Anda di halaman 1dari 8

KETERAMPILAN MEMBACA EKSTENSIF

Tugas: Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis IT


Dosen Pengampu: Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum.

Disusun Oleh:
Fahrudin Ramadhan
(K1217024)
Pendidikan Bahasa Indonesia
Faultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2019
Keterampilan Membaca Ekstensif
Fahrudin Ramadhan
Universitas Sebelas Maret
E-mail:ramadhanfahrudin@gmail.com

Suhartini (2012) memaparkan bahwa membaca ekstensif mirip dengan


membaca kilat. Kegiatan ini menuntut siswa untuk melakukan aktivitas baca
dengan cepat. Selain itu, siswa diharapkan mendapat ide dari teks yang telah
dibaca. Kemudian Ngalimun & Alfulaila (2014) menyatakan membaca
ekstensif menjadi kegiatan untuk mencari informasi yang luas, artinya perlu
waktu yang cepat untuk membaca teks. Membaca ekstensif bertujuan untuk
mendapat pemahaman dari bacaan dengan durasi singkat. Pembaca diberi
keluasan dan kebebasan dalam menentukan teks yang akan dibaca. Perhatian
pembaca difokuskan untuk memahami isi teks dan tidak berfokus pada bahasa
atau isi teks secara rinci.

Tarigan (2008: 32) mengungkapkan bahwa membaca ekstensif adalah


membaca keseluruhan isi teks dari bacaan dalam waktu yang sesingkat
mungkin dengan tujuan untuk memahami isi yang penting dalam bacaan agar
membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini merupakan salah satu alat
yang dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari suatu hal tanpa
harus pergi ke negara bahasa.

Dalam Dictionary of Reading (1983:112) disebutkan membaca


ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa
diberikan kebebasan dn keleluasaandalam hal memiliki baik jenis maupun
lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ekstensif ini
sangat besar manfatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas
kepada para siswa yang mengikutinya.

Nurhadi (2005:3 1) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu


jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan
pemahaman terhadap aspek bacaanya. Dengan demikian seseorang dengan
membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga disertai
pamahaman dan bacaan.
Karena membaca ekstensif merupakan program membaca secara luas,
maka implikasinya antara lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis teks
maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan
banyak memiliki kekuasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan bacaan
tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperehatikan oleh guru adalah faktor
kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan bacaan terlalu sulit
untuk dicerna. Kedua, waktu yang diperguna untuk membaca pun harus
sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif pengertianatau pemahaman yang
bertaraf relatif rendah sudah memadai. Mengapa demikian? Karena dalam
program membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang hanya
sekedar untuk memahami isi yang penting saja dari bahan bacaan yang dibaca
tersebut dengan menggunakan waktu secepat mungkin.

Membaca ekstensif meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan


membaca dangkal.”(Broughton dalam Mintowati, 2003: 10)

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara


saksama yang bertujuan untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan
membaca secara kritis sehingga menimbulkan pemahaman yang tinggi. Teks-
teks bacaan yang sesuai dengan harus dipilih oleh guru, dari segi bentuk
maupun dari segi isi bacaan. Parapelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam
tahap ini akan memiliki kualitas serta keserasian dalam pilihan bacaan tersebut
(Brooks dalam Tarigan, 2008: 36 – 37).

Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta


pemahaman terinci terhadap suatu bacaan (Tarigan dalam Mintowati, 2003:
11)

Tarigan (dalam Mintowati, 2003: 11) mengungkapkan bahwa membaca


intensif dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu membaca telaah isi
dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti,
membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Sedangkanmembaca
telaah bahasa dapat meliputi membaca telaah bahasa dan membaca telaah
sastra.
Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting
dengan cepat (Tarigan 1994:31).

Soedarso (2004:5) hal-hal yang menghambat membaca cepat adalah (1)


vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5)
regresi; dan (6) subvokalisasi. Lebih lanjut Nurhadi (2005b:3 1) menyampaikan
mengenai hambatan membaca cepat antara lain (1) menyuarakan apa yang
dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3) membantu melihat/menelusuri baris-
baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jan); (4) menggerak-
gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5) konsentrasi berpikir terpecah
dengan hal-hal lain di luar bacaan; (6) bergumam-gumam atau bersenandung;
(7) kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di
tengah-tengah kalimat; (8) kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang
telah dibaca.
Harjasujana (1997) faktor yang mempengaruhi membaca menurutnya,
sekurang-kurangnya ada lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses
pemahaman sebuah wacana antara lain (1) latar belakang pengalaman; (2)
kemampuan berbahasa; (3) kemampuan berpikir; (4) tujuan membaca; dan (5)
berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan perasaan.

