Anda di halaman 1dari 13

Pemimpin Era Industri 4.

Latar Belakang
Saat ini kita sudah memasuki era industri 4.0. Pada era ini sangatlah berbeda dari
sebelumnya yang dimana kita akan dapat mendesain dunia dan mengubah realitas di sekitar
kita dengan perubahan secara atom dan molekul, perubahan secara nanoteknologi ditambah
dengan segala sesuatunya di dunia yang terkoneksi dengan Internet. Segala sesuatupun
menjadi transparan, dan perbedaan akan satu produk/servis dengan produk/servis yang lain
akan terlihat jelas dan hanya yang terbaiklah yang akan bertahan.
Seorang pemimpin harus dapat menyatukan dan memberikan arah tujuan yang jelas.
Sangatlah penting untuk seorang pemimpin untuk dapat berkomunikasi, membuat tim merasa
aman, membuat sebuah engagement dan menjadi sebuah komunitas yang searah.
Pemimpin yang memiliki kecepatan dalam membuat keputusan di era 4.0 ini juga sangat
diperlukan, karena segala sesuatunya berubah dengan cepat. Jaman dimana pemimpin hanya
berada di kantor dengan komputer dan bekerja dengan data setelah terkumpul sudah dirasa
lambat. Pemimpin harus turun dan melihat. Pemimpin perlu mengevaluasi dan mengontrol
tim bersama-sama, feedback atau masukan perlu dilakukan secara konstan dan terintegrasi
bukan hanya secara internal tetapi juga terhubung dengan pihak eksternal.
Kepemimpinan dalam organisasi juga menuntut kepekaan terhadap budaya yang terdapat
dalam organisasi. Budaya dalam organisasi ini mempunyai fungsi antara lain: menetapkan
batas dan wewenang, memberikan rasa identitas kepada anggotanya. Karakteristik budaya
dalam organisasi dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan untuk membuat keputusan agar
organisasi lebih efektif dalam mencapai tujuan. Adapun budaya organisasi tersebut menurut
Mc Gregor (1960) memiliki sisi tentang sifat manusia dan perilaku manusia yang penting
untuk dijadikan pedoman dalam menentukan gaya operasi atau praktik setiap pimpinan. Sisi
manusia berupa sifat dan perilaku menurut Mc Gregor dikenal dengan teori X (berdasarkan
asumsi petunjuk dan kontrol) dan Teori Y (berdasakan asumsi integrasi dan dukungan).
Saat ini tengah terjadi pergeseran dalam gaya kepemimpinan seiring dengan
perkembangan teknologi yang mengubah pola kehidupan manusia di seluruh belahan dunia.
Tidak ada batas minimum bagi pemuda mendapat amanah besar di kursi pengambil kebijakan
dan pada level strategis di dalam pemerintahan.
Selain ketidakpastian dan ketidakjelasan, Indonesia dihadapkan dengan beragamnya
masalah yang makin menantang dan kompleks. Level kepemimpinan lintas sektor sudah
harus berani memberikan ruang berkembang dan bertumbuh bagi calon pemimpin di
perusahaan atau organisasinya. Generasi millennial yang berpotensi, perlahan sudah harus
diberikan kesempatan dalam ruang formal untuk mengambil peran sebagai policy maker.
Konsep ‘Leadership 4.0’ berfokus pada keterlibatan tim, kemampuan individu,
keterampilan memotivasi dan pabrikasi ide-ide super kreatif. Hal ini akan menghasilkan
budaya kerja yang terbuka, transparan dan inovatif. Yang pasti, para pemimpin millennial
saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya.
Seakan, teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam perusahaan, organisasi, komunitas atau
‘project’ yang mereka pimpin.
Indonesia 4.0 mencerminkan kesungguhan negara sedang beradaptasi dengan ragam
perubahan besar pada era revolusi industri keempat (Industri 4.0) sekarang ini. Kewajiban
negara pula untuk menyiapkan generasi milenial menjadi angkatan kerja yang kompetitif dan
produktif sepanjang era Industri 4.0 itu.
Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan serba
