Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E., M.S
Oleh Kelompok 8:
Ruben Maranata Hamonangan Simamora (1707511053)
I Made Miliyanta Sutamawan (1707511065)
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, yaitu “KEBIJAKAN FISKAL DAN
MONETER DALAM SISTEM PERPAJAKAN”, kami mengambil referensi dari buku
maupun jurnal yang ada.
Di dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapat banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E., M.S. sebagai dosen mata kuliah Kebijakan Fiskal
dan Moneter Internasional serta pihak lain yang telah membantu penulis menyelesaikan
makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
2.1 Konsep Pajak Sederhana...............................................................................................4
2.2 Konsep Pajak Built Up...................................................................................................4
2.3 Peran Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Sistem Perpajakan.............................5
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................8
Daftar Pustaka..........................................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak pengangguran,
inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit dan sebagainya.
Pogue & Sgontz (1978:364-70) menuliskan bahwa perubahan (elastisitas) pajak pada
dasarnya terjadi dengan dua cara yaitu :
(a) perubahan-perubahan diskresioner (discretionary change) melalui program
pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak yang diputuskan
menurut undang-undang
(b) perubahan-perubahan otomatis (automatic or built up changes) dalam
penerimaan pajak dan pengeluaran sebagai akibat dari perubahan-perubahan
aktivitas ekonomi, terutama produk domestik bruto, dengan mengandaikan
program pngeluaran dan penerimaan pemerintah tidak berubah.
Terdapat juga pajak yang berfungsi sebagai rem yang secara otomatis mampu merespon
adanya perubahan pada pendapatan nasional. Keberadaan pajak-pajak ini merupakan bagian
dari kebijakan fiskal pasif atau automatic stabilizers atau bisa juga disebut kebijakan fiskal
built up stabilizer.
5
Ketika penerimaan negara dari sektor pajak tinggi, maka pemerintah akan mampu
mengalokasikannya ke beberapa program strategis. Program-program pembangunan
infrastruktur serta alokasi subsidi pada beberapa sektor strategis nasional juga sangat
bergantung dari penerimaan negara, salah satunya dari pajak. Lewat alokasi yang tepat maka
kebijakan fiskal akan mampu memenuhi tujuan-tujuan yang ditetapkan, seperti menciptakan
keadilan sosial serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Contoh nyata peran pajak dalam kebijakan fiskal adalah pada 2009 silam. Saat itu,
dalam merespon kondisi ekonomi global yang kurang kondusif, pemerintah mengambil
keputusan memberlakukan insentif pajak, misalnya penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh),
pajak yang ditanggung pemerintah serta meningkatkan besaran penghasilan tidak kena pajak.
Lewat kebijakan perpajakan ini, daya beli masyarakat tetap stabil dan membuat
konsumsi masyarakat tetap tumbuh. Ketika konsumsi di masyarakat tetap tumbuh maka
kegiatan ekonomi tidak berjalan stagnan. Itulah pentingnya pajak bagi kebijakan fiskal dan
contoh kecil di atas membuktikan bahwa pajak sangat berperan penting, tak hanya sebagai
sumber penerimaan negara tetapi juga sebagai instrumen yang bisa diberlakukan untuk
mengarahkan laju perekonomian.
Prioritas kebijakan fiskal lainnya yang sangat penting adalah mengatasi defisit APBN
baik yang bersifat struktural maupun siklikal. Samuelson dan Nordhaus (2004) menjelaskan
bahwa defisit struktural muncul karena kebijakan pemerintah dalam menentukan besaran
pajak, jaminan sosial, dan belanja negara yang dapat memunculkan adanya defisit anggaran.
Dapat diartikan pula bahwa defisit struktural merupakan defisit yang muncul karena
kebijakan pemerintah bukan karena siklus ekonomi yang menyebabkan defisit anggaran
(defisit siklikal). Dalam membiayai defisit anggaran, pemerintah memiliki beberapa opsi.
Pilihan yang paling mudah dilakukan adalah dengan melakukan pencetakan uang.
Pengalaman masa lalu memberikan pelajaran bahwa pencetakan uang bukan merupakan
pilihan bijak karena akan meningkatkan jumlah uang beredar dalam jumlah fantastis dan
mendorong terjadinya inflasi tak terkendali.
Di sisi lain, kebijakan moneter bekerja bersamaan agar perekonomian tetap stabil.
Seperti diketahui bahwa implementasi kebijakan fiskal akan mempunyai konsekuensi-
konsekuensi moneter demikian sebaliknya. Kebijakan anggaran ekspansif yang diterapkan
oleh otoritas fiskal biasanya akan berdampak pada peningkatan demand-supply atas barang
dan jasa yang berujung pada peningkatan inflasi.
Untuk mengendalikan hal-hal tersebut, otoritas moneter memiliki beberapa instrumen
diantaranya adalah penentuan besaran suku bunga dan operasi pasar terbuka dengan Surat
6
Berharga Negara. Instrumen ini dapat digunakan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan
jumlah uang beredar. Dengan terkendalinya jumlah uang beredar, maka inflasi dapat
dikendalikan. Kebijakan moneter yang diterapkan tentu harus tetap memperhatikan
dampaknya terhadap sektor riil khususnya kebijakan fiskal. Penentuan besarnya tingkat
bunga harus tetap memperhatikan besaran defisit anggaran agar kebijakan yang ditempuh
tidak menimbulkan beban utang yang tinggi.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu instrumen dari kebijakan fiskal yang merupakan
kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu,
pajak merupakan instrumen fiskal yang sangat efektif dalam mengarahkan perekonomian.
Ketika penerimaan negara dari sektor pajak tinggi, maka pemerintah akan mampu
mengalokasikannya ke beberapa program strategis. Program-program pembangunan
infrastruktur serta alokasi subsidi pada beberapa sektor strategis nasional juga sangat
bergantung dari penerimaan negara, salah satunya dari pajak. Lewat alokasi yang tepat maka
kebijakan fiskal akan mampu memenuhi tujuan-tujuan yang ditetapkan, seperti menciptakan
keadilan sosial serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kebijakan moneter bekerja bersamaan agar perekonomian tetap stabil.
Seperti diketahui bahwa implementasi kebijakan fiskal akan mempunyai konsekuensi-
konsekuensi moneter demikian sebaliknya. Kebijakan anggaran ekspansif yang diterapkan
oleh otoritas fiskal biasanya akan berdampak pada peningkatan demand-supply atas barang
dan jasa yang berujung pada peningkatan inflasi. Untuk mengendalikan hal-hal tersebut,
otoritas moneter memiliki beberapa instrumen diantaranya adalah penentuan besaran suku
bunga dan operasi pasar terbuka dengan Surat Berharga Negara.
8
Daftar Pustaka
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126288-T%2026279-Analisis%20dampak-Literatur.pdf
(Diakses pada 15 Maret 2020)
Hariyanto, Eri. 2015. Peran Sukuk Negara sebagai Instrumen Fiskal dan Moneter. Kemenkeu
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/peran-sukuk-negara-sebagai-
instrumen-fiskal-dan-moneter/ (Diakses pada 15 Maret 2020)