Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DASAR DAN MENENGAH

(Kajian Pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata


Kuliah Kebijakan Pendidikan Semester VI

DOSEN PEMBIMBING
Mhd. Subhan, S.Pd, M.Ed. Chat.

Disusun Oleh:

Kelompok III
LISDARTINA : 11713200469
MELA JULITA ANDANI : 11713200558
SRI WAHYUNI : 11713202374

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


KONSENTRASI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur
kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Tak lupa kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada mata kuliah Kebijakan Pendidikan. Dalam tugas
ini kami akan membahas mengenai “Analisis Kebijakan-Kebijakan Dasar dan Menengah”.

Dengan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
kami terutama kepada dosen mata kuliah Kebijakan Pendidikan selaku pembimbing kami. Kami
menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.

Akhir kata, Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Wasaalamu’alaikum wr.wb.

Pekanbaru, 16 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan ..................................................... 3


B. Pendidikan Dasar ............................................................................... 3
C. Pendidikan dasar di masa depan ........................................................ 5
D. Pendidikan menengah ........................................................................ 6
E. Analisis kebijakan-kebijakan dasar dan menengah ........................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki fungsi yang hakiki dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang akan menjadi actor actor dalam menajalankan fungsi dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti bidang kependudukan, politik, ekonomi, ketenagakerjaan, dan
sosial budaya. Hubungan antara pendidikan dan bidang-bidang kehidupan diluar
pendidikan, perlu dibahas agar terjadi sinergi antara sistem internal pendidikan dan faktor
eksternal tersebut.
Tantangan masa depan bagi sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata
menyangkut bagaimana meningkatkkan pendidikan secara internal, tetapi juga bagaimana
meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan bidang-bidang kehidupan lain. Tuntutan
yang paling mendesak dalam memacu pembangunan pendidikan yang bermutu dan
relevan ialah meningkatkan kamampuan dalam melakukan analisis kebijakan.
Para analis kebijakan dalam bidang pendidikan tidak hanya dituntut untuk
menguasai teknik-teknik penelitian dan pengembangan, tetapi juga dituntut untuk
menguasai isu-isu pendidikan yang relevan, baik isu pendidikan secara internal maupun
isu-isu pendidikan dalam kaitannya secara lintas sektoral. Isu pendidikan secara eksternal
juga penting untuk terus dikaji oleh para analis kebijakan, menyangkut keterkaitan yang
intergral antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat sebagai stakeholders pendidikan,
dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial budaya, ketenagakerjaan, dan
lingkungan hidup. Penguasaan terhadap isuisu pendidikan, baik secara internal maupun
eksternal, perlu dibentuk oleh suatu keolompok analis kebijakan pendiidkan yang
memiliki latar belakang pendidikan secara interdisipliner.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan pendidikan ?
2. Apa pengertian pendidikan Dasar ?
3. Bagaimana pendidikan Dasar di masa depan ?

1
4. Apa pengertian pendidikan menengah ?
5. Bagaimana analisis kebijakan-kebijakan dasar dan menengah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kebijakan pendidikan
2. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan Dasar
3. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Dasar di masa depan
4. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan menengah
5. Untuk mengetahui bagaimana analisis kebijakan-kebijakan dasar dan menengah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan pendidikan


Kebijakan (policy) seringkali disamakan dengan istilah seperti politik, program,
keputusan, undang- undang, aturan, ketentuan- ketentuan, kesempatan, konvensi, dan
rancangan strategis. Definisi kebijakan pendidikan salah satu kebijakan Negara
memberikan pengertian kebijakan pendidikan (educational policy) sebagai suatu
pertimbangan yang didasarkan atas system nilai dan beberapa penilaian atas factor- factor
yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
mengoprasikan pendidikan yang bersifat melembaga.
Sedangkan pendidikan adalah tanggung jawab bersama Antara orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Dengan dasar kata- kata bijak itu, maka perbaikan kualitas
pendidikan di Indonesia menjadi beban bersama Indonesia menjadi beban bersama orang
tua, masyarakat, undang- undang No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan yang
dapat dilakukan oleh masyarakat, pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
pendidikan. 1
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu produk ang
dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal- netral dan
disukai dengan lingkungan hidup pendidikan secara moderat.

B. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak- anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang
pendidikan menengah. Priode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Diakhir masa
pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari ujian (UN). Kelulusan
UN menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya
(SMP/MTs). Selain itu, pengembangan secara mikro harus selalu memperhitungkan
individu peserta didik pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dengan demikian
pemikiran dalam penataan dan pengembangan pendidikan dasar dan menengah.
1
Aminuddin Bakry, Kebijakan pendidikan senbagai kebijakan publik, (Makasar:Universitas Negara
Makasar, 2010), Jurnal, h.24-26

3
Komisi pendidikan untuk abad ke-21 melihat bahwa pendidikan dasar masa depan
merupakan sebuah “paspor” untuk hidup. Pendidikan dasar untuk anak dikonsepsikan
sebagai pendidikan awal untuk setiap anak (formal atau non formal) yang pada
prinsipnya berlangsung dari usia sekitar 3 tahun sampai dengan sekurang- kurangnya
berusia 12 tahun sampai 15 tahun.
Bentuk- bentuk pendidikan dasar formal yang menyelengarakan program wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. SD/SMP Biasa, yaitu SD/SMP yang di selenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat dalam situasi yang normal
2. SD/SMP Kecil, yaitu SD/SMP negeri yang diselenggarakan di daerah yang
berpenduduk sedikit dan memenuhi persyaratan yang berlaku
3. SD/SMP Pamong, yaitu SD negeri yang didirikan untuk memberikan
pelayanan pendidikan bagi anak putus SD /SMP dan atau anak lain yang tidak
dapat datang secara teratur untuk belajar disekolah
4. SD/SMP Terpadu, yaitu SD/SMP negeri yang menyelenggarakan pendidikan
untuk anak yang menyandang kelainan fisik dam atau mental bersama anak
normal dengan mempergunakan kurikulum yang berlaku disekolah
5. Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Tsanawiyah, yaitu SD/SMP yang berciri khas
agama islam yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat, dibawa
bimbingan Depertemen Agama
Upaya perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan dasar di Indonesia telah
dilaksanakan secara formal sejak tahun 1984 untuk tingat SD, dilanjutkan pada tahun
1994 untuk pendidikan dasar 9 tahun. Hasil yang dicapai cukup memuaskan dengan
ditunjukan dengan meningkatnya APK (Angka Partisipasi kasar) dan APM (Angka
Partisipasi Murni) SD/MI dan SMP/MTs. Namun akibat krisis ekonomi dan terjadinya
konflik sosial diberbagai daerah yang mengganggu program- program pendidikan dasar,
maka angka partisipasi menjadi terganggu.2
Sejak berlakunya undang- undang nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui
dengan undang- undang nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi daerah, maka

2
Udin, problematika keberlangsungan pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar, (Bogor:
Universitas Riau Pekanbaru, 2017) h.8-9

4
pengelolaan teknis oprasional penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia menjadi
tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan kabupaten/kota, kecuali pengelolaan
RA/MI/MTs. Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pendidikan
dasar, Antara lain mencakup : standar isi kurikulum, standar lulusan, standar pengelolaan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan fasilitas belajar, standar
pembiayaan, dan standar penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
C. Pendidikan Dasar di Masa Depan
Konsep dasar dan esensi pendidikan dasar yang dimiliki para pengambil
keputusan kebijakan pendidikan dasar pada tingkat nasional, regional maupun
Kabupaten/kota, dan pengelolaan pendidikan dasar pada tingkat suatu pendidikan dasar
di masa depan. Program belajar atau kurikulum pada setiap jenis atau pendidikan dasar di
masa depan dirancang dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan
dasar.
Konsep dasar yang komprehensif dan luas tentang fungsi pokok pendidikan dasar
tidak hanya diperguirukan untuk masyarakat, tetapi hendakna tujuan pada suatu kajian
tentang praktek dan kebijakan pendidikan dasar pada tingkat awal dari semua Negara
yang memberikan suatu landasan yang mantap bagi praktek didik masa depan, dan
sekaligus mengembangkan keterampilan hidup (life skills) yang esensial untuk
menghidupi sebuah kehidupan yang kontruktif dan masyarakat.
Dalam mengahapai harapan dan tantangan masa depan yang lebih baik,
pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan baik bagi perkembangan pribai maupun
perkembangan masyarakat. Misi pendidikan, termasuk pendidikan dasar, adalah
memungkinkan setiap orang, tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua baik
individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya.
Untuk tercapainya pendidikan yang bermutu untuk seluruh lapisan peserta didik
pendidikan dasar, maka program belajar harus dirancang sebagai keseluruhan dari
penawaran lembaga pendidikan (sekolah) termasuk kegiatan di luar kelas/sekolah dengan
rangkaian mata pelajaran dan kegiatan yang terpadu. 3

