Ulat Kantong PDF
Ulat Kantong PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Bilateria
Phylum : Arthropoda
Sub Phylum : Mandibulata
Klas : Insecta
Sub Klas : Dicondylia
Ordo : Lepidoptera
Famili : Acrolophidae
Genus : Metisa
Spesies : Metisa plana
4
2.2. Siklus Hidup dan Morfologi Ulat Kantong (M. plana)
Ciri khas utama dari Ulat Kantong adalah hidupnya di dalam sebuah
bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan-potongan daun,
tangkai, dan bunga tanaman inang di sekitar daerah serangan. Ciri khas yang
lain dari Ulat Kantong yaitu pada bagian tubuh dewasa betina kebanyakan
spesies Ulat Kantong mereduksi dan tidak mampu untuk terbang. Jantan
memiliki sayap dan akan mencari betina karena bau feromon yang
dikeluarkan betina menarik serangga jantan (Utomo, 2007).
Daun yang diserang Ulat Kantong (M. plana) dapat menjadi kering seperti
terbakar karena ulat pada saat memakan daun mengeluarkan cairan yang
bersifat racun. Data morfologi dan biologi dari Ulat Kantong hampir sama
dengan (Crematopsyhe pendula). Kupu-kupu jantan saja yang bersayap
dengan rentangan sayap 17-20 mm, berantena panjang dan berbulu.
Sayapnya cokelat hampir hitam. Kupu betina bentuknya seperti ulat.
Ulatnya mencapai panjang 12 mm, hidup dalam kantong yang panjangnya
16-17 mm. (SPO PT. Perkebunan Nusantara IV, 2007). Berikut ini adalah
siklus hidup hama Ulat Kantong (M. plana).
5
2.2.1. Telur
Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk seperti tong yang mempunyai
lapisan korion yang halus. Telur akan berubah warna menjadi kecokelatan
menjelang penetasan dan masa inkubasinya adalah 19,7 ± 0,3 hari.
Produktivitas betina pada pembiakan di laboratorium lebih tinggi daripada
betina yang hidup di alam bebas (158 ± 10,3 vs 99,9 ± 5,7 telur per betina),
masih lebih rendah daripada spesies Famili Psychidae yang lain (Basri dan
Kevan dalam Susanto, 2012).
2.2.2. Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih kecokelatan. Dengan benang air
liurnya, larva akan keluar dari kantong dan bergantungan mencari sasaran,
kadang-kadang larva tetap berkelompok disekitar kantong induknya.
Pembentukan kantong hampir sama pada semua instar. Setelah penetasan,
instar pertama berada pada kantong pupa induk dan keluar dari bagian
6
anterior kantong. Kemudian larva tersebut memotong jaringan dari
permukaan daun, kemudian dikaitkan satu sama lain dengan sutra. Seperti
halnya dengan Ulat Kantong yang lain, pengenalan instar dibuat dengan
mengukur lebar kapsul kepala larva (Basri dan Kevan dalam Susanto,
2012).
Adapun ciri khas masing-masing instar menurut (Basri dan Kevan dalam
Susanto, 2012) adalah sebagai berikut :
Foto : Susanto
2.2.3. PupaGambar 2.3. Instar Larva Metisa plana
Keterangan : (a) Instar I, (b) Instar II, (c) Instar III, (d) Instar IV, (e) Instar V,
7
Ulat berkepompong menjadi pupa. Pada masa kepompong kantung ini
menggantung di permukaan bawah helaian daun dengan benang
penggantungnya berbentuk kait pada Ulat Kantong (M. plana). Siklus
hidupnya 3 bulan dimana stadia telur 18 hari, ulat 50 hari (4-5 instar) dan
berkepompong 25 hari. Tingkat populasi kritis pada pelepah daun adalah
5-10 ulat/pelepah (Lubis, 2008).
Foto : Susanto
Gambar 2.4. Pupa Metisa plana; (a) Pupa Jantan, (b) Pupa Betina
8
2.2.4. Imago/Dewasa
Imago jantan dewasa hama Ulat Kantong mempunyai sayap seperti kupu-
kupu, sehingga dapat terbang. Sedangkan imago betina tidak mempunyai
sayap, sehingga tetap tinggal didalam kantong. Imago betina dapat hidup
selama 7 hari dan dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir serta
akan mati setelah telur menetas. Sedangkan imago jantan memiliki rentang
sayap hingga 12-20 mm dan dapat terbang. Sayap berwarna cokelat
kehitaman dan dapat hidup selama 1-2 hari dalam kondisi laboratorium
untuk melakukan kopulasi. Imago jantan akan mendatangi imago betina
untuk melakukan perkawinan (Susanto, 2012).
Foto : Susanto
Gambar 2.5. Imago Metisa plana
9
2.3. Gejala Kerusakan Hama Ulat Kantong (M. plana)
2.3.1. Gejala Proses Serangan
Serangan Ulat Kantong ditandai dengan kenampakan tajuk tanaman yang
kering seperti terbakar dan menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat
mencapai 46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan
Ulat Kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman
dengan umur lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari
kemudahan penyebaran Ulat Kantong pada tanaman yang lebih tua karena
antar pelepah daun saling bersinggungan (Utomo, 2007).
Hama Ulat Kantong mulai menyerang dari tengah daun sehingga daun
berlubang-lubang, kerusakan yang disebabkannya dalam bentuk bercak-
bercak nekrotis (hangus), karena banyak daun menjadi kering. Ulatnya
kecil tetapi serangannya lebih berat karena ulat memakan dan cepat
berpindah-pindah (Husairi, 2002)
10
Foto : Susanto
Gambar 2.6. Gejala Serangan Metisa plana
2.3.2. Kriteria Serangan
Kriteria serangan digunakan untuk mengetahui tingkat serangan dari hama
dan juga untuk menentukan tindakan pengendalian yang harus dilakukan
untuk menurunkan tingkat serangan. Adapun kriteria tingkat serangan Ulat
Kantong M. plana menurut (Sulistyo, 2010) adalah :
1. Ringan : bila terdapat <3 ekor Ulat Kantong perpelepah
2. Sedang : bila terdapat 3-5 ekor Ulat Kantong perpelepah
3. Berat : bila terdapat >5 ekor Ulat Kantong perpelepah
2.3.3. Kerugian Serangan Hama Ulat Kantong
Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) merupakan hama utama pada
perkebunan Kelapa Sawit dan menimbulkan kerugian. Serangan Ulat
Kantong (M. plana) mengakibatkan Kelapa Sawit kehilangan daun dan
akhirnya akan menurunkan produksi Kelapa Sawit. Hasil simulasi
percobaan kerusakan daun yang dilakukan pada Kelapa Sawit berumur 8
tahun, diperkirakan mengalami penurunan produksi sebesar 30%-40%
dalam 2 tahun setelah terjadinya kehilangan daun sebesar 50%. Pada
tanaman Kelapa Sawit yang berumur 2 tahun dan 1 tahun, masing-masing
akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar 12%-24% dan <4% pada
2 tahun pasca serangan (Prawirosukarto, 2002).
11
2.4. Metode Pengendalian Hama Ulat Kantong (M. plana)
Ulat Kantong termasuk hama yang relatif sulit dikendalikan karena larva
berada didalam kantong sehingga apabila tidak tepat waktu,aplikasi
insektisida akan terhalang oleh kantong tersebut. Selain itu kesulitan yang
terjadi adalah banyaknya insektisida yang sudah dilarang. Oleh karena itu
teknik pengendalian harus tepat waktu. Perkembangan Ulat Kantong
dipantau dari kantong dengan melihat sebagian pelepah yang terserang Ulat
Kantong. persebaran Ulat Kantong yang relatif lama, maka strategi yang
ditempuh biasanya dilakukan pengendalian yang dimulai dari bagian luasan
terluar yang terserang hama ini, dan selanjutnya menuju pusat serangan Ulat
Kantong (Susanto, 2012).
12
2.4.2. Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara memungut ulat
satu per satu (Handpicking), mengumpulkannya, terutama pada tanaman
yang masih muda yang tingginya masih terjangkau oleh tangan. Agar
populasi ulat terkendali, pemungutan harus dilakukan secara rutin dua kali
seminggu (Hadi, 2004).
13
Cara Kerja :
a. Tim terdiri dari 2 orang, 1 orang (laki-laki) sebagai operator alat dan 1
orang (perempuan) sebagai aplikator insektisida dengan menutup lubang
menggunakan daun Kelapa Sawit setelah aplikasi insektisida.
b. Lubang bor dibuat pada ketinggian ±50 cm (tergantung dari umur
tanaman dengan kemiringan lubang 450. Untuk tanaman yang berumur
<7 tahun, insektisida diaplikasikan dalam 2 lubang yang berseberangan.
c. Pada saat tanaman sudah berumur di atas 7 tahun, kanopi sudah tinggi
sehingga aplikasi insektisida dengan cara penyemprotan tidak bisa
dilakukan. Pengaplikasian insektisida dengan cara injeksi batang akan
member hasil yang lebih efektif dan efisien.
14