Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN

Selasa, 08 Oktober 2013


Askep Hepatitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh

walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang

menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus

Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).

Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi

kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub

klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.

Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua

istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum,

sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.

Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui

pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini

disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990).Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2

macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau

disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)

disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru

menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E

(Bradley,1990; Purcell, 1990).


Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang

menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul

sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika

tetapi juga diseluruh Dunia.Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit

menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan

cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.Sekitar

60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun,

tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak.Walaupun

mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka

morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah sebagai

berikut

a.       Apa Definisi Hepatitis ?

b.      Apa Etiologi Hepatitis ?

c.       Bagaimana Klasifikasi dan penyebab Hepatitis ?

d.      Manifestasi Hepatitis ?

e.       Bagaimana Patofisiologi Hepatitis ?

f.       Bagaimana Pathway Hepatitis ?

g.      Bagaimana penatalaksanaan Hepatitis ?

h.      Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis ?

3.      Tujuan penulisan

a.       Untuk Mengetahui Definisi Hepatitis

b.      Untuk Mengetahui Etiologi Hepatitis


c.       Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis

d.      Untuk Mengetahui Manifestasi Hepatitis

e.       Untuk Mengetahui Patofisiologi Hepatitis

f.       Untuk Mengetahui Pathway Hepatitis

g.      Untuk Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis

h.      Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Defenisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan

oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.

(Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat

atau alkohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)


Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,

biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau

obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

B.       Etiologi

Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan

insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.

1. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :

a)      Hepatitis A (HAV)

b)      Hepatitis B (HBV)

c)      Hepatitis C (HCV)

d)     Hepatitis D (HDV)

e)      Hepatitis E (HEV)

Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus

DNA

2.      Hepatitis non virus yaitu :

a)      Alkohol

Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

b)      Obat-obatan

Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

c)      Bahan Beracun (Hepatotoksik)

d)     Akibat Penyakit lain (Reactive Hepatitis)

C.       Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis

Hepatitis A B C D E
MASA INKUBASI 14 – 49 hari (+/- 30-180 hari 15-150 hari 35 hari 14-63 hari
28 hari) (+/= 75 hari)
CARA PENULARAN

·    FEKAL– ORAL

·    PARENTERAL Ya Tidak Tidak Tidak Ya

·    LAIN – LAIN Ya Ya Ya Tidak

Akhir ini bisa ? Kontak seks, Kontak Kontak “WATER

“WATER kontak serumah seks seks BORNE”

BORNE” Transmisi Kontak Kontak

Vertikal serumah serumah


TIPE PENYAKIT BIASANYA BERVARIASI BERVARI BIASANY Biasanya

AKUT ASI A AKUT akut

(FULMIN

AN)
CARRIER KRONIK TIDAK 5-10% 80% 70-80% Tidak
CAH TIDAK 50% YA YA Tidak

SIROSIS 20% 20%

HEPATOMA YA
MORTALITAS 0.1-0.2% 0.5-2% 30% PADA 15-20%

TANPA PASIEN PADA

KOMPLIKASI KRONIS WANITA

HAMIL

D.      Manifestasi klinik


Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik

dapat dibedakan berdasarkan stadium.Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium

adalah sebagai berikut.

a)         Fase Inkubasi

merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus

b)        Fase Prodromal (pra ikterik)

fase diantara timbulnya keluhan-keluhanpertama dan gejala timbulnya icterus

1.      Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah,

gejala saluran nafas dananoreksi.

2.      Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau

epigastrikum

c)         Fase icterus

Muncul setelah 5-10 hr,tetapi dapatjuga munculbersamaan dengan munculnyagejala.

d)        Fase Konvalesen (penyembuhan)

1.      Diawali dengan menghilangnya ikterus dankeluhan lain tetapihepatomegali dan

abnormalitas fungsi hati tetap ada

2.      Ditandai dengan :

                                                 I.            Munculnya perasaan lebih sehat

                                              II.            Kembalinya napsu makan

                                           III.            Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu

3.      Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit

ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)

E.       Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus

dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar

dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap

suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel

hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh

respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya,

sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan

dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut

kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin

yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya

kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan

billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal

konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena

terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum

mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi

(bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam

pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat

(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam

kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar

bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang

akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.


F.       Tanda dan Gejala

1.       Masa tunas

·         Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)

·         Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

·         Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2.       Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung

sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan

atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan

malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung

selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus

B.

3.       Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai

dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,

kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal

pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4.       Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,

disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas

capai.

G.      Penatalaksanaan medis

a)      Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.

b)      Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.

c)      Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di

metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.

d)     Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.

e)      Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan

penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk

menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.

f)       Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-

orang yang mengandung resiko terinfeksi.

g)      Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

H.      Asuhan keperawatan hepatitis

1.        Pengkajian

A. Identitas Pasien

Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.


B. Riwayat Kesehatan

1.      Keluhan utama

pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas

2.      Riwayat penyakit sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan

atas

3.      Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,

kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah

sakit.

4.      Riwayat penyakit keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan

dengan penyakit pencernaan.

2.        Pemeriksaan Fisik

1.      Review Of Sistem (ROS)

a.       Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,

konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C

b.      Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya

sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O 2, tidak ada ronchi,

whezing, stridor.

c.       Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran

jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

d.      Sistem urogenital : Urine berwarna gelap

e.       Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia)


f.       Abdomen :

Inspeksi : abdomen ada benjolan

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan

Palpasi : pada hepar teraba keras

Perkusi : hypertimpani

2.      Pengkajian fungsional Gordon

a)      Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka

akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b)      Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual

muntah .

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc

c)      Pola eliminasi

BAK : urine warna gelap,encer seperti teh

BAB : Diare feses warna tanah liat

d)     Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas

tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya,

e)      Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,

atralgia, sakit kepala dan puritus.

f)       Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g)      Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien

malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.

h)      Pola reproduksi / seksual

pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada

wanita).

i)        Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi

j)        Pola mekanisme koping

Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan

k)      Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari

Allah SWT.

3.        Pemeriksaan Penunjang

1.      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)

Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak

menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada

dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada

kerusakan sel hati

2.      Darah Lengkap (DL)

SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau

mengakibatkan perdarahan.

3.      Leukopenia

Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)


4.      Diferensia Darah Lengkap

Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.

5.      Alkali phosfatase

Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

6.      Feses

Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

7.      Albumin Serum

Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan

karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

8.      Gula Darah

Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

9.      Anti HAVIgM

Positif pada tipe A

10.  HbsAG

Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

11.  Masa Protrombin

Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.

Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.

12.  Bilirubin serum

Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan

peningkatan nekrosis seluler)

13.  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)

Kadar darah meningkat.

BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan

dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.


14.  Biopsi Hati

Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

15.  Skan Hati

Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.

16.  Urinalisa

Peningkatan kadar bilirubin.

Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin

terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri Pembengkakan hepar Gangguan rasa

pada daerah perut kanan atas nyaman (Nyeri)

Do :

P : Nyeri pada saat ditekan

Q : Seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri pada kuadran kanan atas

S : Skala : 6-8

T: Menetap
2Do : pasien mengatakan mual tidak nafsu Anoreksia Nutrisi kurang dari

makan kebutuhan

Ds : klientampak lemah dan lemas, porsi

makan tidak habis hanya habis 3

sendok

A : BB turun

B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis

D : Diet makan tinggi serat dan protein

3 Ds : Pasien mengatakan bahwa dia Penurunan kekuatan / Intoleransi Aktivitas

malas untuk beraktivitas ketahanan tubuh

Do : Tonus Otot 4 4

4 4

-    Aktivitas sehari hari memerlukan

bantuan

-    Pasien nampak terkulai lemas di

atas tempat tidur


4Ds : pasien mengatakan bahwa tubuhnya Gatal sekunder dengan Resiko tinggi terhadap

gatal -gatal akumulasi garam kerusakan integritas

Tanda garukan pada kulit empedu pada jaringan kulit


5Ds :Pasien mengatakan bahwasering Mual – muntah Resiko tinggi

muntah kekurangan volume

pasien muntah 1x/ lebih sehari cairan

Turgor Kulit kembali > 2 Detik

Mukosa Bibir Kering

Mata Cowong

Konjungtiva Anemis
6 pasien mengatakan tubuhnya panas infasi agen dalam Hipertermi

a.       Do : suhu tubuh pasien 38,50 C sirkulasi darah

sekunder terhadap

inflamasi hepar
4.        Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

3.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

4.      Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.

5.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.

6.      Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

5.        Intervensi Keperawatan

DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,

dengan

KH :

-          TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :

36,5- 37,50.C ).

-          Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

-          Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.

-          Skala nyeri 0-3

-          Wajah pasien rileks

Intervensi Rasional
1)      Kolaborasi dengan individu untuk
1)      nyeri yang berhubungan dengan

menentukan metode yang dapat digunakan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara

kapsula hati, melalui pendekatan kepada

individu yang mengalami perubahan

kenyamanan nyeri diharapkan lebih

efektif mengurangi nyeri.


2)      Observasi TTV 2)      Untuk mengetahui keadaan umum klien
3)      Tunjukkan pada klien penerimaan tentang
3.      klienlah yang harus mencoba

respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan

bahwa ia mengalami nyeri.


4)      Berikan informasi akurat dan 4.      klien yang disiapkan untuk mengalami

a)    Jelaskan penyebab nyeri nyeri melalui penjelasan nyeri yang

b)    Tunjukkan berapa lama nyeri akan sesungguhnya akan dirasakan (cenderung

berakhir, bila diketahui lebih tenang dibanding klien yang

penjelasan kurang/tidak terdapat

penjelasan)
5)      Bahas dengan dokter penggunaan
5)      kemungkinan nyeri sudah tak bisa

analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk mengurangi

hepatotoksi nyeri.

DX 2 :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan

KH : - Nafsu makan pasien meningkat

-   Porsi makan habis

-   Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan

-   Pasien tidak lemas

-   BB naik

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.      Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.
1.      Makan banyak sulit untuk mengatur bila

Berikan makan sedikit dalam frekuensi pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk

sering dan tawarkan makan pagi paling selama siang hari, membuat masukan

besar makanan yang sulit pada sore hari


2.      Berikan perawatan mulut sebelum makan2.      Menghilangkan rasa tak enak dapat

meningkatkan nafsu makan


3.      Anjurkan makan pada posisi duduk tegak3.      Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan

dapat meningkatkan nafsu makan


4.      Dorong pemasukan sari jeruk, minuman
4.      Bahan ini merupakan ekstra kalori dan

karbonat dan permen berat sepanjang hari dapat lebih mudah dicerna / toleran bila

makanan lain ini


Kolaborasi
5.      Konsul pada ahli gizi, dukung tim nutrisi
5.      Berguna dalam membuat program diet

untuk memberikan diet sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan individu.

pasien, dengan masukan lemak dan protein Metabolisme lemak bervariasi tergantung

sesuai toleransi pada produksi dan pengeluaran empedu dan

perlunya masukan normal atau lebih protein

akan membantu regenerasi hati


6.      Berikan obat sesuai indikasi : Antiematik,
6.      Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat

contoh metalopramide (Reglan) ; menurunkan mual dan meningkatkan

trimetobenzamid (Tigan) toleransi pada makanan.

DX 3:Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu

beraktivitas dengan baik, dengan

KH :
-          Tonus otot 5 5

-          Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri

-          Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.      Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan
1.      Meningkatkan istirahat dan ketenangan.

lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai Menyediakan energi yang digunakan

keperluan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi

duduk tegak diyakini menurunkan aliran

darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi

optimal ke sel hati


2.      Ubah posisi dengan sering. Berikan
2.      Meningkatkan fungsi pernafasan dan

perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area tertentu

untuk menurunkan resiko kerusakan

jaringan
3.      Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai
3.      Memungkinkan periode tambahan

toleransi istirahat tanpa gangguan


4.      Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu
4.      Tirah baring lama dapat menurunkan

melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / kemampuan. Ini dapat terjadi karena

aktif keterbatasan aktivitas yang mengganggu

periode istirahat.
5.      Dorong penggunaan teknik manajemen
5.      Meningkatkan relaksasi dan

stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, penghematan energi, memusatkan

bimbingan imajinasi, berikan aktivitas kembali perhatian, dan dapat

hiburan yang tepat, contoh menonton TV, meningkatkan koping

radio, membaca
6.      Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri
6.      Menunjukkan kurangnya resolusi /

tekan pembesaran hati eksaserbasi penyakit, memerlukan


istirahat lanjut, mengganti program terapi
Kolaborasi
7.      Berikan antidot atau bantu dalam prosedur
7.      Membuang agen penyebab pada

sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hepatitis toksik dapat membatasi derajat

hiperventilasi) tergantung pada pemajanan kerusakan jaringan


8.      Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen
8.      Membantu dalam manajemen

antiansietas, contoh diazepam (Valium); kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan

lorazepam (Ativan) berbiturat dan tranquilizer seperti

Compazine dan Thorazine,

dikontraindikasikan sehubungan dengan

efek hepatotoksik
9.      Awasi kadar enzim hati 9.      Membantu menentukan kadar aktivitas

tepat, sebagai peningkatan prematur pada

potensial risiko berulang

Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada

pasien hilang.

KH :

-          Pasien merasa nyaman

-          Tubuh pasien tidak gatal lagi

-          Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional
          Mulai tindakan kenyamanan : 1.      Tindakan ini meningkatkan istirahat.

          Mandi pancuran dingin Istirahat menurunkan kebutuhan energi

          Gosokan punggung yang menghasilkan tegangan pada hepar.


          Air hangat

          Aktivitas hiburan rendah (membaca,

menonton TV, permainan papan)

          Kompres dingin pada dahi untuk sakit

kepala

          Lingkungan tenang


2.      Berikan antipiretik yang diresepkan dan
2.      Untuk mengatasi demam. Demam

evaluasi keefektifan berhubungan dengan peningkatan

kehangatan dan berkeringat saat demam

membaik. Hangat disertai dengan lembab

meningkatkan rasa gatal.


