BRONKOPNEUMONIA DUPLEX +
DOWN SYNDROME
PENYUSUN
dr. Dyota Sulia Mutiari
PENDAMPING
dr. H. Soesanto S.H., Sp. A
IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi RF
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 7 Desember 2015
Umur : 2 tahun
Ruang Perawatan : Perawatan III 313-1
Tanggal Dirawat : 4 Desember 2017
Tanggal Pemeriksaan : 5 Desember 2017
IDENTITAS ORANGTUA
AYAH
Nama : Tn. A
Usia : 51 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun Cirendang, Kertamukti, Tanjungmedar
IBU
Nama : Ny. I
Usia : 46 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Dusun Cirendang, Kertamukti, Tanjungmedar
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : sesak napas
ANAMNESIS KHUSUS :
Heteroanamnesis dari ibu pasien, tanggal 5 Desember 2017
Pasien datang ke IGD dengan membawa rujukan dari DSA pukul 20.35 WIB, 4
Desember 2017. Ibu pasien mengatakan pasien sesak napas 3 hari SMRS. Sesak napas
dirasakan terus-menerus, semakin lama semakin berat, sehingga pasien kesulitan untuk
makan dan minum. Keluhan disertai batuk berdahak. Keluhan demam, muntah, BAB
mencret, dan kejang disangkal.
Riwayat berobat :
Sudah berobat ke bidan dan dokter umum tetapi tidak ada perbaikan.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien sudah 5 kali dirawat di RS karena ISPA dan muntaber. Pasien didiagnosis
down syndrome pada usia 2,5 bulan ketika dirawat di RS.
Riwayat imunisasi:
IMUNISASI USIA
Hepatitis B 0 bulan
BCG, Polio 1 1 bulan
DPT/HB 1, Polio 2 2 bulan
DPT/HB 2, Polio 3 3 bulan
DPT/HB 3, Polio 4 4 bulan
Campak 9 bulan
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk :mikrosephali dengan bagian anteroposterior kepala agak mendatar
Wajah : mongoloid face (+)
Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, RC +/+
Hidung : low nasal bridge (+), pernapasan cuping hidung (+), sekret (+)
Telinga : bentuk normal, sekret (-)
Mulut : sianosis (-), lidah basah bersih
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk normal, retraksi intercostal (+)
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi basah di kedua lapang paru, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ normal, regular
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : soepel
Perkusi : tympani
Ekstremitas
Simian crease (+)
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
DIAGNOSIS KERJA
Bronkoneumonia duplex
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia lobaris
Bronkiolitis
DIAGNOSIS TAMBAHAN
Down syndrome
Global developmental delay
PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologi
o Rawat inap
o O2 2 liter/menit
o IVFD KAEN 4B 25 tpm mikro
o Puasa
Farmakologi
o Cefotaxime 2x500 mg IV
o Sagestam 2x20 mg IV
o Dexametason 2x ½ ampul IV
FOLLOW UP
Hari rawat Pemeriksaan Terapi
4 Desember 2017 Sesak napas (+), batuk (+), Oksigen 2 lpm
demam (+), kejang (-). Puasa
N=142, RR=48, S=36,7oC, IVFD Kaen 4B 25 tpm
SpO2=97% mikro
CM, PCH (+), retraksi Cefotaxime 2x500mg IV
intercostal (+), crackles +/+, Sagestam 2x20mg IV
akral hangat
Dexametason 2x1/2 amp
IV
TD III
TEORI
PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab noninfeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Bradley, et al., 2011).
Klasifikasi pneumonia:
Berdasarkan lokasi anatomis
o Pneumonia lobaris
o Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
o Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Berdasarkan asal infeksi
o Community acquired pneumonia
o Hospital acquired pneumoniae
Berdasarkan mikroorganisme penyebab
o Bakteri
o Virus
o Mikoplasma
o Jamur
BRONKOPNEUMONIA
DEFINISI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus
atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk patchy distribution, (Bennet, 2013).
