Anda di halaman 1dari 1

Perbedaan Metode Equity dan Cost

1. Rekening investasi saham perusahaan anak.


Metode Equity : Berubah-ubah sesuai perubahan jumlah kekayaan bersih perusahaan anak.
Metode Cost : Jumlahnya selalu tetap, kecuali ada penjualan atau pembelian tambahan
atau saham yang dimiliki.

2. Bagian laba yang diperoleh


Metode Equity : Dicatat dalam laporan Keuangan (neraca) yang dikonsolidasi
Metode Cost : Tidak hanya diakui pada laporan keuangan (neraca)

3. Laporan Laba-Rugi
Metode Equity : Tidak mencantumkan “pendapatan atau kerugian” atas investasi saham
Metode Cost : Bagian deviden dicatat debit pada rekening piutang deviden (kas), dengan
rekening “penghasilan deviden” pada sisi kredit.

Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran.

Contoh : Perusahaan A menggunakan historical cost untuk suatu gedung kantor di daerah by pass,
Kota Padang dicatat sebesar Rp. 100.000.000 pada tahun 2005. Pada tahun kelima (2010), nilainya
menjadi Rp. 50.000.000 (asumsi digunakan depresiasi garis lurus untuk umur ekonomik 10 tahun).
Karena peningkatan nilai strategis lingkungan, nilai gedung-gedung di daerah by pass untuk
perolehan di tahun yang sama meningkat 5 kali lipat (berarti untuk gedung yang dimiliki menjadi
sekitar Rp. 250.000.000). Dalam hal ini, historical cost tidak menceriminkan nilai dari aset tetap pada
saat pelaporan. Konsep ini bisa saja disanggah oleh para penganut historical cost (termasuk Amerika
yang agak sulit untuk mau melakukan konvergensi dengan IFRS), karena peningkatan aset sebesar
250 juta tadi sebetulnya akan diakui jika gedung dijual pada saat itu. Namun, pada kenytaannya
gedung belum dijual (sesuai dengan konsep cost yang melekat). Sehingga peningkatan nilai gedung
karena nilai wajar (pasar)nya meningkat tidak bisa diakui, kecuali transaksi sudah terjadi.

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang memberikan hak
pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas lain,
sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk peseroan terbatas dinyatakan dalam
kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian
(purchase) atau metode akuasisi untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud.

Contoh : Pada tanggal 2 Januari 2012, PT X membeli 40% saham yang beredar PT Y. PT Y melaporkan
laba bersih sebesar Rp 2.000.000 dan mengumumkan deviden sebesar Rp.20.000.000 selama tahun
2012.

Anda mungkin juga menyukai