Anda di halaman 1dari 15

KELUARGA SADAR GIZI

Disusun oleh :
CITRA ANGGREINI SEMBIRING
070100188

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan makalah yang
berjudul “Keluarga Sadar Gizi”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
persyaratan kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU dan
meningkatkan pemahaman penulis tentang Penelitian di Bidaang Kesehatan.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan


arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Sri Lestari, SP atas
bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan memberikan dukungan
ide. Biarlah Tuhan Ynag Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis.

Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.

Medan, Januari 2012

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1.Latarbelakang................................................................................................................4
1.2.Tujuan............................................................................................................................5
1.3.Manfaat..........................................................................................................................5

BAB 2 ISI
2.1.Keluarga Sadar Gizi......................................................................................................6
2.2.Pembinaan Keluarga Sadar Gizi...................................................................................9
2.3.Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi.......................................................................9
2.4.Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi......................................................................9
2.5.Program Keluarga Sadar Gizi.....................................................................................10
2.6.Indikator Keluarga Sadar Gizi.....................................................................................11
2.7.Menyusun Menu Seimbang.........................................................................................13

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi
makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran program
ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar . Tahun 1998 telah
dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh Departemen
Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi adalah keluarga yang
mempunyai kelainan gizi , golongan pra-sejahtera dan sejahtera I. Perencanaan program
Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah
menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi jika sikap dan perilaku
keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi sebaik-baiknya yang tercermin
pada pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.
Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan Penanggulangan
Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu pemberdayaan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas sektor serta peningkatan mutu
dan cakupan pelayanan kesehatan , di dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional
(RAPGN) 2001-2005, Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat 2010 ditetapkan bahwa 80%
keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat
strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi
tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya .
Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program Kadarzi,
diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran gizi keluarga.
Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan indikator Kadarzi yaitu
makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara menimbang berat badan,
menggunakan garam beryodium, memberikan ASI Eksklusif kepada bayi dan biasa
sarapan pagi
.

4
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai keluarga sadar gizi, karena pada
umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya
Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga
belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi
lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena
kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator
dari Kadarzi itu secara keseluruhan.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana
penerapan keluarga sadar gizi pada masyarakat

1.3. Manfaat
Sebagai bahan masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang berkepentingan
tentang apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana penerapan
keluarga sadar gizi tersebut pada masyarakat .

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)


Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan
mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi seimbang
adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan seimbang dan
berperilaku hidup sehat. Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program
Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga (UPGK). Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara
mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada
konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga
sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia
melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa
seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga itu.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan ;
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam
bulan (ASI eksklusif)
3. makan beraneka ragam
4. menggunakan garam beryodium
5. minum suplemen gizi sesuai anjuran

Anggota keluarga perlu menimbang berat badan secara teratur karena berat badan
merupakan petunjuk yang baik akan keadaan gizi dan kesehatan. Perubahan berat badan
menunjukkan perubahan konsumsi makanan dan/atau gangguan kesehatan. Menimbang
berat badan tidaklah sulit, dan bisa dilakukan di mana saja, di pusat pelayanan kesehatan
atau di rumah sendiri.

Makanan beragam sangatlah penting, karena tidak ada satu jenis bahan makanan pun
yang bisa memenuhi semua kebutuhan zat gizi. Sehingga keanekaragaman bahan

6
makanan menyediakan zat gizi yang beraneka guna memenuhi kebutuhan zat gizi bagi
tubuh. Untuk bisa menemuhi semua kebutuhan zat gizi, makanan sehari-hari terdiri dari
makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk-pauk (sumber protein), sayuran dan buah
(sumber vitamin, mineral, serat), serta cukup mengonsumsi cairan/air.

Zat yodium diperlukan tubuh setiap harinya, sedangkan bahan makanan mentah
sehari-harinya secara umum miskin akan zat yodium. Kekurangan zat yodium bisa
menimbulkan penurunan kecerdasan dan tumbuh kembang yang dikenal sebagai
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja, karena ASI merupakan
makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat. ASI saja cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan untuk tumbuh kembang normal. ASI juga praktis dan
murah serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, pun bisa menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan bayi.

Karena kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, maka perlu
mengonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran. Suplemen zat gizi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi.

Kebutuhan suplemen gizi adalah: Kapsul vitamin A untuk bayi dan balita 2 kali
setahun (setiap 6 bulan); apsul vitamin A untuk ibu nifas 1 kali selama masa nifas; ablet
Fe (zat besi) untuk ibu hamil – 1 tablet setiap hari selama 90 hari. Tahap awal untuk
mencapai indikator tersebut lanjutnya, adalah setiap keluarga minimal ada seseorang
anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang
berprilaku gizi yang baik.

Untuk menilai apakah suatu keluarga merupakan keluarga sadar gizi, dapat kita lihat
dengan kriteria dibawah ini :

 Seluruh anggota keluarga berstatus gizi baik.


 Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah ( < 2500 gram).

7
 Keluarga telah menggunakan garam beryodium.
 Semua bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja.
 Semua balita naik berat badannya.
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gizi lebih

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi
yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan
mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit
akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi
kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh :
a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah
maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.
b. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal :
 Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai
 dengan kebutuhan gizinya.
 Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,
 terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dll).
c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.
d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan.
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang
termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan
termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah
Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak
keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah gizi
berjalan lamban. Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di
tingkat keluarga belum memadai. Masalah lain yang menghambat penerapan perilaku
KADARZI adalah adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada keluarga.
Sebagai contoh masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan pantangan
terhadap beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan gizi. Oleh
sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan

8
keluarga KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan
memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi
masalah gizi yang dialami.

2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya
meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo, diskusi,
dan pelatihan.

2.3. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:
1. Menimbang balita ke posyandu secara berkala
2. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan
gizi lebih)
3. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
4. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan, manakala
terjadi kelainan gizi di dalam keluarga
5. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.

2.4. Sasaran pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas.
Namun perhatian utama pembinaan ditujukan pada keluarga yang memiliki kelainan gizi,
keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.
Dengan adanya Kadarzi diharapkan agar:
a. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga yang
menjadi kader Kadarzi
b. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
c. Tidak ada lagi masalah gizi utama di kalangan keluarga.

9
2.5. Program Keluarga Sadar Gizi
Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang
dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling tidak
setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi.

Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Sadar Gizi


a. Konseling Keluarga Sadar Gizi
Pengertian Konseling Keluarga Sadar Gizi
Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, Tenaga
Penggerak Masyarakat (TPM) dengan keluarga untuk membantu memecahkan masalah
perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.
Tujuan Konseling Keluarga Sadar Gizi
Memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan perilaku
gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki keluarga atau yang
ada di lingkungannya.
Pelaksana Konseling Keluarga Sadar Gizi
Untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader dasawisma. Untuk
selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM.
Sasaran Konseling Keluarga Sadar Gizi
Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar gizi.
Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa.

b. Pemetaan Keluarga Sadar Gizi


Pemetaan Kadarzi dilakukan untuk mengetahui situasi Kadarzi di suatu wilayah
kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh TPG, kemudian untuk berikutnya
dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu
pada bulan Februari dan Agustus.
Tujuan Pemetaan Keluarga Sadar Gizi
a. Mendapatkan informasi situasi Kadarzi dalam suatu wilayah atau dasawisma
berdasarkan indikator yang ditentukan

10
b. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar yang
belum dapat dilaksanakan oleh keluarga
c. Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi
d. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu ke
waktu.
Sasaran Pemetaan Keluarga Sadar Gizi
Sasaran pemetaan Kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja
puskesmas.

2.6. Indikator Keluarga Sadar Gizi


Indikator Kadarzi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.
Menurut Dinkes Sumut, 2006 ada 5 indikator Kadarzi yang juga terdapat dalam 13 Pesan
Dasar Gizi Seimbang yang meliputi:
1. Keluarga Biasa Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan
Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat
gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan,
kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI
(Air Susu Ibu) saja.
Makanan yang beranekaragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar
terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Demikian
juga sebaliknya, masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu
seimbang akan saling melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan yang beranekaragam
dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.
2. Keluarga Selalu Memantau Kesehatan dan Pertumbuhan Anggotanya,
Khususnya Balita dan Bumil
Pemantauan status gizi balita bisa dilakukan dengan menimbang balita di rumah
atau ditimbang di posyandu atau di tempat lain setiap bulan atau sekurangnya 2 bulan
sekali. Sedangakan pemantauan status gizi ibu hamil bisa dipantau dengan menimbang di

11
rumah atau di tempat lain, diukur tinggi dan berat badan, di hitung Indeks Massa Tubuh
(IMT).
3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Untuk Memasak
Makanannya
Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah
timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat
perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok endemik dan kretin.
Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya
penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya
stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab kematian pada
orang dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah tinggi membawa
risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok usia dewasa. Karena itu hindari
konsumsi garam yang berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih
dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.
4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI
Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang
keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan,
ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat
umur 6 bulan, bayi perlu mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-
ASI diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur,
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya. Walaupun demikian, pemberian
ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan. Manfaatnya adalah untuk
membantu tumbuh kembang anak, mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh
anak terhadap penyakit infeksi, serta mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya
secara timbal balik.
5. Keluarga Biasa Sarapan Pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja
dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat

12
memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun
menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan
disusun sesuai dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat
tenaga, sumber zat pembangun dan zat pengatur.

2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga


Menu Seimbang adalah menu yang mengandung semua golongan bahan makanan
yang dibutuhkan dengan memperlihatkan keseimbangan unsur-unsur gizi yang
terkandung di dalamnya Dalam penyusunan menu makanan perlu diperhatikan syarat-
syarat sebagai berikut:
1 1. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga
2 2. Makanan harus dapat menyediakan zat-zat gizi
3 3. Makanan harus dalam jangkauan keuangan keluarga
4 4. Hidangan harus dinikmati oleh seluruh keluarga
5 5. Menyusun daftar menu
6 6. Menilai hasil konsumsi.
Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan hendaknya disesuaikan dengan selaras kandungan gizi,
ketersediaan bahan pangan di daerah setempat, dan yang cukup penting adalah upaya
menganekaragamkan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pemilihan bahan
pangan dilakukan secara menyeluruh, baik untuk sumber tenaga atau karbohidrat, sumber
protein atau lauk-pauk, sumber vitamin maupun mineral (sayur dan buah).
Penganekaragaman jenis bahan makanan dimaksudkan agar kandungan gizi dalam
masing-masing bahan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi individu maupun keluarga.
Perencanaan Menyusun Menu
Untuk menyusun menu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
kebutuhan gizi bagi individu atau keluarga. Dengan memperhatikan ketersediaan bahan
makanan, kita dapat merencanakan menyusun menu. Untuk memudahkan menyusun
menu, pemerintah telah menyusun anjuran makanan sehari yang berpedoman kepada
kebutuhan gizi menurut golongan umur, jenis kelamin, dan berat badan

13
BAB III
KESIMPULAN

Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, yaitu dimulai sejak
dalam kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi
ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait dan secara tidak langsung
dipengaruhi kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan.
Keluarga Sadar Gizi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah,
dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
diharapkan mampu mengatasi masalah gizi diatas. Keluarga dikatakan sadar gizi apabila
sudah mempraktikkan perilaku gizi yang baik. Yaitu dengan menimbang berat badan
secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai
umur 6 bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen
gizi sesuai anjuran.
Tahap awal untuk mencapai indikator tersebut adalah setiap keluarga minimal ada
seorang anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan kearah keluarga
yang berperilaku gizi yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di
Desa Siaga. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI, 2004. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta. Available
from: http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/ [Accesed 25 Januari 2012].

Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

15

Anda mungkin juga menyukai