1 PB PDF
1 PB PDF
Abstrak—Stasiun Gubeng merupakan stasiun utama di Kota Dalam kebijakan perencanaan Kota Surabaya, kawasan di
Surabaya yang memiliki peranan besar dalam melayani sekitar lokasi transit Stasiun Gubeng menjadi salah satu
perjalanan kereta jarak jauh di pulau Jawa dan kereta komuter kawasan yang dikembangkan dengan konsep TOD.
Surabaya-Sidoarjo. Adanya kebijakan pengembangan Kota Keterkaitan antara karakteristik kawasan transit terhadap
Surabaya, menjadikan kawasan di sekitar lokasi transit Stasiun
jumlah pergerakan di Stasiun Gubeng, menjadikan kawasan
Gubeng menjadi salah satu kawasan yang akan dikembangkan
dengan konsep Transit Oriented Development (TOD). transit Stasiun Gubeng memiliki potensi untuk dikembangkan
Pembangunan sarana dan prasarana yang mengarah pada melalui konsep TOD. Transit Oriented Development (TOD)
komponen TOD sudah dilakukan di kawasan transit Stasiun merupakan konsep kawasan yang nyaman untuk berjalan kaki,
Gubeng. Namun, pembangunan tersebut belum terintegrasi antar dibentuk dari pembangunan mix use, memiliki kepadatan yang
komponen dan belum dapat segera teruwujud untuk mengarah ke tinggi yang membuat masyarakat nyaman dalam transit dan
bentuk kawasan TOD. Sehingga diperlukan penentuan prioritas mendorong menggunakan transportasi publik. TOD juga
dalam pelaksanaan pengembangan di kawasan transit agar dapat mendukung penggunaan moda transportasi yang berkelanjutan
terintegrasi dan mendukung percepatan realisasi pengembangan
seperti transportasi umum, berjalan dan bersepeda, serta
TOD di kawasan Stasiun Gubeng. Dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat ditentukan prioritas pengembangan dalam
mengurangi jarak perjalanan yang akan mengurangi kemacetan
rangka mewujudkan kawasan transit Stasiun Gubeng dengan lalu lintas. [4][5]
konsep TOD. Di kawasan transit Stasiun Gubeng juga sudah terdapat
pembangunan sarana dan prasarana yang mengarah pada
komponen-komponen TOD dengan jenis kegiatan guna lahan
Kata Kunci—Kawasan transit, Prioritas pengembangan, Stasiun
Gubeng, Transit Oriented Development. seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas umum, dan
pembangunan jaringan jalur pejalan kaki. Namun, pola
pembangunan di sekitar kawasan transit belum terintegrasi satu
I. PENDAHULUAN sama lain antar komponen dalam mengarah ke bentuk kawasan
dengan konsep TOD. Dengan pengembangan seperti itu,
P ERMASALAHAN transportasi merupakan permasalahan
yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan
ini meliputi terbatasnya sarana dan prasarana transportasi,
realisasi dalam pengembangan kawasan transit Stasiun Gubeng
dengan konsep TOD belum dapat segera terwujud. Sehingga
urbanisasi yang cepat, rendahnya tingkat kedisiplinan dalam diperlukan prioritas dalam pelaksanaan pengembangan di
berlalu lintas dan lemahnya sistem perencanaan transportasi. kawasan transit dengan konsep TOD agar dapat terstruktur dan
Hal ini mengakibatkan kemacetan, polusi, kecelakaan, dan hal terintegrasi, baik dalam pembangunan antar komponen dan
lain yang tidak bisa dihindari. [1] lembaga atau instansi yang nantinya akan menjalankannya.
Stasiun Gubeng merupakan stasiun utama dan terbesar di Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperlukan penelitian
Kota Surabaya maupun Jawa Timur, yang melayani perjalanan untuk mengetahui prioritas pengembangan pada kawasan
kereta jarak jauh di pulau Jawa dan kereta komuter Surabaya- transit di Surabaya, guna membentuk kawasan yang nyaman
Sidoarjo. Terdapat rencana jalur rel double-track Surabaya- bagi pelaku pergerakan di sekitar kawasan transit Stasiun
Juanda-Mojokerto dan rencana pembangunan monorail di Gubeng dalam pengembangan TOD nantinya.
kawasan transit Stasiun Gubeng yang akan menimbulkan
bangkitan besar di lokasi transit. Kawasan di sekitar lokasi II. METODE PENELITIAN
transit tersebut dapat menjadi kawasan potensial dalam hal
kegiatan ekonomi. Terlebih lagi dalam RTRW Kota Surabaya, A. Metode Pengumpulan Data
kawasan di sekitar Stasiun Gubeng direncanakan menjadi Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
kawasan kegiatan yang heterogen, khususnya untuk kegiatan survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan
perkantoran dan komersial yang tentunya akan menimbulkan dengan cara observasi lapangan dan wawancara. Observasi
bangkitan lalu lintas yang besar. [2][3] lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sedangkan survey sekunder dilakukan dengan cara
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C482
Tabel 2. Pada grafik hasil output diatas, dapat dilihat urutan bobot
Kesesuaian Karakteristik TOD di Kawasan Transit Stasiun Gub eng dari tertinggi hingga terendah dalam prioritas pengembangan
Karakteristik kawasan transit adalah:
Variabel Kriteria Kesesuaian
Kawasan
1. Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa = 0,200
Kepadatan 100 – 1000
33 bangunan/ha TS 2. Penggunaan Lahan Perkantoran = 0,150
bangunan bangunan/ha
KDB Min 70% 70% S 3. Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki = 0,127
KLB Min 2.0 3.30 S 4. Penggunaan Lahan Fasilitas Umum = 0,111
Penggunaan 5. Konektivitas Jalur Pejalan Kaki = 0,102
Lahan 36%
Perumahan 6. Ketersediaan Fasilitas Penyebrangan = 0,073
Penggunaan 7. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) = 0,052
Lahan Persentase 8. Dimensi Jalur Pejalan Kaki = 0,052
Perkantoran penggunaan lahan 9. Kepadatan Bangunan = 0,044
Penggunaan 30% Residential TS
Lahan dan 70% Non 10. Ketersediaan Jalur Sepeda = 0,038
64% 11. Penggunaan Lahan Perumahan = 0,035
Perdagangan Residential
dan Jasa 12. Koefisien Dasar Bangunan = 0,014
Penggunaan
Lahan Fasilitas Dari hasil output penilaian bobot dengan menggunakan
Umum analisis AHP, dapat disimpulkan prioritas pengembangan
Ketersediaan kawasan transit terhadap variabel TOD dijelaskan pada tabel
jalur pejalan kaki Tersedia 62,7%
dibawah ini.
100%
Ketersediaan
Memiliki tactile Belum Tabel 3.
Jalur Pejalan TS Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep
pada permukaan seluruhnya
Kaki TOD
pedestrian tersedia
Tersedia pohon Prioritas Variabel
Tersedia
peneduh
Konektivitas 1 Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa
Waktu tempuh maks
Jalur Pejalan 8.5 menit S 2 Penggunaan Lahan Perkantoran
10 menit
Kaki 3 Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki
Dimensi jalur 4 Penggunaan Lahan Fasilitas Umum
Lebar min 2 meter 2.5 m S
pejalan kaki 5 Konektivitas Jalur Pejalan Kaki
Lebar jalur min 6 Ketersediaan Fasilitas Penyebrangan
1,5 meter
Ketersediaan 7 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Memiliki jalur
fasilitas jalur Belum tersedia TS 8 Dimensi Jalur Pejalan Kaki
yang aman dari
sepeda 9 Kepadatan Bangunan
kendaraan
bermotor 10 Ketersediaan Jalur Sepeda
Memiliki fasilitas 11 Penggunaan Lahan Perumahan
penyebrangan 12 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketersediaan berupa jembatan Sumber: Hasil Analisis, 2017
fasilitas penyebrangan, zebra Tersedia S
penyebrangan cross, atau Dari hasil prioritas diatas, penggunaan lahan perdagangan
penyebrangan dan jasa (non residential) memiliki prioritas tertinggi.
pelikan Penggunaan lahan campuran menjadi prinsip utama dalam
Keterangan: S= Sesuai, TS= Tidak Sesuai
pengembangan kawasan TOD. Dengan banyaknya aktivitas
Sumber: Hasil Analisis, 2017
guna lahan di kawasan transit, akan mempengaruhi bangkitan
C. Penentuan prioritas pengembangan kawasan transit dan tarikan, serta demand penumpang yang akan
Stasiun Gubeng dengan konsep TOD menggunakan transportasi publik di kawasan transit nantinya.
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan output penilaian Sebagai tindak lanjut dari penentuan prioritas pengembangan
bobot dalam penentuan prioritas pengembangan kawasan kawasan transit terhadap variabel TOD, dapat diberikan
transit Stasiun Gubeng. Hasil output tersebut dapat dilihat deskripsi pengembangan pada tiap variabel pada tabel berikut.
sebagai berikut:
IV. KESIMPULAN
Dalam kebijakan pengembangan Kota Surabaya, kawasan
transit Stasiun Gubeng menjadi salah satu kawasan yang
dikembangkan dengan konsep TOD, yang membutuhkan
prioritas pengembangan bagi kawasan transit agar dapat
terintegrasi dengan baik dan mempercepat realisasi
pengembangan kawasan transit Gubeng dengan konsep TOD.
Hasil dari analisis kesesuaian konsep TOD di kawasan
transit Stasiun Gubeng menujukkan terdapat dua belas variabel
yakni kepadatan bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB),
koefisien lantai bangunan (KLB), penggunaan lahan
perumahan, penggunaan lahan perkantoran, penggunaan lahan
perdagangan dan jasa, penggunaan lahan fasilitas umum,
ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur pejalan kaki,
konektivitas jalur pejalan kaki, ketersediaan fasilitas
penyebrangan dan ketersediaan fasilitas sepeda.
Dalam mendukung pengembangan kawasan TOD di
kawasan transit Stasiun Gubeng, dilakukan penentuan prioritas
pengembangan. Hasil analisis menunjukan prioritas