling yang berfokus pada pengubahan gaya hidup
sehari-hari pasien guna meminimalisir kerusakan hati lebih lanjut.
Sebagai monitoring dan evaluasi, pasien diharapkan untuk dapat mempertahankan
berat badannya selama dirawat di rumah sakit. Pasien juga mampu menghabiskan
makanan yang disajikan minimal 80% untuk memenuhi kebutuhan energinya sehingga
proses penyembuhan bisa dipercepat. Selain itu, nilai biokimia seperti trombosit,
hematokrit, hemoglobin, SGPT, MCV dan ureum dapat berangsur kembali normal,
bersamaan dengan turunnya tekanan darah pasien.
VIII. PENUTUP/KESIMPULAN
Tn. Z dengan status gizi kurang yang didiagnosis menderita ikterik susp hepatitis
diberikan proses asuhan gizi terstandar dengan tujuan utama mengatasi keluhan mual
pasien serta memberikan diet yang tidak memberatkan kerja hati. Asuhan gizi yang
dilakukan pada pasien diharapkan dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien selama
dirawat. Selain itu, diharapkan Tn. Z dapat memperbaiki kualitas diet dan gaya hidup
yang lebih sehat saat keluar dari rumah sakit.
IX. LAMPIRAN
1. Leaflet
2. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
a. Perkiraan berat badan rumus formula crandal
LILA = 21,5 cm
BB = -93,2 + (3,29 x LILA) + (0,43 x TB)
= 45,47 kg
TB = 158 cm
IMT = 18,21 kg/m2 (Underweight – cut off Asia Pasifik)
Persentil LILA = LILA aktual/LILA standar x 100%
= 21,5/30,7 x 100%
= 70% (Gizi Kurang)
BBI = (TB – 100) ± 10% (TB – 100)
= (158 – 100) ± 10% (158 – 100)
= 63,8 – 52,2 kg = 53 kg
b. Kebutuhan energi dan makronutrien
 Kebutuhan SMRS
BMR = 66,5 + (13,7 x BB) + (5,0 x TB) – (6,8 x U)
= 66,5 + (13,7 x 53) + (5,0 x 158) – (6,8 x 62)
= 1161 – 10%
= 1044,9
Energi = BMR x Faktor Aktivitas
= 1044,9 x 1,56
= 1630,04 kkal
Lemak = 25% x 1630,04 kkal = 407,51 : 9
= 45,27 gram
Protein = 15% x 1630,04 kkal = 244,5 : 4
= 61,12 gram
KH = 60% x 1630,04 kkal = 978,024 : 4
= 244,5 gram
 Kebutuhan MRS
Energi = BMR x Faktor Aktivitas x Faktor Stress
= 1044,9 x 1,2 x 1,4
= 1755,432 kkal
Lemak = 25% x 1755,432 kkal = 438,85 : 9
= 48,762 gram
Protein = 0,8 g x kgBB = 0,8 g x 52 kg
= 41,67 g
KH = 60% x 1755,432 kkal = 1053,26 : 4
= 263,31 gram
c. Kebutuhan cairan, serat dan mikronutrien
1) Serat = 30 g
2) Cairan = 2500 ml
3) Vitamin C = 90 mg
4) Vitamin E = <15 mg
5) Vitamin K = <65 mcg
6) Vitamin B1 = 1,1 mg
7) Folat = 400 mcg
8) Vitamin B12 = <2,4 mg
9) Magnesium = 360 mg
10) Zink = 11 mg
11) Natrium = 1300 mg
3. Nutrisurvey Rekomendasi Menu
=====================================================================
Analysis of the diet plan
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________

gula pasir 13 g 50,3 kcal 13,0 g


nasi tim 150 g 175,7 kcal 38,6 g
telur ayam 55 g 85,3 kcal 0,6 g
tomato, ripe or green, raw or 50 g 10,5 kcal 2,3 g
buncis mentah 50 g 17,4 kcal 4,0 g
carrot 50 g 22,5 kcal 5,3 g
apel 85 g 50,2 kcal 13,0 g
pisang ambon 50 g 46,0 kcal 11,7 g
nasi tim 150 g 175,7 kcal 38,6 g
ikan kakap 35 g 29,4 kcal 0,0 g
labu siam mentah 50 g 10,0 kcal 2,2 g
minyak kelapa sawit 5g 43,1 kcal 0,0 g
semangka 180 g 57,6 kcal 13,0 g
agar-agar 10 g 0,0 kcal 0,0 g
mangga harum manis 90 g 58,5 kcal 15,3 g
nasi tim 150 g 175,7 kcal 38,6 g
tahu 110 g 83,6 kcal 2,1 g
kangkung 50 g 7,5 kcal 1,0 g
minyak kelapa sawit 5g 43,1 kcal 0,0 g
pepaya 110 g 42,9 kcal 10,8 g
gula pasir 13 g 50,3 kcal 13,0 g

Meal analysis: energy 1235,3 kcal (100 %), carbohydrate 222,8 g (100 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1235,3 kcal 2294,5 kcal 54 %
PUFA 4,8 g - -
cholesterol 248,6 mg - -
protein 38,5 g(12%) 63,0 g(12 %) 61 %
fat 24,6 g - -
carbohydr. 222,8 g - -
dietary fiber 16,2 g - -
retinol 108,3 µg - -
phytic acid 1065,4 mg - -
Vit. K 0,0 µg 80,0 µg 0%
Vit. E 0,0 mg - -
sodium 121,6 mg - -
calcium 311,5 mg 800,0 mg 39 %
magnesium 286,4 mg 350,0 mg 82 %
zinc 4,6 mg 15,0 mg 30 %
iron 10,5 mg 10,0 mg 105 %
Vit. B1 0,6 mg 1,2 mg 53 %
niacine 5,4 mg - -
Vit. B6 1,4 mg 2,0 mg 72 %
tot. fol.acid 185,7 µg - -
Vit. B12 0,9 µg 2,0 µg 44 %
Vit. C 165,9 mg 60,0 mg 276 %
DAFTAR PUSTAKA

1. I Sari. Perbedaan Kadar SGPT terhadap Sampel Plasma EDTA dan Serum. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017.
2. RZ Fatma, MA Martiningsih. Perbedaan Kadar Ureum pada Plasma Lithium Heparin
dengan Penggunaan Separator Tube dan Vacutainer pada Pasien Post Hemodialisa.
Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2019.
3. VH Shah, PS Kamath. Portal Hypertension and Gastrointestinal Bleeding. In: M
Feldman, LS Friedman, LJ Brandt (eds), Gastrointestinal and Liver Disease, 8e.
Philadelphia, Elsevier, 2006. 1899-1928.
4. RE Primawati. Kajian Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Hepatitis B non-
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari-Juni 2007. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2008.

Anda mungkin juga menyukai