Aspek Legal Dalam Praktik Keperawatan 4
Aspek Legal Dalam Praktik Keperawatan 4
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Etika
Keperawatan tentang “Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun
berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungan dan do’a nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang aspek legal dalam praktik keperawatan.
Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh kami
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat
bagi pembaca maupun kami pribadi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,
momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-
Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam
adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik
Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah
besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama
lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya
menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan
dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Masih perlukah kitamempertanyakan lagi, apakah harus ada Undang
Undang Praktik Keperawatan di bumi pertiwi ini? Jawaban dari pertanyaan yang
amat mendasar, apakah masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk menerima
pelayanan keperawatan yang bermutu, adalah jawaban untuk memastikan bahwa
Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi
untuk dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines,
Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik
Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka siap
untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi
globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
Perawat Profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja
secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan
program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat
profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)
7
2.5 Beberapa Masalah Hukum dan Praktek Keperawatan
Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi
oleh para ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :
1. Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak
selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah”
sedangkan “praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”,
sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”.
Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka
pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari
seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian
dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).
2. Menandatangani Pernyataan Hukum
Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai
saksi. Dalam hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang
dapat diinterprestasikan menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan
kesaksian perawat disarankan mengacu pada kebijakan rumah sakit atau
kebijakan dari atasan.
3. Informed Consent
Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam
bentuk yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format
persetujuan pada awal pasien masuk rumah sakit yang mengandung
pernyataan kesanggupan pasien untuk dirawat dan menjalani pengobatan.
Bentuk persetujuan lain adalah format persetujuan operasi. Perawat dalam
proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai saksi. Sebelum informasi
dari dokter ahli bedah atau perawat tentang tindakan yang akan dilakukan
beserta resikonya.
8
4. Insident Report
Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai
pasien, pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera
membuat suatu laporan tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi
klinik, kecelakaan sering terjadi misalnya pasien jatuh dari kamar mandi,
jarinya terpotong oleh alat sewaktu melakukan pengobatan, kesalahan
memberikan obat dan lain-lain. Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus
segera diberi tahu.
Beberapa rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini.
Bila format tidak ada maka kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan
format buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan incident
report antara lain :
a. Tulis kejadian sesuai apa adanya
b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan
5. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu
komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum.
Betapapun mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika
tidak dicatat atau dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam
persidangan. Setiap selesai melakukan suatu tindakan maka perawat harus
segera mencatat secara jelas tindkan yang dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan serta mencantumkan waktu tindakan diberikan dan tanda
tangan yang memberikan tindakan.
6. Pengawasan Penggunaan Obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat.
Obat ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus
dengan resep dokter. Obat-obat tersebut misalnya narkotik disimpan
disimpan ditempat yang aman dan terkunci dan hanya orang-orang yang
berwenang yang dapat mengeluarkannya. Untuk secara hukum hanya dapat
diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat golongan nartkotik ini,
perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan yang benar.
9
7. Abortus dan Kehamilan di Luar Secara Alami
Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode gestasi
sehingga fetus tidak mempunya kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus
merupakan tindakan pemusnahan yang melanggar hukum, atau
menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara
alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah
diajukan baik yang menyetujui maupun yang menentang. Factor-faktor
yang mendorong abortus antara lain karena :
a. Pemerkosaan
b. Pria tidak bertanggung jawab
c. Demi kesehatan mental
d. Kesehatan tubuh
e. Tidak mampu merawat bayi
f. Usia remaja
g. Masih sekolah
h. Ekonomi
Aborsi di indonesia dilarang lewat undang-undang (UU) RI nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan dan juga untuk kalangan muslim lewat fatwa
majelis ulama indonesia (MUI) nomor 4 tahun 2005. (tetapi fatwa
membolehkan aborsi dalam keadaan darurat di mana nyawa ibu terancam).
8. Kematian dan Masalah Terkait
Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi
pernyataan kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian
dinyatakan oleh dokter dan ditulis secara sah dalam surat pernyataan
kematian. Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan
keluarga mendapat satu lembar untuk digunakan sebagai dasar
pemberitahuan kepada kerabat serta keperluan ansuransi. Pada keadaan
tertentu misalnya untuk keperluan keperluan peradilan, dapat dilakukan
bedah mayat pada orang yang telah meninggal.
10
2.6 Undang-undang yang Berkaitan dengan Praktek Keperawatan
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan
beberapa perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan
lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan
tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats
untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya
mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan
bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum
tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan
perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai
11
tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan
lainnya.
12
Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau
mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam
dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi
terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila
memang secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan
dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing
care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/
1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga
keperawatan dan system kredit poin.Dalam system ini dijelaskan bahwa
tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2
tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang sudah
mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana
Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I Keperawatan.System ini
menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/ golongan atasannya.
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai
sebagai acuan pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :
1. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2. Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
3. Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
13
h. KepMenKes No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan
1) Pasal 8
a) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan atau kelompok.
b) Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
c) Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan / berkelompok
harus memiliki SIIP.
2) Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
a) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
b) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a
meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
c) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimanadimaksud
huruf a dan b harus sesuai dengan standart asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
d) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter
3) Pasal 17
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan harus sesuai
dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar profesi.
4) Pasal 20
a) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang / pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
b) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(a) ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
17
Disamping itu, UU ini memiliki tujuan lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat,
profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).
Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigm dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model
medical yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen,
1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan
yang mudah dijangkau, pelayanan keperaweatan yang bermutu sebagai
bagian yang integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian
hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak untuk mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan.Tidak adanya undang-
undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh
belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat,
menentukan siapa yang boleh menjadi anggota komunitas profesi
(mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan memberikan
sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan).RUU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan
kompetensi serta pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga
diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan
penerima layanan kesehatan di Indonesia.
3.2 Saran
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam
memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks,
memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat,
konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem
klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan tatanan
lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan
KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan
obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk
menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan.
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung
Gugat.http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-
gugat.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik
Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-
perawat-dalam.html#ixzz3DUpWd8. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan.
http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-keperawatan.html. Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung
Gugat.http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat/.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional. http://ns-
krista.blogspot.com/2011/11/praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses pada
Rabu, 17 Juni 2020.
Lukman.2011. Prinsip Moral dan Legalisasi.http://lukman-
goresanpenakehidupan.blogspot.com/2011/05/prinsip-moral-dan-legalisasi.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan.
http://el-moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Nukienut. 2011. Tanggung Jawab Perawat.
http://nutnyildnyild.blogspot.com/2011/05/tanggung-jawab-perawat.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
20
Prasetyo, Agus. 2013. Aspek Hukum dalam Praktek Keperawatan.
http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-
praktek-keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan.
http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
Shabrina Azzahra. 2012. Isu Legal Dalam Praktik
Keperawatan.http://shabrinaazz.blogspot.com/2012/12/isu-legal-dalam-praktik-
keperawatan.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2020.
21