Ngalimun & Alfulaila (2014) juga mengklasifikasikan membaca ekstensif


menjadi tiga yaitu:

1. Membaca survei, artinya kegiatan membaca yang bertujuan untuk


mengetahui gambaran umum isi bacaan. Pembaca dapat melihat judul,
pengarang, daftar isi, dan pengantar.
2. Membaca sekilas, artinya kegiatan yang membuat mata bergerak cepat
ketika membaca. Tujuannya agar dapat menemukan informasi dengan
cepat.
3. Membaca secara dangkal, artinya kegiatan baca untuk menemukan
pemahaman yang dangkal. Biasanya teks bacaan ringan karena kegiatan
membaca bertujuan untuk mencari kesenangan.
Membaca survei merupakan kegiatan membaca untuk mengetahui
secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca secara mendalam.
Kegiatan membaca survei meliputi memeriksa judul, daftar isi, abstrak,
memeriksa kesimpulan, memeriksa indeks dan apendiks. Membaca sekilas
merupakan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dengan
tujuan mendapatkan informasi secara cepat. Membaca dangkal merupakan
membaca dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran tidak mendalam dari bacaan tersebut (Tarigan, 2008:11-13).

Menurut Broughton (1978) sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan


(1979:31) membaca ekstensif meliputitiga jens membaca, yakni membaca
survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal
(superficial reading).

Wainwright (2007:33) beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan


membaca antara tam (1) menghilangkan regresi karena regresi dapat
memperlambat kecepatan membaca; (2) mengembangkan ritme, cara ini
dilakukan untuk menghindari regresi; (3) meningkatkan daya jangkauan
pandang mata dapat dilakukan dengan melihat kata-kata sekaligus, mengenali
kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak dalam menerima informasi; (4)
latihan tachistoscopic atau sering disebut flashing,  latihan ini menggunakan
perangkat antiregresi.

Broughton (dalam Mintowati, 2003: 10) mengelompokkan membaca ekstensif


menjadi 3 macam, yaitu:

a) Membaca survei (survey reading)  merupakan kegiatan membaca yang


dilakukan sebelum pembaca memulai membaca, biasanya meneliti terlebih
dahulu apa yang akan ditelaah. Untuk mensurvei bahan bacaan yang akan
dibaca dengan cara: Bila yang dibaca adalah buku, yang lebih dahulu adalah
indeksnya untuk melihat judul bab, bagan buku tersebut.Membaca survei
untuk pembelajar bahasa kedua sangat berguna dalam pilihan materi bacaan
sesuai dengan apa yang diminatinya (Nurhadi, 2010: 192–193).
b) Membaca sekilas (skimming); merupakan jenis membaca yang
membuat mata agar bergerak lebih cepat untuk melihat, memperhatikan
bahan tertulis untuk mendapatkan sebuah informasi penting. Jika tidak
mengerti cara membaca sekilas dan kapan harus melaksanakannya, mak kita
tidak bisa menghadapi kerumitan serta menyelesaikan bacaan yang
diharapkan (Tarigan, 2008: 33).

c) Membaca dangkal (superfisial reading) adalah kegiatan membaca yang


bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.
Maksudnya, proses membaca yang tidak mendalam. Membaca dangkal
biasanya dilakukan di waktu senggang demi memperoleh sebuah kesenangan
atau kebahagiaan (Broughton dalam Nurhadi, 2010: 193).
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, H.G. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung:


Angkasa.
Tarigan, H.G. 1986. Membaca Ekspresif, Bandung: Angkasa.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed). 1983. Dictionery of Reading and Related Term.
London: Heinemann Educational Book.

Ngalimun, & Alfulaila, N. (2014). Pembelajaran keterampilan berbahasa


Indonesia.Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Suhartini, Tini. (2012). Model Pembelajaran Membaca Ekstensif dengan


Menggunakan Model Quantum Thinker pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Sukawening Garut TahunAjaran 2011/2012. Makalah Program Studi Bahasa
dan Sastra Indonesia SekolaTinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Siliwangi.

Mintowati, Maria. 2003. “Membaca”. Jakarta. Depdiknas.

Nurhadi. 2010. Dimensi-Dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung:


Sinar Baru Algesindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa


Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Hasanah, M., & Nurchasanah & Hamidah, S. C. (2011). Membaca Ekstensif: Teori,
Praktik, dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran.

Sartika, R., Emidar, E., & Arief, E. (2013). Kemampuan Membedakan Kalimat Fakta
dan Opini Melalui Kegiatan Membaca Intensif Siswa Kelas X SMK-SMAK
Padang. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 201-208.

Harjasujana, Ahmad S. dkk. 1988. Membaca. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka.


Soedarso. 2001. Speed Reading:Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai