Disusun Oleh :
Nurul Hafiza (D1121171012)
Dosen Pengampu :
Riysan Octy Shalindry, S.Si, M.Eng
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
yang berjudul “Perpindahan Momentum” dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Riysan Octy Shalindry, S.Si, M.Eng
selaku dosen pengampu mata kuliah Proses Perpindahan yang telah membimbing
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Proses Perpindahan. Dalam makalah ini mengulas
momentum.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi,
ilustrasi, dan sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca guna untuk
mendatang. Besar harapan penulis agar makalah ini dapat diapresiasi sehingga
dapat bermanfaat baik bagi penulis dan pembaca pada umumnya terutama bagi
masyarakat Indonesia.
Penyusun
Nurul Hafiza
NIM. D1121171012
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam pembuatan makalah ini adalah
a. Apa yang dimaksud dari peristiwa perpindahan ?
b. Bagaimana proses perpindahan terjadi ?
c. Bagaimana hukum kekekalan massa, momentum dan energi?
d. Apa yang dimaksud dengan perpindahan momentum ?
e. Bagaimana dasar hukum perpindahan momentum ?
f. Apa itu viskositas dan bagaimana mekanisme transfer momentum ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui pengertian peristiwa perpindahan.
b. Mengetahui dan mempelajari proses perpindahan.
c. Mengetahui tentang hukum kekekalan massa, momentum dan energi
d. Mengetahui dan mempelajari tentang perpindahan momentum.
e. Mengetahui dan mempelajari tentang dasar hukum dari perpindahan
momentum.
f. Mengetahui dan mempelajari mengenai viskositas dan mekanisme dari
transfer momentum.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu
a. Memberikan informasi tentang proses perpindahan terutama
perpindahan momentum, mekanisme terjadinya perpindahan momentum
maupun hukum .yang berkaitan dengan perpindahan momentum.
b. Dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai proses perpindahan
sehingga dapat memahami kejadian fisik yang berlangsung selama
operasi teknik kimia dan memberikan suatu model matematis ideal yang
dapat menggambarkan perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
peristiwa tersebut.
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
dan radiasi. Tiga jenis utama fenomena perpindahan adalah perpindahan
energi, perpindahan massa, dan perpindahan momentum (dinamika fluida).
Satu prinsip penting dalam fenomena perpindahan adalah adanya analogi antar
tiap fenomena. Sebagai contoh, massa, energi, dan momentum semua dapat
mengalami perpindahan secara difusi:
Penyebaran atau disipasi bau di udara merupakan contoh difusi massa
Konduksi panas pada bahan padat adalah contoh difusi panas
Seretan (drag) yang dialami butiran hujan sewaktu jatuh dalam
atmosfer adalah contoh dari difusi momentum (butiran hujan
kehilangan momentumnya ke udara sekitar melalui tegangan
kental, viscous stress, dan berkurang kecepatannya)
Perpindahan massa, energi, dan momentum juga dipengaruhi faktor-faktor luar:
Disipasi atau pelesapan bau menjadi lebih lambat jika sumber bau
tetap ada
Laju pendinginan suatu zat padat yang menghantarkan panas
tergantung pada apakah sumber panas ada
Gaya gravitasi yang bekerja terhadap butiran hujan melawan seretan
yang disebabkan udara sekitar
Semua pengaruh ini dijelaskan oleh persamaan perpindahan skalar generik.
Persamaan yang sama yang mengatur konveksi pada perpindahan panas dapat
diterapkan pada konveksi pada perpindahan massa. Sewaktu mempelajari problem
fenomena perpindahan yang kompleks, seseorang harus menggunakan mekanika
malaran (continuum mechanics) dan kalkulus tensor dan seringkali permasalahan
tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan diferensial parsial.
Ada beberapa kesamaan pada persamaan perpindahan panas, momentum, dan
massa semuanya dapat dipindahkan dengan difusi:
Massa: tersebarnya bau di udara merupakan contoh difusi massa.
Panas: konduksi panas pada material padat merupakan contoh difusi
panas.
Momentum: drag yang dialami oleh tetesan air hujan di atmosfer
merupakan contoh difusi momentum.
4
Persamaan perpindahan molekuler untuk momentum Hukum Newton,
panas Hukum Fourier, dan massa Hukum Fick sangat mirip.
Momentum Viskositas
(Fluida
Newtonian)
Energi Konduksi
panas
(Hukum
Fourier)
Massa Difusi
molekuler
(Hukum
Fick)
5
sebagai objek yang terdistribusi kontinyu. Studi mengenai perpindahan momentum
atau mekanika fluida dapat dibedakan menjadi 2 cabang : statika fluida (fluida
diam) dan dinamika fluida (fluida bergerak).
