DISUSUN OLEH :
NILA ERBIANTARI (125070200111006)
DENNY (125070207111019)
DESY RACHMA PUTRI (135070218113012)
NABILA PUTRI SYAHNIAR (155070200111002)
SINDY OLIVIA ROEMAHLAISELAN (155070201111012)
ROCHIMA WACHIDATUS SHOLICHA (155070207111008)
ZACHYA ISLAMIA (155070207111007)
RATNA SAHARA SIRFEFA (155070220111001)
1. Latar Belakang
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Di Indonesia, penyakit hipertensi
memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak
dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat
dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian.
Berbagai faktor dugaan turut berperan sebagai penyebab hipertensi, yaitu faktor yang
dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Bertambahnya umur, stress psikologi,
hereditas (keturunan), disebabkan karena penyakit seperti ginjal yang tidak berfungsi,
pemakaian kontrasepsi oral sehingga terganggunya keseimbangan hormon merupakan faktor
yang tidak dapat di kontrol. Sedangkan faktor yang dapat terkontrol yaitu, kegemukan,
kurang olahraga, merokok serta mengkonsumsi alkohol dan garam yang berlebihan (Johan,
2011). Study WHO pada faktor-faktor resiko menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik
seperti duduk dalam jangka waktu yang lama saat bekerja adalah salah satu dari sepuluh
penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun
disebabkan oleh kurangnya beraktivitas fisik. Kebanyakan negara di seluruh dunia antara 60%
hingga 85% orang tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara fisik meraka (Sientia,
2012).
Olahraga merupakan aktifitas fisik yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani,
memelihara kesehatan dan memperkuat otot. Olahraga tidak hanya melibatkan sistem
muskuloskeletal saja, namun juga mengikutsertakan sistem kardiovakular, sistem respirasi,
sistem ekresi, sistem saraf dan sistem lainnya (Edwin et al, 2003).
Olahraga memiliki arti penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhkan tubuh
yang tidak sehat. Apabila olahraga dilakukan dengan takaran yang sesuai baik intensitas,
lama, dan frekuensinya maka akan memberikan hasil peningkatan kerja otot, daya tahan,
kecepatan reaksi, kemampuan pengambilan oksigen secara maksimal, menguatkan otot
jantung dan mengontrol tekanan darah serta frekuensi nadi (Edwin et al, 2003).
Latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat merilekskan
pembuluh-pembuluh darah. Banyak penelitian yang hasilnya menyatakan, latihan-latihan
olahraga secara teratur memang cepat memperbaiki tekanan darah penderita hipertensi.
Menurut penelitian sebuah pusat kebugaran di Inggris yang bekerja sama dengan federasi
jantung di negara tersebut, aerobik merupakan olahraga yang baik untuk memelihara
kesehatan kardiovaskular dan terbaik untuk hipertensi. Latihan aerobik dapat memperbaiki
performa jantung dan pembuluh darah (Lingga, 2012). Pada senam aerobik, dengan variasi
gerakan-gerakan yang banyak terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan, dapat memenuhi
CRIPE (continous, rhytmical, interval, progresif and endurance), bisa dilakukan olahraga
secara continue untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh (Baldah, 2013).
Latihan aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Baldah, 2013). Sedangkan, senam aerobik
adalah serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu
(Baldah, 2013). Senam aerobik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan
paru-paru. Senam aerobik yang paling efektif untuk penyakit hipertensi adalah senam
aerobik low impact. Senam aerobik low impact dilakukan dengan gerakan senam aerobik
benturan ringan, biasanya gerakan ini tidak membutuhkan kekuatan dan kekerasan serta
gerakannya relatif lambat (Irwansyah, 2006).
Senam aerobik low impact merupakan suatu latihan yang bersifat aerobik, yaitu ritmis
dan terus menerus dilakukan selama 30-45 menit sehingga tubuh memerlukan oksigen yang
lebih banyak dan denyut nadi meningkat. Di sini gerakan-gerakannya tanpa lompatan,
sehingga aman dilakukan untuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut dan
punggung (Malik, 2012). Untuk kebugaran tubuh, senam aerobik memberi manfaat banyak
antara lain meningkatkan daya tahan jantung, paru-paru, menguatkan otot-otot tubuh,
kelenturan dan membakar kalori (Baldah, 2013).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan masyarakat yang sadar akan pentingnya
pemahaman olahraga pada hipertensi pada warga RW 01 maka perlu diadakan
penyuluhan dan edukasi mengenai olahraga pada hipertensi.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada warga RT Dusun Sumberjo diharapkan seluruh
warga mampu meningkatkan pengetahuan mengenai olahraga pada hipertensi.
b. Tujuan khusus
- Mengetahui dan memahami hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita
hipertensi
- Mengetahui dan memahami olahraga pada hipertensi
3. Materi
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita hipertensi
b. Olahraga pada hipertensi
4. Implementasi
a. Metode : Ceramah
b. Media dan Alat : Leaflet
c. Waktu : Jumat, 24 Januari 2020 pukul 19.00 WIB
d. Tempat :
e. Sasaran :
f. Kegiatan Penyuluhan :
Susunan Kegiatan Peserta
No Kegiatan Pengajar Waktu Media
Kegiatan Didik
1 Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam 10 Lembar
salam ”waalaikumsalam” menit pre test
”Assalamualaikum” 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan dan
diri memperhatikan
3. Kontrak waktu 40 3. Menyetujui
menit kontrak waktu
4. Menjelaskan yang diajukan
tujuan 4. Mendengarkan
pembelajaran dan
memperhatikan
5. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
- Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
- Pembuatan SAP dan leaflet dikerjakan maksimal 1 hari sebelumnya
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
b. Kriteria proses
- Warga sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan
berlangsung
- Warga mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
- Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
c. Kriteria hasil
- Warga dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
- Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
- Warga mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
- Warga terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari
kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
- Warga memahami isi materi yang ditunjukkan dengan banyaknya soal post test
yang terjawab dengan benar
6. Lampiran
a. Materi
b. Lembar pre/post test
DAFTAR PUSTAKA
Astawan M. 2017. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Diakses pada www.depkes.go.id/.
Dede Kusmana. 2002. Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sadoso Sumosardjuno. 1995. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 3. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
A. Materi
a. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan bagi Penderita Hipertensi
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000
anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensinya di daerah luar Jawa dan Bali
lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu. Hal tersebut terkait erat dengan pola
makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa
dan Bali. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat
cara. Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi
garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat
(kurang dari 1,25 gram per hari). Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas. Cara ketiga, diet tinggi serat dan keempat, diet rendah energi (bagi yang
kegemukan) (Astawan, 2017).
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga secara rutin
dengan takaran cukup, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian:
1. Jika kelebihan berat badan
Seseorang yang mengalami kelebihan bobot badan, kemungkinan mengalami
hipertensi meningkat lebih dari tiga kali lipat. Resiko itu akan terus meningkat
dengan bertambahnya bobot badan. Menurunkan bobot badan merupakan
strategi sangat efektif dlam mengatur pola hidup untuk menormalkan tekanan
darah. Bila kita berhasil menurunkan bobot badan 2,5-5 kg saja, tekanan darah
diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. Penurunan bobot badan 10 kg
dapat melipatduakan perbaikan ini.
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Ternyata, bila seseorang mendapat asupan garam secara berlebihan dalam
jangka waktu lama kemungkinannya mengalami tekanan darah tinggi juga lebih
besar. Karena itu, kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300 mg (satu
sendok teh) setiap hari. Dalam banyak penelitian diketahui, pengurangan
konsumsi garam menjadi setengah sendok teh per hari, dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2,5
mmHg. Pengaruh ini kebanyakan terjadi pada para lansia.
3. Usahakan cukup asupan kalium (potassium)
Kalium banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur mayur. Mineral ini
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak
3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup.
4. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar ketimbang
mereka yang tidak minum-minuman beralkohol. Jelaslah, kalau mereka
menghilangkan kebiasaan tersebut, tekanan darahnya akan turun.