Disusun oleh :
Anggie Fuji Lestari 12017007
Farmasi A
2
BAB II
METODE
2.1. Bahan
Thiosemicarbazide, 4-phenylthiosemicabazide, 4-ethylthiosemicarbazide,
4-allylthiosemicabazide, 4- (pyridin-2-yl) thiosemicarbazide dan 4-
thiocarbonylhydrazide
2.2. Instrumentasi
Titik lebur dalam °C (tidak dikoreksi) dan diukur pada peralatan titik lebur
listrik Gallenkamp. Spektra IR (KBr) dilakukan pada Mattson 5000 FTIR
Spectrophotometer. Spektra H-NMR dan C-NMR diperoleh pada
spektrofotometer Bruker masing-masing pada 400 dan 100 MHz, menggunakan
tetramethylsilane sebagai referensi internal dan DMSO-d6 sebagai pelarut dan
diukur. Spektrum massa direkam pada GCMS-QP 1000 EX Shimadzu Jepang
(Spektrometer Gas ChromatographyMass). Analisis unsur (C dan H) diukur,
hasilnya baik dengan nilai yang dihitung. Dilakukan analisa aktivitas biologis.
3
2.3.3. 1,4-Dioxo-3,4,4e,5,10,10a-hexahydro-1H5,10-benzeno-benzo[g]-
phthalazin-2-yl-N-ethylthioamide (12)
2.3.4. 1,4-Dioxo-3,4,4e,5,10,10a-hexahydro-1H5,10-benzeno-benzo[g]-
phthalazin-2-yl-N-allylthioamide (13)
2.3.5. 1,4-Dioxo-3,4,4e, 5,10,10a-hexahydro-1H5,10-benzeno-benzo[g]-
phthalazin-2-yl-Npyridin-2-ylthioamide (14)
2.3.6. Bis(1,4-dioxo-3,4,4e,5,10,10a-hexahydro1H-5,10-benzenobenzo[g]
phthalazin-2-yl thiocarbonyl (15)
4
menggunakan MVD (program Molegro). Biasanya, untuk mendapatkan wawasan
tentang ikatan kimia dan penghambatan COX-2, ditentukan struktur kristal
kompleks COX-2 dengan piroxicam dan kompleks COX-2 diselesaikan dengan
penggantian molekul dan disempurnakan menjadi kerja R / bebas dari 0,202
/0.231 dan resolusi masing-masing adalah 2,45, struktur kristal COX-2 ditahan di
Bank data Protein (PDB)
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kimia
Skema.1 menjelaskan sintesis molekul target. Dibenzobarallene(3)
disintesis sesuai dengan metode melalui refluks antrasena(1) dengan maleat
anhidrida(2) dalam pelarut xilena. Kondensasi 3 dengan Thiosemicarbazide(4), 4-
phenylthiosemicar-bazide(5), 4-ethylthiosemicarbazide(6), 4-allylth-
iosemicabazide(7), 4-piridin-2-ylthiosemicabazide(8) atau
thiocarbonylhydrazide(9) di DMF diberikan, Phthalazinediones 10, 11, 12, 13, 14
dan 15. Senyawa 10-15 dibuat oleh data analitik dan spekulasi (IR, 1HNMR dan
MS, cf Bagian Eksperimental).
6
3.2. Hubungan Struktur-Aktivitas Kuantitatif (HKSA)
7
edema) untuk dua puluh turunan phthalazine diukur. Tabel 2 mewakili aktivitas
biologis pada konsentrasi phthalazine yang diselidiki (2 mg / 100 g untuk setiap
tikus). Sifat fisikokimia (deskriptor) dari senyawa kimia yang diteliti (Gambar 1)
diperoleh dengan menggunakan Hyperchem versi 8.1. Secara umum, sebagian
besar modifikasi struktural dari sistem induk yang telah dilakukan untuk
mengoptimalkan aktivitas biologis obat turunan phthalazine dapat dilihat sebagai
variasi dari pola substitusi pada posisi 1, 2 dan 4, yaitu substitusi pola bagian 1, 2-
diazine dari sistem bicyclic. Deskriptor ini meliputi volume, polarisasi, energi
hyderation, massa, energi ikat, total energi, HUMO dan LUMO, ΔH, dan momen
dipol pada arah XY dmx dan dmy, dengan metode perhitungan AM1 semi-empiris
(Tabel 3). QSAR tergantung pada deskriptor kimia yang dikirim dari Tabel 3.
Selanjutnya, persamaan (1) telah diperoleh dari data ini menggunakan perhitungan
statistik multi-regresi dengan mengedipkan mata program 4.65. Aktivitas anti-
inflamasi = -0.1658844 VOLUME +0.6034567 HYD. E.-0.4811556 Kemampuan
Polari + 0,4982975 Massa + 0,6457734 Total Energi - 0,0191501 Energi Binding
- 0,0545701 ΔH + 3,6251524 HOMO - 36,20572 LUMO 0,5111692 Dmy -
2,935804 Dmz + 50,4353 Persamaan (1) diukur dengan perhitungan melalui
perhitungan -kegiatan peradangan pada tikus sebagai% penghambatan edema.
Data yang diperoleh dibandingkan dengan nilai eksperimental [11, 17], (Tabel 2).
Koefisien regresi (R = 0.9217) dan derajat kebebasan (F = 8.5648 dan P = 0.003)
mencerminkan validitas dari persamaan yang diajukan. Deskriptor paling penting
yang mempengaruhi persentase aktivitas antiinflamasi adalah Volume (nilai-t <-
12,9 dan nilai-p <0,001). Dari perhitungan, senyawa 10, 11, 12 dan 13 lebih kuat
daripada senyawa 16-35. Di sisi lain, senyawa 15 kurang manjur.
8
3.3 Docking
Tabel 4. Pengaruh piroksikam dan senyawa 10 sampai 14 dalam efek analgesik, dan peradangan
pada perangsang model rheumatoid arthritis pada tikus (M ± S. E), n jumlah tikus = 6.
SCMC 0.5% sodium carboxymethyl cellulose
¥ P < 0.001 vs. non-arthritic control. Ɵ P < 0.01 vs. arthritic control. Ø P < 0.01 vs. piroxicam
9
3.4 Kegiatan Farmakologis
3.4.1. Pengukuran Inflamasi Sendi
Aktivitas anti-inflamasi dan efek nalgesik dari turunan Phthalazine
dievaluasi dengan uji kolagen II-adjuvant yang diinduksi adjuvant pada
edema paw pada tikus. Data pada Tabel 5, mengungkapkan bahwa senyawa
14 menunjukkan hasil yang lebih baik dalam pengurangan indeks reumatoid
dibandingkan semua senyawa lainnya. Di sisi lain, senyawa ketebalan
edema (14) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada piroksikam
sebagaimana ditentukan oleh.
3.4.2. Efek Analgesik Efek
Analgesik dari senyawa yang disintesis ditentukan oleh toleransi
nyeri. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa senyawa 14 menunjukkan
hasil yang lebih baik daripada Piroxicam. Sedangkan, dalam penilaian
nyeri, senyawa 14, 10, 11 dan 12 lebih efektif daripada Piroxicam. Urutan
kegiatan adalah sebagai berikut 14> 12> 10> 11> 15.
10
BAB IV
KESIMPULAN
11