3
Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional

5
D. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah nasional yang berdasarkan pancasila dan undang- undang
Negara kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional sebagai tercantum dalam undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
(BSNP, 2006).

Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,


peningkatan mutu dan relevansi serta efesiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan berbasis potensi
sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efesiensi manajemen pendidikan dilakukan
melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terancam, terarah, dan perkesinambung (Permen No. 22 Tahun 2006).
4

4
Sahlan Syafei, Bagaimana anda Mendidik Anak, (Bogor: Ghalia Indonesia), h.14

6
E. Analisis Kebijakan-kebijakan Dasar dan Menengah
Setiap produk kebijakan harus memperhatikan substansi dari keadaan sasaran dari
kebijakan. Proses pembuatan kebijakan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh lingkungan
sekitarnya. Kebijakan publik pasti akan pasti akan dibentuk dan membentuk lingkungan
sekitarnya, dimana terjadi interaksi antara lingkungan kebijakan dan kegiatan kebijakan
publik itu sendiri yang memiliki hubungan yang saling mempengaruhi.
Sistem kebijakan itu sendiri mengandung tiga elemen yang memiliki hubungan
timbal balik, yaitu: (1) kebijakan (2) pelaku kebijakan (3) lingkungan kebijakan.
Kebijakan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang harus ditaati oleh semua pihak
yang terkait dengan peraturan atau kebijakan. Seperti halnya kebijakan tentang rintisan
wajib belajar 12 tahun yang dikeluarkan pemerintah, harus ditaati oleh pihak-pihak yang
terkait dengan kebijakan.
Faktor-faktor internal dalam implementasi kebijakan rintisan wajib belajar 12
tahun yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
6. Sember daya organisasi pelaksana
7. Komunikasi dan koordinasi
8. Komitmen pelaksana
9. Dukungan struktur birokrasi

Sedangkan faktor eksternalnya yaitu:

1. Pengaruh kondisi ekonomi masyarakat


2. Pengaruh lingkungan dimana masyarakat berada
3. Pengaruh budaya masyarakat
4. Ketersediaan jenis/jenjang satuan pendidikan

Wajib belajar 12 tahun sebenarnya diawali dari program wajib belajar 9 tahun dan
pelaksanaannya telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal Mei
1994. Bentuk-bentuk satuan pendidikan untuk membantu menuntaskan program wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia terdiri atas 10 wahana dan empat rumpun,
baik pada tingkat SD maupun SMP, yaitu:

7
1. Rumpun SD dan SMP yang terdiri atas SD dan SMP biasa, SD dan SMP kecil, dan
SD dan SMP Pamong
2. Rumpun SD dan SMP Luar biasa yang terdiri atas SD dan SMP Luar biasa, SDLB
dan SMPLB serta SD dan SMP Terpadu.
3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas Program Kelompok Belajar Paket
A dan ( Kejar Paket A untuk setingkat SD dan Kejar Paket B untuk setingkat SMP),
serta Kursus persamaan SD dan SMP;
4. Rumpun Sekolah Keagamaan yang terdiri atas Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Pondok Pesantren.

Bentuk satuan pendidikan dasar formal yang menyelenggarakan program wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. SD/SMP Biasa, yaitu SD/SMP yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat dalam situasi yang normal;
2. SD/SMP Kecil, yaitu SD/SMP negeri yang diselenggarakan di daerah yang
berpenduduk sedikit dan memenuhi persyaratan yang berlaku;
3. SD/SMP Pamong, yaitu SD negeri yang didirikan untuk memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak putus SD/SMP dan/atau anak lain yang tidak dapat datang
secara teratur untuk belajar di sekolah;
4. SD/SMP Terpadu, yaitu SD/SMP negeri yang menyelenggarakan pendidikan untuk
anak yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental bersama anak normal dengan
mempergunakan kurikulum yang berlaku di sekolah.
5. Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Tsanawiyah, yaitu SD/SMP yang berciri khas agama
Islam yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat, di bawah bimbingan
Departemen Agama
6. Kelompok belajar Paket A dan Paket B yang diselenggarakan pada berbagai satuan
pendidikan seperti di PKBM dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

Pada tingkat pusat, pengelolaan dan pembinaan pendidikan dasar dilakukan oleh
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam hal ini Direktorat
Pembinaan TK/SD untuk satuan pendidikan TK dan SD, dan Direktorat Pembinaan SMP
untuk satuan pendidikan SMP. Sedangkan pembinaan program Pendidikan Anak Usia

8
Dini, Paket A, dan Paket B dilksanakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah.
Selain itu, pembinaan satuan pendidikan RA, MI, dan MTs dilaksanakan oleh Direktorat
Pembinaan Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam, Departemen Agama.
Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pembinaan pendidikan dasar dilaksanakan
oleh Sub Dinas Pendidikan Dasar, dan Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah di
lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota masing-masing. Selain itu,
Kantor Departemen Agama tingkat provinsi dan kabupaten/kota melalui Bidang
Pembinaan. Madrasah melaksanakan pembinaan satuan pendidikan Roudlatul Atfal (RA),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan wajib belajar 9 mendorongnya untuk
melakukan rintisan program Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar
belajar 12 tahun sebagai kesinambungan program wajib belajar 9 tahun, Maksud
pelaksanaan wajib belajar 12 tahun adalah: memberikan kesempatan belajar kepada anak
usia sekolah dari keluarga tidak mampu (sangat miskin, miskin, mendekati miskin) agar
dapat melanjutkan ke sekolah jenjang SMA sederajat. Sedangkan tujuaannya adalah:
1. Mencegah siswa putus sekolah pada jenjang Pendidikan Menengah
(SMA,SMALB,SMK, dan MA Negeri dan Swasta) di Kabupaten madiun.
2. Menampung Lulusan SMP/MTs/SMPLB atau yang sederajat agar melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
3. Membantu siswa yang mengalami kesulitan baik disebabkan oleh kondisi ekonomi,
geografis, maupun alasan sosial lainnya serta meningkatkan Angka Partisipasi Kasar
sekolah Menengah.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan adalah serangkaian, rencana, program-program yang dibuat untuk
menjadi pedoman ketika melakukan kegiatan atau mengambil keputusan dimasa
kebijakan tersebut memiliki sanksi jika tidak dilaksanakan. Sementara kebijakan
pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dijabarkan didalam kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan dibuat untuk
memeberikan masukan- masukan baru yang dilakukan oleh pemerintah supaya
pendidikan Indonesia selalu mengikuti perkembangan zaman, seperti kebijakan yang
dikeluarkan oleh mentri pendidikan.
Banyak sekali undang- undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
salah satunya undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan
Nasional. Jadi menurut kami konsep dasar dari kebijakan pendidikan dasar dan
menenggah adalah untuk meujudkan peserta didik menjadi siswa yang berguna bagi Nusa
Bangsa dan Agama, serta menjadi anak anak bangsa apa yang diinginkan oleh
pemerintah dan masyarakat.

A. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya dalam penyusunan,
makalah ini masih banyak kata- kata atau penyampaian yang kurang jelas serta dalam
penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran sangatlah kami harapkan untuk menjadikan pelaran pada masa yang akan
datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, A. (2010). Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Makasar: Universitas


Negara Makasar.

Syafei, S. (2018). Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia Indonesia.

Udin. (2017). Problematika Kebelangsungan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar.
Bogor: Universitas Riau Pekanbaru.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

11

Anda mungkin juga menyukai