3.      Pertahankan linen dan pakaian kering 3.      Pakaian basah dari berkeringat adalah

sumber ketidaknyamanan
4.      Dorong kunjungan dari keluarga dan
4.      Isolasi dapat menyebabkan kebosanan

teman yang mencetuskan depresi dan

meningkatkan ketidaknyamanan.
5.      Mulai tindakan untuk menghilangkan
5.      Suhu dingin membatasi vasodilatasi jadi

puritus : menurunkan pengeluaran garam empedu

          Berikan mandi pancuran dingin ke permukaan kulit. Soda kue dan sagu

          Gunakan soda kue atau tepung sagu pada membantu menetralkan asam pada

air permukaan kulit. Sabun alkalin

          Hindari sabun alkalin mempunyai efek mengeringkan, yang

          Berikan losin Caladryl meningkatkan rasa gatal. Losion Caladryl

          Gunakan pakaian yang longgar mengandung antihistamin, benadryl yang

          Pertahankan suhu kamar dingin juga menetralkan keasaman permukaan

kulit, dan menekan ujung saraf sensori

yang mencetuskan sensasi gatal


6.      Pertahankan kuku pasien terpotong
6.      Untuk menurunkan resiko kerusakan
pendek. Instruksikan pasien menggunakan kulit bila buruk

bantalan jari untuk menggaruk kulit atau

menggunakan ujung jari untuk menekan

pada kulit bila sangat perlu menggaruk.

Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual –

muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,

dengan

KH :

-          TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :

36,5- 37,50.C ).

-          Turgor Kulit kembali < 2 Detik

-          Mukosa Bibir lembab

-          Mata tidak Cowong

-          Konjungtiva tidak Anemis

-          Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.      Awasi masukan dan haluaran, bandingkan
1.      Memberikan informasi tentang

dengan berat badan harian. Catat kehilangan kebutuhan penggantian / efek terapi.

melalui usus, contoh muntah dan diare


2.      Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian
2.      Indikator volume sirkulasi / perfusi

kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa


3.      Periksa asites atau pembentukan edema. 3.      Menurunkan kemungkinan perdarahan

Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi kedalam jaringan


4.      Biarkan pasien menggunakan lap katun 4.     
/ Menghindari trauma dan perdarahan
spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi gusi
5.      Observasi tanda perdarahan, contoh 5.      Kadar protombin menurun dan waktu

hematuria / melena, ekimosis, perdarahan koagulasi memanjang bila absorbsi

terus menerus dari gusi / bekas injeksi vitamin K terganggu pada traktus GI dan

sintesis protrombin menurun karena

mempengaruhi hati
Kolaborasi
6.      Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht,
6.      Menunjukkan hidrasi dan

Na+ albumin, dan waktu pembekuan mengidentifikasi retensi natrium / kadar

protein yang dapat menimbulkan

pembekuan edema. Defisit pada

pembekuan potensial beresiko perdarahan


7.      Berikan cairan IV (biasanya glukosa),
7.      Memberikan cairan dan penggantian

elektrolit elektrolit

Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan

KH:

-          Klien tidak mengeluh panas

-          Suhu tubuh Normal 36,50 – 37,50C

-          Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.

Intervensi Rasional
1.      Kaji adanya keluahan tanda – tanda
1.      sebagai indikator untuk mengetahui

peningkatan suhu tubuh status hypertermi

2.      Berikan kompres hangat pada lipatan


2.      menghambat pusat simpatis di

ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi

kulit dengan merangsang kelenjar keringat


untuk mengurangi panas tubuh melalui

penguapan

3.      keluarga mampu melakukan kompres

3.      Berikan HE kepada keluarga pasien kepada pasien secara mandiri

tentang pemberian kompres yang benar 4.      kondisi kulit yang mengalami lembab

4.      Anjurkan klien untuk memakai pakaian memicu timbulnya pertumbuhan jamur.

yang menyerap keringat Juga akan mengurangi kenyamanan klien,

mencegah timbulnya ruam kulit.


BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan

a)    Definisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

kimia. (Sujono Hadi, 1999).

b)   Etiologi

a.       Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E

b.      Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain

c)    Klasifikasi dan penyebab

  Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral

  Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral

  Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral

  Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral

  Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral

4.2. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah

agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa

keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.


DAFTAR PUSTAKA

Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 “Patofisiologi, Konsep Klinis

Proses – Proses Penyakit”. Edisi 2. Jakarta : EGC

Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 “Keperawatan Medikal Bedah”.

Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”.

Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC

Lynda Juall Carpenito. 2009 “Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”. Jakarta :

EGC

Doenges. “Rencana Asuhan Keperawatan” Edisi 3

Dienstag, 1990

Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990

Bradley,1990; Purcell, 1990

Sujono Hadi, 1999

Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145

Smeltzer, 2001

Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131

Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC


Ana Nurkhasanah Askep KMB
Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan
keperawatan secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah
hepatitis. Pada konsep askep hepatitis pada artikel ini menggunakan konsep Nanda
NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan
menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.

Sebelum kita belajar bagaimana konsep asuhan keperawatan hepatitis, kita harus
tahu apa itu hepatitis. 

DEFINISI HEPATITIS

Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi


atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas.

Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan
E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral)
sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama.

KLASIFIKASI DAN PENYEBAB HEPATITIS

Hepatitis Virus

Hepatitis A

Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda.

Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang),


seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata
30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda.

Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna
obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan
gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM
anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat
adanya suatu inveksi HAV.

Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa
lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.

Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal.

Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati
dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.

Hepatitis B

Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.

Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,


pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan,
tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan
tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera
makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan
lemah.

Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap.
Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai
12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan
virus tersebut.

Hepatitis C

Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari.

Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja


layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.

HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).

Hepatitis D

Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari,
21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada
pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.

Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen


permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. 
Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk
menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta
sirosis hati.

Hepatitis E

Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-
rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan
pada daerah endemis.

HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34
nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan
khusus.

Hepatitis Toksik

Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan
muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini
atau kontak dengan penyebabnya terbatas.

Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan


keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman
dan tindakan pendukung.

Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat

Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
PATHWAY HEPATITIS

TANDA DAN GEJALA HEPATITIS

Tanda dan gejala hepatitis menurut FKUI (2006) adalah sebagai berikut:

Masa tunas

 Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)


 Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
 Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)  

Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.

Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek
terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5
hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2 minggu.

Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.

KOMPLIKASI HEPATITIS
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien.

Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8
bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh
dari serangan awal.

Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi
kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap
buruk.

Komplikasi lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma


heatoseluler sekunder.

Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:

 Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
 Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
 Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG HEPATITIS

Laboratorium

 Pemeriksaan pigmen
 Urobilirubin direk
 Bilirubun serum total
 Bilirubin urine
 Urobilinogen urine
 Urobilinogen feses
 Pemeriksaan protein
 Protein totel serum
 Albumin serum
 Globulin serum
 HbsAG
 Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K
 Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
 AST atau SGOT
 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum

Radiologi

 Foto rontgen abdomen


 Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
 Kolestogram dan kalangiogram
 Arteriografi pembuluh darah seliaka

Pemeriksaan tambahan

 Laparoskopi
 Biopsi hati

PENATALAKSANAAN HEPATITIS

Pencegahan
Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.

Obat-obatan terpilih

 Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi


imun yang berlebihan.
 Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
 Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
 Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
 Roboransia.
 Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
 Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
 Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan
infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup

Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total
4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

ASKEP HEPATITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Hepatitis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama pasien hepatitis biasanya nyeri ulu hati atau perut bagian kanan
atas. Selain itu biasanya disertai dengan tanda ikterik atau kuning pada sclera,
konjungtiva dan kulit.
Keluhan utama yang timbul biasanya bervariasi tergantung seberapa berat hepatitis
terjadi.

Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat penyakit infeksi virus, penyakit keturunan, konsumsi alkool dan lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP HEPATITIS MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

NUTRISI
DS:
Mual dan muntah
Berat badan menurun dan nafsu makan menurun

DO:
BB menurun

ELIMINASI

Sistem Integuman
DS:
Kulit kuning

DO:
Kulit tampak kuning dan pucat

KENYAMANAN
DS:
Rasa tidak nyaman diperut
Nyeru ulu hati atau perut kanan atas

DO:
Tampak meringis kesakitan
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK
MENUNJANG DIAGNOSA HEPATITIS
Laboratorium

 Pemeriksaan pigmen kulit


 Urobilirubin direk meningkat
 Bilirubun serum total meningkat
 Bilirubin urine meningkat
 Urobilinogen urine
 Urobilinogen feses
 Pemeriksaan protein
 Protein totel serum
 Albumin serum
 Globulin serum
 HbsAG
 Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K
 Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
 AST atau SGOT
 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum

Radiologi

 Foto rontgen abdomen menunjukkan pembesaran hepar


 Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
 Kolestogram dan kalangiogram
 Arteriografi pembuluh darah seliaka

Pemeriksaan tambahan

 Laparoskopi
 Biopsi hati

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


HEPATITIS
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Mual berhubungan dengan
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Defsiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1     tidak pernah
2     jarang
3     kadang-kadang
4     sering
5     selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1     sangat berat
2     berat
3     sedang
4     ringan
5     tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah
 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
 mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
 melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian
 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
 Manajemen nyeri:
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:

 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat


 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu

Perawatan dirumah

 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah


 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Untuk bayi dan anak-anak

 Waspadai bahwa sama halnya dengan orang dewasa, bayi pun sensitive
terhadap nyeri, gunakan anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena,
untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral
 Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil, gunakan skala nyeri wajah
atau skala nyeri bergambar lainnya

Untuk lansia
 Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek
analgesic opiate, dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan
nyeri yang lebih lama
 Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia,
karena lansia sering mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi banyak
obat
 Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan
 Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk
lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap opioid
 Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau obat
lain yang dimetabolisme diginjal
 Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang
meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
 Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara saudara
dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri
 Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi sesering
mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien
 Kaji interaksi obat termasuk obat bebas

Mual berhubungan dengan nyeri kepala

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

 Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat


kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
 Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1     sangat berat

2     berat

3     sedang

4     ringan

5     tidak mengalami

Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1     gangguan eksterm
2     berat
3     sedang
4     ringan
5     tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah

 Melaporkan terbebas dari mual


 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Pantau gejala subjektif mual pada pasien


 Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):


 Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan
 Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
 Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
 Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
 Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):

 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin


 Pantau TTV jika perlu
 Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu
 Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Jelaskan penyebab mual


 Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua
akan terjadi
 Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk
menekan reflek muntah
 Ajarkan untuk makan secara perlahan
 Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif

 Berikan obat antiemetic sesuai anjuran


 Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
 Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain

 Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
 Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
 Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
 Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
 Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
 Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah

 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang


disiapkan dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Untuk bayi dan anak-anak

 Bayi dan anak-anak berisiko mengalami kekurangan volume cairan sebagai


akibat mua karena biasanya menolak diberi makan

Untuk lansia

 Pantau dengan cermat efek samping obat antiemetic


 Kaji apakah mual kemungkinan disebabkan obat anti inflamasi non steroid
yang diminum oleh pasien

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:

 Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai


sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
 Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut:
1     tidak pernah
2     jarang
3     kadang-kadang
4     sering
5     selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

 kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap……..
 kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
 gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
 reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
 berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi
 informasikan tentang gejala ansietas
 ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic
dan gejala penyakit fisik
penurunan ansietas (NIC);

 sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis


 instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
 jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur

Aktivitas kolaboratif

 penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

 pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
 beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
 bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
 sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
 coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
 dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
 yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
 sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
 sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
 singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


 nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
 damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
 berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
 jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
 bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas
Defsiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan dan kriteria Hasil (NOC)

Memperlihatkan pengetahuan tentang penyakit hepatitis yang dibuktikan oleh


indicator sebagai sebagai berikut:
1     tidak ada
2     terbatas
3     cukup
4     banyak
5     luas
Indicator 1 2 3 4 5
Deskripsi diet
Deskripsi rasiona untuk diet
Deskripsi bahan makanan yang
dianjurkan dalam diet
Deskripsi strategi untuk mengubah
kebiasaan diet
Deskripsi aktivitas pemantauan diri

Intervensi Keperawatan (NIC)

Catatan:
Karena defisiensi pengetahuan merupakan diagnosis yang luas, disini hanya akan
dijelaskan secara secara umum. Lihat manual NIC untuk aktifitas keperawatan untuk
intervensi tertentu.

Pengkajian

 periksa keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami


program terapi dan informasi lainnya yang relevan
 penyuluhan individual (NIC):
 tentukan kebutuhan belajar pasien
 lakukan penilaian pasien terhadap materi
 tentukan tingkat kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus
 tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu
 kaji gaya belajar pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 berikan penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien. Ulangi informasi jika


perlu
 gunakan pendekatan berbagai cara, redemonstrasi dan berikan umpan balik
verbal dan tulisan

Penyuluhan individu (NIC):

 BHSP
 Bangun kredibilitas sebagai guru, jika perlu
 Terapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan pasien
 Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
 Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
 Pilih materi pengajaran yang sesuai
 Beri penguatan terhadap perilaku yang sesuai
 Anjurkan pasien untuk bertanya dan diskusi
 Dokumentasikan penyuluhan
 Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, jika perlu

Aktivitas kolaboratif

 beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong


pasien dalam mempertahankan program terapi
 buat rencana pengajaran multidisipliner yang terkoordinasi, sebutkan
perencanaannya
 rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi

Aktivitas lain

 berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk


memfasilitasi pembelajaran
Perawatan dirumah

 penyuluhan penting dilakukan, baik ditataran perawatan dirumah maupun


ditatanan rumah sakit.

Itulah tadi Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC, mudah-mudahahn dapat


bermanfaat bagi anda.

Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.
0
inShare

Silahkan submit email anda untuk mendapatkan update artikel dari portal perawat:

Related Posts :

 Askep Asma Bronkhial Aplikasi Nanda NIC NOC Askep Asma Bronkhial
Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis
yang diberikan kepada pasien dengan masal… Read More...

 Askep BPH aplikasi Nanda-NIC-NOC Askep BPH aplikasi Nanda NIC


NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang diberikan kepada
pasien dengan masalah BPH ata … Read More...

 Askep Efusi Pleura Aplikasi Nanda NIC NOC Askep efusi pleura aplikasi
Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang
diberikan kepada pasien dengan masalah… Read More...
 Askep Aterosklerosis Aplikasi Nanda NIC NOC Askep Aterosklerosis
Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis
yang diberikan kepada pasien dengan masalah… Read More...

 Askep Gastritis Aplikasi Nanda Nic Noc Askep Gastritis Aplikasi Nanda
NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang diberikan
kepada pasien dengan masalah… Read More...

Newer Post Older Post Home



Artikel Populer

Anatomi Tubuh Manusia Lengkap

Anatomi Tubuh Manusia Anatomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai struktur
tubuh. Kata anatomi berasal dari kata ana dan tome, y...

Penurunan Curah Jantung - Nanda NIC NOC

Definisi Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan


metabolism tubuh Factor yang berubungan Ga...

 Panduan Penggunaan APD di Unit Rumah Sakit

Pengertian Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya d...


Kekurangan Volume Cairan - Nanda NIC NOC

Definisi Penurunan cairan intravaskuler, interstisial atau intrasel. Diagnosis ini


menunjuk pada dehidrasi yang merupakan kehila...

Perubahan Perfusi Jaringan Perifer - Nanda NIC NOC

Definisi Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi


kejaringan pada tingkat kapiler Faktor yang berubu...

Kerusakan Integritas Kulit - Nanda NIC NOC

Definisi Perubahan epidermis dan dermis Factor yang berubungan Eksternal


(lingkungan) Zat kimia Kelem...

Label
 Alat Kesehatan
 Anatomi Sistem Reproduksi
 Anatomi Sistem Sirkulasi
 Askep Gawat Darurat
 Askep KMB
 Askep Maternitas
 Diagnosa Nanda NIC NOC
 Diagnosa Nanda NIC NOC Versi I
 Farmakologi
 Gadar
 Ilmu Dasar Keperawatan
 Kumpulan Panduan
 Kumpulan SOP Perawat
 Pengantar Anatomi Tubuh Manusia
 Penyakit A - Z
 Skill Keperawatan
 Tips Kehamilan

Arsip Blog
 ▼  2016 (201)
o ►  October (5)
o ▼  September (97)
 Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia
 Inilah Kode Etik Keperawatan Yang Harus Perawat Ke...
 Pembagian Golongan Obat Berdasarkan Peredarannya
 Farmakologi Kesehatan
 Sistem Reproduksi Wanita Eksterna
 Sistem Reproduksi Wanita
 Askep Vertigo Aplikasi Nanda NIC NOC
 Sistem Reproduksi Wanita Interna
 Sistem Reproduksi Pria
 Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Pria
 Perkembangan Prenatal Masa Kehamilan
 Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Wanita
 Menopouse Pada Wanita
 Kontrasepsi
 Fertilisasi
 Anatomi Penis Pada Laki-Laki
 Sistem Reproduksi Pada Manusia
 Tekanan Darah Manusia
 System Limfatik Tubuh Manusia
 Sistem Listrik Jantung Manusia
 Sirkulasi Koroner Jantung Manusia
 Mekanisme Pertukaran Cairan Darah Dalam Kapiler
 Mekanisme Homeostasis Dan Pembekuan Darah
 Hemodinamika Alirah Darah Di Dalam Tubuh Manusia
 Trombosit Atau Keping Darah
 Ruang Jantung Manusia
 Leukosit Atau Sel Darah Putih
 Katup Jantung
 Sistem Golongan Darah Pada Manusia
 Eritrosit Atau Sel Darah Merah Pada Tubuh Manusia
 Frekuensi Denyut Jantung
 Anatomi Pembuluh Darah Vena
 Anatomi Pembuluh Darah Manusia
 Anatomi Pembuluh Darah Arteri Tubuh Manusia
 Anatomi Darah Manusia
 Siklus Dan Bunyi Jantung Manusia
 Curah Jantung Pada Tubuh manusia
 Anatomi Jantung Manusia Lengkap
 Anatomi Sistem Kardiovaskular
 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi Tubuh Manus...
 Askep Aterosklerosis Aplikasi Nanda NIC NOC
 Askep BPH aplikasi Nanda-NIC-NOC
 Jenis – Jenis Cairan Infus Yang Harus Anda Ketahui...
 Jarum Infus Atau Abocet
 Infus Set Atau Selang Infus
 Askep Gastritis Aplikasi Nanda Nic Noc
 SOP Memberikan Obat Sublingual
 SOP Memberikan Obat Oral
 SOP Memberikan Obat Melalui Rektal
 SOP Memberikan Obat Melalui Vagina
 SOP Memberikan Obat Mata
 SOP Memberikan Obat Inhalasi
 SOP Perawatan Kateter Urin Pasien
 SOP Membantu Pasien BAK
 SOP Memasang Kateter Kondom
 Askep Asma Bronkhial Aplikasi Nanda NIC NOC
 SOP Melepas Kateter Urin
 SOP Memasang Kateter Urin
 SOP Pemberian Spuit Gliserin
 SOP Mengeluarkan Feses Pasien Secara Manual
 SOP Membantu Pasien BAB
 SOP Memasang Scorsteen
 SOP Huknah
 SOP Oral Higiene Pasien
 Askep Efusi Pleura Aplikasi Nanda NIC NOC
 SOP Menyisir Rambut Pasien
 Askep Apendisitis Aplikasi Nanda NIC NOC
 SOP Mencukur Rambut Pasien
 SOP Mencuci Rambut Pasien
 SOP Memotong Kuku Pasien
 SOP Memandikan Pasien
 SOP Pemeriksaan Nadi
 SOP Pemeriksaan EKG 12 Lead
 SOP Mengukur Tekanan Darah
 SOP Mengukur Suhu Tubuh Rektal
 SOP Mengukur Suhu Tubuh Oral
 Askep Meningitis Aplikasi Nanda NIC NOC
 Cara memasang kateter yang baik dan benar
 Cara memberikan terapi oksigenasi
 Cara memasang NGT yang baik dan benar
 Askep Tumor Otak Aplikasi Nanda NIC NOC
 Cara Memasang Infus Yang Baik dan Benar
 Cara memberikan obat injeksi yang baik dan benar
 Pemeriksaan EKG yang baik dan benar
 Perawatan Kolostomi
 Askep Stroke Aplikasi Nanda NIC NOC
 Cara melakukan suction
 Cara Cuci Tangan Bedah
 Cara Cuci Tangan Menggunakan Handrub
 Langkah-Langkah Cuci Tangan Yang Benar
 Askep TB Paru Aplikasi Nanda NIC NOC
 Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC
 Cara Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air Mengali...
 Kapan Harus Melakukan Cuci Tangan
 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memasang Inf...
 Pentingnya Cuci Tangan Bagi Petugas Kesehatan
 Askep Sirosis Hepatis Aplikasi Nanda NIC NOC
o ►  August (10)
o ►  July (28)
o ►  June (13)
o ►  May (3)
o ►  April (2)
o ►  March (2)
o ►  February (13)
o ►  January (28)

Mengenai Saya

Ana Nurkhasanah
View my complete profile

Google+ Followers
×

Powered By Facebook and Get This Widget

Copyright 2014 Portal Perawat


Powered by Blogger.com

ASUHAN KEPERAWATAN

 Home

ikamay. Powered by Blogger.

JAM
Renungan
 google translate
Lencana Facebook

Ika May

IKA MAY

View my complete profile

Archives
o 2013 (12)
 August (12)
 ASKEP PENDARAHAN
 ASKEP DIABETES
 ASKEP EFUSI PLEURA
 Asuhan Keperawatan Meningitis
 ASKEP DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
 ASKEP TB PARU
 Asuhan Keperawatan TB Paru
 Askep Klien PPOM
 ASKEP HEPATITIS
 ASKEP KLIEN DENGAN PANKREATITIS
 ASKEP Sindrom Koroner Akut (SKA)
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
SEPSIS NEONATO...

My Musik
feedjit

ASKEP HEPATITIS
Posted by IKA MAY |
undefinedundefined
undefined

DEFINISI

Hepatitis adalah merupakan inflamasi hati dapat terjadi


karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus
(hepatitis A, B, C, D, E).

PATOFISIOLOGI
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke
hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-
sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGO T dan SGPT). akibat kerusakan ini maka
terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit
dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh
sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai
penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon
hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai
kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi
secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan
juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang
banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran
hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba/palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada
saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas
(asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis
viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis
kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif. hepatitis virus hepatitis A
mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan
paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut
dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu:
hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas
terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik. Obat-obat yang dapat menyebabkan
gangguan/kerusakan hepar adalah:

- Obat anastesi
- Obat antibiotik
- Obat antiinflamasi
- Obat antimetabolik dan imunosupresif
- antituberkulosa
- hormon-hormon
- obat psikotropik
- Lain-lain, contoh phenothiazine.

ETIOLOGI
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
– Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.
– Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.

GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok:

Hepatitis kronik
- Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah
yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan
varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
- Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan
globulin serum.
- Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis
kronik.

Hepatitis akut
- Pada umumnya, hepatitis tipe a, b, dan c mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis
tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan
serum-sickness.
- Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya
transminase serum.
- Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang
lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa “tidak enak badan”,
menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan
ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada
nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang
malam dan pasien merasa sengsara.
- Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.
- Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
- Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.

PENGOBATAN
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan
penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata
paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin,
asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat
nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi
hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran
jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu
tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya
hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus
dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang
relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan
cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat
suportif.

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI


Pada hepatitis kronik oleh infeksi hepatitis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi. di
Inggris hepatitis non-A, non-B dikira karena hepatitis C, mempunyai kelangsungan hidup
paling jelek, pasien yang agak tua atau yang kesehatan umumnya kurang, mempunyai
prognosis yang jelek.
Pada hepatitis akut sangat bervariasi; pada sebagian kasus, penyakit berjalan ringan dengan
perbaikan biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1-3 tahun. pada sebagian kasus lainnya,
hepatitis kronik persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan
berlanjut menjadi sirosis. Secara keseluruhan walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien
tetap asimtomatik dan jarang terjadi kegagalan hati di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat
menunjukkan Anti-HVC positif.
komplikasi dapat berupa kegagalan hepar yang fulminan (sangat berat) atau dapat juga
sirosis. Kekambuhan merupakan komplikasi pada kasus hepatitis akut.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN HEPATITIS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam
(lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa
lokal untuk perokok.

2. Pengkajian Kesehatan
Observasi/temuan
– Aktivitas/istirahat: kelemahan, kelelahan, malaise umum.
– Sirkulasi: bradikardi (hiperbilurubinia berat), ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa.
– Eliminasi: urine gelap, diare/konstipasi; feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya
hemodialisa.
– Makanan/cairan: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat
(edema), mual/muntah. Asites.
– Neurosensori: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
– Nyeri/ketidaknyamanan: kram abdomen, nyeri tekan pada quadrant kanan atas, mialgia,
artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus). Otot tegang, gelisah.
– Pernafasan: tidak minat/enggan merokok (perokok).
– Keamanan: adanya transfusi darah/produk darah. Demam, urtikaria, lesi makulopapular,
eritema tak beraturan, ekserbasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia
(kadan-kadang ada pula hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal
posterior.
– Seksualitas: pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
– Penyuluhan/pembelajaran: riwayat diketahui/mungkin terpejan pada virus, bakteri atau
toksin (makanan terkontaminasi air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simtomatik
atau asimtomatik); adanya prosedur bedah dengan anastesia haloten; terpajan pada kimia
toksik (contoh karbon tetraklorida, vinil klorida); obat resep (contoh sulfonamid, fenotiazid,
isoniazid). Obat jalanan IV atau penggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit ginjal,
adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.

Pemeriksaan diagnostik
- Tes fungsi hati: abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan: merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dari non-virus.
- AST (SGOT/ALT (SGPT): awalnya meningkat. dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun.
- Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
- Leukopenia: trombositopenia, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
- Alkali phosphatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
- Feses: warna tanah liat, steatore (penurunan fungsi hati).
- Albumin serum: menurun.
- Gula darah: hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
- Anti-HAV IgM: positif pada tipe A.
- HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A). catatan: merupakan diagnostik sebelum
terjadi gejala klinik.
- Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati).
- Bilirubin serum: di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
- Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
- Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
- Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
- Urinalisa: peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.

Potensial komplikasi
– Infeksi HVA sering sembuh tanpa komplikasi, sedangkan infeksi HVB dan jenis virus
lainnya dapat menjadi kronik dan infeksi HVD sering fatal.
– Pada HVC kronis persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius,
bahkan berlanjut menjadi sirosis.
Terapi dan perawatan
– Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
– Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
– Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
– Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
– Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk
menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
– Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-
orang yang mengandung resiko terinfeksi.
– Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ketahanan; nyeri.
Intervensi:
– Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai
keperluan.
– Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
– Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
– Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
– Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh nonton TV, radio,
membaca.
– Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
– Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis,
hiperventilasi) tergantung pada pemajanan.
– Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (valium):
lorazepam (ativan).
– Awasi kadar enzim hati.

Hasil Yang Diharapkan /Kriteria Evaluasi


- Pasien akan menyatakan pemahaman situasi/faktor risiko dan program pengobatan
invididual.
- Menunjukkan teknik/perilaku yang melakukan kembali melakukan aktivitas.
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Intervensi
– Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
– Berikan perawatan mulut sebelum makan.
– Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
– Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
– Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
– Awasi glukosa darah.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
- Antasida (contoh mylanta).
- Vitamin (contoh b kokpleks).
- Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
– Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi


- Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan


melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites) dan proses pembekuan darah.
Intervensi
– Awasi masukan dan haluaran. Bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan
melalui usus, contoh muntah dan diare.
– Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
– Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
– Biarkan pasien menggunakan laporan katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
– Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis, perdarahan terus-menerus
dari gusi/bekas injeksi.
– Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan.
– Berikan cairan iv (biasanya glukosa), elektrolit:
- Protein hidrolisat.
- Vitamin K
- Antasida atau reseptor H2 antagonis, contoh simetidin (tagamet).
- Obat-obat antidiare, misal, difenoksilat dan atripin (lomotil).
- Plasma beku segar (fresh frozen plasma/ffp).
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
Pasien akan mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, torgor kulit
baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine pasien adekuat.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat (contoh
leukopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun; malnutrisi; kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Intervensi
– Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan perbatasan sesuai kebijaksanaan rumah
sakit: termasuk cuci tangan efektif.
– Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
– Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.
– Berikan informasi tentang adanya gama globulin. Isg. Hbig. Vaksin hepatitis b
(rekombivax hb, engerix-b) melalui DepKes atau dokter keluarga.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Obat antivirus: vidaralun (vira-a), asiklovir (zovirak); interferon alfa-2b (intron-a);
- Antibiotik tepat untuk egen pencegahan (contoh, garam negatif, bakteri anaerob) atau proses
sekunder.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi


- Pasien akan menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
- Menunjukkan teknik; melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi
ulang/transmisi ke orang lain.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia:
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Intervensi
– Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan
minyak kalamin sesuai indikasi.
– Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan
kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas
pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut.
– Berikan massage pada waktu tidur.
– Hindari komentar tentang penampilan pasien.
– Berikan obat sesuai indikasi:
- Anhistamin, contoh metdilazin (tacaryl); difenhidramin (benadryl).
- Antilipemik, contoh kolestramin (questran).
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menunjukkan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Pasien akan melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet

6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan.
Intervensi
– Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan
pengobatan.
– Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit, contoh kontak yang
memerlukan gamma globulin; masalah pribadi tak perlu dibagi; tekankan cuci tangan dan
sanitasi pakaian.
– Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.
Diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras/olahraga.
– Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas diet seimbang.
– Dorong kesinambungan diet seimbang.
– Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh masukan cairan
adekuat/diet srta, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi.
– Diskusikan efek samping dan bahaya minum obat yang dijual bebas/diresepkan (contoh
asetaminofen, aspirin) dan perlunya melaporkan ke pemberi perawatan tentang diagnosa.
– Diskusikan pembatasan donator darah.
– Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
– Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimum atau lebih sesuai
toleransi individu.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi


- Pasien akan menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
- Pasien akan mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala dengan
faktor penyebab.
- Pasien akan melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://4askep.blogspot.com
Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers.
Philadelphia, U.S.A
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Penerbit Balai FKUI Jakarta
---. Pedoman Pengobatan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica





Posted by IKA MAY


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home


Copyright 2011 ASUHAN KEPERAWATAN.All rights reserved. Powered by Blogger
Luggage, Live In Las Vegas, Las Vegas Recreation, Free SharePoint hosting.

Healthy Articles
Hepatitis dan Asuhan Keperawatan Hepatitis
Hepatitis

A. Pengertian

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi

Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh
virus.

 Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.


 Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.

C. Patofisiologi

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati.

Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage


hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu
(biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan
kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam
urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan
gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan
lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub
akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu
yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak
menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

D. Tanda dan Gejala

1. Masa tunas

 Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)


 Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
 Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

 
2. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus


berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama
sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah
10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu
dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium
 Pemeriksaan pigmen

 urobilirubin direk
 bilirubun serum total
 bilirubin urine
 urobilinogen urine
 urobilinogen feses

 Pemeriksaan protein

 protein totel serum


 albumin serum
 globulin serum
 HbsAG

 Waktu protombin

 respon waktu protombin terhadap vitamin K

 Pemeriksaan serum transferase dan transaminase


 AST atau SGOT
 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum

2. Radiologi

 foto rontgen abdomen


 pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal
yang berlabel radioaktif
 kolestogram dan kalangiogram
 arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

 laparoskopi
 biopsi hati

F. Komplikasi

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

G. Pengobatan

Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-
obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.

Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan
kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada
aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu
dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa
terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus
dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu
perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.

Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat
diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya
hanya bersifat suportif.
 

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis

A. Pengkajian

1. Keluhan Utama

Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala
pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.

2. Pengkajian Kesehatan
 
1. Aktivitas
 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise
 
2. Sirkulasi
 Bradikardi (hiperbilirubin berat)
 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
 
3. Eliminasi
 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat
 
4. Makanan dan Cairan
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Peningkatan oedema
 Asites
 
5. Neurosensori
 Peka terhadap rangsang
 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
 
6. Nyeri / Kenyamanan
 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Mialgia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal (pruritus)
 
7. Keamanan
 Demam
 Urtikaria
 Lesi makulopopuler
 Eritema
 Splenomegali
 Pembesaran nodus servikal posterior
 
8. Seksualitas

 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan


masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan
peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

C. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1. :

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan


masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan
peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.

Kriteria Hasil :
 Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
 Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

Intervensi
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
 Berikan perawatan mulut sebelum makan.
 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat
sepanjang hari.
 Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi.
 Awasi glukosa darah.
 Berikan obat sesuai indikasi :
 Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
 Antasida (contoh mylanta).
 Vitamin (contoh b kokpleks).
 Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
 Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.

2. Diagnosa Keperawatan 2. :

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar


yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Kriteria Hasil :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi
 Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
 Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
 Akui adanya nyeri
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya.
 Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berakhir, bila diketahui.
 Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi.

3. Diagnosa Keperawatan 3. :

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

Kriteria Hasil :
Pola nafas adekuat

Intervensi :
 Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
 Auskultasi bunyi nafas tambahan
 Berikan posisi semi fowler
 Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

Hepatitis | Defenisi, Etiologi, Patofisiologi,


Klasifikasi, Manifestasi, Gejala,
penatalaksanaan,
Rabu, 26 Februari 2014
Hepatitis| Defenisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi, gejala,
komplikasi, pencegahan

 DEFINISI HEPATITIS

Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai

kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.

(Ester monika, 2002 : 93)

Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.

Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn

inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler

yang khas.

 (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering

disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal
dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang

berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit

kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan

oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)

Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi

virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta

seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit

peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati

mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

 Jenis-jenis Hepatitis

Hepatitis A

Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA

terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui

sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan

dewasa muda.

Hepatitis B

Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks.

Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi;

pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf

institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan

heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien

hemodialisa. Masa inkubasi  mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.

Hepatitis C

Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang

ditularkan  melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV,

tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat

injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan

kesehatan  dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama

18-180 hari.

Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV

juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat

menyebabkan infeksi  hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi

HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah

multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui

secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan

kematian

Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi

yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika

atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

Kemungkinan hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat

hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa

hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan

hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

 Etiologi Hepatitis

            Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1)     Virus hepatitis A (HAV)

2)     Virus hepatitis B (HBV)

3)     Virus hepatitis C (HCV)

4)     Virus hepatitis D (HDV)

5)     Virus hepatitis E (HEV)

6)     Hepatitis F (HFV)

7)     Hepatitis G (HGV)

            Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV
(hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu
hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara
parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun,
yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit
sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

Hepatitis Hepatitis
Tipe Hepatitis A Hepatitis C Hepatitis E
B D

Virus rna
Virus rna genus Virus
Jenishepatovirusdaripi Hepadna hepatitis
Virus hepaciviriusdarifamili darikotora
cornavirus family virus delta
flaviridae n
atauhdv

Penyeb Fekal oral melalui Parenter Parental jarang, Parental Fekal oral
aran orang lain al seksual, orang ke perinatal,
seksual, orang, perinatal infeksidari
parnatal hepatitis
tipe B

Menyebarluas,
Kepara Gagalhepa Gagalhepa
Ikerikdanasimtomatik Parah dapatberkembangsa
han rakut rakut
mpaikronis

Darah,
saliva, Darah,
Darah, feses,saliva, Melaluidar
Sumber semen, Melaluidarah feses,
hepar, empedu ah
sekresi saliva
vagina,

 Patofisiologi Hepatitis

            Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang
berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna normal, namun
kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di tepian”. Secara histologi.
Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan
peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati
fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).

2.3.5  Manifestasi Klinis Hepatitis

            Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis tentang
suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.

1)     Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih
cokelat.

2)     Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah,
anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri
tekan.
3)     Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua,
karena penyebab yang biasanyaberbeda.

           

 Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.

a)      Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu, lemas dan
mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun
tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan
berkelanjutan menjadi kanker.

b)     Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6
bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis
meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.

c)      Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.

d)     Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan
khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

Gejala – gejala Hepatitis

               Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang timbul
tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan tubuh penderita.

               Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses
peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan fase
penyembuhan.

1.  Masa Tunas


     Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis. Masa
tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama. Kerusakan sel-sel hati terutama
terjadi pada stadium ini.

2.  Fase Prodmoral (fase preikterik)

      Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan
terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak
dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia),
pegal-pegal diseluruh badan terutama dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-
kadang penderita seperti akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena
keluhan diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.

3.  Fase kuning (fase ikterik)

      Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi kuning pekat
seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit
berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu yang
masuk kedalam usus halus, maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces
acholis.

Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2 mg/dl. Pada
saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu
pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10
hari, secara perlahan-lahan warna kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan
yang ada umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini berlangsung
sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (kolestasis)
yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.

4. Fase penyembuhan (konvaselen)

Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita merasa lebih
segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris
memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya penyakit.

Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada sebagian orang
infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis) atau tanpa memberikan gejala sama
sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning (anikterik). Namun,
ada juga yang penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan kematian yang dinamakan hepatitis
fulminan.

Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah berat, suhu tubuh
meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda
ensefalopati berupa mengantuk, linglung, tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan
akhirnya kesadaran menurun sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT)
serum sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini menandakan
adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.

2.3.6  Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium pada pasien


yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab
hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis
terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati,diantaranya:

         Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dengan nonvirus

         AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun

         Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati
atau mengakibatkan perdarahan)

         Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

         Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma

         Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

         Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

         Albumin serum : menurun

         Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)


         Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A

         HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum
terjadi gejala kinik

         Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)

         Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

         Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat

         Biopsi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis

         Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim

         Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi

   Pengobatan

Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi ksrbohidrat umumnya merupakan makanan
yang paling dapat di makan oleh penderita. Pemberian makanan secara intra vena mungkin perlu di
berikan selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi
hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C kronis simptomatik adalah
terapi anti virus dengan interferon- α. Terapi antivirus untuk Hepatitis B kronis ini memiliki resiko
terrtinggi untuk berkembangnya sirosis. Kecepatan respon yang terjadi bervariasi dan lebih besar
kemungkina berhasil dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan
Hepatitis B kronis serta anak – anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons terhadap
terapi interferon. Tranplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun
terdapat kemungkina yang tinggi untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.
     Komplikasi hepatitis

Sirosis dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis B danC merupakan
penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sebagai tempat berkembang
biak.Keti ka tubuh menyerangvirus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah
puti h) ke hati , terjadilah  peradangan. Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap
infeksi. Namun,  b i l a h a l i t u t e r u s b e r l a n g s u n g , z a t - z a t k i m i a y a n g d i k e l u a r k a n
l i m f o s i t d a p a t menyebabkan kerusakan sel hati . Jika sel hati rusak,maka ti dak dapat
berfungsi dengan baik dan mati .

Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang  parah
dapat berakibat pada terjadinya fi brosis (terbentuknya jaringan parut pada hati ).
Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati . Bila diteruskan, jaringan parut akan
mengeras dan menggantikan sebagian  b e s a r s e l h a ti y a n g n o r m a l . K o n d i s i i n i d i s e b u t
s i r o s i s — i s ti l a h m e d i s u n t u k    pengerasan hati .

Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa sebagian   b e s a r


h a ti n y a telah rusak dan ti d a k bisa berfungsi lagi dengan
n o r m a l . Sirosis bisa sangat berbahaya bila ti dak ditangani dengan benar dan
bisati d a k t e r d e t e k s i h i n g g a b e r t a h u n t a h u n l a m a n y a . S e b a g i a n b e s a r o r a n g
y a n g t e r i n f e k s i h e p a ti ti s ti d a k m e n u n j u k k a n g e j a l a s e h i n g g a d i s e b u t s e b a g a i
s i l e n t disease.Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang  b i s a
menyebabkan kelainan h a ti serius s e p e r ti sirosis dan juga kanker
h a ti . Sebagian besar penderita hepati ti s baru mengetahui jika dirinya terinfeksi
saatmelakukan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah.

  

Pencegahan
            Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit
menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan sesuai dengan
jenis virus penyebabnya sebagai berikut.

Terhadap virus hepatitis A

1)     Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang
sulit ditetapkan.

2)     Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna,
kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien
harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.

Terhadap virus hepatitis B

1)     Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari virus hepatitis.
Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.

2)     Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap
bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.

Pencegahan dengan immunoglobulin

            Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis
0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka
yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).

            Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan keterbatasan
pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC
(2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah
pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).

            Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai perlindungan
sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan
dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV.
Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi
HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah
perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf
pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara berkembang dan tropis
(Price dan wilson, 2005: 492).

HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek. Pemberian
vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka panjang, bergantung
pada situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV
setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HbsAg posotif. Vaksin HBV
harus segera diberikan dalam waktiu 7 sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum divaksinasi
(Price dan Wilson, 2005: 493).

Petugas yang terlibat dalam kontak  risiko tinggi (misal pada hemodialisis, transfusi tukarm
dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan menghindari tusukan
jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan
makanan, dan air bersih yang amam serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk
memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien yang terinfeksi
secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber
infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum
diterima menjadi panel donor (Price dan Wilson, 2005: 493).

Diposkan oleh Mikha di 17.04 1 komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

Mengenai Saya

Mikha

Lihat profil lengkapku


Arsip Blog
 ▼  2014 (1)
o ▼  Februari (1)
 Hepatitis| Defenisi, klasifikasi, etiologi, patofi...

Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai