Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No.

2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C481

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan


Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep
Transit Oriented Development
Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: sardjito@urplan.its.ac.id

Abstrak—Stasiun Gubeng merupakan stasiun utama di Kota Dalam kebijakan perencanaan Kota Surabaya, kawasan di
Surabaya yang memiliki peranan besar dalam melayani sekitar lokasi transit Stasiun Gubeng menjadi salah satu
perjalanan kereta jarak jauh di pulau Jawa dan kereta komuter kawasan yang dikembangkan dengan konsep TOD.
Surabaya-Sidoarjo. Adanya kebijakan pengembangan Kota Keterkaitan antara karakteristik kawasan transit terhadap
Surabaya, menjadikan kawasan di sekitar lokasi transit Stasiun
jumlah pergerakan di Stasiun Gubeng, menjadikan kawasan
Gubeng menjadi salah satu kawasan yang akan dikembangkan
dengan konsep Transit Oriented Development (TOD). transit Stasiun Gubeng memiliki potensi untuk dikembangkan
Pembangunan sarana dan prasarana yang mengarah pada melalui konsep TOD. Transit Oriented Development (TOD)
komponen TOD sudah dilakukan di kawasan transit Stasiun merupakan konsep kawasan yang nyaman untuk berjalan kaki,
Gubeng. Namun, pembangunan tersebut belum terintegrasi antar dibentuk dari pembangunan mix use, memiliki kepadatan yang
komponen dan belum dapat segera teruwujud untuk mengarah ke tinggi yang membuat masyarakat nyaman dalam transit dan
bentuk kawasan TOD. Sehingga diperlukan penentuan prioritas mendorong menggunakan transportasi publik. TOD juga
dalam pelaksanaan pengembangan di kawasan transit agar dapat mendukung penggunaan moda transportasi yang berkelanjutan
terintegrasi dan mendukung percepatan realisasi pengembangan
seperti transportasi umum, berjalan dan bersepeda, serta
TOD di kawasan Stasiun Gubeng. Dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat ditentukan prioritas pengembangan dalam
mengurangi jarak perjalanan yang akan mengurangi kemacetan
rangka mewujudkan kawasan transit Stasiun Gubeng dengan lalu lintas. [4][5]
konsep TOD. Di kawasan transit Stasiun Gubeng juga sudah terdapat
pembangunan sarana dan prasarana yang mengarah pada
komponen-komponen TOD dengan jenis kegiatan guna lahan
Kata Kunci—Kawasan transit, Prioritas pengembangan, Stasiun
Gubeng, Transit Oriented Development. seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas umum, dan
pembangunan jaringan jalur pejalan kaki. Namun, pola
pembangunan di sekitar kawasan transit belum terintegrasi satu
I. PENDAHULUAN sama lain antar komponen dalam mengarah ke bentuk kawasan
dengan konsep TOD. Dengan pengembangan seperti itu,
P ERMASALAHAN transportasi merupakan permasalahan
yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan
ini meliputi terbatasnya sarana dan prasarana transportasi,
realisasi dalam pengembangan kawasan transit Stasiun Gubeng
dengan konsep TOD belum dapat segera terwujud. Sehingga
urbanisasi yang cepat, rendahnya tingkat kedisiplinan dalam diperlukan prioritas dalam pelaksanaan pengembangan di
berlalu lintas dan lemahnya sistem perencanaan transportasi. kawasan transit dengan konsep TOD agar dapat terstruktur dan
Hal ini mengakibatkan kemacetan, polusi, kecelakaan, dan hal terintegrasi, baik dalam pembangunan antar komponen dan
lain yang tidak bisa dihindari. [1] lembaga atau instansi yang nantinya akan menjalankannya.
Stasiun Gubeng merupakan stasiun utama dan terbesar di Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperlukan penelitian
Kota Surabaya maupun Jawa Timur, yang melayani perjalanan untuk mengetahui prioritas pengembangan pada kawasan
kereta jarak jauh di pulau Jawa dan kereta komuter Surabaya- transit di Surabaya, guna membentuk kawasan yang nyaman
Sidoarjo. Terdapat rencana jalur rel double-track Surabaya- bagi pelaku pergerakan di sekitar kawasan transit Stasiun
Juanda-Mojokerto dan rencana pembangunan monorail di Gubeng dalam pengembangan TOD nantinya.
kawasan transit Stasiun Gubeng yang akan menimbulkan
bangkitan besar di lokasi transit. Kawasan di sekitar lokasi II. METODE PENELITIAN
transit tersebut dapat menjadi kawasan potensial dalam hal
kegiatan ekonomi. Terlebih lagi dalam RTRW Kota Surabaya, A. Metode Pengumpulan Data
kawasan di sekitar Stasiun Gubeng direncanakan menjadi Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
kawasan kegiatan yang heterogen, khususnya untuk kegiatan survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan
perkantoran dan komersial yang tentunya akan menimbulkan dengan cara observasi lapangan dan wawancara. Observasi
bangkitan lalu lintas yang besar. [2][3] lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sedangkan survey sekunder dilakukan dengan cara
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C482

survey instansional dalam mendapatkan data-data yang Tabel 1.


mendukung penelitian. Kriteria Kawasan dengan Konsep TOD
Variabel Kriteria
B. Metode Analisis Data
Kepadatan Penggunaan Lahan (Density)
Dalam menganalisis kesesuaian kawasan transit Stasiun Kepadatan bangunan 100 – 1000 bangunan/ha
Gubeng dengan konsep TOD dilakukan tiga tahapan analisis, KDB Minimal 70%
yakni: KLB Minimal 2.0
Penggunaan Lahan Campuran (Diversity)
Penggunaan Lahan
1) Mengidentifikasi kriteria-kriteria konsep TOD yang Perumahan
sesuai dengan kawasan transit Stasiun Gubeng Penggunaan Lahan
Dalam mengidentifikasi kriteria-kriteria konsep TOD yang Perkantoran Persentase penggunaan lahan 30%
Penggunaan Lahan Residential dan 70% Non Residential
sesuai dengan kawasan transit digunakan analisis Delphi, Perdagangan dan Jasa
dengan menganalisis variabel-variabel konsep TOD yang Penggunaan Lahan
didapatkan dari hasil kajian pustaka dengan menyatukan Fasilitas Umum
pendapat beberapa ahli (pemerintah, swasta dan akademisi)
hingga terjadi konsensus. Terdapat dua belas variabel dalam
penelitian ini, yaitu kepadatan bangunan, koefisien dasar Variabel Kriteria
bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), Ramah Terhadap Pejalan Kaki (Design)
penggunaan lahan perumahan, penggunaan lahan perkantoran,  Ketersediaan jalur pejalan kaki 100%
penggunaan lahan perdagangan dan jasa, penggunaan lahan  Memiliki tactile pada permukaan
Ketersediaan Jalur
fasilitas umum, ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur pedestrian yang mendukung difabel
Pejalan Kaki
 Tersedia pohon peneduh di sepanjang
pejalan kaki, konektivitas jalur pejalan kaki, ketersediaan jalur pejalan kaki
fasilitas penyebrangan dan ketersediaan fasilitas sepeda. Konektivitas Jalur Waktu tempuh maksimal 10 menit dari dan
Variabel-variabel diatas mewakili prinsip-prinsip TOD berupa Pejalan Kaki menuju lokasi transit
density (kepadatan penggunaan lahan), diversity (penggunaan Dimensi jalur pejalan
Lebar minimal 2 meter
kaki
lahan campuran), dan design (ramah terhadap pejalan kaki).  Lebar jalur minimal 1,5 meter
[6][7][8][9][10] Ketersediaan fasilitas
 Memiliki jalur khusus yang aman dari
jalur sepeda
kendaraan bermotor
2) Menganalisis kesesuaian karakteristik kawasan transit Memiliki fasilitas penyebrangan berupa
dengan kriteria kawasan TOD Ketersediaan fasilitas jembatan penyebrangan, zebra cross, atau
penyebrangan penyebrangan pelikan pada tiap
Dalam menganalisis kesesuaian karakteristik kawasan persimpangan dan di pusat kegiatan.
transit dengan kriteria TOD dilakukan dengan analisis kriteria. Sumber:TOD Guidebook, 2012 dan TOD Standars, 2014
Analisis kriteria dilakukan dengan menggunakan teori yang
menjadi pertimbangan dalam mengidentifikasi sejauh mana 3) Menentukan prioritas pengembangan kawasan transit
kesesuaian kondisi eksisting kawasan transit Stasiun Gubeng Stasiun Gubeng dengan konsep TOD
dengan kriteria TOD. Kriteria yang digunakan dalam analisis Penentuan prioritas pengembangan kawasan transit Stasiun
ini diperoleh dari hasil tinjauan pustaka pada beberapa Gubeng dilakukan dengan menggunakan analisis AHP
pedoman seperti TOD standard yang dikeluarkan oleh (Analytical Hirerarchy Process). Hasil analisis ini didapatkan
Institute for Transportation Development and Policy, Florida dari pendapat para ahli yang kemudian diolah menggunakan
TOD Guidebook, dan beberapa peraturan menteri. [8]-[10] software Expert Choice 11.
Standar yang digunakan sebagai kriteria bersifat umum dan
sudah disesuaikan dengan beberapa peraturan menteri maupun
daerah, sehingga dapat diadaptasikan di Indonesia. Berikut III. HASIL DAN DISKUSI
merupakan kriteria kawasan TOD. Lingkup wilayah penelitian yang digunakan adalah kawasan
Stasiun Gubeng dengan radius 700 meter. Kawasan transit ini
memiliki luas 81,37 Ha yang terdiri dari tujuh blok
pengembangan. Jenis penggunaan lahan di kawasan transit
cukup beragam seperti perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, fasilitas umum, dan RTH. Kawasan ini
merupakan kawasan potensial dimana dalam RTRW Kota
Surabaya akan direncanakan menjadi kawasan perkantoran dan
komersial.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C483

variabel tersebut adalah kepadatan bangunan, KDB, KLB,


penggunaan lahan perumahan, penggunaan lahan perkantoran,
penggunaan lahan perdagangan dan jasa, penggunaan lahan
fasilitas umum, ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur
pejalan kaki, konektivitas jalur pejalan kaki, ketersediaan
fasilitas penyebrangan dan ketersediaan fasilitas sepeda. Hasil
identifikasi tersebut kemudian menjadi input bagi proses
analisis selanjutnya.
B. Analisis kesesuaian karakteristik kawasan transit dengan
kriteria kawasan TOD
Dalam menganalisis kesesuaian kawasan transit dengan
konsep TOD, digunakan pedoman kriteria yang didapatkan
dari beberapa standar TOD, sehingga dapat menunjukkan
sejauh mana kondisi eksisiting kawasan transit sesuai dengan
kriteria konsep TOD. Berdasarkan hasil analisis, dapat
diketahui bahwa kawasan transit Stasiun Gubeng masih belum
sesuai dengan kriteria kawasan TOD, terutama pada kepadatan
Gambar 1. Peta Lingkup Wilayah Penelitian dan Blok Pengembangan. bangunan, penggunana lahan campuran, ketersediaan jalur
pejalan kaki, dan ketersediaan jalur sepeda. Adapun hasil
perbandingan kesesuaian kawasan transit dengan kriteria
kawasan TOD dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Kawasan Transit.

Berdasarkan hasil identifikasi lapangan maupun data, pada


indikator kepadatan penggunaan lahan, kepadatan bangunan di
kawasan transit adalah 33 bangunan/ha yang masuk ke dalam
kategori rendah. Ditinjau dari variabel KDB, kawasan transit
memiliki rata-rata nilai KDB sebesar 70% dan untuk variabel
KLB memiliki nilai rata-rata sebesar 3.30. Untuk indikator
penggunaan lahan campuran, memiliki proporsi penggunaan
lahan residential sebesar 36% dan penggunaan lahan non
residential sebesar 64%. Dan pada indikator ramah terhadap
pejalan kaki, rata-rata dimensi jalur pejalan kaki sebesar 2,5
meter, dengan rata-rata waktu tempuh dalam mencapai lokasi
transit adalah 8,5 menit.
A. Identifikasi kriteria-kriteria konsep TOD yang sesuai
dengan kawasan transit Stasiun Gubeng
Berdasarkan hasil identifikasi kriteria-kriteria konsep TOD
yang didapatkan dari variabel-variabel penelitian dan proses
analisis, didapatkan dua belas variabel yang sesuai dengan
kawasan transit Stasiun Gubeng. Variabel tersebut didapatkan
dari hasil analisis Delphi dengan dua kali iterasi. Variabel-
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C484

Tabel 2. Pada grafik hasil output diatas, dapat dilihat urutan bobot
Kesesuaian Karakteristik TOD di Kawasan Transit Stasiun Gub eng dari tertinggi hingga terendah dalam prioritas pengembangan
Karakteristik kawasan transit adalah:
Variabel Kriteria Kesesuaian
Kawasan
1. Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa = 0,200
Kepadatan 100 – 1000
33 bangunan/ha TS 2. Penggunaan Lahan Perkantoran = 0,150
bangunan bangunan/ha
KDB Min 70% 70% S 3. Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki = 0,127
KLB Min 2.0 3.30 S 4. Penggunaan Lahan Fasilitas Umum = 0,111
Penggunaan 5. Konektivitas Jalur Pejalan Kaki = 0,102
Lahan 36%
Perumahan 6. Ketersediaan Fasilitas Penyebrangan = 0,073
Penggunaan 7. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) = 0,052
Lahan Persentase 8. Dimensi Jalur Pejalan Kaki = 0,052
Perkantoran penggunaan lahan 9. Kepadatan Bangunan = 0,044
Penggunaan 30% Residential TS
Lahan dan 70% Non 10. Ketersediaan Jalur Sepeda = 0,038
64% 11. Penggunaan Lahan Perumahan = 0,035
Perdagangan Residential
dan Jasa 12. Koefisien Dasar Bangunan = 0,014
Penggunaan
Lahan Fasilitas Dari hasil output penilaian bobot dengan menggunakan
Umum analisis AHP, dapat disimpulkan prioritas pengembangan
 Ketersediaan kawasan transit terhadap variabel TOD dijelaskan pada tabel
jalur pejalan kaki Tersedia 62,7%
dibawah ini.
100%
Ketersediaan
 Memiliki tactile Belum Tabel 3.
Jalur Pejalan TS Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep
pada permukaan seluruhnya
Kaki TOD
pedestrian tersedia
 Tersedia pohon Prioritas Variabel
Tersedia
peneduh
Konektivitas 1 Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa
Waktu tempuh maks
Jalur Pejalan 8.5 menit S 2 Penggunaan Lahan Perkantoran
10 menit
Kaki 3 Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki
Dimensi jalur 4 Penggunaan Lahan Fasilitas Umum
Lebar min 2 meter 2.5 m S
pejalan kaki 5 Konektivitas Jalur Pejalan Kaki
 Lebar jalur min 6 Ketersediaan Fasilitas Penyebrangan
1,5 meter
Ketersediaan 7 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
 Memiliki jalur
fasilitas jalur Belum tersedia TS 8 Dimensi Jalur Pejalan Kaki
yang aman dari
sepeda 9 Kepadatan Bangunan
kendaraan
bermotor 10 Ketersediaan Jalur Sepeda
Memiliki fasilitas 11 Penggunaan Lahan Perumahan
penyebrangan 12 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketersediaan berupa jembatan Sumber: Hasil Analisis, 2017
fasilitas penyebrangan, zebra Tersedia S
penyebrangan cross, atau Dari hasil prioritas diatas, penggunaan lahan perdagangan
penyebrangan dan jasa (non residential) memiliki prioritas tertinggi.
pelikan Penggunaan lahan campuran menjadi prinsip utama dalam
Keterangan: S= Sesuai, TS= Tidak Sesuai
pengembangan kawasan TOD. Dengan banyaknya aktivitas
Sumber: Hasil Analisis, 2017
guna lahan di kawasan transit, akan mempengaruhi bangkitan
C. Penentuan prioritas pengembangan kawasan transit dan tarikan, serta demand penumpang yang akan
Stasiun Gubeng dengan konsep TOD menggunakan transportasi publik di kawasan transit nantinya.
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan output penilaian Sebagai tindak lanjut dari penentuan prioritas pengembangan
bobot dalam penentuan prioritas pengembangan kawasan kawasan transit terhadap variabel TOD, dapat diberikan
transit Stasiun Gubeng. Hasil output tersebut dapat dilihat deskripsi pengembangan pada tiap variabel pada tabel berikut.
sebagai berikut:

Gambar 3. Hasil Output Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun


Gubeng
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C485

Tabel 4. pengembangan pada kawasan transit Stasiun Gubeng dengan


Prioritas dan Deskripsi Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng
konsep TOD adalah: 1) penggunaan lahan perdagangan dan
Prioritas Variabel Deskripsi Pengembangan jasa; 2) penggunaan lahan perkantoran; 3) ketersediaan jalur
Penggunaan Menambah luas penggunaan lahan non pejalan kaki; 4) penggunaan lahan fasilitas umum; 5)
Lahan residential yang khususnya dapat konektivitas jalur pejalan kaki; 6) ketersediaan fasilitas
1
Perdagangan dialokasikan untuk kegiatan perdagangan
penyebrangan; 7) koefisien lantai bangunan (KLB); 8) dimensi
dan Jasa dan jasa di seluruh kawasan transit.
Menambah luas penggunaan lahan non jalur pejalan kaki; 9) kepadatan bangunan; 10) ketersediaan
Penggunaan
residential khususnya dapat dialokasikan jalur sepeda; 11) penggunaan lahan perumahan; dan 12)
2 Lahan
untuk kegiatan perkantoran pada blok 3, 5, koefisien dasar bangunan (KDB). Hasil dari penentuan
Perkantoran
dan 6. prioritas pengembangan tersebut kemudian dapat
Ketersediaan Meningkatkan ketersediaan jalur pejalan
3 Jalur Pejalan kaki di seluruh ruas jalan di kawasan direkomendasikan deskripsi pengembangan, dengan
Kaki transit. memperhatikan kondisi eksisting di kawasan transit Stasiun
Penggunaan Mempertahankan area penggunaan lahan Gubeng.
4 Lahan Fasilitas fasilitas umum yang berada di kawasan
Umum transit.
Mengembangkan jalan-jalan penghubung, DAFTAR PUSTAKA
Konektivitas
menerapkan pola jaringan jalan grid dan
5 Jalur Pejalan [1] O. Z. Tamin, Perencanaan dn Permodelan Transportasi. Bandung:
membangun fasilitas penyebrangan jalan
Kaki Penerbit ITB, 2000.
(JPO) pada Blok 2 dan 7.
Ketersediaan Memelihara atau melakukan pengecekan [2] Bappeko Surabaya, Surabaya MRT. Surabaya, 2013.
6 Fasilitas secara berkala pada kondisi fasilitas [3] Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Rencana Induk
Penyebrangan penyebrangan di kawasan transit. Perkeretaapian Provinsi Jawa Timur. 2015.
Meningkatkan nilai rata-rata KLB sampai [4] K. M. Isa, M. I., & Handayeni, “Keterkaitan Karakteristik Kawasan
7 KLB min 2.0 dan pada blok 1, 4 dan 7 yang Transit berdasarkan Prinsip Transit Oriented Development (TOD)
dibatasi dengan KKOP. terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-
Menambahkan lebar dimensi pada jalur Sidoarjo,” J. Tek. POMITS, vol. 2, pp. 1–6, 203AD.
Dimensi Jalur [5] Land Use Planning & Policy, Transit Oriented development policy
8 pejalan kaki pada blok 4 yakni Jalan
Pejalan Kaki Guidelines. Calgary, 2005.
Gerbong.
Meningkatkan nilai kepadatan bangunan [6] R. Cervero, Transit Oriented Development in The United States:
Kepadatan Experiences, Challenges, and Prospects. Washington DC:
9 hingga 67% dari kepadatan bangunan saat
Bangunan Transportation Research Board, 2004.
ini di kawasan transit.
Membangun sarana dan prasarana yang [7] R. Watson, D., Plattus, A., & Shibley, Time Saver Standards for
Ketersediaan mendukung aktivitas sepeda pada Jalan Urban Design. New York: McGrawHill, 2003.
10 [8] Florida Department of Transportation, Florida TOD Guidebook.
Jalur Sepeda Pemuda (blok 3 & 5) dan Jalan Raya
Gubeng (blok 6). Florida, USA, 2012.
Mengurangi penggunan lahan residential [9] J. Renne, Transit Oriented Development. Routledge, 2009.
Penggunaan [10] Institute for Transportation Development and Policy, TOD
atau dapat dialihfungsikan ke penggunaan
11 Lahan Standard. New York: Despacio, 2014.
lahan non residential sebesar, yang dapat
Perumahan
dilakukan pada blok 1, 5 dan 6.
Meningkatkan nilai rata-rata KDB sampai
12 KDB min 70% disesuaikan dengan arahan
rencana tata ruang pada blok 1, 3, 5 dan 6.
Sumber: Hasil Analisis, 2017

IV. KESIMPULAN
Dalam kebijakan pengembangan Kota Surabaya, kawasan
transit Stasiun Gubeng menjadi salah satu kawasan yang
dikembangkan dengan konsep TOD, yang membutuhkan
prioritas pengembangan bagi kawasan transit agar dapat
terintegrasi dengan baik dan mempercepat realisasi
pengembangan kawasan transit Gubeng dengan konsep TOD.
Hasil dari analisis kesesuaian konsep TOD di kawasan
transit Stasiun Gubeng menujukkan terdapat dua belas variabel
yakni kepadatan bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB),
koefisien lantai bangunan (KLB), penggunaan lahan
perumahan, penggunaan lahan perkantoran, penggunaan lahan
perdagangan dan jasa, penggunaan lahan fasilitas umum,
ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur pejalan kaki,
konektivitas jalur pejalan kaki, ketersediaan fasilitas
penyebrangan dan ketersediaan fasilitas sepeda.
Dalam mendukung pengembangan kawasan TOD di
kawasan transit Stasiun Gubeng, dilakukan penentuan prioritas
pengembangan. Hasil analisis menunjukan prioritas

Anda mungkin juga menyukai