Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

TRADISI ADAT KALOMBA SEBAGAI IDENTITAS MASYARAKAT KAJANG


LUAR DI DESA BONTO BIRAENG KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA

DOSEN PEMBIMBING:

Rahmaniah S.Sos . M,Si

DISUSUN OLEH

IIS SUGIANTI
50200118024

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala Tuhan yang maha Esa

atas segala Rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian ini dengan judul “ TRADISI KALOMBA SEBAGAI

IDENTITAS MASYARAKAT KAJANG LUAR ” .ini berisikan tentang

informasi mengenai komunikasi yang terjadi anatara komunikator dan

komunikan yang berbeda kebudayaan serta seluk beluknya.

Tujuan penulis menyusun ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas

terstruktur mata kuliah “KOMUNIKASI LINTAS AGAMA DAN BUDAYA”

sekaligus untuk menambah pengetahuan penulis mengenai komunukasi antar

budaya yang berbeda.

Dalam penulisan laporan ini penulis mendapatkan berbagai masalah,

baik yang bersumber dari penulis sendiri maupun yang datang dari faktor dari

luar diri penulis. Dan penulis mengakui dalam penulisan makalah ini masih

banyak kekurangan karena penulis masih dalam proses belajar. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis

berharap semoga laporan ini dapat berguna sebagai salah satu pedoman dan

menambah pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Samata , 07 januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan penelitian .................................................................................................. 6
D. Manfaat penelitian ................................................................................................ 6
BAB II ................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
A. Pengertian Tradisi ................................................................................................ 7
B. Pengertian identitas .............................................................................................. 8
C. Pengertian masyarakat ......................................................................................... 9
D. Konsep Tradisi Kalomba.................................................................................... 11
BAB III............................................................................................................................. 17
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 17
A. Jenis penelitian .................................................................................................... 17
B. Lokasi penelitian ................................................................................................. 17
C. Tahap-tahap kegiatan penelitian ....................................................................... 18
D. Sumber data ........................................................................................................ 18
E. Instrumen penelitian ............................................................................................ 19
F. Teknik pengumpulan data ................................................................................... 19
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22
DOKUMENTASI WAWANCARA 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam

yang tersebar mulai dari sabang sampai marauke. Kekayaan yang dimiliki oleh

masyarakat Indonesia tersebut bukan hanya kekayaan sumber daya alam, tetapi

masyarkat Indonesi juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan kebudayaan

suku bangsa, ras, bahasa dan adat istiadat yang tersebar di seluruh kepulauan

Indonesia.

Sejalan dengan hal ini, Tilaar (2004) mengemukakan bahwa Indonesia

dikaruniai berbagai jenis budaya yang unik dan merupakan kebanggan tersendiri

bagi setiap komunitas pemiliknya. Kebudayaan yang beraneka ragam merupakan

kekayaan yang tak ternilai harganya dari suatu komunitas yang memilikinya.

Salah satu kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang ada Kabupaten

Bulukumba yang merupakan salah satu daerah tingkat II di provinsi Sulawesi

selatan, Indonesi. Kabupaten ini memiliki dua identitas masyarakat, yaitu

masyarakat bugis dan kajang. Keduanya masing-masing hidup berdampingan,

harmonis, dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Diantara masyarakat

tersebut , masyarakat kajang merupakan masyarakat yang memiliki bahasa

tersendiri, yaitu bahasa konjo sebagai bahasa komunikasi mereka, baik di anatar

sesama masyarakat kajang maupun masyarakat lainnya. Bahasa konjo termasuk

bagian dari rumpun bahasan Makassar.

1
Kabupaten Bulukumba memiliki 10 kecamatan. Di antara sepuluh

kecamatan tersebut terdapat saru kecamatan yang unik dan memiliki kekhasan

tersendiri serta memiliki daya tarik dari segi adata dan tradisi, yaitu kecamatan

Kajang. Keunikan dan kekhasan yang terkenal adalah pakaian yang serba hitam,

kehidupan sosial yang sederhana dan jauh dari kata modern, serta adat istiadat yang

masing dipegang teguh dan masih kental.

Tatanan sosial masyarakat Kajang terbagi ke dalam dua golongan, yaitu

golongan masyarakat Kajang dalam dan Luar. Istilah populer di kalangan

masyarakat umum adalah masyarakat Kajang hitam dan putih. Pembagian golongan

tersebut berdasarkan dari tempat tinggal masyarakatnya. Pada masyarkat Kajang

dalam, berada di dalam kawasan Adat Ammatoa sedangkan masyarakat Kajang luar

tersebar di kecamatan Kajang.

Kedua golongan yang berbeda tersebut dan berada dalam eilayah berbeda

pula, namun dalam aktivitasnya masihberkomitmen dengan ritual tradisi dana adat

istiadat yang sama, sehinggan unsur local genius sebagai inti dari kepribadia

mereka masih eksis sampai masa kini, yang tidak hanya menonjol dari masyarakat

Kajang dalam tetapi juga pada masyarakat Kajang Luar.

Masyarakat Kajang pada umumnya memiliki beberapa local genius ,

diantaranya a) pa’bunting ( upacara pernikahan); b) antama ri balla ( tradisi masuk

rumah baru); c) ma kalomba ( pengkhultusan); d) dangang ( upacara kematian);

dan e) pakkatto ( pesta panen). Kelima tersebut merupakan bentuk wujud ekspresi

masyarakat Kajang dan ini diwariskan dan dilaksanakan secara turun temurun.

2
Pada konsep tradisi adat kalomba memiliki prosesi ritual tersendiri yang

berbeda dengan konsep yang lainnya. Pada masyarakat Kajang Luar yang

melaksanakan tradisi disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan keadaan

masyarakat yang tidak homogen, melaikan telah berpadu dengan masyarakt lainnya

yang heterogen, sehingga dalam pelaksanaan tradisi adat istiadat terjadi perpaduan,

namun tetap memepertahankan identitas dan ciri khas budaya sendiri sebagai

landasan citra kepribadian.

Semua local genius yang ada pada masyarakat Kajang masing-masing

memiliki nilai dan pencitraan yang kuat, secara khas menurut kaidah baku mereka,

dan unik berbeda dengan masyarakat lain. Oleh karena itu, satu-satunnya konsep

yang ada, taradisi kalomba merupakan tradisi yang masih kental keorisinilan inti

prosesi ritualnya tanpa ada perubahan apapun dari masa ke masa.

Namun pada masyarakat Kajang luar, terdapat perkembangan tradisi

kalomba dna mengalami perubahan dalam rangkaian pergelaran, meskipun tidak

merubah dasar atau inti prosesinya. Seperti yang awalnya adat kalomba hanya

dihadiri atau di saksikan oleh keluarga dan unsur pemerintah atau pemangku adat,

tetapi masa kini dapat pula dihadiri dan disaksikan oleh siapa saja. Tidak hanya itu

pakaian yang semula dipakai oelh anak yang di kalomba harus bepakaian adat jubah

hitam untuk anak perempuan dan baju hitam untuk anak laki-laki, kini bisa

memakai pakaian umum dan memakai sarung bahkan memakai pakaian pengantin

anak dan di dandani sedemikian.

3
Pada rangkaian pergelarannya diiringin dengan nyayian khas masyarakat

Kajang, diringi dengan musik tardisional (gendang kulit). Saat ini pada masyarakat

kajang luar , dijumpai fenomena selain gendang mereka juga menyewa musik

modern seperti elekton.

Tradisi kalomba ini dapat juga dirangkaikan dengan upcara pernikahan dan

tradisi antama ri balla. Pada pergelaran pernikahan tradisi kalomba dapat

diikutsertkan dalam rangkaiannya, meskipun tidak memiliki kaitan secara

langsung. Seseoranh yang akan melangsungkan pernikahan , tetapi belum di

kalomba, maka terlebih dahulu harus digelar prosesi ritual kalomba, setelah itu

dapat melangsungkan pernikahan dan seseorang yang akan melangsungkan

pernikahan dan memiliki sauadara yang belum di kalomba bisa dirangkaikan pula

begitu pula dengan tradisi antama ri balla dapat dimasukkan tardisi kalomba dalam

pelaksanaannya. Hal yang paling fundamental dalam pelaksanaan kalomba adalah

menggelar adat (mangada’) yang dihadiri para perangkat desa setempat, seperti

kepala desa atau perwakilannya, imam desa, pemangku adat, dan masyarakat yang

memilii kepntingan. Setelah mangada selesai ditandai dengan makan bersama,

dipersiapkan prosesi ritual upacara kalomba. Makanan khas disajikan dalam wadah

besar yang disebut pa’tapi (nyiru besar) yang diisi dengan berbagai jenis makan

dan kue seperti kampalo lompo, dumpi eja, songkolo, buras, toli-toli, bunga-

bungan, roko-roko cankudi, sanggara dan beberapa jenis buah-buahan

Setelah melakukan atau melaksanakan tradisi kalomba, maka fenomena

yang tidak kalah menakjubkan sekaligus mencengangkan adalah adanya uang

4
pemberian (passolo) diberikan oleh prang-orang yang hadir terbilang besar, bahkan

sampai pada nominal puluhan jutan rupiah dan bagi yang membawa beras juga

tidak kalah banyaknya,yaitu sampai ber-ton.

Adapun tujuan dilaksanakannya tradisi kalomba adalah untuk memohon

agar terhindar dari penyakit keturunan (fisik maupun psikis) yang dipercayai

masyarakat kajang luar dapat menimpa keturunan mereka. Sedangkan sisi lain

dilaksanakannya tradisi kalomba adalah menghilangkan penyakit dan sial yang

diturunkan oleh leluhur mereka. Masyarakat Kajang Luar menyakini, bahwa ritual

dalam tradisi kalomba mampu menhindarkan keturunan yang mereka dimaksud.

Tradisi ini telah berlangsung dari generasi ke generasi sampai pada saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pembahasan pada latar belakang masalah yang

dikemukakan, maka rumusan masalah ini adalah :

1. Bagaimana fungsi tradisi kalomba bagi masyarakat Kajang Luar?

2. Bagaimana prosesi tradisi kalomba yang dilaksanakn masyarakat

Kajang Luar?

3. Apa makna mempertahankan tradisi adat kalomba bagi masyarakat

Kajang Luar?

5
C. Tujuan penelitian

Berdasarkan beberapa pokok permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya,maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi tradisi kalomba bagi masyarakat

Kajang Luar

2. Untuk mengetahui prosesi tradisi kalomba yang dilaksanakan

masyarakat Kajang Luar

3. Untuk mengetahui makna tradisi adat kalomba bagi masyarakat

Kajang Luar

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji

masalah yang relevan

b) Sebagai bahan informasi kepada semua pihak tentang tradisi

kalomba di masyarkat Kajang Luar

2. Manfaat praktis

a) Diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarkat

Kajang, dalam upaya pelestarian tradisi kalomba

b) Dapat memperkaya khasana pengetahuan kita, khususnya

dalam pengkajian kebudayaan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tradisi

Dalam ensiklopedia disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau

“tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang-ulang klai secara turun

temurun. Tradisi dalam arti sempit merupakan kumpulan benda material atau

gagasan yang diberikan makna khusus yang berasal dari masa lalu juga

mengalami perubahan. Tradisi lahir di saat tertentu ketika orang menetapkan

bagian-bagian cerita tertentu dari masa lalu sebagai tradisi..

Tradisi bertahan dalam janka waktu tertentu dna mungkin lenyap jika

benda materialnya di bunag atau gagasan dilupakan. Tradisi akan mungkin

muncul kembali setelah lama terpendam akibat terjadi perubahan dan pergeseran

sikap aktif terhadap masa lalu.

Sedangkan menurut para ahli mereka berpendapat bahwa:

 WJS Poerwadaminto (1976), tradisi adalah segala sesuatu yang

menyangkut kehidupan dalam masyarakat yang dilakukan secara terus

menrus, seperti adat, budaya, kebiasaan dan juga kepercayaan.

 Soerjono Soekamto (1990), tradisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok masyrakat dengan cara langgeng (berulang-ulang)

7
 Bastomi (1981), tradisi adalah dari sebuah kebudayaan, dengan tradisi

sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi dihilangkan maak ada

harapan suatu kebudayaan akan berkahir saat itu juga

B. Pengertian identitas

Identitas merupakan konsep yang bastrak, kompleks, dan dinamis. Oleh

karena itu tidak mudah untuk diartikan, sehingga ada banyak gambaran yang

disediakan oleh para ahli ilmu komunikasi. Gardiner dan Kosmitzki, melihat

identitas sebagai “ defenisi diri seseorang sebagai individu yang berbeda dan

terpisah, termasuk perilaku, kepercayaan, dan psikap. Ting Toomey menganggap

identitas sebagai” konsep diri yang direflesikan atau digambarkan diri bahwa kita

berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi individu.

Lustig dan Koester melihat identitas budaya sebagai “rasa kepemilikan

seseorang terhadap budaya atau kelompok etnik tertentu”, bagi Klyukanov,

“identitas budaya dapat dilihat sebagai kenaggotaan dalam suatu kelompok di mana

semua orang menggunakan sistem simbol yang sama.”

Dan sebagai kesimpulan bahwa identitas merupakan hal yang dinamis dan

beragam. Artinya, identitas itu bukanlah merupakan suatu hal yang statis namun

berubah menurut pengalamn hidup.

8
C. Pengertian masyarakat

Masyarakat adalah sebuah komunit as yang interdependen (saling

tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk

mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang

teratur. Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan

serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan

tujuan tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan.

Adapun pengertian masyarakat menurut Koentjaraningrat dalam Eko

Handoyo yakni, “Masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama”

Pertama, kelompok masyarakat yang berproses dalam yuridiksi Negara

Republik Indonesia. Kedua, tidak semua suka yang menghuni Desa-desa di

kepulauan Indonesia, tetapi juga mereka yang dapat digolongkan kepada salah satu

Suku dan yang terutama hidup di kota- kota.Ketiga, mereka yang menjadi penghuni

diwilayah RI untuk jangka panjang dan menjalankan kehidupannya berdasarkan

prinsip organisatoris di Indonesia.Keempat, warga Negara Indonesia yang menjadi

penghuni wilayah Negara lain untuk jangka pendek.

Suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua

aspek kehidupan dalam batas kesatuan. Berdasarkan dari defenisi diatas, maka

ciri-ciri dari masyarakat yakni:

1. Kelompok manusia yang disebut masyarakat memiliki suatu perasaan

bersatu, bahkan sense of belonging yang relative sama sampai tingkat

9
kepentingan tertentu.

2. Kelompok manusia tersebut hidup dan bekerja dalam suatu kerangka

yang sama untuk waktu yang lama.

3. Kelompok manusiatersebut menyelenggarakan hidupnya dalam

suatu kerangka organisatoris yang tumbuh dari kebiasaan atau

kesepakatan diam-diam.

4. Kelompok manusia tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang

lebih kecil baik kelompok dalam alur genealogis maupun dalam alur

organisator.

Sebagai pengelompokan social, Faisal dalam Eko Handoyo

menyebutkan tiga ciri yang menandai suatu masyarakat, yaitu:

1. Pada masyarakat terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya

cukup besar

2. Individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang

melahirkan kerja sama di antara mereka minimal satu tingkatan

interaksi.

3. Hubungan individu –individu sedikit banyak sifatnya harus

permanen.

4. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu system dari bagian-

bagian yang saling berhubungan satu sama lain.

10
D. Konsep Tradisi Kalomba

Kalomba bagi masyarakat Kajang Luar merupakan salah satu prosesi

adat yang diperuntukkan bagi anak-anak suku Kajang dengan tujuan

menhilangkan sial dan penyakit turunan dari leluhurnya. Prosesi adat kalomba

memiliki aturan dan tahapan yang sudah ada sejak ratusan tahun yang silam,

yaitu adat kalomba dilaksanakan oleh keluarga pihak ayah. Tradisi kalomba

merupak tradisi yang turun temurun dan tidak boleh berhenti atau putus di setiap

keturunan karena setia[ keturunan haru melakukan atau menyelenggrakan

prosesi kalomba.

11
1. Prosesi Tradisi Kalomba yang dilaksanakan masyarakat Kajang Luar

Adapun prosesi ritual tradisi kalomba sebagaimana yang disaksikan

dan didokumentasikan dalam rekaman audio-visual , dapat diuraikan

sebagai berikut:

a) Sanro duduk pada tempat yang telah dipersiapkan, yaitu berhadapan

dengan anak yang dikalomba (dipangku orang tua) samdro biasanya

tidak sendiri tapi biasanya didampigi oleh perwakilan keluarga,

dengan pembatas berupa makanan khas yang telah dipersiapkan

dalam sebuah wadah nyiru besar atau disebut coro yang ditutupi

dengan kain putih.

b) Sanro membakar dupa kemeyang dengan iringan doa. Kemudian

mengibaskan asap dupa tersebut kepada si anak yang di kalomba

sebanyak tiga kali.

c) Setelah itu. Kain penutup disingkirkan, kemudian sanro berdoa

kembali sambil mengibaskankembali asap dupa kepada si anak

sebanyak tiga kali.

d) Selanjutnya media yang digunakan berupa daun tala yang

diceburkan ke dalam mangkuk yang berisi air, lalu dipercikkan

ditelinga anak dari kanan ke kiri.

e) Tangkai dedaunan tala yang didiamkan dalam loyan berisi air, oleh

kelurga dikibaskan dedaunan secara memutar, sehingga percikkan

airnya mengenai si anak yang dikalomba , kemudian di buai dengan

beras.

12
f) Selanjutnya, orang tua si anak juga melakukan ritual tadi dan juga

dilakukan sebanyak tiga kali di atas kepala anak.

g) Beberapa Makanan (kue) yang tersedia diatas nyiru besar seperti

songkolo dikepal dicampur dengan dumpi eja yang kemudian di

putar di depan wajah anak sebanyak tiga kali . kemudian kampalo

lompo/ besar disalempankan dipundak. Lalu dibebbese oleh

keluarga secara memutar disertai dengan buai beras.

Berdasarkan poin-poin di atas, diseskripsikan uraian penjelasan

makna setiap poin yang dilakukan pada saat ritual kalomba berlangsung,

sebagai berikut:

1) Anak dipangku orang tua sebagai penegasan bahwa orangtuanya

telah bersedia dan siap menunaikan tanggung jawbanya, menghadap

ke sanro dan sajian makanan yang ditutup kain sebagai simbol bahw

anak tersebut telah siap dikalomba dan sanro siap melakukan proses

ritual.

2) Sanro membakar dupa ini sebagai simbolik bahwa ritual pembuka

dalam tradisi kalomba.

3) Penutup kain dibuka memperlihatkan sajian makanan berupa

hidangan pokok sebagai syarat tradisi dalam ritual kalomba.

4) Daun tala yang telah dicelupkan air, dikibaskan secara memutar

sebgai tanda bahwa apabila sakit atau terkena penyakit setelah ritual

ini bukan lagi berasal dari faktor nenek moyang, melainkan faktor

lain.

13
5) Air dalam wadah, diputar diatas kepala agar secara fisik atau

keseluruhan tubuh dapat terlindungi dan terhindat dari kesialan serta

penangkal keburukan.

6) Songkolo dan dumpi eja sebagai petanda telah tertunaikan

“kewajiban” tradisi adat ini.

7) Kampalo besar diselempankan dipundak agar dapat memahami

beban tanggung jawab.

2. Makna mempertahankan Tradisi Adat Kalomba bagi masyarakat

Kajang Luar

Tradisi adat kalomba merupakan tradisi yang melekatkan sebuah

identitas dan citra khas masyarakat Kajang Luar. Tradisi ini telah

berlangsung sejak dahulu kala . meskipun berada diluar kawasan Ammatoa,

masyrakat Kajang luar yang telag bercampur-baur dengan masyarakat yang

beragam latar belakang, tetap mempertahankan tradisi adat ini, bahkan

sampai menggelar pergelaran pesta adat dengan smearak dan meriah.

Hal tersebut menandakan bahwa makna dalam mempertahankan

tradisi adata ini bagi masyarakat kajang luar, yaitu menjunjung tinggi tradisi

adat kalomba yang merupakn konsep masyrakat Kajang luar yang mampu

bertahan dari pengaruh yang ada disekitarnya, ini merupakan suatu bentuk

kebudayaan yang merupakn manifestasi kepribadian yang pada hakikatnya

adalah manifestasi kehidupan masyrakat itu sendiri dan proses

14
perkembangannya (Ayatrohaedi 1986: 19). Dengan demikian, tradisi adat

ini mampu mempertahankan keorisinilan bentuk prosesi ritualnya.

Makna lain dalam mempertahankan tradisi adat ini bagi masyarakat

Kajang Luar, yaitu memelihara dan menjaga nilai-nilai kebajikan yang

terutama di dalamnya, yakni bekerja sma atau bergotong royong,

silaturahmi, dan menjalin hubungan komunikasi yang baik antarsesama

masyarakat dan pemangku adat. Nilai-nilai yang terkandung tersebut

menjadi kearifan lokal, sebagimana yang dikemukakan oleh Wahyudi

(2014), bahwa kearifan lokal merupakan tata aturan tidak tertulis yang

mencjadi acuan masyarakat yang meliputi aspek kehidupan, berupa tata

aturan menyangkut hubungan antarsesama manusia.

Masyarakat Kajang Luar memiliki makna mendalam dalam

mempertahankan tradisi adat, karena telah menjadi kepercayaan masyrakat,

yaitu apabila seorang anak yang seharusnya dikalomba, namun orangtuanya

belum memiliki kesanggupan, maka akan terkena penyakit keturunan.

Kepercayaan masyarkat ini telah mengakar pada setiap generasi. Oleh

karena itu, apabila ingin terhindar dan terbebas dari penyakit turunan, amka

setiap generasi masyrakat Kajang Luar harus dikalomba.

Pelaksanaan tradisi adat ini dilandasi dengan kesanggupan

menggelarnya. Di sinilah tampak sangat jelas bahwa tradisi ini merupakan

budaya yang memiliki kedudukan sentral dalam kehidupan masyrakat

Kajang Luar. Dengan demikian, peranan konsep dalam kehidupan

15
kebudayaan snagat penting, karenamenentukan sifat dan bentuk

kebudayaan masyrakat.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriftif yang bertujuan untuk mendeskripsikan makna setiap ritual dalam tradisi

adat kalomba masyarakat Kajang Luar. Instrumen utama dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dalam bentuk

tertulis atau lisan. Seluruh data kemudian di analisis secara induktif sehingga

menghasilkan data yang deskriptif.

Untuk memperoleh data dilakukan atau dibutuhkan teknik pengumpulan

data, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atau

pengamatan, wawancara, dan dokumntasi yang berupa sumber bacaan atau

tertulis, serta foto atau gambar dari prosesi adat kalomba.

B. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Ganta, Desa Bonto Biraeng Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba. Alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena

Desa Bonto Biraeng merupakn Desa yang masih kental dan masih bertahan

dengan tradisi adat kalomba.

17
C. Tahap-tahap kegiatan penelitian

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis

besar adalah sebagai berikut:

1. Tahap pra peneltian

2. Tahap pelaksanaan penelitian

3. Mengidentifikasi data

D. Sumber data

Sumber data merupakan obyek dari mana data diperoleh.Sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,

selebihnya adalah data tambahan berupa dokumen dan lain-lain. Dalam

penelitian kualitatif data hasil penelitian diperoleh melalui dua sumber data,

yaitu:

1. Data Primer

Data primer dapat diperoleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui perantara) setiap kata-kata yang diamati dan

diwawancarai ditempat penelitian.Data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari responden atau informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder secara tidak langsung melalui media perantara

diperoleh oleh orang lain) terkait dalam penelitian ini, data ini dapat

berupa catatan, buku, jurnal, skripsi yang dipublikasikan maupun yang

tidak dipublikasikan.

18
E. Instrumen penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian,

maka dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam teknik pengumpulan data

sekaligus sebagai instrumen penelitian. Hal tersebut disebabkan karena dalam

penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan sekaligus sebagai

pelaksana dari rancangan penelitian yang sudah disusun.

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (responden) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

19
observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya

jika didukung oleh dokumentasi.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam analisis data kualitatif pada dasarnya peneliti hendak

memahami situasi sosial dalam menentukan keabsahan data, maka langkah

yang ditempuh adalah dengan cara triangulasi.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda- beda dengan menggunakan teknik yang sama.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Data yang diperoleh peneliti dengan wawancara, lalu dicek dengan

teknik observasi dan dokumentasi atau kuesioner.Apabila dengan

ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data

yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain.

3) Triangulasi Waktu

Dalam penelitian, waktu memiliki pengaruh terhadap kredibilitas data.

Dalam rangka menguji kredibilitas dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan

20
dokumentasi dalam waktu dan situasi yang berbeda, maka peneliti

melakukan dengan berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian yang

benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andurrahman, Fathoni. 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa . Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Damayanti, Ina. 2016. Upacara Kalomba dalam Prespektif Pendidikan Islam

(studi kasus masyrakat Tana Toa, Kecamtan Kajang, Bulukumba). Tesis.

UIN Alauddin Makassar : Makassar

Samovar, L.A., Porter, R.E & McDaniel E.R 2010. Komunikasi Lintas Budaya

(communication between cultures). Jakarta: Salemba Humanika

www.pelajaran.co.id/2017/08/pengertian-tradisi-tujuan-fungsi-macam-macam-

dan-penyebab-perubahan-tradisi.html

22
DOKUMENTASI WAWANCARA:

23

Anda mungkin juga menyukai