ETIOLOGI
Faktor infeksi
o Neonatus Streptococcus group B, RSV
o Bayi Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae, Mycobacterium
tuberculosa, Bordertella pertusis.
o Anak-anak Parainfluenza virus, RSV, Mycoplasma pneumoniae,
Pneumococcus, Bordetella pertusis, M.tuberculosis.
Faktor noninfeksi
PATOGENESIS
Saluran pernapasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan
faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung,
reflex batuk, dan apparatus mukosilier. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi IgA
lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, immunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila salah satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran pernapasan bagian
bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran napas bagian atas. Virus
dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran napas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75% anak
dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus. Secara patologis, terdapat 4
stadium pneumonia, yaitu;
o Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Yaitu hyperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hyperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan.
o Stadium II (48 jam berikutnya atau hepatisasi merah)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh eritrosit dan eksudat fibrin yang dihasilkan oleh
host sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak
ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.
o Stadium III (3-8 hari berikutnya atau hepatisasi kelabu)
Terjadi sewaktu leukosit mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini, eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti.
o Stadium IV (7-11 hari berikutnya atau resolusi)
Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat
lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
MANIFESTASI KLINIK
Dalam pemeriksaan fisik pneumonia khususnya bronkopneumonia, ditemukan hal-hal
sebagai berikut, (Bennete, 2013);
Pada inspeksi terlihat setiap napas terdapat retraksi otot epigastric, intercostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung. Tanda objektif yang merefleksikan
adanya distress renapasan adalah adanya retraksi dinding dada, penggunaan otot
tambahan yang terlihat, dan cuping hidung. Tekanan intrapleura yang bertambah
negative selama insiprasi melawan resistensi tinggi jalan napas menyebabkan retraksi
bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat
interkosta, subkosta, fossa supraklavikula, dan suprasternal. Kebalikannya, ruang
intercostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin
positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
intercostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua. Kontraksi
yang terlihat dari otot strenocleidomastoideus dan pregerakan fossae supraclavicular
selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan
jalan napas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbing, yang dapat
diamati dengan jelas ketika anak berisitrahat dengan kepala disangga tegak lurus di
area suboksipital, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai. Pengembangan
cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan dan dapat
terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal. Pengembangan cuping hidung
memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan
keseluruhan. Selain itu, dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah
tekanan negatif faring selama inspirasi.
Pada palpasi ditemukan vocal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang kecil pada
paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih
terbuka, tetapi bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelectasis) maka
transmisi energy vibrasi akan berkurang.
Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi
nonmusical, tidak kontinyu, interupsi pendek, berulang, dihasilkan oleh gelembung-
gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/ jalan napas kecil yang tiba-tiba
terbuka.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologi mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkovaskuler dan infiltrate kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapangan paru. Bercak
sering terlihat pada lobus bawah (Bennet, 2013).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumonia viral atau bacterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000/mm3 dengan neutrophil yang predominan. Pada hitung jenis
leukosit terdapat shift to the left serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura, atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin
dilakukan (Bennete, 2013).
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et al., 2011);
Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding dada.
Panas badan.
Ronkhi basah halus sedang-nyaring.
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrate difus.
Leukositosis.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanan umum dan khusus (IDAI, 2012);
Umum
o Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak napas hilang
o Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
o Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena
Khusus
o Mukolitik, ekspektoran, dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik
awal.
o Obat penurun panas diberikan hanya pada pasien dengan suhu tinggi,
takikardia, atau penderita kelainan jantung.
o Pemberian antibiotik berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis, (Garna, 2014).
Usia 4 bulan – 5 tahun
Rawat jalan amoksisilin 90 mg/kg/hari oral dalam dosis
terbagi tiap 8 jam selama 7 -10 hari. Alternatif Co-
amoxiclav, azitromisin, sefaklor, klaritromisin, eritromisin.
Tanpa komplikasi Cefotaxim 50 mg/kg/kali. Pertimbangkan
penambahan klindamisin IV bila tidak diapatkan perbaikan.
Komplikasi (sepsis, infiltrate, efusi pleura) Sefotaksim
200mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi, ditambah kloksasilin 25-
50 mg/kg IV setiap 6 jam selama 10-14 hari.
KOMPLIKASI
Pneumonia Staphylococcus
Empyema torasis
Pericarditis purulenta
Infeksi ekstrapulmoner
Miokarditis
DOWN SYDROME
DEFINISI
Down syndrome (DS) adalah kelainan genetik yang dikenal sebagai trisomi karena
individu yang menderita DS memiliki kelebihan satu kromosom 21, dimana orang normal
hanya mempunyai dua. Kelebihan kromosom ini akan mengubah keseimbangan genetik
tubuh dan mengakibatkan perubahan karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta
gangguan fungsi fisiologi tubuh (Pathol, 2003).
Terdapat tiga tipe DS, yaitu;
Trisomi 21 reguler Kegagalan berpisah pada meiosis. Sebuah kesalahan terjadi
kromosom yang berbeda pada setiap sel (bandingkan dengan keadaan biasa
dimana terdapat 46 kromosom). Ini adalah tipe yang paling sering. Terhitung rata-
Mosaic Sekitar 2 % . Mosaik (46, XX/47, XX, 21) terjadi ketika beberapa sel
dalam tubuh normal dan sel-sel lain trisomi 21dan biasanya kondisi penderita
lebih ringan, (Lancet, 2003).
INSIDENSI
DS adalah kelainan genetik yang biasa terjadi. Frekuensi terjadinya penderita DS di
Indonesia adalah 1 dalam 600 kelahiran hidup. Di seluruh dunia, prevalensi keseluruhan
adalah 10 SD per 10.000 kelahiran hidup, meskipun dalam tahun terakhir angka ini telah
meningkat. Untuk sebagian besar, prevalensi SD tergantung pada beberapa variabel sosial-
budaya.
Angka kejadian DS berkaitan dengan usia ibu saat kehamilan. Semakin meningkat
usia ibu saat kehamilan, semakin besar resiko melahirkan anak dengan DS.
ETIOLOGI
DS biasanya disebabkan karena kegagalan dalam pembelahan sel (nondisjunction).
Pada DS, trisomi 21 dapat terjadi tidak hanya saat meiosis pembentukaan gamet, tetapi dapat
terjadi saat mitosis awal dalam perkembangan zigot. Oosit primer yang perkembangannya
terhenti pada saat profase meiosis I tidak berubah pada tahap tersebut sampai terjadi ovulasi.
Di antara wajtu tersebut, oosit mengalamo nondisjunction. Pada DS, meisosis I menghasilkan
ovum yang mengandung 21 autosom dan apabila dibuahi oleh spermatozoa normal yang
membawa autosom 21, maka akan terbentuk zigot trisomi 21. Nondisjunction dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu ;
Infeksi virus
Radiasi
Penuaan sel telur
Gangguan fungsi tiroid
Umur kehamilan ibu. Perubahan endokrin, seperti meningkatnya sekresi androgen,
menurunnya kadar hipoandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon, serta hormon LH dan FSH yang secara tiba-
tiba meningkat pada saat sebelum dan selama menopause.
PATOFISIOLOGI
Kromosom adalah struktur seperti benang yang terdiri dari DNA dan protein lain.
Kromosom-kromosom itu ada pada setiap sel tubuh dan membawa informasi genetik yang
diperlukan oleh sel untuk berkembang. Gen adalah unit informasi yang dikodekan dalam
DNA. Sel manusia normal memiliki 46 kromosom yang dapat disusun dalam 23 pasang. Dari
23 pasang, 22 sama untuk pria dan wanita yang disebut autosom. Pasangan kromosom ke-23
adalah kromosom kelamin (X dan Y). Setiap anggota dari sepasang kromosom membawa
informasi yang sama, yang berarti bahwa gen yang sama berada di daerah yang sama pada
kromosom. Tetapi, variasi gen (alel) mungkin terjadi. Contoh, informasi genetik untuk warna
mata disebut gen, dan variasi untuk biru, hijau, dan lain-lain disebut alel.
