A. PENDAHULUAN
Hal- hal tersebut diatas sangat berkaitan dengan tingkat efisiensi serta efektifitas yang
akan terjadi didalam proses bisnis suatu perusahaan. Oleh karenanya, sangat
dibutuhkan perhitungan serta forcasting yang tepat guna mencapai tujuan yang
dimaksud.
B. PROFIL PERUSAHAAN
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal
22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta
no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh
Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23
Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Tambahan No. 39.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para
pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal
saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di
hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H.
tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
C. PRODUK PERUSAHAAN
Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh Agus Maulana dalam bukunya yang
berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen”,pengertian efisiensi adalah sebagai
berikut:
“Efisiensi diartikan sebagai kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus
dicapai oleh perusahaan”. (Agus Maulana, 1997:46)
“ Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-
buang waktu,tenaga dan biaya)”. (1995 : 250)
Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi
dan manajemen, diantara adalah pengertian Efisiensi menurut Malayu S.P Hasibuan
yaitu :
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu),
maka efektifitas tidak tercapai.
Jadi efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan
dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh
jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan,
maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
BIAYA- BIAYA
Biaya adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi laba. Jika biay lebih
besar dari pada pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetepi jika
biaya lebih kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mengalami untung.
“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Dalam arti sempit Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva.” (2000:8)
“Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan. Biaya dogolongkan kedalam harga pokok penjualan, biaya administrasi
dan umum, biaya bunga dan biaya pokok persediaan”. (1999:16)
Dari pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang yang digunakan
untuk memperoleh manfaat atau keuntungan tertentu.
Menurut Ahyari ( 2003 : 261 ), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan di dalam suatu perusahaan terdiri
dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap
persediaan.
a. Biaya Pemesanan
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau
holding cost.
Biaya tetap persediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya
prsediaan bahan di dalam perusahaan yang tidak terkait , baik dengan frekuensi
pembelian maupun jumlah unit yang disimpan di dalam perusahaan tersebut.
Beberapa contoh dari biaya tetap
Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus
keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga
berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke
konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang dan pembuangan.
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia
material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000,
h198)
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur
second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua
jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam
upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
Aktivitas/Fungsi
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi,
jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai. Beberapa model
telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur
pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model
manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai.
Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF).
Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
Strategis
Taktis
Operasional
Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari
sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak di dalam rantai
suplai haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya
penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar
bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering
digunakan ialah synchronous. (Knill, 1992)
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai
suplai yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan
respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen
membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan suplai.
Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan
penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir,
kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai
konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai
jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari
proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan
peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai
suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.
F. KESIMPULAN
1. Supplay chain management PT Unilever, tbk mampu mengelola
Supplay chain management dengan baik sangat efektif dan efisien
dalam memastikan produk sampai dengan cepat sampai ditangan
konsumen dengan pengeluaran biaya-biaya yang tetap murah.
2. PT Unilever, tbk sebagai produsen consumer goods besar di Indonesia
sangat jeli dalam mengelola inventory sehingga keuntungan
perusahaan terus meningkat.
REFERENSI
https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/
http://globallavebookx.blogspot.com/2014/07/pengertian-efisiensi-menurut-para-
ahli.html
http://maylanisusanti.blogspot.com/2013/04/efektivitas-efisiensi-
produktivitas_27.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
MANAJEMEN INVENTORY
Oleh
MAGISTER MANAJEMEN
2015