digitalisasi dan otomasi. Namun, belum semua elemen masyarakat menyadari konsekuensi
logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkannya. Bahkan, fakta-fakta
perubahan itu masih sering diperdebatkan. Misalnya, banyaknya toko konvensional di pusat
belanja (mall) yang tutup sering dipolitisasi dengan argumentasi bahwa kecenderungan itu
disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Padahal, toko-toko konvensional
memang mulai menghadapi masalah serius atau minim pengunjung karena sebagian
masyarakat perkotaan lebih memilih sistem belanja online. Dari beli baju, sepatu, dan buku
hingga beli makanan semuanya dengan pola belanja online.
Era Industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tak bisa dibendung.
Karena itu, ada urgensinya jika negara perlu berupaya maksimal dan lebih gencar memberi
pemahaman kepada semua elemen masyarakat tentang hakikat era Industri 4.0 dengan segala
konsekuensi logisnya. Langkah ini penting karena belum banyak yang berminat memahami
Industri 4.0. Masyarakat memang sudah melakoni beberapa perubahan itu, tetapi kepedulian
pada tantangan di era digitalisasi dan otomasi sekarang ini pun terbilang minim.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan
moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap,
sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Kekuatan dan keunggulan
sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang psikososial yang bisa
memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara  kolektif. Selanjutnya akan dimunculkan
kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dan respek dari para anggota kelompok kepada
pemimpinnya.
Kepemimpinan, bagi seorang kewirausahan, adalah modal yang sama pentingnya dengan
kepercayaan dan kreativitas. Kreativitas yang tinggi membuat anda inovatif dan adaptif, kaya
dengan pembaharuan dan tidak mudah dihambat oleh kejadian-kejadian dari luar.
Kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah usaha yang
efiktif, yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebelum usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi usaha
kecil yang stagnant (tidak berkembang). Anda hanya mampu memimpin sedikit orang dari
usaha kecil dan tidak ada pertumbuhan usaha. Tanpa kepemimpinan, tidak ada orang hebat
yang bekerja pada anda karyawan anda tidak betah bekerja sama dengan anda, dan
pengetahuan atau pengalaman yang sudah anda tanam, hilang bersama kepindahan mereka.
Tanpa kepemimpinan, tidak ada visi besar yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar.
Hanya orang-orang yang tak bisa ke mana-mana yang bertahan bekerja pada Anda.
Sebaliknya, kepemimpinanlah yang akan membentuk usaha Anda menjadi besar dan
banyak orang yang mau bekerja dengan Anda. Kepemimpinan dibentuk bertahap, sejalan
dengan tumbuhnya usaha. Dari kombinasi pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara
mengarahkan, dan penerimaan.
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang
mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang denan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam Ria  (2009:11) menyatakan
bahwa kepemimpinan merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni
pemimpin, pengikut, dan situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini memiliki
pengaruh terhadap produktifitas dan kohefisitas kelompok (Bass dalam Ria, 2009:11).
Saat ini kita sudah mulai memasuki revolusi industri yang keempat. Revolusi industri kali
Ini sangatlah berbeda dari yang sebelumnya, saat ini kita akan bisa mendesain dunia dan
mengubah realitas di sekitar kita dengan perubahan secara atom dan molekul, perubahan
secara nano teknologi, ditambah dengan segala sesuatunya di dunia yang terkoneksi dengan
Internet. Di revolusi industri 4.0 ini segala sesuatu menjadi transparan dan perbedaan akan
satu produk dengan produk yang lain akan terlihat jelas dan hanya yang terbaiklah yang akan
bertahan.
Persaingan dunia yang semakin ketat disertai perkembangan dunia dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin maju, mau tidak mau menuntut kita
untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutannya. Kita dipaksa oleh zaman untuk hidup menurut
pola yang tercipta.
Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki kemampuan bergerak sangat cepat di
dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pengaruhnya bisa dirasakan oleh
negara dan bagian dunia lain. Banyak yang bertanya mengenai apakah ini sebuah tantangan
atau kesempatan? Apabila Anda melihat sejarah, di setiap fase revolusi industri, selalu ada
bisnis baru yang menjadi pemain besar dan selalu ada pemain besar lama yang punah.
Buat Anda yang dapat beradaptasi dengan mengadaptasi skill dan mentalitas baru dengan
cepat, revolusi industri 4.0 ini bisa jadi merupakan peluang emas bagi Anda untuk menjadi
pemain baru yang dapat diperhitungkan. Siklus sukses dan gagal di dalam bisnis juga
semakin cepat terjadi dibandingkan sebelumnya.
Revolusi Industri 4.0 yang tengah berlangsung saat ini akan membawa banyak perubahan
pada sektor bisnis, termasuk internal perusahaan. Pasalnya, semua akan serba berbasis IT
sehingga akan berdampak juga pada perubahan gaya kepemimpinan yang cocok untuk
sebuah tim dan perusahaan.
Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang mampu membuat kebijakan-kebijakan penting
untuk bersaing dengan perkembangan zaman. Bila Anda adalah salah satu leader atau
pemimpin bisnis yang tak ingin ketinggalan di era revolusi industri 4.0 ini, maka Anda perlu
mengikuti tips di bawah ini:
1. Miliki kemampuan dasar menjadi leader
Penting bagi seorang pemimpin bisnis untuk bisa berkomunikasi dengan baik kepada tim.
Sampaikan tujuan, visi dan misi Anda ke depan kepada tim dengan cara yang mudah
dipahami, serta yakinkan tim dapat mengikuti semua itu.Yang terpenting, seorang pemiimpin
harus bisa membangun kepercayaan pada tim. Yakinkan bahwa tim Anda bisa mencapai
seluruh target dengan strategi yang sudah Anda tentukan.
2. Cepat mengambil keputusan
Era Revolusi Industri 4.0 berkaitan erat dengan teknologi dan digitalisasi. Semuanya kini
bergerak sangat cepat. Sudah tak ada lagi pemimpin yang menunggu laporan dari bawahan
dan menganalisa suatu kondisi setelah seminggu lamanya. Saat ini, pemimpin perlu bergerak
cepat, bahkan bila perlu turun langsung ke lapangan. Hal tersebut perlu dilakukan agar
pemimpin dapat mengambil keputusan dengan cepat. Pasalnya, bila terlambat sedikit saja
mengambil keputusan maka bukan tak mungkin Anda bisa melewatkan peluang yang
bergerak sangat cepat saat ini. Bahkan, bisa-bisa kompetitor mengambil langkah tersebut
duluan alias sudah maju selangkah lebih dulu daripada perusahaan Anda.
3. Pilih dan bangun tim Anda sendiri
Di tengah pergantian massa dari manusia ke mesin sejatinya benar-benar terjadi di era
revolusi industri 4.0 ini. Hampir seluruh pekerjaan sudah bisa diambil alih oleh mesin
sehingga sumber daya manusia yang perlu dipekerjakan mulai berkurang. Hal ini tentu
berdampak pada pembentukan tim di sebuah perusahaan. Tentu bukan pekerjaan mudah
untuk bisa menentukan siapa yang pantas masuk ke tim Anda di tengah banyaknya orang
yang ingin bergabung. Ditambah, kriteria generasi millennial yang berbeda dengan generasi
sebelumnya bisa menjadi tantangan baru. Selain memilih, Anda juga harus membangun tim
itu sendiri. Sebab itu satu-satunya cara agar tim Anda bisa loyal dan lebih cepat produktif.
Menjadi pemimpin sebuah perusahaan memang tak akan mudah. Berbagai tantangan
harus dihadapi. Lebih lagi, seorang pemimpin harus cepat beradaptasi pada berbagai
perubahan, termasuk iklim bisnis. Leader dan organisasi yang tidak beradaptasi dengan cepat
dari pemikiran tradisional akan punah. Perusahaan yang bergerilya yang terkoneksi,
berkolaborasi, yang terus belajar, terbuka akan perubahan, yang memiliki tim yang bergairah
dan semangat maju, yang memiliki dan mengadaptasi teknologi atau cara yang lebih maju
akan menjadi pimpinan di Industrinya.
Leader juga harus berani, mau menerima, mendorong, dan memotivasi tim untuk
memberikan feedback terhadap kepemimpinannya demi kemajuan bersama. Akan lebih baik
ketika leader juga dapat menantang dirinya untuk keluar dari zona nyaman dengan
melakukan coaching dan menerima feedback dari orang diluar organisasi.
Pola pikir kewirausahaan korporasi menghasilkan pola sikap yang membentuk pola
tindak. Pola pikir (mindset) merupakan pedoman seseorang untuk mengetahui tindakan-
tindakan yang harus dilakukannya dan menghasilkan pola sikap (behavior), yaitu keinginan
untuk melakukannya. Pola sikap inilah yang selanjutnya membentuk pola tindak (action)
untuk mewujudkannya dalam sebuah tindakan nyata.
Pola pikir kewirausahaan korporasi menuntun seseorang untuk mengetahui hal-hal terbaik
yang patut dilakukan sebagai seorang karyawan. Pola pikir tersebut akan mendorong
seseorang untuk bersikap sebagai seorang karyawan dan bertindak untuk kebaikan dirinya,
tim, dan perusahaan. Pola pikir kewirausahaan korporasi bukan hanya membangun kinerja
individu tetapi juga membangun kinerja tim dan kinerja perusahaan.
Di era disruptif, perusahaan perlu mengembangkan pola pikir kewirausahaan korporasi
pada setiap karyawan untuk menghadapi perubahan dan dinamika bisnis yang semakin
kompleks.
Perwujudan pola pikir kewirausahaan korporasi bisa dilakukan perusahaan dengan
menciptakan iklim dan budaya kewirausahaan pada perusahaan, menciptakan konflik yang
mengarah pada persaingan berprestasi antar karyawan, memberikan tantangan berprestasi
pada karyawan di setiap lini sesuai dengan kapasitasnya, menyediakan fasilitas dan dukungan
bagi pengembangan diri dan keahlian setiap karyawan, memberikan peluang yang sama
kepada setiap karyawan untuk maju dan berprestasi.
Perusahaan perlu untuk mendukung karyawan menerapkan ide-ide sederhana yang bisa
menjadi suatu inovasi bermanfaat, membuka diri terhadap setiap masukkan, keluhan, dan
saran dari karyawan. Perusahaan sebaiknya memberikan penghargaan kepada setiap
karyawan yang berprestasi. Bentuk penghargaan tidak selalu harus berupa materi tetapi
penghargaan yang bisa menjadi kebanggaan dan meningkatkan rasa percaya diri karyawan.
Di era disruptif, karyawan perlu memiliki pola pikir kewirausahaan korporasi dengan
melakukan setiap pekerjaan secara tulus dan menjiwainya untuk mencapai hasil terbaik,
memulai kepemimpinan dan kejujuran dari dirinya sendiri, sehingga menjadi teladan bagi tim
yang dipimpinnya, tangguh dan ulet saat mencari solusi untuk mengatasi kendala yang
terjadi, memiliki rasa kepedulian dan bertanggungjawab terhadap dirinya, timnya, dan
perusahaan.
Karyawan diharapkan dapat selalu menjaga semangat kewirausahaan korporasi dan
menanamkannya dalam pola pikir yang dimiliki. Walaupun pola pikir kewirausahaan
korporasi memungkinkan untuk ditularkan kepada orang lain tetapi tidak ada jaminan
kesamaan kandungan kewirausahaan korporasi pada pola pikir yang dimiliki oleh orang lain.
Pola pikir kewirausahaan korporasi bersifat jangka panjang tetapi memungkinkan untuk
berubah akibat dipengaruhi faktor lingkungan dan budaya baru yang dialami seseorang. Pola
pikir kewirausahaan korporasi tidak dapat dipaksakan atau secara singkat dimunculkan dalam
diri seseorang karena hal ini tergantung dari dukungan perusahaan dan cara orang tersebut
menyikapi pekerjaannya
Revolusi Industri Era 4.0
Pengertian
Nama istilah industri 4.0 bermula dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah
Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur (Yahya, 2018). Jerman merupakan
negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi
digital. Era revolusi industri ini juga dikenal dengan istilah Revolusi digital dan era disrupsi.
Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya. Menurut (Kasali, 2018)
Disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Dari istilah di atas maka disrupsi bisa diartikan
sebagai perubahan inovasi yang mendasar atau secara fundamental. Di era disrupsi ini terjadi
perubahan yang mendasar karena terjadi perubahan yang masif pada masyarakat dibidang
teknologi di setiap aspek kehidupan masyarakat.
Seperti dijelaskan dalam (RISTEKDIKTI, 2018) Ciri-ciri Era Disrupsi dapat dijelaskan
melalui (VUCA) yaitu Perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang sulit ditebak
(Volatility), perubahan yang cepat menyebabkan kitdak pastian (Uncertainty), terjadinya
compleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan (Complexity), Kekurangjelasan
arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas (Ambiguity). Pada Era ini teknologi informasi
telah menjadi basis atau dasar dalam kehidupan manusia termasuk dalam bidang bidang
pendidikan di Indonesia, bahkan di dunia saat ini tengah masuk ke era revolusi sosial industri
5.0. Pada Era Revolusi industri 4.0 beberapa hal terjadi menjadi tanpa batas melalui teknologi
komputasi dan data yang tidak terbatas, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh perkembangan
internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan
konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia,
termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.
Bagaimana kebijakan Pemerintah dalam menyelenggarakan Pendidikan di Era Revolusi
Industri 4.0? Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah langkah strategis
yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini dilakukan untuk
mempercepat terwujudnya visi nasional yang telah ditetapkan untuk memanfaatkan peluang
di era revolusi industri keempat. Salah satu visi penyusunan Making Indonesia 4.0 adalah
menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di
dunia pada tahun 2030 (Satya, 2018). Peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu
bagian dari 10 prioritas dalam melaksanakan program making indonesia 4.0. SDM adalah hal
yang penting untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan Making Indonesia 4.0. Indonesia
berencana untuk merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada STEAM
(Science, Technology, Engineering, the Arts, dan Mathematics), menyelaraskan kurikulum
pendidikan nasional dengan kebutuhan industri di masa mendatang. Indonesia akan bekerja
sama dengan pelaku industri dan pemerintah asing untuk meningkatkan kualitas sekolah
kejuruan, sekaligus memperbaiki program mobilitas tenaga kerja global untuk memanfaatkan
ketersediaan SDM dalam mempercepat transfer kemampuan (Hartanto, 2018).
Diketahui bahwa Fokus keahlian bidang Pendidikan abad 21 saat ini meliputi cretivity,
critical thingking, communication dan collaboration atau yang dikenal dengan 4Cs.

Gambar 2.1 Ketrampilan Abad 21

Revolusi Industri 4.0 sebagai perkembangan peradaban modern telah kita rasakan


dampaknya pada berbagai sendi kehidupan, penetrasi teknologi yang serba disruptif,
menjadikan perubahan semakin cepat, sebagai konsekuensi dari fenomena Internet of Things
(IoT), big data, otomasi, robotika, komputasi awan, hingga inteligensi artifisial (Artificial
Intelligence).
Fenomena disrupsi yang mewarnai perkembangan peradaban Revolusi Industri 4.0,
dengan dukungan kemajuan pesat teknologi, akan membawa kita pada kondisi transisi
revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup, bekerja, dan relasi
organisasi dalam berhubungan satu sama lain.
Perubahan lanskap ekonomi politik dan relasi organisasi sebagai konsekuensi Revolusi
Industri 4.0 menjadikan transformasi organisasi pemerintah sebagai suatu keniscayaan dalam
berbagai skala ruang lingkup, dan kompleksitasnya. Transformasi organisasi pemerintah ini
menjadi kata kunci yang harus terus diupayakan sebagai instrumen bagi aparat pemerintah
agar responsif terhadap perubahan.
Transformasi organisasi pemerintah ini semakin relevan untuk dipacu percepatannya
bila kita merujuk pendapat Klaus Schwab, Executive Chairman World Economic Forum,
yang memberikan hipotesa saat ini miliaran orang telah terhubung dengan perangkat mobile,
penemuan kecepatan pemrosesan byte demi byte data internet, yang telah meningkatkan
kapasitas pengetahuan manusia melebihi sistem konvensional.
Hal ini menjadikan akses terhadap ilmu pengetahuan begitu terbuka secara nyata, tidak
terbatas dan belum pernah terjadi sebelumnya. Semua ini bukan lagi mimpi, melalui
terobosan teknologi baru di bidang robotika, Internet of Things, kendaraan otonom,
percetakan berbasis 3-D, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu material, penyimpanan energi,
dan komputasi kuantum.
Seperti kita ketahui bersama, dampak dari revolusi industry keempat salah satunya adalah
otomatisasi dan berkurangnya jumlah tenaga kerja manusia dalam produksi. Seperti dicatat
oleh Klaus Schwab, Industri IT di Lembah Silicon tahun 2014 menghasilkan pendapatan
sebesar AS$1,09 triliun hanya mempekerjakan 137,000 orang. Sementara tahun 1990an,
Detroit yang menjadi pusat tiga perusahaan otomotif besar dunia mempekerjaan sepuluh kali
lebih banyak untuk menghasilkan pendapatan yang sama (Scwab 2017).
Dengan berbagai fenomena kemajuan teknologi serta dampaknya tersebut di
atas, menjadi nyatalah urgensi transformasi organisasi pemerintah untuk menjawab tuntutan
akuntabilitas publik dan transparansi yang semakin tinggi dewasa ini akibat perkembangan
era Revolusi Industri 4.0.
Perkembangan era Revolusi Industri 4.0 yang membawa konsekuensi meningkatnya
tuntutan akuntabilitas dan transparasi dari organisasi pemerintah serta responsif yang tinggi
dan cepat, hal ini membawa perubahan paradigma design organisasi.

Pemimpin Era Industri 4.0


Kepemimpinan adalah suatu sifat yang berani dan bisa mengambil suatu keputusan
yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan moral dan logikanya. Baik adalah dari
ukuran moral bagi pemimpin pemerintah sedangkan kebenaran adalah ukuran logika
kepemerintahan, mereka yang mengandalkan logika tanpa moral cenderung tirani dalam
kekuasaannya. Menurut Brodjonegoro (2018) tenaga kerja dalam semua bidang pada era
Revolusi Industri 4.0 dituntut memiliki keterampilan digital, baik tenaga teknis maupun
tenaga kerja manajerial. Selain tuntutan keterampilan yang sesuai, ternyata keterampilan
sosial juga sangat diperlukan dalam bekerja di era Revolusi Industri 4.0.
Hasil kajian di beberapa negara maju menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kebutuhan kecakapan non-rutin analitis dan kecakapan non-rutin interaktif. Sedangkan
kebutuhan kecakapan rutin kognitif, non-rutin manual, dan rutin manual mengalami
penurunan. Kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan yang mengikuti tuntutan
revolusi industri 4.0. pemimpin yang mengikuti perkembangan teknologi pemimpin harus
memiliki keterampilan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan
pendidikan dan pengajaran di era revolusi industrI 4.0. Gaya kepemimpinan yang paling
efektif adalah gaya kepemimpinan yang dapat mendorong atau memotivasi bawahannya,
menumbuhkan sikap positif bawahan pada pekerjaan dan organisasi, dan mudah
menyesuaikan dengan segala situasi.
Peluang bisnis dalam era ekonomi digital ini ditangkap oleh salah seorang pengusaha
muda, Nadiem Makarim. Ia merupakan seorang berkebangsaan Indonesia yang mendapat
gelar Master of Business Administration dari Harvard Business School. Pada tahun 2010, ia
mendirikan perusahaan bisnis yang bergerak dengan bantuan teknologi digital, yakni Go-jek.
Inovasi tersebut kini menjadi salah satu bentuk revolusi kreatif di bidang layanan
transportasi. Semuanya dipelopori oleh kehadiran gadget, alat komunikasi yang mengalami
perkembangan pesat saat ini.
Nadiem Makarim dengan Go-Jeknya mampu menciptakan lapangan kerja, setidaknya
ia dapat mengurangi pengangguran di Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah. Tukang
ojek sekarang bukan hanya sebuah profesi yang dipandang sebelah mata, namun kini menjadi
profesi bergengsi yang memang kehadirannya dibutuhkan masyarakat. Dengan usaha keras
Nadiem mampu mengusung Gojek menjadi bisnis yang popular, walaupun di tengah-tengah
perjalanan bisnisnya Ia menemukan permasalahan seperti gesekan dengan tukang ojek
tradiosional karena dianggap merebut atau mengurangi pendapatannya namun Ia tetep
semangat untuk memperjuangkan dan mengembangkan usaha Gojeknya. Bahkan sekarang Ia
hendak memperluas usahanya tidak sebatas ojek mengatar penumpang semata tetapi juga
sebagai kurir daan pengantar makanan. Semangat, kecekatan, kepedulian dan sikapnya yang
tidak mudah menerima keadaan yang ia hadapi sekarang menjadikan inspirasi pemimpin di
era revolusi industri 4.0.
Dalam menajalankan tugasnya sebagai pemimpin di era industry. Sesorang harus
memiliki formula 4C dalam menjalankan tugasnnya, yaitu:
1. Critical Thinking: sebagai pemimpin tidak cukup pintar saja tetapi juga harus kritis terhadap
segala hal., karena di era industry 4.0 menuntut sesorang harus detail, jika pemimpin tidak
bisa berfikir kritis maka pemimpin tersebut akan tergerus oleh zaman.
2. Creativifity, yakni mampu melahirkan inovasi-inovasi baru. Sebagai contoh negara Korea
Selatan yang memiliki income tinggi karena kreativitasnya yang muncul dari motivasi ingin
mengalahkan Jepang. “Memang mereka (Korsel) itu banyak mencontoh tapi sisi kreatifnya
muncul,”
3. Communication, pemimpin mampu berkomunikasi dengan baik dengan segala unsur, bisa di
ibaratkan jika pemimpin membuat karya yang bagus di era industry ini, tetapi tidak di
komunikasi kepada public, maka juga akan percuma.
4. Collaboration, yaitu kemampuan yang harus dimiliki pemimpin di era industry 4.0. Dengan
berkolabaorasi maka usaha atau pekerjaan kita akan semakin mudah dan berkembang, hal ini
masih berkaitan formula sebelumnya yaitu komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Albanese, Robert, David D. van Fleet. 1994. Organizational Behavior : A Managerial
Viewpoint, Texas: Dryden Press

Owens, James. 1973. Organizational Behaviorin Education. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Gliffs Hosstra University

Stogdill, Ralph M., Handbook of Leadership, Free Press, New York, 1974.

Stoner, James AF., & Charles Wankel. 1986. Manajemen Edisi Tiga, jilid 2. Alih Bahasa
Wilhelmus W, Bakowatun. Jakarta: Intermedia

Tannenbaum, R., Weschler, I. and F. Massarik. 1961. Leadership and Organization: A

Behavioral Approach. New York: McGraw Hill Book Co, Inc.

JURNAL

Susilo, Istiqomah Qodriani Fajrin Heru. 2018. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 61 No.
4 Agustus 2018

Tampubolon, BD. 2007. Jurnal Standarisasi Vol. 9 No. 3 tahun 2007:106-115

INTERNET

https://www.academia.edu/24267400/MAKALAH_KEPEMIMPINAN

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/teori-teori-kepemimpinan/

https://www.academia.edu/7635333/8_teori_utama_kepemimpinan

http://kumpulanfiledokument.blogspot.com/2014/08/makalah-kepemimpinan.html

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/viewFile/1938/pdf

https://www.jurnal.id/id/blog/kembangkan-kemampuan-multidimensional- anda/

Anda mungkin juga menyukai