Keluarga Sadar Gizi
Keluarga Sadar Gizi
Disusun oleh :
CITRA ANGGREINI SEMBIRING
070100188
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan makalah yang
berjudul “Keluarga Sadar Gizi”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
persyaratan kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU dan
meningkatkan pemahaman penulis tentang Penelitian di Bidaang Kesehatan.
Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1.Latarbelakang................................................................................................................4
1.2.Tujuan............................................................................................................................5
1.3.Manfaat..........................................................................................................................5
BAB 2 ISI
2.1.Keluarga Sadar Gizi......................................................................................................6
2.2.Pembinaan Keluarga Sadar Gizi...................................................................................9
2.3.Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi.......................................................................9
2.4.Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi......................................................................9
2.5.Program Keluarga Sadar Gizi.....................................................................................10
2.6.Indikator Keluarga Sadar Gizi.....................................................................................11
2.7.Menyusun Menu Seimbang.........................................................................................13
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai keluarga sadar gizi, karena pada
umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya
Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga
belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi
lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena
kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator
dari Kadarzi itu secara keseluruhan.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana
penerapan keluarga sadar gizi pada masyarakat
1.3. Manfaat
Sebagai bahan masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang berkepentingan
tentang apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana penerapan
keluarga sadar gizi tersebut pada masyarakat .
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anggota keluarga perlu menimbang berat badan secara teratur karena berat badan
merupakan petunjuk yang baik akan keadaan gizi dan kesehatan. Perubahan berat badan
menunjukkan perubahan konsumsi makanan dan/atau gangguan kesehatan. Menimbang
berat badan tidaklah sulit, dan bisa dilakukan di mana saja, di pusat pelayanan kesehatan
atau di rumah sendiri.
Makanan beragam sangatlah penting, karena tidak ada satu jenis bahan makanan pun
yang bisa memenuhi semua kebutuhan zat gizi. Sehingga keanekaragaman bahan
6
makanan menyediakan zat gizi yang beraneka guna memenuhi kebutuhan zat gizi bagi
tubuh. Untuk bisa menemuhi semua kebutuhan zat gizi, makanan sehari-hari terdiri dari
makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk-pauk (sumber protein), sayuran dan buah
(sumber vitamin, mineral, serat), serta cukup mengonsumsi cairan/air.
Zat yodium diperlukan tubuh setiap harinya, sedangkan bahan makanan mentah
sehari-harinya secara umum miskin akan zat yodium. Kekurangan zat yodium bisa
menimbulkan penurunan kecerdasan dan tumbuh kembang yang dikenal sebagai
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja, karena ASI merupakan
makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat. ASI saja cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan untuk tumbuh kembang normal. ASI juga praktis dan
murah serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, pun bisa menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan bayi.
Karena kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, maka perlu
mengonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran. Suplemen zat gizi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi.
Kebutuhan suplemen gizi adalah: Kapsul vitamin A untuk bayi dan balita 2 kali
setahun (setiap 6 bulan); apsul vitamin A untuk ibu nifas 1 kali selama masa nifas; ablet
Fe (zat besi) untuk ibu hamil – 1 tablet setiap hari selama 90 hari. Tahap awal untuk
mencapai indikator tersebut lanjutnya, adalah setiap keluarga minimal ada seseorang
anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang
berprilaku gizi yang baik.
Untuk menilai apakah suatu keluarga merupakan keluarga sadar gizi, dapat kita lihat
dengan kriteria dibawah ini :
7
Keluarga telah menggunakan garam beryodium.
Semua bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja.
Semua balita naik berat badannya.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gizi lebih
Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi
yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan
mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit
akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi
kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh :
a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah
maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.
b. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal :
Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai
dengan kebutuhan gizinya.
Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,
terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dll).
c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.
d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan.
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang
termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan
termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah
Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak
keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah gizi
berjalan lamban. Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di
tingkat keluarga belum memadai. Masalah lain yang menghambat penerapan perilaku
KADARZI adalah adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada keluarga.
Sebagai contoh masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan pantangan
terhadap beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan gizi. Oleh
sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan
8
keluarga KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan
memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi
masalah gizi yang dialami.
9
2.5. Program Keluarga Sadar Gizi
Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang
dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling tidak
setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi.
10
b. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar yang
belum dapat dilaksanakan oleh keluarga
c. Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi
d. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu ke
waktu.
Sasaran Pemetaan Keluarga Sadar Gizi
Sasaran pemetaan Kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
11
rumah atau di tempat lain, diukur tinggi dan berat badan, di hitung Indeks Massa Tubuh
(IMT).
3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Untuk Memasak
Makanannya
Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah
timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat
perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok endemik dan kretin.
Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya
penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya
stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab kematian pada
orang dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah tinggi membawa
risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok usia dewasa. Karena itu hindari
konsumsi garam yang berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih
dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.
4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI
Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang
keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan,
ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat
umur 6 bulan, bayi perlu mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-
ASI diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur,
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya. Walaupun demikian, pemberian
ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan. Manfaatnya adalah untuk
membantu tumbuh kembang anak, mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh
anak terhadap penyakit infeksi, serta mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya
secara timbal balik.
5. Keluarga Biasa Sarapan Pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja
dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat
12
memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun
menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan
disusun sesuai dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat
tenaga, sumber zat pembangun dan zat pengatur.
13
BAB III
KESIMPULAN
Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, yaitu dimulai sejak
dalam kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi
ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait dan secara tidak langsung
dipengaruhi kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan.
Keluarga Sadar Gizi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah,
dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
diharapkan mampu mengatasi masalah gizi diatas. Keluarga dikatakan sadar gizi apabila
sudah mempraktikkan perilaku gizi yang baik. Yaitu dengan menimbang berat badan
secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai
umur 6 bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen
gizi sesuai anjuran.
Tahap awal untuk mencapai indikator tersebut adalah setiap keluarga minimal ada
seorang anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan kearah keluarga
yang berperilaku gizi yang baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di
Desa Siaga. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta. Available
from: http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/ [Accesed 25 Januari 2012].
Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
15