Terdapat dua cara pembelahan sel manusia. Yang pertama adalah pembelahan sel
biasa (mitosis). Dengan cara ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang memiliki jumlah
dan tipe kromosom yang sama persis dengan kromosom sel induk. Yang kedua adalah
pembelahan sel yang terjadi dalam ovarium dan testis (meiosis) dan terdiri dari satu sel yang
membelah menjadi dua, dengan jumlah kromosom setengah dari jumlah sel induk. Jadi
normalnya, sel telur dan sel sperma hanya memiliki 23 kromosom, bukan 46.
Ada banyak kesalahan yang dapat terjadi selama proses pembelahan sel. Pada
meiosis, beberapa pasang kromosom membelah diri dan berpisah ke tempat yang berbeda,
peristiwa ini disebut dysjunction. Tetapi, kadang-kadang salah satu pasang tidak membelah,
dan seluruhnya pergi ke satu daerah. Ini berarti dalam sel-sel yang dihasilkan, seseorang akan
memiliki 24 kromosom dan yang lain akan memiliki 22 kromosom. Peristiwa ini disebut
nondysjucntion dan dapat terjadi pada meiosis I atau II (lebih sering terjadi pada meiosis I).
Jika sperma atau sel telur dengan jumlah kromosom yang abnormal menyatu dengan
pasangan normal, sel telur yang dibuahi akan memiliki jumlah kromosom yang abnormal.
Pada DS, kebanyakan kasus disebabkan oleh peristiwa ini, satu sel mempunyai dua
kromosom 21, bukan satu sehingga sel telur yang dibuahi akan memiliki tiga kromosom 21.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam kasus ini, sekitar 90% dari sel-sel yang
abnormal adalah sel telur.
Proses meiosis (a) Proses meiosis normal, (b) Terjadi kesalahan pada meiosis I, (c) Terjadi kesalahan pada
meiosis II.
Tiga sampai empat persen dari semua kasus trisomi 21 adalah karena kasus
translokasi robersonian. Dalam kasus ini, dua pembelahan terjadi di kromosom yang terpisah,
biasanya pada kromosom 14 dan 21. Ada penataan ulang materi genetik sehingga beberapa
dari kromosom 14 digantikan oleh kromosom 21 tambahan. Jadi pada saat jumlah kromosom
normal, terjadi triplikasi dari kromosom 21. Beberapa anak mungkin hanya terjadi triplikasi
pada kromosom 21 bukan pada keseluruhan kromosom, yang biasa disebut trisomi 21 parsial.
Translokasi yang dihasilkan dari trisomi 21 mungkin dapat diwariskan.
Sisa kasus trisomi 21 adalah karena kejadian mosaic. Orang-orang ini memiliki
campuran garis sel, beberapa diantaranya memliki sejumlah kromosom normal dan lainnya
memiliki trisomi 21. Dalam mosaic sel, campuran ini terlihat berbeda dari jenis yang sama.
Dalam mosaic jaringan, satu set sel, seperti semua sel darah mungkin memiliki koromosom
normal dan juga tipe yang lain, seperti semua sel-sel kulit, mungkin memiliki trisomi 21.
Kromosom adalah pemegang gen, dimana sejumlah kecil DNA diarahkan dalam hal
produksi beragam materi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengarahan oleh gen ini disebut
ekspresi gen. Pada trisomi 21, kehadiran sebuah gen tambahan menyebabkan overekspresi
dari gen yang terlibat, sehingga meningkatkan produksi produk tertentu. Untuk sebagian
besar gen, overekspresi memiliki pengaruh yang kecil karena adanya mekanisme tubuh yang
mengatur gen dan produknya. Akan tetapi, gen yang menyebabkan DS tampaknya
merupakan suatu pengecualian. Menurut Davies ae al. (2007) dalam Sommer dan Henrique-
Silva (2008), DSCR1, yang sekarang diberi nama RCAN1 (Regulator of Calcineurin 1) di
overekspresikan dalam otak fetus sindroma Down dan berinteraksi secara fisik dan
fungsional dengan kalsineurin A, sebuah katalitik sub unit dari kalsium / calmodulin-
dependent protein phosphatase. Menurut Fuentes et al. (1995) dalam Sommer dan Henrique-
Silva (2008), RCAN1 yang banyak diekspresikan di otak dan jantung menunjukkan
overekspresi itu berhubungan pada patogenesis sindroma Down, terutama retardasi mental
dan / atau kelainan jantung. Sedangkan menurut Vidal-Taboada et al. (2000) dalam Sommer
dan Henrique-Silva (2008), DSCR2 lebih banyak diekspresikan pada semua jaringan dan sel
yang berproliferasi, seperti jaringan fetus, testis, dan sel kanker.
Gen yang mungkin terlibat dalam terjadinya DS meliputi;
a. Superoxide Dismustase (SOD1) – overekspresi yang menyebabkan penuaan dini dan
menurunnya fungsi sistem imun. Gen ini berperan dalam demensia tipe Alzheimer.
b. COL6A1 – overekspresi yang menyebabkan cacat jantung.
c. ETS2 – overekspresi yang menyebabkan kelainan tulang (abnormalitas skeletal).
d. CAF1A – overekspresi yang dapat merusak sintesis DNA.
e. Cystathione Beta Synthase (CBS) – overekspresi yang menyebabkan gangguan
metabolisme dan perbaikan DNA.
f. DYRK – overekspresi yang menyebabkan retardasi mental.
g. CRYA1 – overekspresi yang menyebabkan katarak.
h. GART – overekspresi yang menyebabkan gangguan sintesis dan perbaikan DNA.
i. IFNAR – gen yang mengekspresikan interferon, overekspresi yang dapat mengganggu
sistem kekebalan tubuh dan sistem organ lainnya.
Gen lainnya yang mungkin juga terlibat, diantaranya APP, GLUR5, S100B, TAM,
PFKL, dan beberapa gen lainnya. Sekali lagi, penting untuk diketahui bahwa belum ada gen
yang sepenuhnya terkait dengan setiap karakteristik yang berhubungan dengan DS.
MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik DS terbagi atas 2, yaitu:
a. Karakteristik Fisik
1) Penurunan laju pertumbuhan dan perkembangan fisik. Kebanyakan orang dengan DS
tidak mencapai tinggi dewasa rata-rata
2) Mempunyai bentuk kepala atipikal. Kepala mungkin lebih kecil dari rata-rata
(Microcephaly), dengan daerah datar di bagian belakang (tengkuk)
3) Mata yang miring ke atas, menuju tepi wajah (upslanting palpebral fisura) dan
kelebihan lipatan kulit di atas sudut dalam mata (Epicanthal folds)
4) Bintik-bintik putih (Brushfield) di bagian berwarna dari mata
5) Telinga kecil atau berlipat, hidung datar, dan mulut kecil dengan tonus otot mulut yang
rendah dan lidah yang menonjol
6) Tangan pendek dan lebar dengan jari pendek dan sebuah garis selebar telapak tangan
(simian crease).
7) Penurunan tonus otot.
b. Karakteristik Perkembangan
1) Keterlambatan perkembangan kognitif, biasanya dengan retardasi mental kategori
ringan hingga sedang. Pada individu tertentu, dengan genotip mosaik mungkin memiliki
IQ di kisaran rata-rata.
2) Keterlambatan berbicara dan berbahasa
3) Keterlambatan perkembangan keterampilan sosial.
4) Keterlambatan keterampilan motorik
5) Kemungkinan adanya gangguan perkembangan lain, kesehatan mental atau kondisi
perilaku.
Brushfield spots. Sumber : Weijerman M. Consequences of Sindroma Down for patient and
family. Amsterdam : Ipskamp Drukkers B.V.; 2011. p. 13,15,17
e. Tangan
Telapak tangan hanya memiliki satu garis tangan melintang dengan jari pendek
dan lebar yang dinamakan simian crease.
Single palmar crease. Sumber : Weijerman M. Consequences of Sindroma Down for patient and family.
Amsterdam : Ipskamp Drukkers B.V.; 2011. p. 13,15,17
2. Intra Oral
a. Palatum
Palatum berkurang dalam ukuran panjang, lebar, dan tinggi, sehingga tampak
berbentuk anak tangga atau dapat pula berbentuk V.
b. Hipotonus otot
Hipotonus otot orbicularis, sigomatikus, masseter, dan temporal menyebabkan
perubahan fasial yang bermakna, seperti sudut mulut turun dan mulut terbuka.
c. Lidah
Lidah membesar atau makroglosia dan berfisura pada permukaan dorsal 2/3
anterior dengan panjang dan kedalaman yang bervariasi. Pada penderita DS, hal ini
dapat terjadi dengan kombinasi geographic tongue. Permukaan dorsal lidah biasanya
kering dan merekah serta tepinya mempunyai pola cetakan gigi yang dinamakan
scalloped tongue.
Kebiasaan menjulurkan lidah selama waktu minum, menghisap dot, makan, dan
bicara akan terjadi pada lidah hipotonus. Jaringan lidah bagian tengah bersifat
hipotonus dengan cekungan berlebihan di bagian 2/3 anterior lidah dan hipotonus pada
frenulum lidah.
d. Gigi-geligi
Kelainan gigi-geligi pada penderita DS dapat berupa mikrodonsia, partial
anodonsia, taurodonsia. Mikrodonsia dapat terlihat pada gigi sulung maupun tetap,
mahkota klinis berbentuk kerucut, pendek, dan kecil. Hal ini menyebabkan timbulnya
celah antar gigi (spacing). Keadaan gigi berjejal sering terjadi pada rahang atas,
sedangkan pada rahang baawah sering terjadi spacing. Taurodonsia terjadi dengan
manifestasi perpanjangan ruang pulpa dan perubahan letak apical, bifurkasi, atau
trifurkasi akar, paling sering terjadi pada molar kedua bawah tetap. Penyakit periodontal
dapat terjadi sejak usia 6 tahun. Kelainan periodontal yang dijumpai adalah gingivitis
marginalis, ANUG (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis), periodontitis lanjut, resesi
gusi, pembentukan poket, keterlibatan furkasi dan bifurkasi pada gigi molar, mobilitas
gigi anterior dan posterior, kehilangan gigi terutama pada regio anterior bawah. Pola
dan penyebaran penyakit periodontal pada penderita sama dengan pasien normal yaitu
melalui akumulasi plak yang berat pada gigi. Berbeda dengan keadaan jaringan
periodontal, insidensi karies pada penderita DS rendah. Hal ini karena efek buffer saliva
yang baik.
SCREENING
Nuchal translucency (NT test). Tes ini dilakukan pada minggu 11-14 kehamilan.
Yang diuji adalah jumlah cairan di bawah kulit pada belakang leher janin.
Amniocentesis pada kehamilan di atas 15 minggu.
Chorionic villus sampling (CVS) yang dilakukan pada kehamilan minggu 8-14
Percutaneous umbilical blood sampling (PUBS) pada usia kehamilan 18 minggu.
PEMERIKSAAN KUESIONER PRASKRINING PERKEMBANGAN
PENGERTIAN
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa adalah mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak
tersebut (2) deteksi dini adanya keterlambatan perkembangan.(3) intervensi dini .
Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya keterlambatan
perkembangan secara dini pada anak. IDAI bersama DEPKES menyusun penggunaaan KPSP
sebagai alat praskrening perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan
setiap 3 bulan untuk di bawah 2 tahun dan setiap 6 bulan hingga anak usia 6 tahun.Tujuan
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Pemeriksaan KPSP adalah penilaian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan
yaitu ; motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa, dan sosialisasi /kemandirian.
1. Pada waktu bayi telentang, apakah masing-masing lengan dan tungkai bergerak
dengan mudah? Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi
bergerak tak terarah/tak terkendali.
2. Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat clan menatap wajah anda?
3. Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain (ngoceh), disamping menangis?
4. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?
5. Pada waktu bayi telentang, apakah. ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada sisi yang lain?
6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum,apakah ia tersenyum
kembali kepada anda?
