Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“OLAHRAGA PADA HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH :
NILA ERBIANTARI (125070200111006)
DENNY (125070207111019)
DESY RACHMA PUTRI (135070218113012)
NABILA PUTRI SYAHNIAR (155070200111002)
SINDY OLIVIA ROEMAHLAISELAN (155070201111012)
ROCHIMA WACHIDATUS SHOLICHA (155070207111008)
ZACHYA ISLAMIA (155070207111007)
RATNA SAHARA SIRFEFA (155070220111001)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Penyuluhan/Topik : Olahraga pada Hipertensi


Pokok Bahasan : Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Olahraga pada hipertensi
Sasaran : Warga RW 01 Dusun Sumberjo
Waktu : Jumat, 24 Januari 2020 pukul 19.00 WIB

1. Latar Belakang
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Di Indonesia, penyakit hipertensi
memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak
dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat
dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian.
Berbagai faktor dugaan turut berperan sebagai penyebab hipertensi, yaitu faktor yang
dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Bertambahnya umur, stress psikologi,
hereditas (keturunan), disebabkan karena penyakit seperti ginjal yang tidak berfungsi,
pemakaian kontrasepsi oral sehingga terganggunya keseimbangan hormon merupakan faktor
yang tidak dapat di kontrol. Sedangkan faktor yang dapat terkontrol yaitu, kegemukan,
kurang olahraga, merokok serta mengkonsumsi alkohol dan garam yang berlebihan (Johan,
2011). Study WHO pada faktor-faktor resiko menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik
seperti duduk dalam jangka waktu yang lama saat bekerja adalah salah satu dari sepuluh
penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun
disebabkan oleh kurangnya beraktivitas fisik. Kebanyakan negara di seluruh dunia antara 60%
hingga 85% orang tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara fisik meraka (Sientia,
2012).
Olahraga merupakan aktifitas fisik yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani,
memelihara kesehatan dan memperkuat otot. Olahraga tidak hanya melibatkan sistem
muskuloskeletal saja, namun juga mengikutsertakan sistem kardiovakular, sistem respirasi,
sistem ekresi, sistem saraf dan sistem lainnya (Edwin et al, 2003).
Olahraga memiliki arti penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhkan tubuh
yang tidak sehat. Apabila olahraga dilakukan dengan takaran yang sesuai baik intensitas,
lama, dan frekuensinya maka akan memberikan hasil peningkatan kerja otot, daya tahan,
kecepatan reaksi, kemampuan pengambilan oksigen secara maksimal, menguatkan otot
jantung dan mengontrol tekanan darah serta frekuensi nadi (Edwin et al, 2003).
Latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat merilekskan
pembuluh-pembuluh darah. Banyak penelitian yang hasilnya menyatakan, latihan-latihan
olahraga secara teratur memang cepat memperbaiki tekanan darah penderita hipertensi.
Menurut penelitian sebuah pusat kebugaran di Inggris yang bekerja sama dengan federasi
jantung di negara tersebut, aerobik merupakan olahraga yang baik untuk memelihara
kesehatan kardiovaskular dan terbaik untuk hipertensi. Latihan aerobik dapat memperbaiki
performa jantung dan pembuluh darah (Lingga, 2012). Pada senam aerobik, dengan variasi
gerakan-gerakan yang banyak terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan, dapat memenuhi
CRIPE (continous, rhytmical, interval, progresif and endurance), bisa dilakukan olahraga
secara continue untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh (Baldah, 2013).
Latihan aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Baldah, 2013). Sedangkan, senam aerobik
adalah serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu
(Baldah, 2013). Senam aerobik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan
paru-paru. Senam aerobik yang paling efektif untuk penyakit hipertensi adalah senam
aerobik low impact. Senam aerobik low impact dilakukan dengan gerakan senam aerobik
benturan ringan, biasanya gerakan ini tidak membutuhkan kekuatan dan kekerasan serta
gerakannya relatif lambat (Irwansyah, 2006).
Senam aerobik low impact merupakan suatu latihan yang bersifat aerobik, yaitu ritmis
dan terus menerus dilakukan selama 30-45 menit sehingga tubuh memerlukan oksigen yang
lebih banyak dan denyut nadi meningkat. Di sini gerakan-gerakannya tanpa lompatan,
sehingga aman dilakukan untuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut dan
punggung (Malik, 2012). Untuk kebugaran tubuh, senam aerobik memberi manfaat banyak
antara lain meningkatkan daya tahan jantung, paru-paru, menguatkan otot-otot tubuh,
kelenturan dan membakar kalori (Baldah, 2013).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan masyarakat yang sadar akan pentingnya
pemahaman olahraga pada hipertensi pada warga RW 01 maka perlu diadakan
penyuluhan dan edukasi mengenai olahraga pada hipertensi.

2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada warga RT Dusun Sumberjo diharapkan seluruh
warga mampu meningkatkan pengetahuan mengenai olahraga pada hipertensi.

b. Tujuan khusus
- Mengetahui dan memahami hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita
hipertensi
- Mengetahui dan memahami olahraga pada hipertensi

3. Materi
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita hipertensi
b. Olahraga pada hipertensi

4. Implementasi
a. Metode : Ceramah
b. Media dan Alat : Leaflet
c. Waktu : Jumat, 24 Januari 2020 pukul 19.00 WIB
d. Tempat :
e. Sasaran :
f. Kegiatan Penyuluhan :
Susunan Kegiatan Peserta
No Kegiatan Pengajar Waktu Media
Kegiatan Didik
1 Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam 10 Lembar
salam ”waalaikumsalam” menit pre test
”Assalamualaikum” 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan dan
diri memperhatikan
3. Kontrak waktu 40 3. Menyetujui
menit kontrak waktu
4. Menjelaskan yang diajukan
tujuan 4. Mendengarkan
pembelajaran dan
memperhatikan

1. Memberikan 1. Meng 20 Leaflet


pretest erjakan pretest menit
2. Menjelaskan dengan seksama
mengenai hal-hal 2. Mend
yang perlu engarkan dan
diperhatikan bagi memperhatikan
penderita 3. Mend
hipertensi engarkan dan
3. Menjelaskan memperhatikan
mengenai 4. Warg
2 Isi
olahraga pada a RW 01 bertanya
hipertensi materi yang
4. Memberikan belum dipahami
kesempatan 5. Mend
warga RW 01 engarkan dan
untuk bertanya memperhatikan
5. Menjawab
pertanyaan warga
RW 01

3 Penutup 1. Mengajukan 1. Menjawab 10 Lembar


beberapa pertanyaan yang menit post
pertanyaan diajukan dengan test
tentang materi tepat
pembelajaran. 2. Mendengarkan
2. Memberikan dan
kesimpulan dari memperhatikan
pembelajaran 3. Mengerjakan post
3. Memberikan post test
test 4. Menjawab salam
4. Salam penutup penutup

5. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
- Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
- Pembuatan SAP dan leaflet dikerjakan maksimal 1 hari sebelumnya
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
b. Kriteria proses
- Warga sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan
berlangsung
- Warga mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
- Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
c. Kriteria hasil
- Warga dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
- Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
- Warga mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
- Warga terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari
kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
- Warga memahami isi materi yang ditunjukkan dengan banyaknya soal post test
yang terjawab dengan benar

6. Lampiran
a. Materi
b. Lembar pre/post test

DAFTAR PUSTAKA
Astawan M. 2017. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Diakses pada www.depkes.go.id/.
Dede Kusmana. 2002. Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sadoso Sumosardjuno. 1995. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 3. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN
A. Materi
a. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan bagi Penderita Hipertensi
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000
anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensinya di daerah luar Jawa dan Bali
lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu. Hal tersebut terkait erat dengan pola
makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa
dan Bali. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat
cara. Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi
garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat
(kurang dari 1,25 gram per hari). Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas. Cara ketiga, diet tinggi serat dan keempat, diet rendah energi (bagi yang
kegemukan) (Astawan, 2017).
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga secara rutin
dengan takaran cukup, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian:
1. Jika kelebihan berat badan
Seseorang yang mengalami kelebihan bobot badan, kemungkinan mengalami
hipertensi meningkat lebih dari tiga kali lipat. Resiko itu akan terus meningkat
dengan bertambahnya bobot badan. Menurunkan bobot badan merupakan
strategi sangat efektif dlam mengatur pola hidup untuk menormalkan tekanan
darah. Bila kita berhasil menurunkan bobot badan 2,5-5 kg saja, tekanan darah
diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. Penurunan bobot badan 10 kg
dapat melipatduakan perbaikan ini.
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Ternyata, bila seseorang mendapat asupan garam secara berlebihan dalam
jangka waktu lama kemungkinannya mengalami tekanan darah tinggi juga lebih
besar. Karena itu, kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300 mg (satu
sendok teh) setiap hari. Dalam banyak penelitian diketahui, pengurangan
konsumsi garam menjadi setengah sendok teh per hari, dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2,5
mmHg. Pengaruh ini kebanyakan terjadi pada para lansia.
3. Usahakan cukup asupan kalium (potassium)
Kalium banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur mayur. Mineral ini
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak
3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup.
4. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar ketimbang
mereka yang tidak minum-minuman beralkohol. Jelaslah, kalau mereka
menghilangkan kebiasaan tersebut, tekanan darahnya akan turun.

b. Olahraga bagi Penderita Hipertensi


Bagi penderita hipertensi faktor yang harus diperhatikan adalah tingginya
tekanan darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung,
sebab untuk mengalirkan darah saat jantung memompa maka jantung harus
mengeluarkan tenaga sesuai dengan tingginya tekanan tersebut. Jantung apabila
tidak mampu memompa dengan tekanan setinggi itu, berarti jantung akan gagal
memompa darah. Latihan olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik maupun
diastolik pada usia tengah baya yang sehat dan juga mereka yang mempunyai
tekanan darah tinggi ringan. Latihan olahraga tidak secara signifikan menurunkan
tensi pada penderita yang mengalami hipertensi berat, tetapi paling tidak
olahraga membuat seseorang menjadi lebih santai.
Pada penderita hipertensi, faktor tekanan darah memegang peranan penting
di dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga.
Beberapa pedoman di bawah ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan
berolahraga, antara lain:
1. Penderita hipertensi dikontrol tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan
darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan
tekanan diastolik tidak melebihi 100 mmHg.
2. Sebelum berolahraga, perlu mendapatkan informasi mengenai penyebab
hipertensinya. Selain itu, kondisi organ tubuh yang akan terpengaruh oleh
penyakit tersebut seperti: keadaan jantung, keadaan ginjal, keadaan mata
(untuk mengetahui derajat hipertensi), serta pemeriksaan laboratorium darah
maupun urin. Kondisi organ tersebut akan mempengaruhi keberhasilan
olahraga yang dilakukan.
3. Penderita hipertensi sebelum latihan, sebaiknya melakukan Uji Latih Jantung
terlebih dahulu dengan beban (treadmill/ ergometer) agar dapat dinilai reaksi
tekanan darah dan perubahan aktifitas listrik jantung (EKG) serta menilai
tingkat kapasitas fisik. Berdasarkan hasil Uji Latih Jantung, dosis latihan
dapat diberikan secara akurat.
4. Pada saat Uji Latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan,
sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. Obat
yang diberikan apakah sudah tepat artinya tekanan darah berada dalam
lingkup ukuran normal atau masih menunjukkan reaksi hipertensi ketika
diberikan tes pembebanan. Dokter akan berusaha mengatur kembali dosis
obat apabila belum tepat.
5. Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan
tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure). Olahraga yang tepat
adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik.
6. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat
kompetisi akan memacu emosi, sehingga mempercepat peningkatan tekanan
darah.
7. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan seperti angkat berat,
karena menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan
melonjak.
8. Tekanan darah secara teratur diperiksa sebelum dan sesudah latihan.
Olahraga pada penderita hipertensi tidak hanya ditentukan oleh denyut
jantung, tetapi juga berdasarkan reaksi tekanan darahnya.
9. Bagi penderita hipertensi ringan (tensi 160/ 95 mmHg tanpa obat), maka
olahraga disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah sampai tingkat
normal 140/ 80 mmHg.
10. Penderita hipertensi umumnya berhubungan dengan beban emosi (stress).
Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik, olahraga
pengendalian emosi seperti: meditasi, dzikir dan beribadah sesuai agama
masing-masing sangat penting dilakukan.
11. Hasil latihan jika menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis obat
yang diberikan sebaiknya dikurangi (penyesuaian) (Dede Kusmana, 2002).
Bryant Stamford, Ph.D. dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
olahraga endurance, dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada
orang yang mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan. Olahraga aerobik
menimbulkan efek seperti: beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf
simpatikus dan melambatkan denyut jantung. Olahraga juga dapat menurunkan
jumlah keluaran noradrenalin dan hormon-hormon lain yang menyebabkan stres,
yaitu yang menyebabkan pembuluhpembuluh darah menciut dan menaikkan
tekanan darah (Sadoso Sumosardjuno, 1995).
Latihan aerobik yang dilakukan agar dapat berpengaruh terhadap efisiensi
kerja jantung, sebaiknya latihan berada pada intensitas sedang yaitu denyut
jantung 150-170 per menit. Intensitas sedang kurang lebih sama dengan 70-80%
dari kapasitas aerobik maksimal (Bompa, 1994 78). Jenis olahraga yang efektif
menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang.
Salah satu contohnya, jalan kaki cepat. Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu,
dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan. Latihan olahraga bisa
menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat merilekskan pembuluh-
pembuluh darah. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat melemaskan
pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya
dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihan olahraga juga
dapat menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan produksi hormon-
hormon tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi latihan olahraga tetap cukup
aman. Catatan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi berat, misalnya
dengan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 180 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya tetap menggunakan obat-
obatan penurun tekanan darah dari dokter sebelum memulai program penurunan
tekanan darah dengan latihan olahraga.
Orang yang tidak pernah melakukan olahraga menurut penelitian Ralph
Paffenharger, Ph.D., punya risiko mendapat tekanan darah tinggi 35% lebih
besar. Hasil penelitian lain menyimpulkan orang yang tidak pernah berlatih
olahraga risikonya bahkan menjadi 1,5 kalinya. Penelitian dr. Duncan
membuktikan, latihan atau olahraga seperti jalan kaki atau joging, yang dilakukan
selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormon norepinefrin (noradrenalin)
dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang dapat menaikkan
tekanan darah. Berat badan yang berlebih juga merupakan biang keladi tekanan
darah tinggi karena orang yang kegemukan akan mengalami kekurangan
oksigen dalam darah, hormon, enzim, serta kurang melakukan aktivitas fisik dan
makan berlebihan. Terlalu banyak lemak dalam tubuh dapat menyebabkan
badan memerlukan lebih banyak oksigen. Jadi, jantung harus bekerja lebih
keras.
Kondisi penderita hipertensi secara medis berbeda dengan orang sehat.
Untuk itu, perlu olahraga yang juga dilakukan secara khusus. Latihannya harus
bertahap dan tidak boleh memaksakan diri. Gerakan dengan intensitas ringan
dapat dilakukan perlahan sesuai kemampuan. Menurut Niniek Soetini SSt Ft,
Fisioterapis Siloam Hospitals Surabaya, contoh latihan yang bisa diterapkan
setiap hari adalah sebagai berikut:
1. Pemanasan:
a) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama
dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian
dengan sisi lain.
b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan
posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan.
Rasakan tarikan bahu dan punggung.
2. Inti:
a) Lakukan gerakan seperti jalan di tempat dengan lambaian kedua tangan
searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan dan hindari
hentakan.
b) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar
bahu. Kedua kepalan tangan bertemu, dan ulangi gerakan semampunya
sambil mengatur napas.
c) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi kaki
yang searah dengan tangan sedikit ditekut. Tangan diletakkan di
pinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10 kali
hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.
d) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan kedua
tangan diangkat ke atas. Lakukan bergantian secara perlahan dan
semampunya.
e) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke samping. Kedua
tangan dengan jemari mengepal ke arah yang berlawanan. Ulangi
dengan sisi bergantian.
f) Kedua kaki dibuka lebih lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain lurus ke arah
lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan ke arah sebaliknya dan lakukan
semampunya.
3. Pendinginan:
a) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi
lainnya.
b) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke samping dengan
gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 kali hitungan lalu arahkan tangan
ke sisi lainnya dan tahan dengan hitungan sama.

B. Lembar Pre/Post Test


1. Penderita hipertensi harus mengurangi konsumsi
a. Garam
b. Gula
2. Penderita terkena hipertensi, jika tekanan darah
a. < 120/80 mmHg
b. > 120/80 mmHg
3. Penderita hipertensi harus mengurangi minuman
a. Manis
b. Alkohol
4. Frekuensi latihan bagi penderita hipertensi adalah
a. 3-5 kali/minggu
b. 10-15 kali/minggu
5. Lama latihan bagi penderita hipertensi adalah
a. 20-60 menit/latihan
b. 60-90 menit/latihan

Anda mungkin juga menyukai