KELOMPOK II
2020
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesehatan serta
kesadaran kepada kita semua mahkluk ciptaannya yang masih senang tiasa beribadah dan
isthokomah di jalan Allah SWT. Tidak lupa kita kirimkan salam serta solawat kepada
baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Di tengah wabah covid-19 yang melanda indonesia di Awal bulan maret lalu, tidak
memberi hambatan kepada mahasiswa dan dosen dalam menyelengarakan proses
pembelajaran. Namun himbauan untuk bekerja dirumah, belajar dirumah menjadi panutan
agar tetap berada dirumah sehingga berkuliahan berlangsung daring atau via online.
Dan pada kesempatan kali ini, saya dan teman-teman kelompok di beri wewenang
mengerjakan makalah yang nantinya akan di paparkan pada kelompok lain. Adapun judul
makalah kami yaitu “Epidemiologi Diabetes Melitus”.
Sebelumnya kami mohon maaf kepada pembaca ketika ada kesalahan dalam makalah
ini, baik nama, sumber atapun tata letak kata dan pengunaan bahasa.
Terakhir terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini baik dalah hal mencari materi, menganalisis, dan menyusun. Terima kasih yang
sebesar-besarnya saya hanturkan kepada kalian.
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A.LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B.TUJUAN MASALAH...................................................................................................................3
C.MANFAAT....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A.DEFINISI PENYAKITDIABETES MELLITUS ( DM )..............................................................4
B.KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)........................................................5
C.SIGNIFIKANSI PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)......................................................7
D.PATOFISIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)..................................................9
E.KELOMPOK RISIKO TINGGI PENYAKIT DIABETES MELLITUS(DM)...............................9
F.DISTRIBUSI GEOGRAFI PENYAKIT DIABETES MELLITUS(DM).....................................12
G.TREND WAKTU PENYAKIT DIABETES MELLITUS(DM)..................................................13
H.FAKTOR RISIKO PENYAKIT DIABETES MELLITUS(DM).................................................14
I.PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)............17
1.PENCEGAHAN DM................................................................................................................17
2. PENGENDALIAN DM..........................................................................................................21
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................23
A.KESIMPULAN...........................................................................................................................23
B.SARAN........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25
iii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin
atau kedua-duanya.1
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologiyang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.1
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol,
misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan
gangren.Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat1
orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan
dengan diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995,
terbanyak ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan
diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia.1
Diabetes melitus adalah suatu penyakit dari kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang sebagai akibat peningkatan kadar glukosa darah yang dikarenakan penurunan
sekresi insulin yang progresif di latar belakangi oleh retensi insulin2
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2012, diabetes melitus adalah suatu
penyakit metabolik dengan karakteristik kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya.
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis keadaan darurat kesehatan global terbesar
pada abad ke 21 dan 10 penyebab kematian secara global bersama dengan tiga besar
lainnya yaitu penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit pernapasan.2
1
2
Seseorang dikatakan menderita diabetes melitus apabila orang tersebut memiliki kadar
gula darah puasa >126 mg/dl dan pada tes gula darah sewaktu >200 mg/dl. Tes gula
darah sewaktu adalah dimana akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal
dalam waktu 2 jam.2
Indonesia merupakan salah satu dari 10 besar negara dengan jumlah penderita
diabetes terbanyak. Pada tahun 1995 negara yang tergolong tengah berkembang ini
baru menempati peringkat ke – 7 dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 4,5 juta
jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik dua tingkat (menjadi peringkat ke – 5) pada
tahun 2025 dengan perkiraan jumlah penderita 12,4 juta jiwa. Namun kenyataannya
Indonesia telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak
setelah Amerika, China, dan India. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS)
jumlah penderita diabetes ditahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang.3
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014 berjumlah 9,1
juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya untuk penderita DM yang
telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM yang belum terdiagnosis. Indonesia
merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak pada tahun
2014. Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke-7 penderita DM terbanyak di
dunia dengan jumlah penderita 7,6 juta.4
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup tinggi akibat
pola makan yang tidak seimbang dan pola hidup tidak sehat. Makanan yang
dikonsumsi masyarakat di Kota Padang sehari-hari umumnya mengandung kalori yang
tinggi seperti daging, baik itu berupa rendang, sate, bakso, dan lain sebagainya,
makanan yang digoreng, serta yang mengandung santan seperti gulai. Makanan yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi juga merupakan pemicu penyakit diabetes,
2
3
baik itu berupa nasi goreng, lontong, bahkan nasi yang dimakan bersama mie instan.
Selain itu, menurut data Dinkes Kota Padang pada survei Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) 2014, 46% warga Padang merokok.4
B.TUJUAN MASALAH
1. Mahasiswa mampu memberikan definisi, klasifikasi dan signifikasi dari penyakit
diabetes melitus.
2. Mahasiswa dapat memberi gambar tentang penyakit diabetes melitus dengan
membahas tentang patofisiologi, kelompok risiko tinggi dari penyakit dan
distribusi geografisnya.
3. Mahasiswa dapat memaparkan kapan trend penyakit diabetes melitus terjadi,
memberi gambaran tentang faktor resiko dan terahir melakukan pencegahan dan
pengendalian penyakit.
C.MANFAAT
Manfaat bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa
suatu penyakit dan mendiskusikan secara lebih mendalam bersama kelompok
lain. Sekaligus bisa menjadi bekal pengetahuan di lingkungan sosial masyarakat.
3
4
BAB II PEMBAHASAN
4
5
atau hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya.
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis keadaan darurat kesehatan global terbesar
pada abad ke 21 dan 10 penyebab kematian secara global bersama dengan tiga besar
lainnya yaitu penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit pernapasan.5
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimun dan idiopatik. DM tipe 1
terjadi karena sel beta di pankreas mengalami kerusakan, sehingga
memerlukan insulin eksogen seumur hidup. Umumnya muncul pada usia muda.
Penyebab penyakit tersebut bukan karena faktor keturunan melainkan faktor
autoimun.5
2. Diabetes melitus tipe 2 (Diabetes Non Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 2 terjasi karena bermacam- macam penyebab, dari mulai
dominasi resitensi yang disertai defiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin6. DM tipe 2 merupakan tipe
DM yang umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan DM tipe 1.Munculnya
penyakit ini pada saat usia dewasa yang disebabkan beberapa faktor diantaranya
obesitas dan keturunan. DM tipe 2 dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
apabila tidak dikendalikan.7
3. Diabetes melitus gestasional
5
6
6
7
7
8
200.295 penderita, dan pada ta-hun 2009 sebanyak 245.907 penderita. Kota Semarang
menempati urutan pertama penderita DM tipe II dengan 36.353 penderita . 10
WHO tahun 2010 menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia
setelah China, India, danAmerika Serikat. Tahun 2000 jumlah DM di Indonesia adalah 8,4
juta orang dan diperkirakan bertambah hingga 21,3 juta orang pada tahun 2030. Jumlah
kasus DM diperkirakan sekitar 12 juta di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).Data Dinas
Kesehatan Provinsi Bali terdapat 39.885 orang yang mengalami DM dan terjadi
peningkatan kasus DM tipe II sebesar 32,18% dari tahun 2009 dengan jumlah DM tipe II
sebanyak 923 menjadi 1220 orang pada tahun 2010. Pasien DM tipe II rawat jalan pada
tahun 2009 tercatat 610 orang dan pada tahun 2010 mencapai 819 orang.10
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (dalam Mertha, Wedri,& Ngurah,
2015), menunjukkan bahwa angka kejadian DM yang terdiagnosis dokter di Provinsi Bali
sebesar 1,3%. Riskesdas Provinsi Bali mencatat bahwa dari 9 kabupaten yang terdapat di
Bali prevalensi DM tertinggi terdapat di Denpasar yaitu sekitar 2,0%. Studi pendahuluan
yang dilakukan di RSUD Wangaya kota Denpasar, kasus tertinggi pada unit rawat jalan
adalah penyakit DM dengan jumlah 7.134 kasus atau 34.48%. Jumlah pasien DM tipe II
yang melakukan rawat jalan pada tahun 2015 sampai 2017 bulan Januari hingga Maret
adalah 375 orang. Rata-rata jumlah pasien rawat jalan di RSUD Wangaya kota Denpasar
berusia dewasa madya. Pada tahun 2015 jumlah total pasien DM tipe II adalah 156 orang,
86 orang diantaranya berusia dewasa madya. Tahun 2016, jumlah total pasien rawat jalan
adalah 177 orang, 97 diantaranya berusia dewasa madya. Pada tahun 2017 bulan Januari
hingga Maret jumlah total pasien rawat jalan adalah 42 orang, 26 orang diantaranya
berusia dewasa madya. Maka dari itu, dalam penelitian ini memfokuskan pada pasien DM
tipe II yang berusia dewasa madya.10
Laporan dari hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada
dekade 1980 menunjukkan sebaran preva-lensi DM tipe II antara 0,8% di Tanah Toraja,
sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil penelitian pada era 2000 menunjukkan
peningka-tan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh penelitian di Jakarta (daerah
urban) dari preva-lensi DM 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan
kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di daerah sub-urban Jakarta.Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik In-donesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di
atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM pada daerah ur-ban
8
9
sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat
pe-nyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural.
Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diper-kirakan pada tahun 2030
nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan den-gan asumsi
prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta
penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Suatu jumlah yang
sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh
dokter spesialis/ subspesialis bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada.10
Insulin yang dihasilkan oleh sel β pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa
tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit,
maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya di dalam darah tinggi
atau meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2 jumlah insulin kurang atau dalam
keadaan normal, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel berkurang. Reseptor
9
10
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Meskipun
anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubang kuncinya (reseptor)
berkurang, maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang (resistensi insulin).
Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar
glukosa darah meningkat11
penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya
resistensi insulin.13
c. Kelompok risiko tinggi berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes
Melitus. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki
banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang
akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Pendidikan sebagian besar
responden adalah tamat SD. Dalam analisis, variabel pendidikan dibuat menjadi dua
kategori yaitu rendah dan tinggi. Pendidikan rendah yaitu bila responden
berpendidikan antara tidak pernah sekolah sampai tamat SMP.Sementara itu,
pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan antara tamat SMA
sampai dengan tamat perguruan tinggi. Dalam analisis univariat, terlihat bahwa
sebagian besar responden berpendidikan rendah. Berdasarkan analisis hubungan
antara pendidikan dengan kejadian DM , didapatkan kesimpulan yang didapat
adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM.13
d. Kelompok risiko tinggi berdasarkan jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Dari analisis univariat, sebagian besar
responden adalah kelompok tidak bekerja. Berdasarkan analisis hubungan antara
pekerjaan dengan kejadian DM, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan kejadian DM. Analisis antara pekerjaan dengan
kejadian DM tidak signifikan mungkin karena presentase antara kelompok bekerja
dan tidak bekerja yang tidak seimbang. Kebanyakan responden adalah kelompok
tidak bekerja dan juga berjenis kelamin perempuan. Kelompok ini adalah ibu rumah
tangga. Variabel pekerjaan ini memiliki kaitan dengan aktifitas fisik. Kelompok tidak
bekerja belum tentu memiliki aktivitas fisik yang rendah. Ibu rumah tangga justru
melakukan berbagai aktivitas seperti menyapu, memasak dan mencuci.13
e. Kelompok risiko tinggi berdasarkan riwatat kesehatan
Hasil penelitian antara riwayat kesehatan dengan
kejadian penyakit diabetes melitus bahwa ada hubungan yang signifikan. Sebagian
besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden
dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan
orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko
11
12
13
14
Angka mortalitas karena penyakit DM diseluruh Dunia mencapai 1,5 juta orang pada
tahun 2012 dan pada tahun 2014 prevalensi penderita DM diperkirakan mencapai 9% dari
total populasi dunia (WHO, 2015).Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara dengan penderita DM terbanyakkeempat di dunia
setelah India, China dan Amerika Serikat,dengan perkiraanpenderita DM mencapai angka
21,3 juta orang pada 2030. Asia menyumbang lebih dari 60% penderita DM diseluruh
dunia. Prevalensi penderita DM di Indonesia menempati urutan ke 4 dunia dengan jumlah
penderita sebanyak 12 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa
pada tahun 2030. Prevalensi penderita DM di yogyakarta sebanyak 72,207 jiwa dan
penyakit DM termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kematian di yogyakarta
(Riskesdas, 2013). Populasi penderita DM di Indonesia diperkirakan berkisar antara 1,5
sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta
jiwa,berarti lebih kurang 3-5 juta jiwa penduduk Indonesia menderita DM (WHO,
1999).Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun dengan DM
adalah 6,9%. Prevalansi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DIY
(2,6%), Jakarta (2,5%), Sumatra Utara (2,4%).16/17
Prevalansi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), dan
NTT (3,3%).Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dari 12 kabupaten yang ada
di provinsi Riau, jumlah kasus DM sebanyak 13.891 dan kota Pekanbaru mempunyai
kunjungan kasus DM urutan pertama dengan 12.325 kunjungan (Dinas Kesehatan Provinsi
Riau, 2015). Prevalensi DM tertinggi terdapat di provins Kalimantan Barat dan Maluku
Utara (masing-masing 11,1 %), diikuti Riau (10,4 %)dan NAD (8,5 %). Data yang
dikumpulkan Unit Kerja Koordinasi (UKK)Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) sejak Mei 2009 hinggaFebruari 2011 menunjukkan terdapat 590 anak
dan remaja berusia di bawah 20 tahunyang merupakan penyandan DMT1 di seluruh
Indonesia.16
14
15
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi (unmodifiable risk factor) adalah Faktor
risiko yang sudah ada dan melekat pada seseorang sepanjang kehidupannya. Sehingga
faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan oleh dirinya. Faktor risiko DM yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain:
a. Ras dan etnik
Ras atau etnik yang dimaksud contohnya seperti suku atau kebudayaan setempat
dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu factor risiko DM yang berasal
dari lingkungan sekitar (Masriadi,2012).
b. Riwayat keluarga dengan DM
Seorang anak yang merupakan keturunan pertama dari orang tua dengan DM
(Ayah, ibu, laki-laki, saudara perempuan) beresiko menderita DM. Bila salah satu
dari kedua orang tuanya menderita DM maka risiko seorang anak mendapat DM
tipe 2 adalah 15% dan bila kedua orang tuanya menderita DM maka
kemungkinan anak terkena DM tipe 2 adalah 75%. Pada umunya apabila
seseorang menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai resiko DM
sebanyak 10% (Kemenkes, 2008).Ibu yang terkena DM mempunyai resiko lebih
besar 10-30% daripada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen
sewaktu dalam kandungan lebih besar dari seorang ibu.18
c. Usia
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia lebih dari 45 tahun sebaiknya harus dilakukan
pemeriksaan DM. Diabetes seringkali ditemukan pada masyarakat dengan usia
yang sudah tua karena pada usia tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis makin
menurun dan terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga
kemampuan fungsi tubuh untuk mengendalikan gluskosa darah yang tinggi
kurang optimal.18
d. Riwayat kelahiran
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi yaitu lebih dari 4000 gram atau
riwayat pernah menderita diabetes mellitus gestasional (DMG) berpotensi untuk
menderita DM maupun gestasional. Wanita yang pernah melahirkan anak dengan
berat lebih dari 4 kg biasanya dianggap sebagai praDiabetes
e. Riwayat kelahiran
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2,5 kg. Bayi
yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi
15
16
dibanding dengan bayi lahir dengan berat badan normal. Seseorang yang lahir
dengan BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan
pankreas untuk memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar
mengapa riwayat BBLR seseorang dapat berisiko terhadap kejadian BBLR
WHO yang dimaksud dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10
menit tanpa berhenti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang maupun
berat.Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain untuk
menghidari obesitas, juga untuk mencegah terjadinya diabetes Mellitus tipe 2.
Pada waktu melakukan aktivitas dan bergerak,otot-otot memakai lebih banyak
glukosa daripada pada waktu tidak bergerak. Dengan demikian kosentrasi glukosa
darah akan menurun. Melalui olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja
lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otot untuk
digunakan.19
d. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
Disfungsi endotel merupakan salah satu patofisiologi umum yang menjelaskan
hubungan yang kuat antara tekanan darah dan kejadian Diabetes Mellitus.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penanda disfungsi endotel
berhubungan dengan durasi lamanya menderita Diabetes dan disfungsi endotel
berkaitan erat dengan hipertensi.Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan
resistensi insulin.Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes mellitus
disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter
pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini yang akan menyebabkan proses
pengangkutan glukosa dari dalam darah ke sel menjadi terganggu. Seorang yang
hipertensi berisiko 2,3 kali untuk terkena Diabetes Mellitus.19
e. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama dari aterosklerosis dan
penyakit jantung koroner. Arteosklerosis dapat menyebabkan aliran darah
terganggu. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias sindrom
metabolik selain Diabetes dan hipertensi.19
f. Diet tak sehat (unhealthy diet)
Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes dan akhirnya menderita diabetes mellitus tipe 2.19
3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :19
a. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau penderita mempunyai
keadaan klinis lain yang mungkin masih terkait dengan resistensi insulin.
b. Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu
(TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.
17
18
1.PENCEGAHAN DM
Diabetes Melitus adalah penyakit serius yang kasusnya meroket dalam beberapa
tahun terakhir. Jutaan orang di dunia didiagnosis terjangkit diabetes karena gaya hidup
tidak sehat dan kurang berolahraga. Berikut ini adalah 3 cara mencegah diabetes melitus,
yaitu sebagai berikut;20
a. Pencegahan Primer
Yaitu upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka
yang belum terkena,tetapi berpotensi untuk mendapat DM( Diabetes Mellitus) dan
kelompok intoleransi glukosa. Ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi
seperti : Ras dan etnik, riwayat keluarga dengan DM (Diabetes Mellitus), lalu jika
berusia lebih dari 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM (Diabetes Mellitus).
Kemudian terdapat juga risiko yang bisa dimodifikasi seperti : Kelebihan berat badan,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ( >140/90mmHg), dan diet tak sehat (unhealthy
diet).20
b. Pencegahan Sekunder
Upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada penderita yang telah
terdiagnosis DM (Diabetes Mellitus), kemudian pengendalian kadar gula sesuai target
terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan pemberian pengobatan
yang optimal, dapat juga dengan cara melakukan deteksi dini adanya penyulit yang
termasuk bagian dari pencegahan sekunder. Tindakan untuk pencegahan sekunder ini
dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM (Diabetes Mellitus).20
c. Pencegahan Tersier
18
19
Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami
penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan
kualitas hidup, selain itu juga memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait (RS rujukan), tidak hanya itu saja kerja sama
antara para ahli di berbagai disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah
vaskular,radiologi dan lain-lain).20
Berikut ini adalah beberapa cara lain untuk mencegah diabetes melitus, yaitu sebagai
berikut;20
19
20
Junk food dan makanan yang biasa Anda beli di jalan umumnya tinggi lemak
jenuh, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat di tubuh. Ini pada
gilirannya juga dapat mempengaruhi tingkat gula darah dalam tubuh. Jadi,
hindari junk food dan makanan berlemak lainnya.
g. Hindari minuman manis
Soda, minuman ringan atau berperasa dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes. Semua minuman berpemanis merupakan sumber gula yang tak terlihat,
yang dapat meningkatkan kadar gula darah Anda.
h. Makan banyak sayuran
Daging memang lezat, namun Anda tidak harus memakannya setiap hari,
karena dapat menimbulkan risiko diabetes. Dengan demikian, perbanyak
konsumsi sayuran setiap hari. Mereka akan membantu Anda mencegah diabetes.
i. Hindari stres
Stres yang berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah Anda. Jadi, kurangi
tingkat stres dengan berlatih yoga, meditasi atau latihan pernapasan.
j. Tidur nyenyak
Mendapatkan setidaknya enam jam tidur di malam hari sangat penting untuk
mencegah diabetes. Kurang tidur dapat meningkatkan hormon kortisol dalam
tubuh, yang dapat meningkatkan tingkat insulin dan menyebabkan
ketidakseimbangan gula darah. Selain itu, tidur yang tidak nyenyak juga bisa
membuat nafsu makan menggila.
k. Minum banyak air putih
Mencegah diabetes bisa lakukan dengan mengurangi konsumsi minuman
manis, seperti soda, minuman energi, dan jus buah kemasan). Nah, daripada
minum yang manis-manis, baiknya minum air putih saja. Minum air putih dapat
membantu Anda mencegah diabetes karena air putih tidak mengandung gula
sehingga tidak akan menaikkan kadar gula darah. Cara mencegah diabetes ini
membuat sel-sel tubuh merespon insulin dengan baik. Air putih juga jadi cara
ampuh bagi Anda agar tidak mengonsumsi minuman manis terlalu banyak.
l. Berhenti merokok
Untuk mencegah diabetes, Anda perlu berhenti merokok. Dalam studi
ulasan pada Journal of the American Medical Association menganalisis
beberapa penelitian besar mengenai rokok dan diabetes. Orang-orang perokok
aktif memiliki risiko diabetes 44 persen lebih tinggi daripada yang tidak
20
21
2. PENGENDALIAN DM
Untuk itu, beberapa langkah penegendalian Diabetes Militus sebagai berikut;
a. Kenali diabetes itu dengan baik.
Belajar tentang seluk-beluk diabetes, walau secara sederhana itu
penting. Apa diabetes itu sendiri, apa faktor risikonya, bagaimana terjadinya
penyakit itu, apa gejala-gejalanya, bagaimana peranan diet, olahraga, apa
potensi komplikasi yang mungkin terjadi, bagaimana mencegahnya sangat
diperlukan dalam mengelola diabetes. Bahkan, belajar memahami kerja obat,
berapa dosisnya, efek sampingnya juga sangat diperlukan. Saya cukup sering
merawat pasien dengan komplikasi hipoglikemi yang kemudian tidak sadar,
bisa karena obat-obatan, asupan makanan yang kurang, olahraga yang
berlebihan, tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan menghadapi kejadian
itu. Banyak pasien yang beranggapan bahwa bila gula darahnya sudah normal,
obat kemudian dihentikan sendiri, diet tidak diperlukan lagi.21
21
22
A.KESIMPULAN
DM merupakan penyakit yang tersembunyi sebelum muncul gejala yang tampak
seperti mudah lapar,haus dan sering buang air kecil. Gejala tersebut seringkali disadari
ketika penderita sudah merasakan keluhan , sehingga disebut dengan the silent killer
(IsnainidanRatnasari,2018). Diabetes melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula(glukosa) darah akibat
kekurangan atau resistensi insulin. Penyakit tersebut disebabkan obesitas karena gaya
hidup dan pola makan yang tinggi. DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi
beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian
23
24
B.SARAN
Setelah memahami tentang epidemilogi penyakit diabetes mellitus(DM) diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu epidemiologi dalam kehidupan sehari-
hari.dikarenakan bahayanya penyakit tidak menular dan diharapkan masyarakat mampu
mencegahnya.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sundari, P. M., Asmoro, C. P. & Arifin, H. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DIABETES
SELF-MANAGEMENT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN Pendahuluan Metode. J. Keperawatan
Indones. 22, 31–42 (2019).
2. Susanti, D. N. B. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus. J. Kesehat. Vokasional 3, 29–34 (2018).
3. Massi, G. & Kallo, V. EFEKTIFITAS PEMBERIAN EDUKASI DENGAN METODE VIDEO DAN FOCUS
GROUP DISCUSSION ( FGD ) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DM TIPE 2 DI
KLINIKDIABETES. e-journal keperawatan (e-Kep) 6, 1–6 (2018).
5. Rahmi Yosmar, Dedy Almasdy, & F. R. Survei Risiko Penyakit Diabetes Melitus Terhadap
Masyarakat Kota Padang. J. Sains Farm. Klin. 5, 134–141 (2018).
25
26
7. Safitri, Y. PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KELOR TERHADAP KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI KELURAHAN BANGKINANG KOTA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAHUN 2017 Yenny Safitri BAB I. J. Ners 2, 43–50 (2018).
10. Ocbrivianita Mulyaningtas Utomo, Mahalul Azam, D. N. A. Unnes Journal of Public Health.
Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes 1, 36–40 (2012).
11. Udayana, J. P. et al. Psikologi Udayana. PERAN DUKUNGAN Sos. DAN PENERIMAAN DIRI PADA
STATUS DIABETES MELITUS TIPE II TERHADAP KEPATUHAN MENJALANI DIET PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II BERUSIA DEWASA MADYA DI RUMAH SAKIT UMUM Drh.
WANGAYA KOTA DENPASAR 5, 410–423 (2018).
12. Yatama, A. Hubungan Dukungan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 (2014).
13. Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. J. Ilm. Kesehat. 5, 6–11 (2013).
15. Nilla Retnowati, P. S. HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TANAH. J. Berk.
Epidemiol. 3, 57–68 (2015).
17. Engkartini. TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN 2009-2015. J. Kesehat. Al Irsyad 2, 1–11 (2015).
18. Isnaini, N. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua Risk factors was
affects of diabetes mellitus type 2. J. Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah 14, 59–68 (2018).
19. Prasetyani, D. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES MELITUS (DM)
TIPE 2 Analysis Of Factor Affecting Type 2 Diabetes Melitus Incidence. J. Kesehat. Al Irsyad 10,
1–9 (2017).
20. Khairani. PENGETAHUAN DIABETES MELLITUS DAN UPAYA PENCEGAHAN PADA LANSIA DI
LAM BHEU ACEH BESAR Diabetic Knowledge and the Prevention of Elderly in Lam Bheu of
Aceh Besar Khairani. Idea Nurs. J. 3, 57–65 (2012).
21. Rudijanto, S. A. S. H. N. A. & Pradana. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia 2015. (PB. PERKENI, 2015).
26
27
27