7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya
9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain?
2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak clan stabil? Jawab
TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan meletakkan di
atas telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama
beberapa detik?
4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua
lengannya sebagai penyangga seperti padA gambar ?
5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi
bukan menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke telungkup atau
sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan yang lucu, gambar
atau binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis atau
uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih berada dalam
jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di
sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah
kanan.
1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di
sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah
kanan.
2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan
ke tangan yang lain? Benda-benda panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai
tidak ikut dinilai.
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu tangan atau serbet,
kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari di
bawah meja atau di belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering, dan masing-
masing tangan memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab TIDAK bila bayi
tidak pernah melakukan perbuatan ini.
5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia
menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba
berdiri dan sebagian berat badan tertumpu pada kedua kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda kecil seperti kismis,
kacang-kacangan, potongan biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai seperti
gambar ?
7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk sendiri selama
60 detik?
Kuesioner Praskrining untuk 15 bulan
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan?
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab
TIDAK bila ia membutuh kemandirian kaq bantuan.
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya.
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik?
6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
7. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau
merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan
8. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
9. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu seperti pada gambar ini
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab
TIDAK bila ia membutuhkan bantuan.
2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya?
3. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik?
4. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?
5. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai clan kemudian berdiri kembali?
6. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau
merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
7. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
8. Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar?
1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau
merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
4. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu jari clan jari telunjuk seperti pada gambar ?
1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang
anda lakukan?
2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain
"papa" clan "mama"?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa
kehilangankeseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).
5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau celananya? (topi clan kaos
kaki tidak ikut dinilai).
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan
posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika
ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau
anak harus berpegangan pada seseorang.
7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar
paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan
yang lain)?
8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta?
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan
pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau celananya?
(topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai)
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan
posisi tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK
jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga
atau anak harus berpegangan pada seseorang.
3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar
paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan
yang lain)?
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta?
6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan tanpa
berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”, “mau
tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?
Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan
5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari jarak 1,5
meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak
menggambar garis lain di
samping garis tsb.
8. Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat melompati
bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari?
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia
ikut bermain clan mengikuti aturan bermain?
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di
bantu? (Tidak termasuk kemandirian memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia
ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di
bantu? (Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia
hanya menyebutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
1. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2-5 – 5 cm.
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia
ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?
3. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di
bantu? (Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia
hanya menyebut sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
5. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali
mengulangi pertanyaan.
"Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?"
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan
gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah "menggigil" ,"pakai mantel’ atau "masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-tiduran",
"istirahat" atau "diam sejenak"
6. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
8. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata "lebih panjang".
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: "Mana garis yang lebih panjang?"
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali
dengan benar?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats
pads saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di
belakang”
1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali
mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan
gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil” ,”pakai mantel’ atau “masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-
tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats
pads saat memberikan perintah berikut ini: “Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di
belakang”
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau
menggelayut pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : “Tunjukkan
segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
‘Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu
kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?
1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats
pads saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di
belakang”
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau
menggelayut pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :
10. lsi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali
mengulangi pertanyaan sampai 3 kali bila anak menanyakannya.
"Sendok dibuat dari apa?"
"Sepatu dibuat dari apa?"
"Pintu dibuat dari apa?"
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan di atas dengan benar? Sendok dibuat
dari besi, baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley J. S., Byington C.L., Shah S. S., Alverson B., Carter E. R., Harrison C., Kpalan S. L.,
Mace S. E., McCracken . 2011. The Management of Community Acquired Pneumonia in
Infants adn Children Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by The
Pediatric Infectious Disease Society and The Infectious Disease Society of America. Clin
Infect Dis. 53 (7): 617-630.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Penerbit: IDAI.
Garna, Herry., Melinda, Heda. 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
Edisi Ke-5. Bandung: Penerbit: Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Pathol, Am J Clin. 2013. New Developments in Prenatal Screening for Down Syndrome.
http:/ajcp.ascpjournals.org. (7 Desember 2017)