Artikel Perpajakan (Shinta)
Artikel Perpajakan (Shinta)
Shinta
NIM 921416075
ABSTRAK
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa penyusutan merupakan alokasi
jumlah aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Dimana,
penyusutan ini memang harus dilakukan dikarenakan manfaat yang diberikan dan nilai dari aset
tersebut semakin berkurang. Dalam artikel ini memuat tentang penyusutan yang berdasarkan
peraturan perpajakan, dimana dalam perhitungan dan penerapan tarif penyusutan untuk
keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan fiskal karena dapat berbeda dengan
penyusutan untuk akuntansi (komersial). Dimana, sekarang ini banyak terdapat perusahaan atau
koperasi yang kurang memperhatikan perlakuan asetnya dengan baik, khususnya dalam memilih
metode dalam penyusutan asetnya. Karena pembebanan beban penyusutan tersebut berpengaruh
pada laba, dan besarnya laba berpengaruh terhadap besarnya beban pajak yang akan
dibayarkan.untuk, artikel ini memuat tentang penyusutan yang berdasarkan peraturan perpajakan
agar para akuntan dan pembaca dapat lebih memahami tentang perbedaan keduanya baik
komersial maupun fiskal.
Pada umumnya, perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak (tax
deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk pembelian barang,
membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya yang digunakan dalam kegiatan operasional.
Pengakuan biayanya sederhana tergantung apakah perusahaan menggunakan dasar kas atau dasar
akrual dalam pembukuannya.
Namun, ada jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional yang harus dibeli terlebih
dahulu seperti gedung, mesin, dan tanah. Pengeluaran kas untuk hal tersebut memberikan
manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran
semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan.
Dalam hal ini, penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari
aset tersebut semakin berkurang. Dimana, pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu :
METODE
Dalam pembuatan artikel ini saya selaku penyusun menggunakan metode kualitatif.
Dimana, penelitian kualitatif menurut Jane Richie dalam buku Metodologi Penelitian
Kualitatif (Moleong: 2018) merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang
manusia yang diteliti.
Dalam pembuatan ini, saya menggunakan data sekunder. Dimana data sekunder ini
mempunyai pengertian sebagai data yang tidak langsung memberikan informasi kepada
peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data
ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak
buku, diperoleh berdasarkan catatan – catatan, diperoleh dari internet yang berhubungan
dengan penelitian (Sugiyono, 2012).
A. PEMBAHASAN
Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat 2 UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, tetapi dibebankan melalui
penyusutan. Hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip
penandingan antara pengeluaran dan penerimaan (matching cost againsts revenue).
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan
secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan golongan) seperti yang
berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis
masih boleh menggunakan penyusutan secara golongan.
B. KESIMPULAN
SARAN
Seorang akuntan diharapkan dapat membuat dan menyusun laporan keuangan sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Agar tiddak terjadi kesenjangan antara laporan
keuangan yang dihasilkan dengan fakta yang berada di lapangan. Dan juga, dapat membedakan
antara pencatatan secara komersial maupun fiskal. Sehigga tidak melanggar prinsip-prinsip
akuntansi maupun perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Suandy Erly. 2016. Perencanaan Paja. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Moleong. 2018. Metedologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT, Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfbeta.
Khoyriyah. 2017. Penyusutan Aset Tetap Untuk Meminimalkan Beban Pajak Pada
Koperasi Tani (KOPTAN) Jasa Tirta Tahun 2016. Artikel Skripsi. Volume 01 No.
01. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Nitalia. 2017. Analisis Metode Penyusutan Aktiva Tetap Untuk Menghitung Pajak
Penghasilan Badan Pada PDAM Kab. Nganjuk. Artikel Skripsi. Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Ratag A. 2013. Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Aktiva Tetap Untuk
Menghitung PPh Badan Pada PT. Bank Sulut. Jurnal EMBA. Volume 1 No. 3.
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.
Hidayat, Yulian & Riswan. 2011. Studi Perbandingan Nilai Laba Bersih Antara Metode
Pencatatan Penyusutan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan UU Perpajakan. Jurnal
Akuntansi & Keuangan. Volume 2 No. 1.