Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Dosen Pengampu : Reni Anggraeni S. Kep,Ners.MM

Disusun Oleh: Kelompok 2


Nazar Nursalim : 029PA19022 Taufik Iskandar : 029PA19032
Riesma Fatmawaty : 029PA19023 Teguh Restianto : 029PA19033
Rio Perdinan : 029PA19024 Teguh Hamidi : 029PA19034
Riska Faiza Muhtar : 029PA19025 Tiara Zahra : 029PA19036
Safitri Laelasari : 029PA19026 Virda Velyana : 029PA19037
Safutri Luvia : 029PA19027 Yopi Setiawan : 029PA19038
Salsa Billa Khaila : 029PA19028 Ujang Wijayanto : 029PA19039
Sri Wahyuni : 029PA19029 Neng siti paujiah : 029PA19040
Sukma Winata : 029PA19030 Erlis Nurjamilah : 029PA19041
Syailla Zakiah : 029PA19031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Etika
Keperawatan tentang “Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun
berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungan dan do’a nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang aspek legal dalam praktik keperawatan.
Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh kami
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat
bagi pembaca maupun kami pribadi.

Sukabumi, 17 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aspek Legal ....................................................................... 4
2.2 Standar Praktik Keperawatan............................................................... 4
2.3 Perbedaan Praktik Vokasional dan Praktik Profesional ...................... 5
2.4 Legislasi Keperawatan ......................................................................... 6
2.5 Beberapa Masalah Hukum dan Praktik Keperawatan ......................... 9
2.6 Undang – Undang yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan ........ 11
2.7 Perlindungan Hukum untuk Keperawatan ........................................... 14
2.8 Mencegah Masalah Hukum ................................................................. 15
2.9 Regulasi dalam Praktik Keperawatan .................................................. 16
BABIII PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 19
3.2 Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku
di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang
perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan
merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai
bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas.
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin
Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang memiliki kemampuan.
Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Dalam
profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh
Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang
kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus
dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu di serahkan kepada
profesi masing-masing.
Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan
diskusi para perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun
1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan
untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-
undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum
dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang
tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa
perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan
tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua
perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan
latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

1
Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,
momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-
Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam
adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik
Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah
besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama
lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya
menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan
dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Masih perlukah kitamempertanyakan lagi, apakah harus ada Undang
Undang Praktik Keperawatan di bumi pertiwi ini? Jawaban dari pertanyaan yang
amat mendasar, apakah masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk menerima
pelayanan keperawatan yang bermutu, adalah jawaban untuk memastikan bahwa
Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi
untuk dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines,
Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik
Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka siap
untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi
globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. ApaPengertianAspek Legal?
2. BagaimanaStandarAspekKeperawatan?
3. ApaPerbedaanPreaktikVokasionaldanPraktikProfesional?
4. Apa yang dimaksud dengan legislasi keperawatan?
5. Apa yang menjadi beberapa masalah hukum dan praktek keperawatan?
6. Bagaimana undang-undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan?
7. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan?
8. Bagaimana mencegah masalah hukum?
9. Apa yang dimaksud dengan regulasi praktek keperawatan?
2
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa untukMengetahuiPengertianAspek Legal.
2. Mahasiswa dapat menegetahuistandarpraktikkeperawatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahuiperdeaanpraktikvokasionaldanpraktik
professional.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentanglegislasi keperawatan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang beberapa masalah hukum dan praktek
Keperawatan.
6. Mahasiswa mengetahui tentang Undang-undang yang berkaitan dengan
praktek keperawatan.
7. Mahasiswa untuk mengetahui tentangperlindungan hukum untuk
keperawatan.
8. Mahasiwa dapat mengetahui tentangmencegah masalah hokum.
9. Mahasiswa mengetahui tentang regulasi praktek keperawatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PengertianAspek Legal


Aspek legal adalah ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab
legal yang terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang penting bagi
perawat. Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya
yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan di tujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi
masalah masalah kesehatan tentu harus juga bisa di andalkan. Untuk
mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang
harus di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang
spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian
yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi.

2.2 Standar Praktik Keperawatan


Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
diterima sampai pada wewenang tertentu (Schroeder, 1991).
Sebuah standar secara komprehensif menguraikan semua aspek
profesionalisme, termasuk sistem, praktisi dan pasien. Secara umum standar ini
mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan
profesi keperawatan dari para anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan public.
4
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan.
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan.
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan.
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu
profesi yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik
terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur dirinya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek
Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar
kerja.Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber – sumber untuk memfasilitasi
pemberian asuhan
2. Standar Asuhan
Standar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik dan
rencana asuhan.Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

2.3 Perbedaan Praktik Vokasional dan Praktik Profesional


Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung
maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional dengan sebutan Lisenced
Vocasional Nurse (LVN).

5
Perawat Profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja
secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan
program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat
profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)

2.4 Legislasi Keperawatan


1. Pengertian
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
2. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
3. Fungsi legislasi keperawatan
a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan.
b. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
4. Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang
diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Legislasi keperawatan mencakup 3 komponen yaitu registrasi,
sertifikasi, dan lisensi atau akreditasi :
a. Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan
informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non
6
pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan
registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah
menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan
pendaftaran dengan nilai yang diterima.
Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau
dua tahun. Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia,
sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera
diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi,
sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan
lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.
b. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang
perawat telah memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area
spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, kesehatan
mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan
di Amerika Serikat. Di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun
demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.
c. Lisensi atau Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian
status akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang
dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang
diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah
perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk
jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus
dikembangkan.Semua mekanisme tentangproses legislasi profesi
perawat tersebut sudah sangat jelas tercantum dalam KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1239/Menkes/SK/XI/2001

7
2.5 Beberapa Masalah Hukum dan Praktek Keperawatan
Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi
oleh para ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :
1. Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak
selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah”
sedangkan “praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”,
sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”.
Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka
pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari
seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian
dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).
2. Menandatangani Pernyataan Hukum
Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai
saksi. Dalam hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang
dapat diinterprestasikan menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan
kesaksian perawat disarankan mengacu pada kebijakan rumah sakit atau
kebijakan dari atasan.
3. Informed Consent
Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam
bentuk yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format
persetujuan pada awal pasien masuk rumah sakit yang mengandung
pernyataan kesanggupan pasien untuk dirawat dan menjalani pengobatan.
Bentuk persetujuan lain adalah format persetujuan operasi. Perawat dalam
proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai saksi. Sebelum informasi
dari dokter ahli bedah atau perawat tentang tindakan yang akan dilakukan
beserta resikonya.

8
4. Insident Report
Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai
pasien, pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera
membuat suatu laporan tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi
klinik, kecelakaan sering terjadi misalnya pasien jatuh dari kamar mandi,
jarinya terpotong oleh alat sewaktu melakukan pengobatan, kesalahan
memberikan obat dan lain-lain. Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus
segera diberi tahu.
Beberapa rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini.
Bila format tidak ada maka kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan
format buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan incident
report antara lain :
a. Tulis kejadian sesuai apa adanya
b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan
5. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu
komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum.
Betapapun mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika
tidak dicatat atau dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam
persidangan. Setiap selesai melakukan suatu tindakan maka perawat harus
segera mencatat secara jelas tindkan yang dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan serta mencantumkan waktu tindakan diberikan dan tanda
tangan yang memberikan tindakan.
6. Pengawasan Penggunaan Obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat.
Obat ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus
dengan resep dokter. Obat-obat tersebut misalnya narkotik disimpan
disimpan ditempat yang aman dan terkunci dan hanya orang-orang yang
berwenang yang dapat mengeluarkannya. Untuk secara hukum hanya dapat
diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat golongan nartkotik ini,
perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan yang benar.
9
7. Abortus dan Kehamilan di Luar Secara Alami
Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode gestasi
sehingga fetus tidak mempunya kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus
merupakan tindakan pemusnahan yang melanggar hukum, atau
menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara
alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah
diajukan baik yang menyetujui maupun yang menentang. Factor-faktor
yang mendorong abortus antara lain karena :
a. Pemerkosaan
b. Pria tidak bertanggung jawab
c. Demi kesehatan mental
d. Kesehatan tubuh
e. Tidak mampu merawat bayi
f. Usia remaja
g. Masih sekolah
h. Ekonomi
Aborsi di indonesia dilarang lewat undang-undang (UU) RI nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan dan juga untuk kalangan muslim lewat fatwa
majelis ulama indonesia (MUI) nomor 4 tahun 2005. (tetapi fatwa
membolehkan aborsi dalam keadaan darurat di mana nyawa ibu terancam).
8. Kematian dan Masalah Terkait
Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi
pernyataan kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian
dinyatakan oleh dokter dan ditulis secara sah dalam surat pernyataan
kematian. Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan
keluarga mendapat satu lembar untuk digunakan sebagai dasar
pemberitahuan kepada kerabat serta keperluan ansuransi. Pada keadaan
tertentu misalnya untuk keperluan keperluan peradilan, dapat dilakukan
bedah mayat pada orang yang telah meninggal.

10
2.6 Undang-undang yang Berkaitan dengan Praktek Keperawatan
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan
beberapa perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan
lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan
tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats
untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya
mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan
bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum
tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan
perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai

11
tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan
lainnya.

c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis


Pada pasal 2 ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana
muda, menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada
pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja
pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki
kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai
negeri juga diberlakukan terhadapnya.
UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan
pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja
juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem
rekruitmen calon pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak
menjalankaqn wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi
posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian,
perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic
keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek
hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi
terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara
tenaga keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan
mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diizinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati
orang sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.
Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi
keperawatan. Kita ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik
swasta.

12
Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau
mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam
dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi
terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila
memang secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan
dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing
care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/
1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga
keperawatan dan system kredit poin.Dalam system ini dijelaskan bahwa
tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2
tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang sudah
mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana
Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I Keperawatan.System ini
menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/ golongan atasannya.
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai
sebagai acuan pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :
1. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2. Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
3. Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
13
h. KepMenKes No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan
1) Pasal 8
a) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan atau kelompok.
b) Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
c) Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan / berkelompok
harus memiliki SIIP.
2) Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
a) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
b) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a
meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
c) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimanadimaksud
huruf a dan b harus sesuai dengan standart asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
d) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter
3) Pasal 17
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan harus sesuai
dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar profesi.
4) Pasal 20
a) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang / pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
b) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(a) ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

2.7 Perlindungan Hukum untuk Keperawatan


14
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992
memberikan suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk
disini UU yang mengatur praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan
malpraktik. Di berbagai negara maju dimana tuntutan malpraktik terhadap
tenaga professional semakin meningkat jumlahnya, maka berbagai area
pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat
dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan
perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang asuransi
malpraktik juga perlu dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk
perawat di Indonesia.

2.8 Mencegah Masalah Hukum


Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena
menyangkut nasib manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama
“mencegah lebih baik dari pada mengobati”. Kiranya mencegah masalah hukum
lebih baik dari pada memberikan sanksi hukum. Untuk ini sebagai perawat harus
mengetahui prinsip-prinsip dalam mencegah hukum.
Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat
yang merupakan nurse defender terhadap masalah hukum :
1. Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
2. Jangan melakukAn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya
(bila perlu, pelajarilah caranya).
3. Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
4. Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan
kesenjangan pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi
kelompok, audit dan evaluasi dari supervisor.
5. Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
6. Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya.
7. Sering berkomunikasi dengan orang lain, jangan menutup diri.
8. Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
9. Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan
orang-orang dibawah pengawasan anda.
10. Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).
15
11. Ikuti asuransi malpraktik, jika saat ini tersedia.

2.9 Regulasi dalam Praktek Keperawatan


1. Latar Belakang Regulasi
Agar melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak
kompeten, karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan
dalam UU praktik keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil
Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian
kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yan
mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik.
Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan
masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan
mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai
bagian integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastianhukum
kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Regulasi
Adapun tujuan dari regulasi adalah sebagai berikut :
a. Agar perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan
tanggung jawab yang harus dipenuhi.
b. Diharapkan tidak terjadi adanya overlap.
c. Menghindari terjadi malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
d. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang.
3. Komponen Regulasi
Pertama, keperawatan sebagai profesi memiliki karakteristik yaitu
adanya kelompok pengetahuan (body of Knowledge) yang melandasi
keperampilan untuk menyelesaikan masalahg dalam tatanan praktik
16
keperawatan; pendidikan yang memenuhi standard an diselenggarakan
diperguruan tinggi; pengendalian terhadap stndar praktik bertanggung
jawab dan bertangguang gugat terhadap tindakan yang dilakukan memilih
profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup dan memperoleh
pengakuan masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk
melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berorientasi pada
kebutuhan system klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas).
Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan
keperawatan yang dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan
yang formal dan terstandar menurut perawat untuk akuntabel terhadap
keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki
berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak
bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur system
registarasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan denga nperaturan dan
perundang-undangan.
Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak
kompeten, karena konsil keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan
dalam UU praktik keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil
Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian
kewenagan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang
mempunyai pengetahuan yang dipersyaratakan untuk praktik. Sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa
perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan
yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Ketiga, perawat telah memberikan konstibusi besar dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari layanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga
pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberioan perlindungan hukum,
bahkan cendrung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi
keilmuan, sikap rasional, etis dan professional, semangat pengabdian yang
tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur, dan dapat memegang
teguh etika profesi.

17
Disamping itu, UU ini memiliki tujuan lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat,
profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).
Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigm dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model
medical yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen,
1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan
yang mudah dijangkau, pelayanan keperaweatan yang bermutu sebagai
bagian yang integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian
hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak untuk mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan.Tidak adanya undang-
undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh
belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat,
menentukan siapa yang boleh menjadi anggota komunitas profesi
(mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan memberikan
sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan).RUU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan
kompetensi serta pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga
diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan
penerima layanan kesehatan di Indonesia.

3.2 Saran
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam
memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks,
memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat,
konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem
klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan tatanan
lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan
KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan
obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk
menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan.
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung
Gugat.http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-
gugat.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik
Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-
perawat-dalam.html#ixzz3DUpWd8. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan.
http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-keperawatan.html. Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung
Gugat.http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat/.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional. http://ns-
krista.blogspot.com/2011/11/praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Lukman.2011. Prinsip Moral dan Legalisasi.http://lukman-
goresanpenakehidupan.blogspot.com/2011/05/prinsip-moral-dan-legalisasi.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan.
http://el-moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Nukienut. 2011. Tanggung Jawab Perawat.
http://nutnyildnyild.blogspot.com/2011/05/tanggung-jawab-perawat.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.

20
Prasetyo, Agus. 2013. Aspek Hukum dalam Praktek Keperawatan.
http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-
praktek-keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan.
http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Shabrina Azzahra. 2012. Isu Legal Dalam Praktik
Keperawatan.http://shabrinaazz.blogspot.com/2012/12/isu-legal-dalam-praktik-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.

21

Anda mungkin juga menyukai