Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan memegang peran penting dalam berjalannya suatu program
karena kesuksesan atau kegagalan program dimulai dari tahap tersebut.
Perencanaan yang baik dan matang akan mempermudah pelaksanaan program,
begitu pula sebaliknya. Perencanaan dikatakan baik apabila telah
memperhitungkan semua kemungkinan yang dapat terjadi ketika program
tersebut telah dilaksanakan.
Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi dan akan berpengaruh secara
signifikan terhadap pelaksanaan program adalah perubahan. Perubahan
merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi. Perubahan disebabkan oleh
banyak hal antara lain teknologi yang berkembang pesat, kompetisi global.
Model unfreeze-change-refreeze dari Kurt Lewin sering disebut-sebut
karena  Lewinlah yang paling awal mempelopori teori ini. Model Lewin ini
juga banyak  menginspirasi model manajemen yang dikembangkan kemudian.
Kurt Lewin mengajukan teori tiga tahap perubahan dan sering disebut sebagai
pencairan (unfreeze), perubahan (change) dan pembekuan kembali   (freeze or
refreeze). Meski teori tersebut sering dikritik karena dianggap terlalu
sederhana, namun model Kurt Lewin masih sangat relevan dan banyak model
perubahan lebih modern lainnya masih mendasari pandangan-pandangannya
pada model Kurt Lewin.
Dalam memperhitungkan perubahan tersebut diperlukan sebuah alat yang
dapat mengukur dan memetakan perubahan dan kekuatan yang dimiliki secara
objektif seperti Force Field Analysis Kurt Lewin yang akan dibahas lebih
lanjut.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa pengertian Force Field Analysis menurut Kurt Lewins?
b. Apa saja kegunaan Force Field Analysis Kurt Lewin?

1
2

c. Apa saja tahap-tahap perubahan Kurt Lewin?


d. Apa kelebihan dan kekurangan Force Field Analysis Kurt Lewin?
e. Bagaimana aplikasi teori Force Field Analysis menurut Kurt Lewin dalan
bidang kesehatan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Force Field Analysis menurut Kurt Lewin
b. Untuk mengetahui kegunaan Force Field Analysis Kurt Lewin
c. Untuk mengetahui tahap-tahap perubahan Kurt Lewin
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Force Field Analysis Kurt
Lewin
e. Untuk mengetahui aplikasi teori Force Field Analysis menurut Kurt Lewin
dalan bidang kesehatan
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Force Field Analysis

Analisis medan daya merupakan suatu alat alat analisis yang digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran
dalam perubahan dan mengidentifikasikan berbagai sebab yang mungkin
serta pemecahan dari suatu masalah. Alat analisis ini juga dikenal dengan
nama “Force Field Analysis”.

Force field analysis berguna untuk mempelajari situasi yang


memerlukan perubahan. Hal ini didasarkan pada ide bahwa terdapat dua
kekuatan yang saling berhadapan dalam sebuah usaha perubahan. Kekuatan
pertama mendukung perubahan dan kekuatan kedua menolak perubahan.
Analisis tersebut memberikan tawaran yang bisa dilakukan yaitu
memperkuat kekuatan pendukung dan menetralkan kekuatan yang menolak.

Analisis medan daya (force field analysis), dikembangkan oleh Kurt


Lewin (1951) dan secara luas digunakan untuk menginformasikan
pengambilan keputusan, terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan
program manajemen perubahan dalam organisasi. Analisis ini adalah
metode yang kuat untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dari
kekuatan-kekuatan yang berbeda yang bekerja pada isu perubahan
organisasi yang potensial, serta digunakan pula untuk menilai sumber dan
kekuatan mereka.

Tujuan analisis diatas adalah membuat suatu kerangka kerja yang


mendorong suatu organisasi ataupun individu untuk melakukan hal-hal
penting seperti berikut :

a. Berpikir sebelum merencanakan.


b. Mempertimbangkan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk
menghadapi ganjalan yang tidak mau berubah.

3
4

c. Membantu manajemen dalam melakukan pembenahan/ perubahan.


d. Menganalisis tingkat kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain.
Melalui analisis medan kekuatan diharapkan kekuatan kelompok atau
organisasi dapat melakukan identifikasi kekuatan penghambat/penahan dan
kekuatan pendorong/penggerak, penilaian besar kekuatan “the strength of
each forces” dari masing-masing kekuatan dan memutuskan tindakan apa
untuk memaksimumkan kekuatan penggerak serta meminimumkan
kekuatan penahan.

2.2 Kegunaan Force Field Analysis


Force field analysis adalah alat yang umum yang digunakan untuk
menganalisis faktor yang ditemukan dalam permasalahan yang kompleks.
Sebagai alat untuk mengelola perubahan, force field analysis membantu
mengidentifikasi faktor yang harus diatasi dan dipantau jika perubahan
diharapkan dapat meraih kesuksesan.
Force field analysis adalah kelanjutan alamiah dari problem tree
analysis yang sering digunakan untuk membantu mengidentifikasi tujuan
suatu perubahan kebijakan. Force field analysis digunakan dan diterapkan
untuk melakukan manajemen perubahan. Perubahan dapat berhasil jika
kekuatan pendorong perubahan lebih besar daripada kekuatan penghambat
yang menolak perubahan
Sasaran utama Force Field Analysis dalam upaya mempengaruhi
kebijakan adalah menemukan cara untuk mengurangi kekuatan penghambat
sekaligus mencari peluang untuk mendapat keuntungan dari kekuatan
pendorong. Selama proses diskusi force field analysis diharapkan muncul
debat dan dialog diantara peserta kelompok. Hal ini merupakan bagian
penting dalam Force Field Analysis, dan diperlukan waktu untuk membahas
isu kunci. Temuan dan gagasan bisa muncul terkait dengan hal yang terkait
dengan kepedulian, masalah, symptom dan solusi. Semua proses perlu
dicatat dan ditelaah dan selanjutnya dapat diadakan konsensus tentang aksi
atau tindakan di waktu yang akan datang.
5

2.3 Tahap Perubahan Kurt Lewin


Pendekatan klasik tentang model manajemen perubahan yang diperkenalkan
oleh Kurt Lewin seperti pada gambar 2.1 mencakup tiga fase, yaitu fase
pencairan (Unfreezing the status quo), fase perubahan (Movement to the new
state) dan fase pembentukan kembali (Refreezing).
2.3.1 Tahap 1: Pencairan  (unfreezing)
Tahap unfreezing mungkin merupakan salah satu tahap yang paling
penting dalam  memahami model perubahan hingga saat ini. Tahap ini
membahas tentang persiapan untuk berubah. Atau suatu kesadaran dan
pemahaman bahwa perubahan mulai diperlukan, serta bersiap-siap untuk mulai
menjauh dari zona kenyamanan yang ada saat ini. Tahap pertama ini sering
disebut sebagai tahap persiapan diri baik secara individual maupun tim kerja,
sebelum suatu perubahan dilakukan, atau menciptakan situasi yang kondusif
bagi terjadinya suatu perubahan. Semakin kita merasa bahwa suatu perubahan
mendesak diperlukan, maka kita akan semakin termotivasi  untuk secepatnya
membuat perubahan. Lambat atau cepatnya proses pencairan menuju
perubahan ini akan bergantung pada sejauhmana perimbangan kekuatan antara
orang yang ‘pro’ dan ‘kontra’ dengan ide perubahan.
Oleh karena itu Kurt Lewin mengembangkan teori tentang analisis medan
kekuatan (force field analysis). Dalam hal ini bahwa banyak faktor kekuatan
yang berbeda-beda baik yang menentang maupun yang mendukung perubahan
yang perlu dianalisis. Jika faktor dukungan untuk melakukan perubahan
ternyata lebih besar ketimbang faktor yang menentang, maka kita dapat mulai
membuat suatu perubahan.
Sebaliknya, jika ide suatu perubahan ternyata banyak menemui tantangan,
maka mungkin suatu perubahan dapat dilokalisir di suatu unit atau departemen
organisasi tertentu yang lebih siap menerima suatu perubahan. Dengan
demikian Force Field Analysis sangat  berguna  dalam memahami dinamika
perilaku proses perubahan dan akan memberikan masukan tentang bagaimana
suatu perubahan  dapat dilakukan dengan baik. 
6

2.3.2 Tahap 2: Perubahan (change) – atau fase transisi


Kurt Lewin menyadari bahwa perubahan bukanlah suatu sensasi
spektakuler sesaat, melainkan sebuah proses yang ia sebut sebagai proses
transisional. Banyak orang yang mengatakan bahwa fase ini merupakan tahap
yang paling sulit karena seringkali orang tidak yakin atau bahkan takut dengan
ketidak pastian dari arah perubahan. Seumpama orang yang melakukan terjun
payung, ketika masih di dalam pesawat mungkin seseorang telah berhasil
membulatkan keberanian untuk melakukan penerjunan, dan sudah meyakini
manfaatnya.
Namun ketika sejenak dalam detik-detik yang menegangkan tiba saatnya
giliran kita untuk melompat, yaitu pada saat berada di bibir pintu dan
pandangan kita diarahkan kebawah, maka rasa ketakutan dan was-was bisa
menyerang kita kembali. Tetapi ketika akhirnya kita melakukan lompatan,
pada gilirannya kita banyak belajar tentang diri kita sendiri. Tentu saja hal ini
bukanlah fase yang mudah, karena seseorang butuh waktu untuk belajar dan
memahami perubahan serta bekerjasama dengan orang lain dalam menempuh
suatu perubahan. Oleh karena itu suatu dukungan sangat dibutuhkan, baik
berupa  pelatihan, pembinaan, umpan-balik yang kesemuanya merupakan
bagian dari suatu proses. Menggunakan model simulasi atau role-playing akan
menggugah orang untuk mengembangkan solusi atau resolusi mereka sendiri
untuk membantu membuat perubahan. Begitu juga memberikan gambaran
yang jelas tentang perubahan dan  tetap mengkomunikasikan tentang
perubahan akan sangat bermanfaat bagi setiap orang,  sehingga mereka tidak
melupakan arah  perubahan yang dituju. 
2.3.3 Tahap 3: Pembekuan ( freezing or refreezing)
Sebagaimana tersirat dalam pengertian freezing atau refreezing maka tahap
ini adalah tentang membangun stabilitas kembali setelah perubahan dibuat.
Demikian pula halnya bahwa perubahan yang telah terjadi mulai diterima
sebagai norma baru. Demikian pula selanjutnya setiap orang akan membentuk
hubungan baru dan menjadi nyaman dengan rutinitas mereka, yang
kesemuanya berjalan dalam waktu. Namun dalam dunia saat ini, perubahan
7

baru berikutnya bisa terjadi dalam beberapa minggu atau kurang, sehingga
adanya fase pembekuan mulai menuai kritik, mengingat tidak adanya cukup
waktu untuk memulihkan keadaan pada kondisi rutinitas yang nyaman.
Sehingga adanya tahap pembekuan dianggap tidak sesuai dengan
pemikiran modern tentang adanya perubahan yang terus menerus, dan  kadang-
kadang terjadi dalam proses yang kacau sehingga fleksibilitas yang besar
sangat dituntut. Dengan kata lain, pemikiran populer saat ini mulai
mempertanyakan tentang konsep pembekuan. Sebaliknya, kita harus berpikir
dan menyikapi tahap akhir ini secara lebih fleksibel, seperti kita memikirkan
adonan “milkshake” atau es krim yang lembut dengan rasa favorit saat ini,
bukan lagi berfikir tentang es balok yang beku dan kaku. Dengan pola pikir
yang fleksibel ini akan lebih memudahkan kita dalam melakukan
langkah  ‘unfreezing’ berikutnya.
Namun demikian jauh hari Kurt Lewin telah menulis, bahwa sebuah
perubahan menuju tingkat yang lebih tinggi seringkali berumur pendek, dan
biasanya kinerja tim kerja akan segera kembali ke tingkat sebelumnya. Kurt
Lewin juga mengingatkan bahwa perubahan yang dilakukan perlu diperkuat,
guna memastikan bahwa perubahan yang diinginkan dapat diterima dan
dipertahankan di masa depan. Kurt Lewin pun berpendapat agar pembekuan
yang dilakukan dapat mendukung perubahan lebih lanjut dan perlu dipastikan 
bahwa perubahan tersebut tidak menguap begitu saja. Model ADKAR adalah
model yang lebih modern tentang  perubahan yang secara eksplisit
menganjurkan tentang  langkah penguatan sebagai salah satu fase yang perlu
dilakukan. Disamping  itu suatu pembekuan perlu dikunci sebagai langkah
terakhir. Selama ini kita selalu berfikir, bahwa bicara mengenai perubahan
merupakan sebuah perjalanan yang memiliki awal, tengah, dan akhir.
Namun ada baiknya sekarang kita  berpikir dan menerima  kenyataan
bahwa perjalanan tersebut tidak memiliki akhir. Perlu beristirahat dan berhenti
sejenak masih dimungkinkan! Namun perlu disadari bahwa saat ini kita tengah
menempuh suatu perjalanan perubahan yang  tiada akhir. Karenanya perlu 
berhati-hati dalam berpikir seolah proses perubahan memiliki akhir yang pasti,
8

dan nampaknya model manajemen perubahan dari Kurt Lewin seolah-olah


menyarankan hal demikian.
Namun,  model Kurt Lewin tetap berguna dalam membingkai suatu proses
perubahan yang lebih mudah dimengerti. Tentu saja setiap tahap dapat
diperluas untuk membantu pemahaman yang lebih baik tentang proses
perubahan. Memahami  konsep unfreezing sekaligus menguasai  analisis
medan kekuatan, tentunya akan menambah wawasan dan membantu kita agar
lebih memahami tentang bagaimana kita berurusan dengan suatu perubahan.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Force Field Analysis Kurt Lewin
Setiap alat pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing
begitu pula dengan force field analysis. Berikut ini merupakan kelebihan dan
kekurangan dari force field analysis.
a. Kelebihan force field analysis adalah sebagai berikut:

1. Bisa memberikan masukan tentang bagaimana melakukan suatu


perubahan dengan baik, karena dilakukan dengan menganalisis faktor
yang mendorong dan menghambat terjadinya perubahan.
2. Dengan mendaftar faktor-faktor yang mendorong dan menghambat
perubahan, maka bisa diketahui dengan jelas tentang apa yang harus
dilakukan, serta bisa diketahui dengan baik faktor mana yang dapat
dikontrol, dan faktor mana yang berada di luar kendali.
b. Kekurangan dari force field analysis adalah sebagai berikut:
1. Dalam penyusunan perencanaan peserta sering kali mengalami
kesulitan karena rencana yang dibuat tidak realistis. Kegiatan yang
direncanakan tidak mempertimbangkan beban kerja atau jangka
waktu.
2. Pelaksanaannya tergantung dari peserta FFA, jika kurang kompeten
atau pun kurang memahami keadaan organisasi, maka hasilnya akan
menjadi kurang akurat (tidak respresntatif dari keadaan sebenarnya).
9

3. Sulit dilaksanakan jika peserta tidak aktif.


Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang
menolak. Force Field Analysis adalah teknik manajemen yang
dikembangkan oleh Kurt Lewin untuk mendiagnosa situasi
lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada saat dijalankannya
perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving Forces)
adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif
untuk melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak
perubahan (Restraining Forces) adalah kekuatan -kekuatan yang menolak
adanya perubahan dengan menahan atau mengurangi kekuatan yang
mendukung perubahan. Pada saat perubahan terjadi, kekuatan – kekuatan
tersebut saling menekan dan pada akhirnya kekuatan yang mendukung
akan semakin banyak dan kekuatan yang menolak akan semakin sedikit.
2.4 Contoh penerapan teori Force Field Analysis
1. Nyatakan tujuan
Untuk Mendeteksi Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak Di Usia 3-5
tahun
Identifikasi kekuatan pendorong (D) dan penghambat (H)
No. Variabel Pendorong No. Variabel Penghambat
1. Meningkatkan pelayanan 1. Faktor kurangnya
pada pemeriksaan anak usia motivasi dari
dini kader/tenaga
kesehatan
2. Pemberian makanan 2. Faktor sosial ekonomi
tambahan dan nutrisi yang pada orang tua dalam
tepat serta seimbang pemenuhan nutrisi,
terutama masyarakat
menengah kebawah
3. Meningkatkan 3. Faktor pendidikan
pemberdayaan orang tua yang masih
masyarakat/orang tua dalam rendah
10

memberikan
stimulasi/mengasuh anak

2. Analisis kekuatan dan pemilihan kekuatan kunci


a. Tabel kekuatan relatif penghambat
No. Variabel Dampak Tingkat Kekuatan
penghambat (H) Kekuatan Kemudahan Relatif
Penyelesaian
1. Faktor kurangnya 4 3 3.5
motivasi dari
kader/tenaga
kesehatan
2. Faktor sosial 5 2 3.5
ekonomi pada orang
tua dalam
pemenuhan nutrisi,
terutama masyarakat
menengah kebawah
3. Faktor pendidikan 1 5 3
orang tua yang
masih rendah

b. Tabel kekuatan relatif pendorong


No. Variabel pendorong (D) Dampak Tingkat Kekuatan
Kekuatan Kemudahan Relatif
Penyelesaian
1. Meningkatkan pelayanan 3 4 3.5
pada pemeriksaan anak
usia dini
2. Pemberian makanan 5 5 5
tambahan dan nutrisi
yang tepat serta
11

seimbang Pemberian
makanan tambahan dan
nutrisi yang tepat serta
seimbang
3. Meningkatkan 4 3 3.5
pemberdayaan
masyarakat/orang tua
dalam memberikan
stimullasi/mengasuh
anak

3. Menciptakan ide strategis


Memberikan penyuluhan kepada kader, dan petugas kesehatan untuk
menggalakkan pemeriksaan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan
pada anak usia 3-5 tahun.
4. Menyusun sumber daya organisasi
a. Sumber Daya Manusia
Bidan, kader kesehatan, orang tua
b. Sarana Prasarana
Alat-alat penyuluhan, alat pemeriksaan SDIDTK
5. Merencanakan kegiatan operasional
a. Bidan berperan sebagai fasilitator atau eduktor yang akan memberikan
edukasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 3-5 tahun
b. Kader kesehatan sebagai melaksanakan dan memantau kegiatan
kesehatan yang ada dilingkungannya.
c. Orang tua berperan sebagai penerimaan edukasi agar dapat melaksanakan
kegiatan.
6. Pengorganisasian dan pengendalian
a. Merekrut kader-kader kesehatan yang berkualitas dan berkompeten.
b. Membentuk koordinator kader kesehatan di daerah-daerah agar mudah
dalam pengoorganisasian dan pemantauan.
c. Membuat jadwal pemeriksaan setiap bulan/3 bulan sekali.
12

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Analisis medan daya (force field analysis) yang dikembangkan oleh


Kurt Lewin (1951), merupakan suatu metode yang digunakan untuk
13

mendapatkan gambaran yang komprehensif dari kekuatan-kekuatan yang


bekerja pada isu perubahan organisasi, serta digunakan pula untuk menilai
sumber kekuatan mereka.

Kelebihan force field analysis adalah dapat memberikan masukan


tentang bagaimana melakukan suatu perubahan dengan baik, serta dapat
merumuskan strategi untuk memaksimalkan kekuatan pendorong perubahan
dan menekan faktor penghambat perubahan. Sedangkan kekurangan force
field analysis seringkali terdapat kesulitan karena rencana yang dibuat oleh
peserta tidak realistis karena tidak mempertimbangkan beban kerja atau
jangka waktu. Selain itu, diskusi FFA memerlukan peserta yang
berkompeten dan memahami keadaan organisasi dan harus aktif ketika
berdiskusi agar diskusi menghasilkan gambaran yang representatif dan
akurat.

3.2 SARAN
Sebagai tenaga kesehatan khususnya sebagai bidan, sebaiknya dalam promosi
kesehatan dapat menggunakan model Force Field Analysis (FFA) supaya dapat
menganalisis besarnya kekuatan secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

13
Abdullah, Nita. 2011. Tugas Manajemen Perubahan. Diakses melalui
http://ni-ta.blogspot.com/2011/07/tugas-manajemen-
perubahan.html> pada tanggal 23 Maret 2018.
14

Burnes, Bernard. (2004). Kurt Lewin and the Planned Approach to


Change: A Re-appraisal, Journal of Management Studies.

Narayanasamy, N. 2009. Force field analysis. In Participatory rural


appraisal:

Principles, methods and application. New Delhi: SAGE Publications


India

Start, Daniel dan Hovland, Ingie. 2009. Force Field Analysis. Diakses
dari <http://www.smeru.or.id/> pada tanggal 23 Maret 2018.

Widjayanto, Eko. 2012. Force Field Analysis-FFA. Diakses dari <


http://ewidjayanto.blogspot.com/2012/02/force-field-analysis-
ffa.html> pada tanggal 23 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai