Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SINDROM ACHONDROPLASIA

Disusun oleh :
M. Aditya Wardhana 1306408523
Meidha Putri G 1306376940
Runia Aisyah 1306396965
Satya Muslimah 1306377171
Sekar Alinda N 1306411953
Yulietta K 1306480401
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani; achondros yaitu tidak memiliki kartilago
dan plasia yaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Parrot (1878) ini secara
harfiah berarti pembentukan kartilago menjadi tulang – tulang (terutama tulang panjang) yang
terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara
autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen
secara spontan.
Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Istilah lain yang biasa digunakan
untuk penyakit ini antara lain Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis,
Chondrodystrophy Syndromeatau Osteosclerosis Congenital. Umumnya pertumbuhan tulang
yang normal bergantung pada produksi tulang rawan, yaitu sebuah jaringan ikat fibrosa. Asupan
kalsium ke dalam tubuh secara normal akan disimpan dalam tulang rawan sehingga tulang rawan
akan mengeras menjadi tulang. Namun pada penyakit Achondroplasia, kelainan menyebabkan
pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki, menjadi terhambat dimana pada saat
itu juga terjadi proses penebalan tulang. Selain itu bukaan di tengkorak menuju sumsum tulang
belakang dan sumsum tulang belakang itu sendiri berukuran lebih kecil dari ukuran biasanya
sehingga terjadi akumulasi cairan yang berlebihan dikepala.
Seseorang yang mengidap Achondroplasia ini memiliki lengan tangan dan kaki yang
pendek. Umumnya kepala dan tulang belakang mereka normal, namun dengan adanya lengan
dan kaki yang pendek tersebut menyebabkan kepalanya terlihat lebih besar. Selain itu terjadi
penonjolan yang cukup ekstrim pada bagian dahi dan hidung (hidung pelana). Terjadi pula
pembentukan midface deficiency yang terlihat mencolok pada bagian rahang penderita. Saat
menginjak usia dewasa terjadi pula perkembangan otot yang berlebihan. Penyakit lain yang
mungkin timbul sebagai komplikasi penyakit ini adalah gangguan pendengaran seperti infeksi
telinga bagian tengah dan gangguan saraf. Tinggi badan penderita biasanya tidak lebih dari
130cm. Namun intelegensi, mental dan kemampuan reproduksi penderita penyakit ini tidak
mengalami gangguan.
  Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen faktor reseptor
pertumbuhan fibroblast 3, atau FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek
kromosom 4p16.3 Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein
yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang
secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada
hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida
1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini
mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim
yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi membentuk kondroblas.
Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap
menjadi dewasa membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan
mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks
ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan
normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanya mutasi gen FGFR3 padaAchondroplasia  menyebabkan gangguan pada proses osifikasi
endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan
(growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Besarnya kemungkinan terlahirnya bayi yang mengidapAchondroplasia adalah 1/10.000
kelahiran hidup. Selain itu pula didapatkan sekitar 80% Achondroplasia terjadi karena adanya
mutasi genetik yang terjadi secara spontan. Penyakit ini merupakan penyakit genetika yang dapat
diturunkan oleh autosom dominan maupun karana mutasi yang terjadi secara spontan, artinya
meskipun kedua orang tua tidak memiliki gen penyakit ini, mereka memiliki kemungkinan untuk
melahirkan seorang anak yang mengidapAchondroplasia. Apabila salah satu orang tua memiliki
gen penyakit ini maka kemungkinan anaknya mengidap penyakit ini sebesar 50%, heterozygot
achondroplasia. Jika kedua orang tua menderita Achondroplasia, maka peluang untuk
mendapatkan anak normal 25%, anak yang menderitaAchondroplasia 50% dan 25% anak
dengan homozigot Achondroplasia(biasanya meninggal). Achondroplasia dapat terjadi pada
laki-laki maupun perempuan dengan frekwensi yang sama besar. Fakta menarik yang ditemukan
dari penyakit ini adalah bahwa jumlah anak yang terlahir mengidap penyakit Achondroplasia
kemungkinanya semakin besar seiring dengan semakin tuanya usia ayah sedangkan kebanyakan
penyakit genetik lebih banyak terkait seiring dengan bertambahnya usia ibu. Penyakit
Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit yang menyebabkan cacat secara morfologi yang
juga mempengaruhi kinerja organ – organ tubuh. Penyakit komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sehingga penderita penyakit ini dapat
memiliki jangka waktu hidup yang normal.
Makalah ini akan membahas mengenai penyakit Achondroplasia, bagaimana penyakit ini
dapat diwariskan dan gen apa yang menyebabkan terjadinya penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari achondroplasia
2. Apa penyebab munculnya achondroplasia beserta ephidemologinya
3. Bagaimana ciri ciri penderita achondroplasia
4. Bagaimana gejala-gejala yang menderita achondroplasia
5. Bagaimana diagnosis dan pengobatan penderita achondroplasia
6. Bagaimana pencegahan achondroplasia

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dari achondroplasia
2. Untuk mengetahui penyebab munculnya achondroplasia beserta ephidemologinya
3. Untuk mengetahui ciri ciri penderita achondroplasia
4. Untuk mengetahui gejala-gejala yang menderita achondroplasia
5. Untuk mengetahui diagnosis dan pengobatan penderita achondroplasia
6. Untuk mengetahui pencegahan achondroplasia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Istilah Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia
berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan.
Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun
sebenarnya individu dengan Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah gangguan
pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulang-tulang panjang.
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan
osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada
lengan pendek kromosom 4p16. Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang
yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu,
Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial. Achondroplasia juga dikenal
dengan nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy
Syndrome atau Osteosclerosis Congenital.

2.2 Penyebab
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen FGFR3 (fibroblast
growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16. Gen FGFR3 berfungsi memberi
instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan
tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada
gen FGFR3 bertanggung jawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus,
terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Perubahan basa nukleat glisin
menjadi arginin ini terjadi pada posisi 380. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C.
Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim
yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi membentuk kondroblas.
Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap
menjadi matur membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan
mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks
ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan
normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanya mutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi
endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan
(growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Pada lingkup kraniofasial yang terpengaruh adalah basis kranium dan bagian tengah
wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk secara osifikasi endokondral. Rongga
kranium dan maksila dibentuk secara osifikasi intramebranosa, sedangkan mandibula dibentuk
melalui osifikasi periosteal dan aposisi Basis kranium yang kurang berkembang pada penderita
Achondroplasia berpengaruh pada perkembangan maksila, karena pertumbuhan basis kranium
akan mendorong maksila ke anterior dan ke bawah. Saat perlekatan maksila ke ujung anterior
basis kranium, perpanjangan atau pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila ke
anterior. Sampai usia 6 tahun, pergerakan dari pertumbuhan basis kranium adalah bagian penting
dalam pertumbuhan maksila ke anterior. Kegagalan perkembangan atau pertumbuhan basis
kranium secara normal pada penderita Achondroplasia, memberikan karakteristik midface
deficiency atau hypoplasia midface. Hal ini yang mengakibatkan maksila menjadi retrognatik,
sedangkan mandibula normal atau sedikit prognatik, sehingga menghasilkan hubungan rahang
Klas III. Hypoplasia midface juga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan atas sehingga
meningkatkan resiko gangguan pernafasan, gangguan fonetik dan infeksi telinga
Mutasi gen pada Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance namun sekitar
85-95% kasus merupakan mutasi genetik yang spontan. Apabila salah satu orang tuanya
mengalami penyakit ini maka anaknya memiliki potensi terkena penyakit ini sebanyak 50 persen.
Dan apabila kedua orang dua terjangkit penyakit ini maka kemungkinan keturunannya mengalai
penyakit ini lebih besar lagi. Mutasi pada Achondroplasia sangat erat kaitannya dengan kenaikan
umur sang ayah, penelitian menujukan bahwa mutasi gen pada achondroplasia tertutama
diturunkan dari sang ayah dan terjadi saat pembentukan sperma (spermatogenesis).

2.3 Epidemiologi
Gardner (1977) memperkirakan kadar mutasi sebanyak 0.000014. Tingkat prevalensi
achondroplasia adalah antara 0,5 dan 1,5 dari 10.000 kelahiran. Kadar mutasi diperkirakan antara
1,72 dan 5.57 x 10(-5) per gamet per generasi. Kisaran yang dinyatakan merupakan konsekuensi
dari ketidakpastian diagnosis dalam beberapa kasus. (Kelompok Displasia achondrogenesis
thanatophoric memiliki prevalensi antara 0.2 dan 0,5 dari 10.000 kelahiran. Osteogenesis
imperfecta memiliki prevalensi 0.4 dari 10.000 kelahiran. Hanya 1 kasus). Di county Fyn di
Denmark, Andersen dan Hauge (1989) memperkirakan prevalensi achondroplasia berdasarkan
studi terhadap semua anak yang lahir dalam jangka waktu 14 tahun. Di Spanyol, Martinez-Frias
et al. (1991) menemukan frekuensi achondroplasia dari 2.53 per 100.000 kelahiran hidup.
2.4 Ciri – ciri dan Gejala Sindrom Achondroplasia
Achondroplasia adalah suatu kondisi yang berbeda yang biasanya dapat diketahui pada
saat lahir.
 Batang tubuh dan tungkai pendek . tungkai bengkok dan segmen tungkai proksimal lebih
pendek (rhizomelia). Cranium biasanya lebih besar daripada presentil ke 97 pada
lingkarannya dengan penonjolan frontal dan jembatan hidung rata.
 Kepala besar dengan dahi menonjol, tulang pipi yang kurang menonjol, dan hidung yang
kecil
 Jari-jari bayi yang terkena achondroplasia pendek dan jari tengah memiliki kelainan atau
kecacatan. Kebanyakan persendiannya dapat memanjang lebih dari normal. Sebagai
contoh, lutut dapat memanjang melampaui titik berhenti yang normal.
 Bayi dengan achondroplasia akan mengalami hypotonia. Hal ini disebabkan karena
kepala yang besar, terutama dibandingkan dengan seluruh tubuh, anak dengan
achondroplasia akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan dibandingkan anak-
anak lainnya.

2.5 Diagnosa dan Pengobatan


Diagnosa achondroplasia dapat didasarkan pada ciri-ciri atau karakteristik fisik yang
khas. Karakteristik tersebut dapat dilihat oleh radiologi (X-ray), USG, dan teknik pencitraan lain.
Dengan pencitraan USG, diagnosis achondroplasia sudah dapat diduga kuat sebelum kelahiran.
Diagnosis molekul achondroplasia sebelum kelahiran mungkin dilakukan jika ada
kecurigaan diagnosis atau peningkatan risiko (seperti orangtua memiliki riwayat achondroplasia).
Dalam suatu keluarga dengan kedua orang tua memiliki achondroplasia, diagnosis prenatal
mungkin sangat berguna. Tujuannya adalah untuk membedakan achondroplasia homozigot yang
fatal (dengan dua salinan dari gen yang cacat) dengan achondroplasia heterozigot (dengan satu
salinan gen achondroplasia) dari normal. Diagnosis sebelum kelahiran dilakukan dengan
memeriksa sel yang diperoleh dengan chorionic villus sampling (CVS) atau amniocentesis.
Sedangkan, untuk pengobatan sindrom achondroplasia, saat ini telah tersedia banyak
pilihan pengobatan untuk penderita achondroplasia. Pilihan pengobatan tersebut adalah
1. Terapi peptida BMN-111
BMN-111 adalah analog dari tipe C natriuretic peptide (CNP), sebuah peptida
siklik kecil yang merupakan regulator positif dari pertumbuhan tulang. Hal ini
dihasilkan dan memiliki reseptor di lempeng pertumbuhan, dan bersama dengan
reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR3) mengatur pertumbuhan tulang
normal. Selain bertubuh pendek, ada komplikasi dalam achondroplasia yang terkait
dengan kompresi tulang (misalnya penyempitan foramen magnum, stenosis tulang
belakang, penyempitan saluran pernapasan atas) dari jaringan saraf atau jaringan lain.
2. Operasi
Intervensi bedah kadang-kadang diperlukan untuk memperbaiki kelainan rangka
tertentu. Beberapa operasi yang dapat dilakukan adalah
 Fusi tulang belakang — Operasi ini diindikasikan untuk pasien dengan signifikan
kyphosis tulang belakang.
 Laminektomi — Membedah operasi kanal spinal untuk mengurangi tekanan pada
sumsum tulang belakang dan stenosis tulang belakang. Stenosis tulang belakang
dan penyempitan kanal spinal merupakan komplikasi paling serius dari
achondroplasia.
 Osteotomi — tulang kaki dipotong dan diikat dalam posisi anatomi yang benar.
Prosedur ini diindikasikan untuk pasien dengan deformitas yang parah pada lutut
atau bengkok kaki.
2.6 Pencegahan
Satu-satunya bentuk pencegahan adalah melalui genetika konseling, yang dapat
membantu orang tua mereka menilai risiko memiliki anak dengan achondroplasia. Pembelajaran
dan penelitian mengenai penyakit ini, pencegahan dan penanggulangannya dirasakan perlu
mendapat perhatian yang besar dan mendalam sehingga kemunculan penyakit ini pada kelahiran
bayi dapat diminimalisir, dengan begitu angka kematian dan jumlah individu pengidap penyakit
ini pun dapat dikurangi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Achondroplasia merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara autosom
dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara
spontan. Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Pada penyakit Achondroplasia,
kelainan menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki, menjadi
terhambat dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan tulang. Tingkat prevalensi
achondroplasia diperkirakan antara 0,5 dan 1,5 dari 10.000 kelahiran dengan kadar mutasi
0.000014. Achondroplasia memiliki gejala yang dapat diketahui sejak lahir seperti tungkai yang
pendek, tulang-tulang yang pendek, kepala yang besar, dll. Diagnosis molekul achondroplasia
sebelum kelahiran mungkin dilakukan jika ada kecurigaan diagnosis atau peningkatan risiko
(seperti orangtua memiliki riwayat achondroplasia). Dalam suatu keluarga dengan kedua orang
tua memiliki achondroplasia, diagnosis prenatal mungkin sangat berguna. Sedangkan, untuk
pengobatan sindrom achondroplasia, saat ini telah tersedia banyak pilihan pengobatan untuk
penderita achondroplasia, diantaranya terapi peptida BMN-111 dan operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. http://primanandafauziah.blogspot.com/2010/11/achodroplasia-what-why.html
2. http://www.medicinenet.com/achondroplasia/article.htm
3. http://www.slideshare.net/nsyafiq/common-medical-problems-in-special-needs-people
4. http://smakita.com/2013/07/gangguan-genetik-manusia-penyebab-jenis-contoh.html
5. http://joycegen677s10.weebly.com/
6. http://bones.emedtv.com/achondroplasia/cause-of-achondroplasia.html
7. http://genetics.emedtv.com/achondroplastic-dwarfism/achondroplastic-dwarfism.html
8. epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19703/4/Chapter%20I.pdf
9. http://omim.org/entry/100800
10. http://www.medicinenet.com/achondroplasia/page2.htm

Anda mungkin juga menyukai