BAB I
PENDAHULUAN
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang
menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua
istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990).Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2
macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)
disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika
tetapi juga diseluruh Dunia.Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit
menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan
cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.Sekitar
60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun,
tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak.Walaupun
mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah sebagai
berikut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
B. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus
DNA
a) Alkohol
b) Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Hepatitis A B C D E
MASA INKUBASI 14 – 49 hari (+/- 30-180 hari 15-150 hari 35 hari 14-63 hari
28 hari) (+/= 75 hari)
CARA PENULARAN
(FULMIN
AN)
CARRIER KRONIK TIDAK 5-10% 80% 70-80% Tidak
CAH TIDAK 50% YA YA Tidak
HEPATOMA YA
MORTALITAS 0.1-0.2% 0.5-2% 30% PADA 15-20%
HAMIL
merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
1. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah,
2. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrikum
III. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
3. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
E. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan
atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus
B.
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal
pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas
capai.
a) Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
c) Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e) Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk
f) Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-
g) Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit.
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O 2, tidak ada ronchi,
whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran
Perkusi : hypertimpani
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual
muntah .
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas
tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya,
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
wanita).
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
6. Feses
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan
10. HbsAG
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan
16. Urinalisa
Analisa Data
Do :
S : Skala : 6-8
T: Menetap
2Do : pasien mengatakan mual tidak nafsu Anoreksia Nutrisi kurang dari
makan kebutuhan
sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
Do : Tonus Otot 4 4
4 4
bantuan
Mata Cowong
Konjungtiva Anemis
6 pasien mengatakan tubuhnya panas infasi agen dalam Hipertermi
sekunder terhadap
inflamasi hepar
4. Diagnosa Keperawatan
4. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
6. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C ).
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
Intervensi Rasional
1) Kolaborasi dengan individu untuk
1) nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat digunakan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan sesungguhnya akan dirasakan (cenderung
penjelasan)
5) Bahas dengan dokter penggunaan
5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
hepatotoksi nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
- BB naik
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.
1. Makan banyak sulit untuk mengatur bila
Berikan makan sedikit dalam frekuensi pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk
sering dan tawarkan makan pagi paling selama siang hari, membuat masukan
karbonat dan permen berat sepanjang hari dapat lebih mudah dicerna / toleran bila
pasien, dengan masukan lemak dan protein Metabolisme lemak bervariasi tergantung
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu
KH :
- Tonus otot 5 5
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan
1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai
3. Memungkinkan periode tambahan
melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / kemampuan. Ini dapat terjadi karena
periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik manajemen
5. Meningkatkan relaksasi dan
radio, membaca
6. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri
6. Menunjukkan kurangnya resolusi /
sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hepatitis toksik dapat membatasi derajat
efek hepatotoksik
9. Awasi kadar enzim hati 9. Membantu menentukan kadar aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada
pasien hilang.
KH :
Intervensi Rasional
Mulai tindakan kenyamanan : 1. Tindakan ini meningkatkan istirahat.
kepala
sumber ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga dan
4. Isolasi dapat menyebabkan kebosanan
meningkatkan ketidaknyamanan.
5. Mulai tindakan untuk menghilangkan
5. Suhu dingin membatasi vasodilatasi jadi
Berikan mandi pancuran dingin ke permukaan kulit. Soda kue dan sagu
Gunakan soda kue atau tepung sagu pada membantu menetralkan asam pada
muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C ).
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi masukan dan haluaran, bandingkan
1. Memberikan informasi tentang
dengan berat badan harian. Catat kehilangan kebutuhan penggantian / efek terapi.
terus menerus dari gusi / bekas injeksi vitamin K terganggu pada traktus GI dan
mempengaruhi hati
Kolaborasi
6. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht,
6. Menunjukkan hidrasi dan
elektrolit elektrolit
Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya keluahan tanda – tanda
1. sebagai indikator untuk mengetahui
penguapan
tentang pemberian kompres yang benar 4. kondisi kulit yang mengalami lembab
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
b) Etiologi
b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral
4.2. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 “Patofisiologi, Konsep Klinis
Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 “Keperawatan Medikal Bedah”.
Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”.
Lynda Juall Carpenito. 2009 “Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”. Jakarta :
EGC
Dienstag, 1990
Smeltzer, 2001
Sebelum kita belajar bagaimana konsep asuhan keperawatan hepatitis, kita harus
tahu apa itu hepatitis.
DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas.
Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan
E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral)
sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama.
Hepatitis Virus
Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda.
Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna
obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan
gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM
anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat
adanya suatu inveksi HAV.
Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa
lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal.
Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati
dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap.
Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai
12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan
virus tersebut.
Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari,
21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada
pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-
rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan
pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34
nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan
khusus.
Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan
muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini
atau kontak dengan penyebabnya terbatas.
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
PATHWAY HEPATITIS
Tanda dan gejala hepatitis menurut FKUI (2006) adalah sebagai berikut:
Masa tunas
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek
terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5
hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2 minggu.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
KOMPLIKASI HEPATITIS
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien.
Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8
bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh
dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi
kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap
buruk.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.
Laboratorium
Pemeriksaan pigmen
Urobilirubin direk
Bilirubun serum total
Bilirubin urine
Urobilinogen urine
Urobilinogen feses
Pemeriksaan protein
Protein totel serum
Albumin serum
Globulin serum
HbsAG
Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
Radiologi
Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biopsi hati
PENATALAKSANAAN HEPATITIS
Pencegahan
Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
Obat-obatan terpilih
Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan
infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total
4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama pasien hepatitis biasanya nyeri ulu hati atau perut bagian kanan
atas. Selain itu biasanya disertai dengan tanda ikterik atau kuning pada sclera,
konjungtiva dan kulit.
Keluhan utama yang timbul biasanya bervariasi tergantung seberapa berat hepatitis
terjadi.
Riwayat penyakit infeksi virus, penyakit keturunan, konsumsi alkool dan lain-lain.
NUTRISI
DS:
Mual dan muntah
Berat badan menurun dan nafsu makan menurun
DO:
BB menurun
ELIMINASI
Sistem Integuman
DS:
Kulit kuning
DO:
Kulit tampak kuning dan pucat
KENYAMANAN
DS:
Rasa tidak nyaman diperut
Nyeru ulu hati atau perut kanan atas
DO:
Tampak meringis kesakitan
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK
MENUNJANG DIAGNOSA HEPATITIS
Laboratorium
Radiologi
Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biopsi hati
Pengkajian
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
Waspadai bahwa sama halnya dengan orang dewasa, bayi pun sensitive
terhadap nyeri, gunakan anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena,
untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral
Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil, gunakan skala nyeri wajah
atau skala nyeri bergambar lainnya
Untuk lansia
Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek
analgesic opiate, dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan
nyeri yang lebih lama
Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia,
karena lansia sering mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi banyak
obat
Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan
Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk
lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap opioid
Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau obat
lain yang dimetabolisme diginjal
Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang
meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara saudara
dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri
Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi sesering
mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien
Kaji interaksi obat termasuk obat bebas
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah
Untuk lansia
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
Catatan:
Karena defisiensi pengetahuan merupakan diagnosis yang luas, disini hanya akan
dijelaskan secara secara umum. Lihat manual NIC untuk aktifitas keperawatan untuk
intervensi tertentu.
Pengkajian
BHSP
Bangun kredibilitas sebagai guru, jika perlu
Terapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan pasien
Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
Pilih materi pengajaran yang sesuai
Beri penguatan terhadap perilaku yang sesuai
Anjurkan pasien untuk bertanya dan diskusi
Dokumentasikan penyuluhan
Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.
0
inShare
Silahkan submit email anda untuk mendapatkan update artikel dari portal perawat:
Related Posts :
Askep Asma Bronkhial Aplikasi Nanda NIC NOC Askep Asma Bronkhial
Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis
yang diberikan kepada pasien dengan masal… Read More...
Askep Efusi Pleura Aplikasi Nanda NIC NOC Askep efusi pleura aplikasi
Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang
diberikan kepada pasien dengan masalah… Read More...
Askep Aterosklerosis Aplikasi Nanda NIC NOC Askep Aterosklerosis
Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis
yang diberikan kepada pasien dengan masalah… Read More...
Askep Gastritis Aplikasi Nanda Nic Noc Askep Gastritis Aplikasi Nanda
NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang diberikan
kepada pasien dengan masalah… Read More...
Artikel Populer
Anatomi Tubuh Manusia Anatomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai struktur
tubuh. Kata anatomi berasal dari kata ana dan tome, y...
Pengertian Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya d...
Kekurangan Volume Cairan - Nanda NIC NOC
Label
Alat Kesehatan
Anatomi Sistem Reproduksi
Anatomi Sistem Sirkulasi
Askep Gawat Darurat
Askep KMB
Askep Maternitas
Diagnosa Nanda NIC NOC
Diagnosa Nanda NIC NOC Versi I
Farmakologi
Gadar
Ilmu Dasar Keperawatan
Kumpulan Panduan
Kumpulan SOP Perawat
Pengantar Anatomi Tubuh Manusia
Penyakit A - Z
Skill Keperawatan
Tips Kehamilan
Arsip Blog
▼ 2016 (201)
o ► October (5)
o ▼ September (97)
Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia
Inilah Kode Etik Keperawatan Yang Harus Perawat Ke...
Pembagian Golongan Obat Berdasarkan Peredarannya
Farmakologi Kesehatan
Sistem Reproduksi Wanita Eksterna
Sistem Reproduksi Wanita
Askep Vertigo Aplikasi Nanda NIC NOC
Sistem Reproduksi Wanita Interna
Sistem Reproduksi Pria
Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Pria
Perkembangan Prenatal Masa Kehamilan
Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Wanita
Menopouse Pada Wanita
Kontrasepsi
Fertilisasi
Anatomi Penis Pada Laki-Laki
Sistem Reproduksi Pada Manusia
Tekanan Darah Manusia
System Limfatik Tubuh Manusia
Sistem Listrik Jantung Manusia
Sirkulasi Koroner Jantung Manusia
Mekanisme Pertukaran Cairan Darah Dalam Kapiler
Mekanisme Homeostasis Dan Pembekuan Darah
Hemodinamika Alirah Darah Di Dalam Tubuh Manusia
Trombosit Atau Keping Darah
Ruang Jantung Manusia
Leukosit Atau Sel Darah Putih
Katup Jantung
Sistem Golongan Darah Pada Manusia
Eritrosit Atau Sel Darah Merah Pada Tubuh Manusia
Frekuensi Denyut Jantung
Anatomi Pembuluh Darah Vena
Anatomi Pembuluh Darah Manusia
Anatomi Pembuluh Darah Arteri Tubuh Manusia
Anatomi Darah Manusia
Siklus Dan Bunyi Jantung Manusia
Curah Jantung Pada Tubuh manusia
Anatomi Jantung Manusia Lengkap
Anatomi Sistem Kardiovaskular
Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi Tubuh Manus...
Askep Aterosklerosis Aplikasi Nanda NIC NOC
Askep BPH aplikasi Nanda-NIC-NOC
Jenis – Jenis Cairan Infus Yang Harus Anda Ketahui...
Jarum Infus Atau Abocet
Infus Set Atau Selang Infus
Askep Gastritis Aplikasi Nanda Nic Noc
SOP Memberikan Obat Sublingual
SOP Memberikan Obat Oral
SOP Memberikan Obat Melalui Rektal
SOP Memberikan Obat Melalui Vagina
SOP Memberikan Obat Mata
SOP Memberikan Obat Inhalasi
SOP Perawatan Kateter Urin Pasien
SOP Membantu Pasien BAK
SOP Memasang Kateter Kondom
Askep Asma Bronkhial Aplikasi Nanda NIC NOC
SOP Melepas Kateter Urin
SOP Memasang Kateter Urin
SOP Pemberian Spuit Gliserin
SOP Mengeluarkan Feses Pasien Secara Manual
SOP Membantu Pasien BAB
SOP Memasang Scorsteen
SOP Huknah
SOP Oral Higiene Pasien
Askep Efusi Pleura Aplikasi Nanda NIC NOC
SOP Menyisir Rambut Pasien
Askep Apendisitis Aplikasi Nanda NIC NOC
SOP Mencukur Rambut Pasien
SOP Mencuci Rambut Pasien
SOP Memotong Kuku Pasien
SOP Memandikan Pasien
SOP Pemeriksaan Nadi
SOP Pemeriksaan EKG 12 Lead
SOP Mengukur Tekanan Darah
SOP Mengukur Suhu Tubuh Rektal
SOP Mengukur Suhu Tubuh Oral
Askep Meningitis Aplikasi Nanda NIC NOC
Cara memasang kateter yang baik dan benar
Cara memberikan terapi oksigenasi
Cara memasang NGT yang baik dan benar
Askep Tumor Otak Aplikasi Nanda NIC NOC
Cara Memasang Infus Yang Baik dan Benar
Cara memberikan obat injeksi yang baik dan benar
Pemeriksaan EKG yang baik dan benar
Perawatan Kolostomi
Askep Stroke Aplikasi Nanda NIC NOC
Cara melakukan suction
Cara Cuci Tangan Bedah
Cara Cuci Tangan Menggunakan Handrub
Langkah-Langkah Cuci Tangan Yang Benar
Askep TB Paru Aplikasi Nanda NIC NOC
Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC
Cara Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air Mengali...
Kapan Harus Melakukan Cuci Tangan
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memasang Inf...
Pentingnya Cuci Tangan Bagi Petugas Kesehatan
Askep Sirosis Hepatis Aplikasi Nanda NIC NOC
o ► August (10)
o ► July (28)
o ► June (13)
o ► May (3)
o ► April (2)
o ► March (2)
o ► February (13)
o ► January (28)
Mengenai Saya
Ana Nurkhasanah
View my complete profile
Google+ Followers
×
ASUHAN KEPERAWATAN
Home
JAM
Renungan
google translate
Lencana Facebook
Ika May
IKA MAY
Archives
o 2013 (12)
August (12)
ASKEP PENDARAHAN
ASKEP DIABETES
ASKEP EFUSI PLEURA
Asuhan Keperawatan Meningitis
ASKEP DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
ASKEP TB PARU
Asuhan Keperawatan TB Paru
Askep Klien PPOM
ASKEP HEPATITIS
ASKEP KLIEN DENGAN PANKREATITIS
ASKEP Sindrom Koroner Akut (SKA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
SEPSIS NEONATO...
My Musik
feedjit
ASKEP HEPATITIS
Posted by IKA MAY |
undefinedundefined
undefined
DEFINISI
PATOFISIOLOGI
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke
hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-
sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGO T dan SGPT). akibat kerusakan ini maka
terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit
dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh
sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai
penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon
hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai
kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi
secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan
juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang
banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran
hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba/palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada
saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas
(asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis
viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis
kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif. hepatitis virus hepatitis A
mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan
paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut
dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu:
hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas
terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik. Obat-obat yang dapat menyebabkan
gangguan/kerusakan hepar adalah:
- Obat anastesi
- Obat antibiotik
- Obat antiinflamasi
- Obat antimetabolik dan imunosupresif
- antituberkulosa
- hormon-hormon
- obat psikotropik
- Lain-lain, contoh phenothiazine.
ETIOLOGI
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
– Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.
– Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok:
Hepatitis kronik
- Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah
yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan
varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
- Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan
globulin serum.
- Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis
kronik.
Hepatitis akut
- Pada umumnya, hepatitis tipe a, b, dan c mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis
tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan
serum-sickness.
- Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya
transminase serum.
- Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang
lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa “tidak enak badan”,
menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan
ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada
nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang
malam dan pasien merasa sengsara.
- Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.
- Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
- Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.
PENGOBATAN
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan
penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata
paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin,
asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat
nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi
hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran
jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu
tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya
hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus
dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang
relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan
cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat
suportif.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam
(lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa
lokal untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
Observasi/temuan
– Aktivitas/istirahat: kelemahan, kelelahan, malaise umum.
– Sirkulasi: bradikardi (hiperbilurubinia berat), ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa.
– Eliminasi: urine gelap, diare/konstipasi; feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya
hemodialisa.
– Makanan/cairan: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat
(edema), mual/muntah. Asites.
– Neurosensori: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
– Nyeri/ketidaknyamanan: kram abdomen, nyeri tekan pada quadrant kanan atas, mialgia,
artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus). Otot tegang, gelisah.
– Pernafasan: tidak minat/enggan merokok (perokok).
– Keamanan: adanya transfusi darah/produk darah. Demam, urtikaria, lesi makulopapular,
eritema tak beraturan, ekserbasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia
(kadan-kadang ada pula hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal
posterior.
– Seksualitas: pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
– Penyuluhan/pembelajaran: riwayat diketahui/mungkin terpejan pada virus, bakteri atau
toksin (makanan terkontaminasi air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simtomatik
atau asimtomatik); adanya prosedur bedah dengan anastesia haloten; terpajan pada kimia
toksik (contoh karbon tetraklorida, vinil klorida); obat resep (contoh sulfonamid, fenotiazid,
isoniazid). Obat jalanan IV atau penggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit ginjal,
adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.
Pemeriksaan diagnostik
- Tes fungsi hati: abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan: merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dari non-virus.
- AST (SGOT/ALT (SGPT): awalnya meningkat. dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun.
- Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
- Leukopenia: trombositopenia, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
- Alkali phosphatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
- Feses: warna tanah liat, steatore (penurunan fungsi hati).
- Albumin serum: menurun.
- Gula darah: hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
- Anti-HAV IgM: positif pada tipe A.
- HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A). catatan: merupakan diagnostik sebelum
terjadi gejala klinik.
- Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati).
- Bilirubin serum: di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
- Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
- Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
- Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
- Urinalisa: peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.
Potensial komplikasi
– Infeksi HVA sering sembuh tanpa komplikasi, sedangkan infeksi HVB dan jenis virus
lainnya dapat menjadi kronik dan infeksi HVD sering fatal.
– Pada HVC kronis persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius,
bahkan berlanjut menjadi sirosis.
Terapi dan perawatan
– Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
– Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
– Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
– Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
– Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk
menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
– Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-
orang yang mengandung resiko terinfeksi.
– Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ketahanan; nyeri.
Intervensi:
– Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai
keperluan.
– Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
– Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
– Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
– Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh nonton TV, radio,
membaca.
– Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
– Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis,
hiperventilasi) tergantung pada pemajanan.
– Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (valium):
lorazepam (ativan).
– Awasi kadar enzim hati.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Intervensi
– Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
– Berikan perawatan mulut sebelum makan.
– Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
– Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
– Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
– Awasi glukosa darah.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
- Antasida (contoh mylanta).
- Vitamin (contoh b kokpleks).
- Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
– Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat (contoh
leukopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun; malnutrisi; kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Intervensi
– Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan perbatasan sesuai kebijaksanaan rumah
sakit: termasuk cuci tangan efektif.
– Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
– Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.
– Berikan informasi tentang adanya gama globulin. Isg. Hbig. Vaksin hepatitis b
(rekombivax hb, engerix-b) melalui DepKes atau dokter keluarga.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Obat antivirus: vidaralun (vira-a), asiklovir (zovirak); interferon alfa-2b (intron-a);
- Antibiotik tepat untuk egen pencegahan (contoh, garam negatif, bakteri anaerob) atau proses
sekunder.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia:
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Intervensi
– Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan
minyak kalamin sesuai indikasi.
– Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan
kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas
pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut.
– Berikan massage pada waktu tidur.
– Hindari komentar tentang penampilan pasien.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Anhistamin, contoh metdilazin (tacaryl); difenhidramin (benadryl).
- Antilipemik, contoh kolestramin (questran).
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menunjukkan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Pasien akan melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet
DAFTAR PUSTAKA
http://4askep.blogspot.com
Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers.
Philadelphia, U.S.A
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Penerbit Balai FKUI Jakarta
---. Pedoman Pengobatan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica
0 comments:
Post a Comment
Healthy Articles
Hepatitis dan Asuhan Keperawatan Hepatitis
Hepatitis
A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh
virus.
C. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan
gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan
lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub
akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu
yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak
menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
1. Masa tunas
2. Fase Pre Ikterik
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah
10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu
dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
Pemeriksaan protein
Waktu protombin
2. Radiologi
3. Pemeriksaan tambahan
laparoskopi
biopsi hati
F. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
G. Pengobatan
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-
obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan
kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada
aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu
dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa
terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus
dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu
perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat
diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya
hanya bersifat suportif.
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala
pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
1. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi (hiperbilirubin berat)
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal (pruritus)
7. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
C. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Kriteria Hasil :
Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat
sepanjang hari.
Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi.
Awasi glukosa darah.
Berikan obat sesuai indikasi :
Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
Antasida (contoh mylanta).
Vitamin (contoh b kokpleks).
Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Kriteria Hasil :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi
Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Akui adanya nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya.
Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berakhir, bila diketahui.
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi.
3. Diagnosa Keperawatan 3. :
Kriteria Hasil :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
Auskultasi bunyi nafas tambahan
Berikan posisi semi fowler
Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler
yang khas.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering
disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal
dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang
berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit
kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan
oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit
peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati
Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA
terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui
sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan
dewasa muda.
Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks.
Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi;
pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf
institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien
hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang
ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV,
tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat
injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan
kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama
18-180 hari.
Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV
juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat
menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi
HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah
multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui
secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan
kematian
Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi
yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika
atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV
(hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu
hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara
parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun,
yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit
sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
Hepatitis Hepatitis
Tipe Hepatitis A Hepatitis C Hepatitis E
B D
Virus rna
Virus rna genus Virus
Jenishepatovirusdaripi Hepadna hepatitis
Virus hepaciviriusdarifamili darikotora
cornavirus family virus delta
flaviridae n
atauhdv
Penyeb Fekal oral melalui Parenter Parental jarang, Parental Fekal oral
aran orang lain al seksual, orang ke perinatal,
seksual, orang, perinatal infeksidari
parnatal hepatitis
tipe B
Menyebarluas,
Kepara Gagalhepa Gagalhepa
Ikerikdanasimtomatik Parah dapatberkembangsa
han rakut rakut
mpaikronis
Darah,
saliva, Darah,
Darah, feses,saliva, Melaluidar
Sumber semen, Melaluidarah feses,
hepar, empedu ah
sekresi saliva
vagina,
Patofisiologi Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang
berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna normal, namun
kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di tepian”. Secara histologi.
Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan
peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati
fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis tentang
suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih
cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah,
anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri
tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua,
karena penyebab yang biasanyaberbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu, lemas dan
mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun
tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan
berkelanjutan menjadi kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6
bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis
meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan
khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.
Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang timbul
tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses
peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan fase
penyembuhan.
Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan
terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak
dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia),
pegal-pegal diseluruh badan terutama dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-
kadang penderita seperti akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena
keluhan diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi kuning pekat
seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit
berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu yang
masuk kedalam usus halus, maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces
acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2 mg/dl. Pada
saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu
pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10
hari, secara perlahan-lahan warna kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan
yang ada umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini berlangsung
sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (kolestasis)
yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita merasa lebih
segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris
memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada sebagian orang
infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis) atau tanpa memberikan gejala sama
sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning (anikterik). Namun,
ada juga yang penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan kematian yang dinamakan hepatitis
fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah berat, suhu tubuh
meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda
ensefalopati berupa mengantuk, linglung, tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan
akhirnya kesadaran menurun sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT)
serum sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini menandakan
adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun
Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati
atau mengakibatkan perdarahan)
Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum
terjadi gejala kinik
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
Pengobatan
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi ksrbohidrat umumnya merupakan makanan
yang paling dapat di makan oleh penderita. Pemberian makanan secara intra vena mungkin perlu di
berikan selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi
hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C kronis simptomatik adalah
terapi anti virus dengan interferon- α. Terapi antivirus untuk Hepatitis B kronis ini memiliki resiko
terrtinggi untuk berkembangnya sirosis. Kecepatan respon yang terjadi bervariasi dan lebih besar
kemungkina berhasil dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan
Hepatitis B kronis serta anak – anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons terhadap
terapi interferon. Tranplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun
terdapat kemungkina yang tinggi untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.
Komplikasi hepatitis
Sirosis dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis B danC merupakan
penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sebagai tempat berkembang
biak.Keti ka tubuh menyerangvirus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah
puti h) ke hati , terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap
infeksi. Namun, b i l a h a l i t u t e r u s b e r l a n g s u n g , z a t - z a t k i m i a y a n g d i k e l u a r k a n
l i m f o s i t d a p a t menyebabkan kerusakan sel hati . Jika sel hati rusak,maka ti dak dapat
berfungsi dengan baik dan mati .
Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah
dapat berakibat pada terjadinya fi brosis (terbentuknya jaringan parut pada hati ).
Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati . Bila diteruskan, jaringan parut akan
mengeras dan menggantikan sebagian b e s a r s e l h a ti y a n g n o r m a l . K o n d i s i i n i d i s e b u t
s i r o s i s — i s ti l a h m e d i s u n t u k pengerasan hati .
Pencegahan
Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit
menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan sesuai dengan
jenis virus penyebabnya sebagai berikut.
1) Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang
sulit ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna,
kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien
harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari virus hepatitis.
Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap
bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.
Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis
0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka
yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan keterbatasan
pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC
(2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah
pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai perlindungan
sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan
dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV.
Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi
HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah
perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf
pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara berkembang dan tropis
(Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek. Pemberian
vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka panjang, bergantung
pada situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV
setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HbsAg posotif. Vaksin HBV
harus segera diberikan dalam waktiu 7 sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum divaksinasi
(Price dan Wilson, 2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam kontak risiko tinggi (misal pada hemodialisis, transfusi tukarm
dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan menghindari tusukan
jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan
makanan, dan air bersih yang amam serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk
memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien yang terinfeksi
secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber
infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum
diterima menjadi panel donor (Price dan Wilson, 2005: 493).
Beranda
Mengenai Saya
Mikha