Macam – macam aliran fluida :
Aliran Laminar : Bagian – bagian fluida bergerak melalui jalur – jalur yang
sejajar satu dengan yang lain dan tetap mengikuti alir
Aliran Turbulen : Terdapat banyak aliran bergolar ke samping meninggalkan
arah alir
Sumber : http://profarizhidayat.blogspot.co.id/2013/05/newtons-law-of-viscosity-dasar-
hukum.html
Pada saat keadaan steady tercapai, gaya dibutuhkan untuk menjaga kecepatan
dari plat terbawah. Gaya yang dibutuhkan bisa dituliskan dalam persamaan berikut:
F/A = u (V/Y)
Dimana :
F = gaya
A = luas permukaan plat
u = viskositas
V = kecepatan plat
Y = tinggi fluida
6
Untuk yang biasanya digunakan pada textbook biasanya diganti F/A =
τyx dimana persamaan ini didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada arah x pada
area tegak lurus arah y (lebih mudah disebut dengan fluks momentum y ke arah x).
lebih jauh lagi, untuk V/Y juga diganti dengan –dvx/dy (kenapa bisa siganti begitu:
ingat makna dari dvx/dy adalah perubahan kecepatan searah dengan x (delta x) tiap
y satuan (delta y). Sehingga persamaan dituliskan menjadi :
𝑑𝑣𝑥
𝜏𝑦𝑥 = − 𝜇
𝑑𝑦
Persamaan ini menyatakan bahwa shearing force per unit area (F/A) itu sebanding
dengan negative velocity gradient yang juga familiar dikenal sebagai Hukum
Newton untuk viskositas. Hukum newton untuk viskositas ini akan mendasari kita
dalam pengerjaan berbagai persoalan transfer momentum.
Di dalam fluida yang mengalir ada 2 jenis perpindahan momentum :
1. Perpindahan momentum secara molekuler
Perpindahan momentum yang ditimbulkan karena gaya tarik menarik
antar – molekul
2. Perpindahan momentum secara konveksi
Perpindahan momentum karena aliran massa
7
Ketika fluida bergerak pada arah x paralel dengan permukaan solid, fluida
tersebut memiliki momentum pada arah-x dengan konsentrasi υxρ. Dengan difusi
acak molekul maka ada perpindahan molekul pada arah-z. Maka momentum pada
arah-x berpindah ke arah-z dari lapisan yang bergerak lebih cepat ke lapisan yang
bergerak lebih lambat. Persamaan perpindahan momentum menurut Hukum
Newton tentang Viskositas dapat ditulis sebagai berikut:
dengan τzx adalah fluks momentum arah-x pada arah-z, ν is μ/ρ, difusivitas
momentum z adalah jarak transport atau difusi,ρ adalah densitas, dan μ adalah
viskositas.
8
Dalam tinjauan terhadap sistem aliran termaksud, luas permukaan pelat yang
bersinggungan dengan fluidanya yaitu A, diasumsikan sangat besar harganya.
Dengan ketentuan itu, efek keadaan di sisi-sisi ujung pelat, yang menumpu aliran
fluida, diabaikan. Skema (a) di gambar tersebut menunjukkan gambaran sistem
secara menyeluruh. Skema (b) menunjukkan penampang tampak samping arah
memanjang saat semua bagian sistem ada dalam keadaan tak bergerak, dan
ditunjukkan juga sistem koordinat x-y-z. Skema (c) menunjukkan keadaan awal
saat pelat bawah digerakkan secara mendadak dengan kecepatan V dalam arah x,
sedang pelat atas ditahan dalam keadaan tak bergerak. Karena adanya hambatan
dari fluida, untuk mempertahankan gerak pelat tersebut diperlukan gaya tetap
sebesar F. Akibat gerak pelat yang di bawah, fluida yang tepat bersinggungan
dengan permukaan pelat tersebut ikut bergerak. Diasumsikan bahwa molekul-
molekul fluida yang tepat bersinggungan dengan permukaan pelat tersebut melekat
(berpegang kuat) pada permukaan. Maka kecepatan geraknya sama dengan
kecepatan gerak pelat, yaitu V.
9
Gerak lapisan fluida yang bersinggungan dengan permukaan pelat tersebut
mengimbas ke molekul-molekul fluida yang ada di lapisan lebih atas, dan terjadilah
aliran fluida dalam arah x. Gerak yang terjadi pada saat-saat awal masih belum
sempurna terbentuk, dan dalam keadaan transient (transient state) ini distribusi
kecepatan fluida dalam arah y ditunjukkan di skema (d) dari gambar I; gerak fluida
hanya teramati di daerah yang tak jauh dari permukaan bawah, dan makin ke atas
makin kecil kecepatannya.
Setelah cukup lama aliran fluida terbentuk sempurna, dan tercapai keadaan
tunak (steady state). Profil kecepatan tidak berubah dengan waktu, sebagaimana
ditunjukkan di skema (e). Dalam sketsa ditunjukkan bahwa kecepatan fluida
mengecil secara linear dengan kenaikan dari harga y. Hubungan antara berbagai
besaran sistem yang digambarkan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan yang diberikan sebagai persamaan 2.1.
(2.1)
Persamaan (2.1) menyatakan bahwa gaya persatuan luas permukaan bidang selang
antara pelat dan fluida berbanding lurus dengan penurunan kecepatan fluida dalam
arah y. Konstanta pembandingnya µ didefinisikan sebagai viskositas dari fluida.
F/A disebut ‘shear stress’. ‘Shear stress’ tersebut terimbas ke fluida, dan
karenanya di dalam fluida terasakan juga adanya ‘shear stress’ dalam arah y karena
adanya gaya F yang bekerja pada arah x. Bila digunakan lambang τ yx untuk
menyatakan ‘shear stress’ di dalam fluida yang bekerja dalam arah x terhadap
lapisan fluida pada jarak y dari permukaan bidang selang antar pelat dan fluida,
oleh fluida yang ada pada kedudukan kurang dari y, dan untuk menyatakan
kecepatan fluida dalam arah x digunakan lambang vx , maka hubungan yang
dinyatakan dalam persaman 2.1 dapat dinyatakan secara eksplisit sebagai berikut:
(2.2)
Seperti halnya dengan persamaan (2.1), persamaan di atas juga menyatakan bahwa:
‘shear stress’ berbanding lurus dengan ‘shear rate’ yaitu (dvx/dy). Pernyataan
10
yang diberikan sebagai Persamaan (2.2) disebut ‘Newton’s law of viscosity’ atau
Hukum Newton tentang viskositas.
Fluida yang pola laku alirannya berkelakuan sebagaimana dinyatakan oleh
Hukum Newton tentang viskositas lazim disebut sebagai fluida Newtonian
(Newtonian Fluid). Semua gas, dan banyak cairan berkelakuan sebagai fluida
Newtonian. Lumpur, pasta gigi, aspal, larutan polimer menunjukkan kelakukan
yang berbeda dan dikategorikan sebagai fluida nonNewtonian (non-Newtonian
Fluid).
Cara pandang lain untuk memahami makna pernyataan Persamaan (2.2) adalah
dengan mengartikan pengimbasan gerak fluida karena adanya ‘shear stress’ sebagai
perpindahan momentum. Lapisan fluida yang bersebelahan dengan permukaan
pelat yang bergerak, yaitu pada kedudukan y = 0, memperoleh momentum dalam
arah x dan karenanya ikut bergerak dalam arah x. Momentum yang diperoleh
tersebut sebagian dipindahkan ke lapisan di atasnya, menyebabkan lapisan yang ada
di atasnya ini memperoleh momentum juga, dan karenanya ikut bergerak kearah x.
Kejadian ini berimbas terus ke atas. Jadi terjadilah propagasi momentum yang
berarah x ke arah y. Untuk menyingkat, momentum yang berarah x selanjutnya
disebut x-momentum, yaitu komponen x dari vector momentum. Komponen
lainnya adalah y-momentum dan z-momentum.
11
Berikut skema percobaan maya (imaginer) untuk menunjukkan perpindahan
momentum yang disertai pembentukan aliran fluida akibat adanya ‘shear stress’
(2.3)
Untuk fluida Newtonian, pada (T,P) tetap, µ berharga tetap, sehingga bila dibuat
grafik hubungan ‘shear stress’ (τyx) dengan –(dvx/dy) atau harga-harga negative
dari ‘shear rate’ akan diperoleh garis lurus, seperti ditunjukkan di Gambar 2.2.
Hubungan seperti yang ditunjukkan di Gambar 2 berlaku untuk semua gas dan
sebagian besar zat cair homogen dan ‘non-polymeric’. Akan tetapi banyak cairan
atau fluida yang mempunyai hubungan ‘shear stress’ dan ‘shear rate’ yang tidak
linear seperti halnya fluida Newtonian.
12
2.6.4 Fluida Non-Newtonian
Fluida yang menunjukkan sifat bahwa hubungan antara ‘shear stress’ dan
‘shear rate’ tidak linier, karena itu mempunyai hubungan ‘shear stress’ dan ‘shear
rate’ yang berbeda dari fluida Newtonian, disebut fluida ‘non-Newtonian’. Contoh
fluida ini dalam industri maupun kehidupan sehari-hari adalah seperti ‘tapal gigi’,
lumpur, lelehan polimer, polimer cair, larutan polimer, aspal, lem dan masih banyak
lagi.
Pola alir dari fluida ‘non-Newtonian’ dinyatakan dengan istilah pola alir ‘non-
Newtonian’. Ilmu mengenai, dan yang arah kajiannya tertuju kepada pola alir ‘non-
Newtonian’, merupakan bagian dari bidang ilmu yang disebut ‘rheology’.
Lazimnya dapat dinyatakan bahwa ‘rheology is the science of flow and
deformation’. Rheology mencakup aliran Newtonian, aliran ‘non-Newtonian’,
sampai kepada deformasi elastis dari zat padat.
Berbagai bentuk hubungan ‘shear stress’ vs ‘shear rate’ fluida ‘non-
Newtonian’ secara skematik diberikan di Gambar 3, yang menunjukkan bahwa
pada dasarnya ada empat macam pola hubungan ‘shear stress’ dan ‘shear rate’: (a)
linier (Newtonian), (b) dilatant, (c) pseudoplastic, dan (d) Bingham plastic.
Bentuk umum hubungan antara ‘shear stress’ vs ‘shear rate’ fluida ‘non-
Newtonian’ adalah:
(2.4)
dan merupakan fungsi atau dinyatakan sebagai fungsi dari τyx atau (dvx/dy)
Viskositas yang dipengaruhi oleh perubahan laju geser (shear rate)
dilambangkan dengan " (eta). Jika tidak dipengaruhi laju geser, maka fluida
bersifat Newtonian di mana = μ. Fluida dikatakan bersifat pseudoplastic jika
13
menurun dengan peningkatan laju geser. Fluida yang mengalami penurunan
selama waktu tertentu disebut bersifat thixotropic. Fluida dikatakan bersifat dilatant
jika meningkat dengan peningkatan laju geser. Fluida yang mengalami
peningkatan dalam kurun waktu tertentu disebut bersifat rheopectic. Fluida yang
sebagiannya kembali ke bentuk semula setelah tegangan geser dihilangkan disebut
bersifat visco-elastic.
Untuk fluida Bingham plastic berlaku fluks momentum berikut:
(2.5)
τ0 adalah yield stress atau tegangan alir, yaitu tekanan minimum yang harus
diberikan kepada fluida untuk dapat melampaui hambatan alirnya sehingga fluida
dapat mengalir. Bila tekanan yang diberikan kurang dari tegangan alirnya, maka
fluida Bingham plastic akan berperilaku seperti benda padat. Setelah fluida
Bingham plastic mengalir, maka perilakunya seperti fluida Newtonian.
14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
a. Perpindahan momentum merupakan semua kejadian yang menyangkut
aliran & gerakan fluida. Pada perpindahan momentum transfer, fluida
dibayangkan sebagai objek yang terdistribusi kontinyu.
b. Di dalam fluida yang mengalir ada 2 jenis perpindahan momentum yaitu:
Perpindahan momentum secara molekuler yang merupakan
perpindahan momentum yang ditimbulkan karena gaya tarik
menarik antar – molekul
Perpindahan momentum secara konveksi yaitu Perpindahan
momentum karena aliran massa
c. Persamaan perpindahan momentum menurut Hukum Newton tentang
Viskositas dapat ditulis sebagai :
15
fluida Newtonian. Lumpur, pasta gigi, aspal, larutan polimer menunjukkan
kelakukan yang berbeda dan dikategorikan sebagai fluida nonNewtonian
(non-Newtonian Fluid).
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu, dalam fisika, kimia, dan teknik, fenomena
perpindahan sangatlah penting untuk kita pelajari, mengingat bahwa peristiwa
perpindahan ini akan dijumpai dalam semua operasi teknik kimia. Proses Transfer
mempelajari kejadian fisik yang berlangsung selama suatu operasi teknik kimia.
Maka dari itu perlu dipelajari dan dipahami menyangkut proses perpindahan,
dimana proses perpindahan itu tidak hanya pada proses perpindahan momentum
yang diulas dalam makalah ini. Akan tetapi masih ada proses perpindahan lainnya
yaitu perpindahan massa dan perpindahan panas yang perlu untuk kita pelajari.
Terlepas dari itu pembaca juga dapat menambahkan materi yang belum cukup
lengkap pada makalah ini dengan mencari pada literatur-literatur yang sudah ada.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Proses Transfer. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Bird, R.B., W.E. Stewart dan E.N. Lightfoot. 1966. Transport Phenomena. Jhon
Wiley and Sons, Inc. New York
Brodkey. R.S dan H.C. Hershey. 1989. Transport Phenomena. 2nd. McGraw-Hill
Book Company. International Edition, New York.
Eero, Sjostrom. 1990. Kimia Kayu Dasar-dasar dan Penggunaan. Edisi Kedua.
Yogyakarta: UGM Press.
17