Oleh:
Muhammad Nasir
NIM. 1008120606
Pembimbing
dr. Zaitul Wardana RK, SpPD-DTM&H
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue anggota genus Flavivirus, yang
diketahui memiliki empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dari
keempat serotipe tersebut, serotipe DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Secara
morfologi, Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.4
Nyamuk penular disebut vektor, yaitu nyamuk Aedes dari subgenus
Stegomya. Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular
penyakit. Vektor DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut
merupakan nyamuk pemukiman, stadium pradewasanya mempunyai habitat
perkembangbiakan di tempat penampungan air atau wadah yang berada di
permukiman dengan air yang relatif jernih.1
2.3 Patogenesis
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang
pertama kali akan memberikan gejalan seperti Demam Dengue (DD). Apabila
orang tersebut mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan,
maka reaksi yang ditimbulkan akan berbeda.4,5
DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali
mendapatkan infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di
nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem
retikuloendotelial (RES) dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh
akan membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan
mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a
dan C5a, sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat.4,5
Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP. Trombosit
melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular.
Terjadinya aktivasi faktor XII akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang
meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.4,5
Perjalanan penyakit DBD terbagi dalam 3 fase yaitu yaitu febris, kritis,
dan recovery (penyembuhan).6
a) Fase febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu
tubuh sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas.
Fase ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka
kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala.
Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah
(injeksi konjungtiva). Sulit untuk membedakan dengue dengan penyakit lainnya
secara klinis pada fase awal demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini
meningkatkan kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat
dijadikan parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan
tidak gawat. Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan ( warning
signs) dan parameter lain sangat penting untuk mengenali progresi ke arah fase
kritis. Warning signs meliputi:
Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, pembesaran hati > 2 cm
Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran
mukosa (hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari- hari
pertama demam, namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5
demam. Perdarahan vagina masif pada wanita usia subur dan perdarahan
gastrointestinal (hematemesis, melena) juga dapat terjadi walau lebih jarang.
Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji torniquet positif, menandakan
adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal perjalanan penyakit 70,2% kasus
DBD mempunyai hasil positif.
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2- 4 cm di bawah arcus costae.
Pada sebagian kecil dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling
awal ditemui adalah penurunan progresif leukosit, yangdapat meningkatkan
kecurigaan ke arah dengue.
b) Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam
mulai cenderung turun dan pasien tampak seakan- akan sembuh, maka hal ini
harus diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga
dibawah 37,5-38oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3- 7, peningkatan
permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding lurus
dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara
klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat
merupakan tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi.
Temuan efusi pleura dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran
plasma dan volume terapi cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding
dengan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda
kegagalan sirkulasi seperti kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari
dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah,
kecil sampai tak teraba. Saat terjadi syok berkepanjangan,organ yang mengalami
hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi, asidosis metabolik, dan koagulasi
intravaskula diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga
nilai hematokrit akan sangat menurun pada keadaan syok hebat.
c) Fase penyembuhan
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi
gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum
pasien membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status
hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami
ruam kulit putih yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus
generalisata. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi juga sering
ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek
dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit biasanya akan
meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan meningkat
kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila
berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung kongestif.
2.5 Diagnosis
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut:7
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbita
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
Leukopenia, Trombositopenia
Diagnosis DBD berdasarkan WHO 1997 ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi :7
Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk pasien DBD. Terapi untuk DBD
bersifat simptomatik dan kontrol terhadap manifestasi klinis dari syok dan
perdarahan yang terjadi. Pasien yang syok jika tidak ditatalaksana dalam waktu
12- 24 jam akan mengalami kematian. Manajemen terpenting pada pasien DHF
adalah observasi ketat terhadap tanda vital dan monitoring laboratorium.4
Manajemen demam DBD sama seperti penatalaksanaan DD. Paracetamol
direkomendasisikan untuk menurunkan suhu dibawah 39oC. Pemberian cairan oral
sangat direkomendasikan selama pasien dapat mentolerir cairan yang diberikan
seperti halnya pasien diare. Cairan IV perlu diberikan terutama jika pasien muntah
terhadap makanan atau cairan yang diberikan.6
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Alamat : marpoyan, pekanbaru
Tanggal Masuk RS : 7 juli 2014
Tanggal Pemeriksaan : 8 juli 2014
Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Riwayat perdarahan lama, mudah berdarah dan mudah memar tidak ada.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 60kg TB : 170cm
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit (teratur, kuat, isian cukup)
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37,1°C (sudah diberi obat penurun panas)
Pemeriksaan khusus
Kepala dan leher
Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
mata cekung (-)
Mulut : Lidah tidak kotor, bibir kering, sianosis (-), gusi
tidak ada perdarahan, faring tidak hiperemis,
pembesaran tonsil (-), gigi berlobang (-)
Leher : KGB tidak membesar.
Thorak
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan,
gerak nafas simetris, tidak ada bagian yang
tertinggal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) IV, 2
jari medial garis linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
o Batas jantung kiri atas : SIK III garis parasternal
sinistra
o Batas jantung kiri bawah : SIK IV 2 jari medial dari
garis linea midclavicularis
sinistra
o Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
o Batas jantung kanan bawah : SIK V garis sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+), bunyi tambahan (-)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada daerah epigastrium
dan hipocondrium dextra, hepar teraba 1 jari dari
arcus costae, konsistensi kenyal, permukaan rata,
nyeri tekan (+), lien tidak teraba
Ektremitas
Ptekie (+) pada pergelangan tangan, akral hangat, capillary refilling time < 2
detik, edema tidak ada, turgor kulit normal, uji tourniket : rumple leed (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (8 juli 2014)
Hemoglobin : 16 gr/dl
Hematokrit : 48,9 %
Leukosit : 2.600/mm3
Trombosit : 10.000/mm3
Eritrosit : 5,56 juta/mm3
Glukosa : 103 mg/dl
Ureum : 18,7 mg/dl
Creatinin : 0,85 mg/dl
AST : 258 U/L
ALT : 154 U/L
LED : 20
IgM Dengue : (+)
IgG Dengue : (+)
RESUME
Pasien laki-laki, 27 tahun, datang ke RSUD AA pada tanggal 7 juli 2014,
dengan keluhan febris tipe remiten sejak 5 hari SMRS, myalgia, arthralgia,
malaise, nausea, cephalgia, nyeri retroorbita, anoreksia disertai adanya perdarahan
gusi. Miksi dan defekasi pasien dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan suhu afebris setelah pemberian antipiretik dari klinik, nyeri tekan
epigastrium dan hipocondrium dextra (+), hepar teraba 1 jari dari arcus costae,
serta terdapat Ptekie pada kedua pergelangan tangan dan uji Rumple Leed (+).
Dari pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukopenia dan trombositopenia
serta gangguan faal hati. IgM Dengue (+), IgG Dengue (+).
DAFTAR MASALAH
1. Demam dengan perdarahan spontan + hepatomegali + trombositopenia +
leukopenia
2. Mual, muntah dan nyeri ulu hati
ANALISIS MASALAH
1. Demam dengan perdarahan spontan
Dari anamnesis didapatkan pasien mengalami demam tinggi sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, timbul mendadak, terus menerus, gusi berdarah,
badan terasa lemas, nyeri kepala, otot dan persendian terasa pegal-pegal, petekie
dan trombositopenia. Hal ini sesuai dengan kepustakaan kriteria klinis dari
demam berdarah dengue yaitu demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, disertai nyeri kepala, mialgia dan
atralgia, petekie, rumple leed positif dan trombositopenia (100.000/ mm3 atau
kurang) ditambah dengan perdarahan spontan. Demam dapat disebabkan oleh
karena invasi dari bakteri, virus, ataupun parasit, pada pasien ini didapatkan
demam tinggi dan mendadak,ini menandakan bahwa kemungkinan besar pasien
terinfeksi virus, hal ini didukung juga dengan tidak terjadinya penurunan leukosit
(leukopeni).
Pada pasien ini tidak mempunyai riwayat perdarahan lama, mudah
berdarah dan mudah memar. Pada awal perjalanan penyakit, DBD akan terlihat
seperti penyakit infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit lain seperti demam
tifoid, campak, influenza, demam chikungunya atau pun leptospirosis. Adanya
trombositopenia yang jelas dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
Diagnosis demam chikungunya (DC) pada pasien ini dapat disingkirkan
karena pada DC nyeri pada persendian sangat hebat, terus menerus, bahkan
anggota gerak akan sulit digerakkan. Pada hari-hari pertama, diagnosis DC sulit
dibedakan dengan penyait DBD, namun pada DC tidak dijumpai leukopenia, tidak
dijumpai pergeseran ke kanan pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan DBD
jumlah trombosit lebih cepat kembali ke normal daripada DC.
Pada demam thyfoid yang membedakannya dengan DBD dalam minggu
pertama suhu tubuh meninggi secara bertingkat. Lebih tinggi pada sore dan
malam hari,terdapat lidah putih serta kotor, tepi lidah kelihatan merah. Demam
thyfoid mungkin bisa dipikirkan karena pada pasien ini didapatkan demam yang
terjadi baru 5 hari SMRS. Namun pada pemeriksaan laboratorium, IgM dan IgG
terhadap dengue didapatkan positif.
2. Hepatomegali
Hepatomegali terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler pada
demam berdarah dengue sehingga terjadi ekstravasasi cairan ke ekstravaskuler.
Pada kasus ini terjadi ekstravasasi cairan ke serosa hati. Ektravasasi cairan ini
menimbulkan gangguan faal hati. Sehingga pada hasil laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT yang meningkat.
3. Trombositopenia
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien didapatkan
trombositopenia, yaitu trombosit <100.000/mm3. Hal ini sesuai dengan criteria
dari demam berdarah dengue. Trombositopenia terjadi pada hari ke 3-8. Dalam
kepustakaan menyebutkan trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui
mekanisme supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup
trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi menunjukkan
keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit.
4. Leukopenia
Jumlah leukosit pada pasien demam berdarah dengue bervariasi dari
leukopeni ringan hingga leukopeni sedang. Leukopenia akan muncul antara hari
demam pertama dan ketiga pada 50% kasus DBD ringan.
Pada pasien dijumpai leukosit yang <5000/mm3. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan, leukopenia merupakan salah satu gejala laboratorium dari demam
berdarah dengue.
DIAGNOSIS KERJA
Demam berdarah dengue derajat II
RENCANA PENATALAKSANAAN ( protokol II = RL 2300 cc/24jam)
Farmakologi :
IVFD Ringer Laktat 2kolf = 36 tpm/12jam
Dilanjutkan maintenace sisa RL 20tpm
Omeprazole 40 mg 1x1 ampul
Paracetamol 500 mg 1x1 tab jika demam
Non farmakologi :
Istirahat
Diet tinggi kalori tinggi protein
Minum yang cukup (1800 cc atau 7 gelas/hari), jenis minuman : air putih,
teh manis, sirup, jus buah dan susu
FOLLOW UP
(9 juli 2014)
S : demam (-), nyeri kepala (-), perdarahan gusi (-), perdarahan hidung (-),
BAK normal, BAB hitam (-), mual (+), muntah (-), mata berkunang-
kunang (+).
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 120/70mmHg, Nadi: 72 kali/menit, Pernafasan: 21
kali/menit, Suhu: 36,10C
Darah rutin:
Leukosit : 3700/ul
Hb : 16 g/dl
Ht : 45,5%
Trombosit : 45000/ul
A : Demam berdarah dengue stage 2
P : IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidin 20 mg 2x1
Periksa darah rutin (trombosit, Hb, Ht)