Anda di halaman 1dari 14

Laporan kegiatan praktikum

Field Study to Merangin landspace


National Geopark Merangin Jambi, Hutan adat Guguk dan
Goa Tiangko
21-23 Februari 2014

Mata kuliah Kesehatan Lingkungan (MIL 509)


Mahasiswa Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Universitas Jambi
Geopark; sebuah sejarah peradaban yang
terpendam
Desa Air Batu dan beberapa desa lainnya disekitar Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten
Merangin, tak hanya desa yang memiliki simpanan kekayaan alam yang kaya, tapi juga
menyimpan sejarah peradaban manusia jutaan tahun yang lalu yang tertekam dalam ruas-ruas
batu tua. Rekaman jejak tak hanya berbentuk tumbuh-tumbuhan, tapi juga ada diantaranya
berbentuk hewan laut, seperti kerang. Menurut beberapa peneliti, bahwa fosil tersebut, telah
berumur 300 juta tahun, dan dianggap sebagai Geopark terbaik di dunia. Dan atas keunikan
tersebut, Geopark Merangin segera akan menjadi anggota jaringan Unesco, dan akan menjadi
world heritage dunia.

Istilah geopark secara harfiah berarti taman bumi. Mengacu pada wilayah geografis tempat
situs-situs warisan geologis (geological heritages) dikelola secara terintegrasi dengan warisan
budaya (cultural heritages) di wilayah itu, untuk tujuan konservasi, edukasi, dan pembangunan
berkelanjutan.

Konsep geopark sendiri pertama kali berkembang di Eropa pada 1999. Setahun kemudian
negara-negara Eropa membentuk European Geopark Network (EGN). Konsep ini mendapat
dukungan dari badan PBB UNESCO yang membentuk UNESCO Official Global Network of
National Geopark (GNG). Pada 2001, lembaga ini bertukar nama menjadi Global Geoparks
Network (GGN). Sejak itu, UNESCO lewat GGN menetapkan berbagai kawasan yang masuk
kategori geopark di penjuru dunia.

Sampai tahun 2012, UNESCO telah menetapkan 90 geopark dunia yang tersebar di 27 negara.
Dengan penetapan itu, UNESCO berharap, masyarakat yang berada di suatu kawasan geopark
akan menjaga kelestarian kawasan sebagai warisan dunia. Masyarakat sendiri dapat memetik
manfaat lewat pariwisata. Di Indonesia, baru kawasan Gunung Batur, Bali yang ditetapkan
sebagai global geopark. Penetapannya dalam sidang GGN pada 2012 di Arouca, Portugal.
Sebelumnya di Asia Tenggara baru diakui geopark Langkawi, Malaysia.

Geopark Merangin Jambi -baru resmi menjadi anggota geopark nasional pada 25 September
2013- bersama lima kawasan lain: Danau Toba (Sumatra Utara), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara
Barat), Raja Ampat (Papua), Kawasan Kars Sewu (Jawa Tengah), dan Green Canyon (Jawa Barat)
tengah mengantri menyusul Gunung Batur.

Geopark Merangin, dengan semua kandungan sejarah didalamnya, adalah tercipta secara
alamiah. Menurut penelitian dan juga informasi dari masyarakat setempat, bahwa penciptaan
itu berproses selama ratusan juta tahun itu, dilalui dengan 5 kali letusan Gunur Berapi.
Beberapa tanaman tertimbun endapan vulkanik berketebalan sekitar 7 meter, satu diantaranya
adalah pohon kayu batu, atau masyarakat member nama dengan batu Tuo (Araucarioxylon).
Akar-akarnya menjulur sepanjang kira-kira 7 meter dan diyakini fosil ini telah berusia 300 juta
tahun, Zaman Perem. Di sisi kiri-kanan tampak bebatuan berlapis, bekas tanah rawa, dan debu-
debu vulkanik serta lava yang membeku. Masyarakat sekitar menyebutnya batu lipatan kain,
dan lapisan batu itu sesuai dengan banyaknya letusan gunung berapi. Fosil tersebut bertahan
lama, karena kawasan tersebut bersuhu dingin.

Bebatuan tua yang menyimpan peradaban masa lalu (koleksi Iswandi dan James)
Geopark Merangin Jambi, tak hanya memiliki kandungan sejarah peradaban masa lalu, juga
memiliki potensi wisata Arung Jeram dengan panjang perjalanan kekitar 9 Km dari Desa Air
Batu dan berakhir di Desa Biku Tanjung. Sepanjang perjalanan yang menggunakan perahu
karet, tak hanya kita akan disuguhi atraksi jeram dengan berbagai tingkat grade berbeda, tapi
juga kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa indah, dengan bebatuan
purba turut menghiasinya. Perjalanan tidak akan terasa, karena sepanjang perjalanan kita bisa
singgah dan menyaksikan fosil-fosil purba dan air terjun. Meskipun perjalanan memakan waktu
sekitar 5-6 jam, namun dengan semua keindahan serta pengetahuan yang disajikan bentangan
alam ini waktu yang dihabiskan tak akan terasa panjang.

Hewan laut serta kayu yang membatu (kiri koleksi Jessy, Kanan Koleksi Eko)

KEGIATAN MAHASIWA

Tanggal 22 Februari 2013, Sekitar 19 mahasiswa ilmu Lingkungan pascasarjana Universitas Jambi
melakukan pengamatan terhadap fosil-fosil yang telah berusia jutaan tahun tersebut. dan tak satu
site fosil pun terlewatkan. Menurut penjelasan dari para pemandu, bahwa untuk mengamati fosil
bisa menggunakan 2 jalan, yaitu jalan darat dan jalan air. Namun jalan darat hanya mampu melihat
dan mengamati sebagian fosil saja. untuk itu, pilihan menggunakan jalur air adalah pilihan yang baik,
karena selain menyaksikan indahnya bebatuan terbentuk oleh proses alami, kita juga akan menikmati
keindahan keragaman hayati sepanjang perjalanan dan menikmati derasnya jeram-jeram disepanjang
aliran sungai. Arung Jeram tak hanya dinikmati sebagai sebuah olah raga, tapi juga ternyata mampu
menanamkan kerja sama (team work).
Hutan Adat Guguk; kearifan lokal yang
bertahan
Sama halnya dengan Desa Air Batu Guguk, merupakan sebuah desa yang juga menjadi bagian
dari Kecamatan Ranah Pembarap Kabupaten Merangin, Jambi. Desa Guguk merupakan desa
tua yang sudah berdiri sejak sebelum kedatangan Belanda ke Indonesia. Menurut keterangan
para tetua adat nenek moyang mereka berasal dari Mataram dan Minang Kabau. Awalnya
perkampungan berada di selatan Batang Merangin yang disebut Pelangai Panjang. Disinilah
berdiri pemukiman yang terdiri dari gubuk-gubuk yang disebut dengan Guguk. Pada waktu itu
Guguk merupakan pusat pemerintahan dari Marga Pembarap (artinya yang tua). Wilayah
Marga Pembarap tersebut sekarang sudah terbagi menjadi 4 desa yaitu : Desa guguk, Desa Air
Batu, Desa Markeh dan Desa Parit. Sejak itu secara perlahan peran Pasirah/kepala adat yang
berkedudukan di Guguk perlahan mulai meluntur. Tetapi di Guguk beberapa aturan yang masih
berakar dapat bertahan sampai sekarang yaitu aturan adat tentang pengelolaan hutan. Aturan-
aturan adat inilah yang membuat Guguk berbeda dengan desa lainnya. Guguk memiliki hutan
adat yang memiliki beragam keanekaragaman flora dan fauna yang langka.
(www.mongabay.co.id)

Hutan adat Guguk dengan seluas 690 hektar, adalah luasan yang significant dan memberikan
arti penting bagi system hidrologi bagi desa-desa yang berada dibawahnya, dan bagi
masyarakat Desa Guguk sendiri. Keberadaan hutan adat ini yang dikukuhkan lewat SK Bupati
Merangin Nomor 35 tahun 2003, adalah juga menjadi penyedia kayu bagi masyarakat desa
Guguk dengan aturan-aturan yang harus ditaati oleh masyarakat.
Dengan luasan dan dengan
kandungan keragaman flora dan
fauna didalamnya1, tentu kawasan
ini menjadi surga bagi pengusaha-
pengusaha kayu, dan menurut
Bapak Zulkifli, bahwa hutan mereka
pernah menjadi incaran
perusahaan HPH PT Injapsin sekitar
akhir tahun 1990-an, dan pada saat
itu, hutan yang menjadi warisan
dari nenek moyang mereka dan
menjadi titipan bagi anak cucu
mereka masuk dalam konsesi HPH
tersebut. Situasi tersebut tentu
mengusik masyarakat desa Guguk yang telah menjaga hutan mereka dengan dasar piagam
Lantak Sepadan. Dan sejak saat itu timbul penolakan dari masyarakat akan kehadiran PT Ijapsin,
karena sangat jelas, bahwa perusahaan ini telah melanggar Piagam Lantak Sepadan dan peta
batas wilayah Marga Pembarap yang dibuat sejak penjajahan Belanda. Atas perjuangan yang
panjang, kini masyarakat Desa Guguk berhasil menjaga dan bahkan melestarikan hutan adat
mereka. Dan perjuangan mereka sangat sederhana, bahwa hutan adalah tempat bagi
kehidupan mereka dimasa kini sebagai penyedia air, menyedia sumber makan dalam bentuk
pelestarian lubuk larang, dan menjadi tabungan bagi sumber kehidupan pula bagi anak cucu
mereka dimasa depan.

KEGIATAN MAHASISWA

Pada tanggal 22 Februari 2014, setelah puas mengekplorasi kekayaan geologi di Desa Air Batu,
pengamatan dilanjutkan di Desa Guguk. Dan di desa ini kami menyaksikan bagaimana masyarakat
terus mempertahankan hutannya melalui peraturan adat ditengah tingginya tekanan terhadap
hutan oleh industri-industri ekstraktif. Dan pengetahuan masyarakat tentang nilai hutan yang tak
hanya bernilai ekonomi semata tapi juga pengetahuan mereka tentang nilai dan fungsi sebagai
penjaga keseimbangan lingkungan, tapi juga adalah sebagai penerus kebudayaan, bayangkan
masyarakat terus berpegang teguh pada Piagam Lantak Sepadan yang diwariskan oleh nenek
moyang mereka.

Namun meskipun masyarakat desa Guguk mempertahankan hutan adat dengan berdasarkan pada
pengetahuan lokal mereka, tak membuat mereka mengabaikan pengetahuan-pengetahuan tentang
bagaimana cara menghitung secara matematik nilai ekonomi yang dikandung oleh hutan adat yang
luasnya mencapai 690 Ha, dan bahkan mereka bisa menghitung nilai kandungan karbon yang
tersimpan dalam pohon kayu.

1
Dari survei yang dilakukan diketahui oleh tim Warsi dan Masyarakat guguk diketahui bahwa Hutan Adat guguk
memiliki kekayaan sebanyak 89 jenis burung,37 Jenis diantarnya dilindungi seperti Rangkong Gading ( Baceros
vigil), Kuau Raja (Argusianus argus) dsb. 22 Jenis Mamalia Yang dilindungi seperti Tapir (Tapirus indikus), Beruang
(Helarctos malayanus) dsb. Dari survei tersebut juga diketahui terdapat 84 jenis kayu. Beberapa jenis kayu
seperti Meranti ,Balam, Marsawa dsb mempunyai diameter diatas 55 cm.
Goa Tiangko Sungai Manau
Berlokasi di Desa
Tiangko Sungai Manau,
ditemukan sejumlah
gua dan salah satunya
adalah Goa Tiangko
yang menjadi kediaman
manusia purba ribuan
tahun yang lalu. Goa
Tiangko terintegrasi
dengan goa-goa lainnya
dengan Luas 206 meter
persegi dan lebar mulut
bagian depan setinggi 4
meter serta mulut
bagian belakang
setinggi 11,5 meter.

Berdasarkan hasil
penelitian Bennet
Bronson dan Teguh Amat pada tahun 1974, di tempat ini ditemukan lapisan tembikar yang
dibawahnya terdapat alat-alat obsidian. Penemuan itu pun lantas menyimpulkan bahwa Goa
Tiangko menjadi permukiman tertua di Jambi.

Gua ini dindingnya berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun
dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang bergelantungan. Di goa ini juga bisa ditemui
batu kapiler yang membentuk stalktit dan stalakmit dengan berbagai ornamen yang
menakjubkan.
Diskusi dan Sharing
Selain dari kegiatan pengamatan secara lansung, kegiatan juga diisi dengan diskusi-diskusi dan
sharing dengan pihak-pihak penting di Kabupaten Merangin, masyarakat setempat yang
menjadi wilayah kunjungan.

Pada tanggal 21 Februari 2014, sebelum19 mahasiswa dan beberapa orang tenaga pengajar
diantaranya Dr. Ir H. Rosyani, Dr. Bambang Hariyadi, Dr. Hutwan Syarifuddin, Dr. Jalius, Dr.
Hamzah, memulai perjalanan, terlebih dahulu disambut oleh pemerintah KAbupaten Merangin
dalam hal ini diwakili oleh Sekda bersama dengan jajarannya, dan turut pula dalam pertemuan
tersebut Kabid ESDM Propinsi Jambi. Dalam pertemuan tersebut, tim dari Mahasiswa s2 selain
memberikan informasi mengenai tujuan kunjungan di wilayah Renah Pembarap, juga
memberikan informasi mengenai program studi yang sebetulnya adalah prodi yang baru lahir
dan mahasiswa yang melakukan kunjungan adalah termasuk angkatan pertama. Pertemuan
banyak memberikan manfaat bagi Universitas Jambi sebagai kelembagaan, dan juga Pemkab
Merangin, karena ada komitmen untuk turut mengembangkan wilayah Merangin yang memiliki
SUmber Daya Alam yang luar biasa kaya, secara bersama-sama, dengan tentu tetap mengacu
pada kapasitas masing-masing institusi.

Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari Sekda Kab Merangin (kiri) dan penyerahan cinderamata dari Ketua Prodi
kepada Sekda (kanan). Doc. Eko

Diskusi dan sharing juga dilakukan dengan organisasi masyarakat di Desa Air Batu, yaitu Himpunan
Masyarakat Peduli Alam (HAMPA). Meskipun waktu terbatas, sehingga diskusi hanya dilakukan dalam
waktu singkat, namun tak mengurangi dari subtansi. beberapa hal penting dalam diskusi tersebut
muncul mengenai harapan dari masyarakat tentang keterlibatan mahasiswa s2 Unja untuk turut
mempromosikan agar Geopark Merangin masuk sebagai anggota UNESCO. Karena jika tidak maka
Geopark dan kandungan sejarah yang dikandungnya akan perlahan menghilang. Dan juga pentingnya
dukungan untuk peningkatan kapasitas masyarakat, perbaikan fasilitas, dll yang akan menunjang
program eko wisata di daerah ini.

Komitmen
dukungan dari
ketua Prodi
terhadap
iniciatife
pengelolaan
bentangan alam
yang integrative
dengan wisata
berbasiskan
masyarakat lokal.

Ketika rombongan dalam perjalanan kembali ke kota Jambi, dibuka diskusi informal sepanjang
perjalanan tersebut, diantara ide-ide yang muncul adalah :

1. mengenai rencana untuk mempromosikan Geopark Merangin sebagai sebuah lokasi wisata yang
terintegrasi dengan bentangan alam lainnya. Dan untuk mendukung potensi wisata tersebut, ide
tentang perbaikan fasilitas umum seperti MCK, tempat sampah, perbaikan home stay.
2. Adanya ide tentang pentingnya untuk melakukan assessment terlebih dahulu untuk melihat apa
saja kebutuhan yang saat ini mendesak dan priority bagi masyarakat Desa Air Batu, sehingga
dukungan dan support akan lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Mendorong Desa Air Batu sebagai wilayah dampingan Mahasiswa S2 Ilmu Lingkungan, sehingga
apa yang direncanakan dari awal akan berlanjut hingga akhir. Sebagai sekolah lapangan.
4. Lokasi penelitian bagi mahasiswa dalam melihat fungsi ekonomi, ekologi dan social diwilayah ini
sehingga terekplor dengan baik.
5. Meningkatkan kapasitas masyarakat, dan organisasi yang ada didesa ini, dalam bentuk koperasi
untuk pengelolaan ekonomi (mungkin bisa dimulai dengan peningkatan kapasitas pembuatan
kerajinan tangan, cindremata hingga pada kapasitas berbahasa Ingris)

Dan dikarenakan semua ide-ide diatas adalah berimplikasi pada dana dan pembiayaan, maka mahasiwa
berkomitmen untuk mendorong agar adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang tak mengikat. Seperti
perusahaan-perusahaan yang memang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kapasitas dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berintegrasi dengan perlindungan lingkungan.
Dan agar ide-ide ini berkelanjutan, juga akan didorong agar Mahasiswa s2 Ilmu Lingkungan bisa memiliki
wadah bersama seperti ikatan atau himpunan atau asosiasi, sebagai ruang untuk berkreasi dan
berinovasi.
Pembelajaran
Dalam kunjungan kali ini, banyak pembelajaran yang diterima oleh mahasiswa s2 Ilmu
Lingkungan ini, diantaranya :

1. Memberikan motivasi untuk melakukan aksi nyata bagi perlindungan nilai-nilai sejarah
yang terintegrasi dengan wisata. Salah satunya adalah komitmen untuk mendukung
organisasi HAMPA dalam pengadaan fasilitas bagi pengunjung di Desa Air Batu. Dan
komitmen ini terekam dalam diskusi sepanjang perjalanan kepulangan tim ke Jambi.
Meskipun diskusi tersebut tidak formal, namun catatan-catatan dari seluruh mahasiswa
dan juga pendamping sangat penting.
2. Ternyata disadari atau tidak, propinsi Jambi memiliki simpanan kekayaan alam yang luar
biasa, tak hanya kekayaan hayati, tapi juga kekayaan geologi bahkan juga memiliki
kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.
3. Bahwa selama ini, masyarakat adat atau asli yang sering di anggap sebagai perusak
hutan oleh banyak pihak, memberikan bukti terbalik, ketika masyarakat Desa Guguk,
dengan semua kesederhanaan pengatahuannya, dengan semua keterbatasan akses dan
informasi yang mereka dapatkan, ternyata mampu membuktikan bahwa mereka adalah
pelestari hutan, dan sama halnya yang nenek moyang mereka lakukan jauh sebelum
orang mengenal dan memperkenalkan model-model konservasi moderen.
4. Bahwa alam, masyarakat, serta kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adalah
sumber pengetahuan, dan mungkin adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan, yang
harusnya digali oleh mahasiswa s2 Ilmu Lingkungan Universitas Jambi.
5. Dan pembelajaran yang lain, adalah, kunjungan kali ini tak hanya sekedar mengeratkan
hubungan mahasiswa dengan alam, mahasiswa dengan masyarakat, namun juga sebagai
perekat hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan tenaga
pengajar.
Penutup
Akhirnya, dengan semua kekurangan yang kami miliki, baik panitia, dan seluruh tim, laporan ini kami
buat, sebagai bentuk pertanggung jawaban kami kepada pihak-pihak penting yang mendukung kegiatan
ini. Dan akhirnya, kami mengucapkan terima kasih, yang sebesar-besarnya kepada pihak pendukung
dana, pihak Program Studi, dosen-dosen pengajar kami, dan khusus kepada dosen pendamping kami
dilapangan, Ibu Rosyani, pak Hutwan, Pak Jalius, Pak Hamzah, dan Pak Bambang Hariadi atas
keikutsertaan pada kunjungan kali ini.

Dan khusus kepada masyarakat Desa Air Batu, HAMPA, masyarakat Desa Guguk, Masyarakat desa Goa
Tiangko, jajaran pemerintah Kabupaten Merangin, dan Kabib ESDM propinsi Jambi, pak Karel atas
kesediaannya untuk membantu membantu kami memahami nilai sejarah yang dikandung oleh Geopark
Merangin.

Demikian, dan terima kasih.

Jambi, 7 Maret 2014

Hormat kami

Panitia
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Laporan Keuangan
2. Absensi Kehadiran
3. Dokumentasi film

Anda mungkin juga menyukai