Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menuntun penulis untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “Ikan Patin”. Dimana makalah ini merupakan dalam
rangka penyelesaian tugas mata pelajaran Prakarya di kampus MA. Al Muthohhar Plered
Kabupaten Purwakarta
Dalam makalah yang bertemakan tentang penjelasan tentang ikan patin dari mulai
klasifikasi dan morfologi ikan patin, syarat hidup, pembenihan sampai dengan cara budidaya
ikan patin, kami ingin mengulas dan membahas lebih jauh mengenai budidaya ikan patin.
Mengingat pentingnya pembelajaran tentang aspek-aspek tersebut untuk membantu
kedepannya dalam pengembangan lebih lanjut dari dari budidaya ikan patin di indonesia.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat celah kekurangan
dalam segi apa pun, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
demi perkembangan yang progesif untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam masyarakat Indonesia maupun dunia.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin............................................................... 2
B. Pembenihan Ikan Patin..................................................................................... 2
C. Syarat Lokasi Pembenihan............................................................................... 3
D. Komponen Pembenihan................................................................................... 3
E. Teknologi Pemeliharaan Induk Ikan Patin....................................................... 4
F. Pemijahan......................................................................................................... 4
G. Penetasan dan Pendederan................................................................................ 5
H. Pemeliharaan Larva dan Benih......................................................................... 6
I. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin...................................................... 6
J. Kualitas Air...................................................................................................... 7
K. Penyakit............................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang memilikipeluang ekonomi
untuk dibudidayakan. Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena
pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Rasa daging ikan patin
yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan
patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan Patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu
jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan
Patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat
asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan
Patin mulai dibudidayakan di kolam, keramba maupun bak dari semen. Permintaan
ikan Patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk
menekuni usaha di bidang budidaya ikan Patin ini. Dengan permintaan yang demikian
meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya
ikan Patin secara lebih intesnsif
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi ikan patin?
2. Bagaimana cara pembenihan ikan patin?
3. Bagaimana syarat dan komponen pembenihan ikan patin?
4. Bagaimana teknnologi pemeliharaan induk ikan patin?
5. Bagaimana cara penetasan dan pendederan?
6. Bagaimana pemeliharaan larva dan benih ikan patin?
7. Apa kebiasaan makanan ikan patin?
8. Bagaimana kualitas air dan macam penyakit ikan patin?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi ikan patin
2. Untuk mengetahui cara pembenihan ikan patin
3. Untuk mengetahui syarat dan komponen pembenihan ikan patin
4. Untuk mengetahui teknnologi pemeliharaan induk ikan patin
5. Untuk mengetahui cara penetasan dan pendederan
6. Untuk mengetahui pemeliharaan larva dan benih ikan patin
7. Untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan patin
8. Untuk mengetahui kualitas air dan macam penyakit ikan patin
iii
BAB II
PEMBAHASAN
iv
Pembenihan adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam pematangan gonad,
pemijahan dan pembesaran larva hasil penetasan sehingga menghasilkan benih yang
siap ditebar di kolam, keramba atau ditebar kembali keperairan umum. Secara umum
pembenihan pada ikan dapat dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pembenihan secara alami adalah kegiatan untuk memproduksi benih yang
diperoleh semata-mata dari hasil pemijahan induk ikan yang ada di alam tanpa
ada campur tangan manusia.
b. Pembenihan secara semi alami atau semi buatan adalah kegiatan untuk
memproduksi benih yang sebagian dari kegiatan tersebut sudah ikut campur
tangan manusia.
c. Pembenihan secara buatan adalah kegiatan untuk memproduksi benih yang
semua kegiatannya adalah campur tangan manusia.
Pembenihan menyangkut dua hal yaitu ”Breeding dan Seeding”. Breeding yaitu
segala perlakuan atau treatmen terhadap induk sehingga menghasilkan larva.
Sedangkan Seeding adalah penanganan mulai dari larva sampai dengan benih yang
siap untuk di pasarkan (Hayati, 2004).
D. Komponen Pembenihan
Pemijahan buatan atau kawin suntik dapat
dilakukan apabila induk telah matang gonad,
langkah selanjutnya adalah penyuntikan hormon,
menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik
penyuntikan dapat dibagi tiga yaitu :
v
Penyuntikan di dalam otot yaitu jarum suntik tersebut di arahkan ke dalam
otot punggung bagian belakang yang kemiringan jarum suntik 45 derajat, penyuntikan
pada rongga perut ini yaitu ikan tersebut dibaringkan dan disuntik dari arah samping
perut diantara rongga tulang perut, dan pada penyuntikan pada rongga otak melalui
tulang occipital bagian yang tipis ini yaitu jarum suntik diantara tulang pangkal kepala
dan tulang pangkal punggung ikan.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu : Faktor eksternal meliputi : suhu, curah hujan, intensitas cahaya, dan
sebagainya dan Faktor internal meliputi : kematangan gonad, ketersediaan hormon,
dan hormon gonadotropik.
F. Pemijahan
Pemijahan adalah suatu proses
pengeluaran sel telur oleh induk ikan betina
dan sperma oleh induk jantan yang kemudian
diikuti dengan pembuahan. Pemijahan dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu : pemijahan alami,
pemijahan semi alami, dan pemijahan buatan.
Ikan patin hanya dapat dipijahkan secara buatan
(Hayati, 2004).
Hernowo (2001) menyatakan bahwa, pemijahan buatan dapat dilakukan
dengan cara menstriping atau mengurut perut sampai ke arah lubang kelamin induk
jantan dan induk betina. Agar telur dan sperma dari induk-induk yang telah disuntik
vi
tersebut dapat dikeluarkan. Proses penstripingan ini dapat dilakukan beberapa jam
setelah penyuntikan.
Pembuahan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma yang diaduk
secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang 2 menit dan
kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih (aquades) untuk menghilangkan
lendir. Agar daya rekat telur hilang dan menghindari penggumpalan pada telur, maka
dilakukan pencucian dengan emulsi lumpur yang terlebih dahulu telah dipanaskan
pada suhu 1000 C guna menghindari penyakit (Khairuman dan Suhenda, 2002).
vii
dilakukan dengan cara memasukkan air segar ke tempat penetasan sehingga akan
menstabilkan suhu air.
H. Pemeliharaan Larva dan Benih
Pendederan merupakan kegiatan
pemeliharaan larva ikan patin dari umur 14
hari sampai ukuran benih berkisar ukuran
5-10 cm yang siap untuk dibesarkan.
Kegiatan pendederan meliputi persiapan
kolam, penebaran benih, pengelolaan rutin
dan pemanenan (Arie, 1996).
Pemeliharaan di kolam pendederan
berlangsung selama 14 hari. Kemudian dipanen dengan cara menyurutkan air kolam
secara perlahan-lahan sampai mencapai ketinggian tertentu. Benih diambil sedikit
demi sedikit dan ditampung d i bak penampungan. Benih yang berumur 14 hari
ini biasanya sudah berukuran 1-2 inci (Pataros dan Sitasit, 1976).
Hardjamulia (1975) menyatakan bahwa penebaran benih sebaiknya dilakukan
pada pagi hari dengan padat penebaran 100 ekor/m2. Pengontrolan dilakukan setiap
hari untuk memantau keadaan kolam, air masuk, hama dan penyakit.
Pemeliharaan larva dilakukan dengan pemberian makanan, penggantian air,
pemberian aerasi, dan penyiponan untuk pembuangan makanan yang tersisa atau
kotoran dan bangkai larva. Makanan diberikan setelah larva berumur 5-7 hari sejak
menetas, jenis makanan yang diberikan adalah makanan alami berupa plankton
hewani atau nabati yang diambil dari perairan (Puspowardoyo dan Djarijah, 2003).
viii
2) Benih berumur 30 hari dapat diberikan pakan berupa tubifex yang dikombinasikan
dengan pakan pellet serbuk
3) Patin dewasa dapat diberi pakan berupa pellet tenggelam.
J. Kualitas Air
Air sebagai media hidup haruslah diperoleh dengan mudah dan mengalir
dalam sejumlah yang cukup sepanjang tahun dengan kualitas yang baik, namun
jumlah tidak boleh berlebihan yang dapat mengakibatkan banjir (Suseno, 1977).
Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan
pertumbuhan larva. Menurut Sulistidjo, Nondji, dan Soergiarto (1980), rendahnya
reproduksi benih ikan karena sifat fisika kimia air yang digunakan pada tempat
pembenihan kurang baik. Beberapa parameter fisika dan kimia perairan yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan adalah suhu, konsentrasi oksigen terlarut,
karbondioksida, amoniak, pH, alkalinitas dan kekeruhan.
Dalam proses pembenihan ikan patin air yang digunakan sebaiknya air yang
tidak mengandung racun (sumber air bisa diperoleh dari air tanah, air sungai, air
danau atau waduk dan sebelum air tersebut digunakan terlebih dahulu air diendapkan
atau didiamkan lebih kurang 1 hari agar unsur-unsur kimia dan bakteri yang
terkandung di dalamnya tidak terbawa pada saat digunakan di wadah atau akuarium.
K. Penyakit
Gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh
ikan. Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan, periode pemeliharaan lebih
lama, tingginya konfersi makanan pada padat penebaran yang lebih rendah dan
hilangnya atau menurunnya produksi. Penyakit dapat disebabkan antara lain karena
stress, organisme pathogen, perubahan lingkungan, factor racun dan kekurangan
nutrisi.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu
penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non
infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit,
bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi
adalah keracunan dan kekurangan gizi. Parasit dapat dikendalikan dengan metil biru
atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air).
Pengendalian jamur menggunakan malachyt green oxalate sejumlah 2-3 g/m air (1
liter) selama 30 menit. Sedangkan penyakit bakteri dapat dibasmi dengan merendam
ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60 menit,
merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12-24 jam atau merendam
ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
ix
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Budidaya ikan patin yang dilakukan pada praktikum budidaya hewan dan
tanaman adalah pembesaran di dalam kolam dengan dasar keramik. Selama
pembesaran, dilakukan perawatan dan pengukuran pertumbuhan meliputi panjang dan
bobot ikan patin. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam satu hari.
B. Saran
Untuk memaksimalkan budidaya ikan patin sebaiknya pembesaran dilakukan
di kolam tanah atau kolam semen di area terbuka dengan kondisi yang memungkinkan
unttuk pertumbuhan plankton sebagai pakan alami. Untuk mempercepat pertumbuhan
dapat diberikan pakan tambahan yang lebih intensif dan rutin.
DAFTAR PUSTAKA
10