Anda di halaman 1dari 4

RESUME

CARA MEMBACA DAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN CTG


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PKK Kehamilan
Dosen Pembimbing : Yulia Ulfah Fatimah, S.ST., M.Keb.

Oleh :
Vivi Adriyani
P17324118009
Tk. 3B

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2020
CARA MEMBACA CTG

Sebelum kita membaca CTG kita harus mengetahui tentang dasar dasar CTG. Ada empat
dasar CTG antara lain,:
1. Garis keatas, menunjukan detak jantung janin. Setiap kotaknya adalah kelipatan 5.
2. Garis kekanan, menunjukan waktu. Tiap kotaknya bernilai 0,5 menit atau 30 detik.
3. Gerakan janin, ada dua gerakan janin yang dinilai disini yaitu gerakan janin yang dirasakan
ibu dan gerakan janin yang terdeteksi oleh alat.
4. Amplitude his, menunjukan seberapa besar his yang terjadi. Semakin kuat his maka
gunungnya akan semakin tinggi.
Cara membaca CTG harus ingat singkatan GGWP yaitu Garis tengah, Garis naik turun, dan
W. Garis tengah adalah garis yang menggambarkan garis denyut jantung janin yang normalnya
(120-160). Jika berada dibawah 120 berarti itu menunjukan Bradicardi. Jika menunjukan lebih
dari 160 berarti menunjukan takicardi. Garis naik turun atau variabilitas normalnya 5-25. Cara
menilainya adalah dengan menghitung denyut jantung janin yang paling rendah dibandingkan
dengan garis yang paling tinggi. W menunjukan gambaran 2 garis yang keatas dan kebawah
sehingga mengingatnya dengan akselerasi dan deselerasi. Akselerasi berarti detak jantung janin
keatas lebih dari 3 kotak permenit dan kekanannya lebih dari setengah kotak kecil. Sedangkan
deselerasi berarti detak jantung janin kebawah lebih dari 3 kotak permenit dan kekanannya lebih
dari setengah kotak kecil. Deselerasi dibagi 2 yaitu deselerasi dini dan deselerasi lambat.
Deselarisi dini adalah deselerasi yang bersamaan dengan pucak his. Deselerasi lambat adalah
deselerasi yang terjadi setelah his. Deselerasi dini normal, sedangkan deselerasi lambat bisa
menunjukan bahwa janin mengalami hipoksia.
CTG terdiri dari beberapa kategori mulai dari kategori 1, kategori 2, dan kategori 3.
Dikatakan kategori 1 jika baseline 120-160, variabilitas antara 5-25, akselerasi bisa ada bisa
tidak dan deselerasi tidak ada. Kategori 2 adalah jika bradikardi (DJJ < 110 bpm) atau takikardi
(DJJ > 160 bpm), variabilitas minimal (< 5 bpm), variabilitas maksimal (> 25 bpm), tidak ada
variabilitas dan tidak ditemukan deselerasi, deselerasi berulang dengan variabilitas minimal (< 5
bpm) atau sedang (6 – 25 bpm), deselerasi memanjang ( 2 – 10 menit), deselerasi lambat
berulang dengan variabilitas sedang, deselerasi bervariasi, tidak adanya akselerasi setelah
diinduksi melalui stimulasi. Kategori 3 adalah jika bradicaedi, deselerasi berulang dan
polasinusoid.
CARA MELAKUKAN CTG

Cardiotocography berbentuk seperti dua piringan kecil yang ditempelkan ke permukaan


perut menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan pada perut ibu hamil. Terdapat 2
metode yang dapat dilakukan pada pemeriksaan CTG antepartum, yaitu non-stress
test dan contraction stress test. Non-stress test dilakukan pada ibu yang belum terdapat kontraksi
dilakukan untuk memantau denyut jantung janin dan respons jantung terhadap gerakan
janin. Contraction stress test dilakukan untuk mengetahui fungsi uteroplasenta dan kemampuan
fetus dalam mentoleransi persalinan. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan jika hasil non-stress
test atipikal. Pada contraction stress test, terdapat persiapan tambahan untuk menimbulkan
kontraksi uterus. Hal ini dapat dilakukan dengan dua metode, stimulasi oksitosin atau stimulasi
puting.
Satu piringan berfungsi untuk mengukur denyut jantung janin, sementara yang lainnya
akan mengukur tekanan pada perut. Ibu hamil harus tetap duduk atau berbaring selama proses
pemeriksaan CTG. Pemeriksaan ini bisa bertahan antara 20 hingga 60 menit. Dengan begitu, alat
ini mampu menunjukkan kapan bumil mengalami kontraksi dan tiap kontraksi dapat
diperkirakan kekuatannya.
Seperti halnya pemeriksaan USG, sebelum alat CTG dipasang maka perlu dioleskan gel
ke permukaan perut ibu hamil agar sinyal dapat tertangkap dengan baik. Sabuk ini kemudian
dihubungkan pada mesin yang menerjemahkan sinyal yang diterima oleh piringan.
Mesin CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung janin dan
kontraksi rahim. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi reaktif dan nonreaktif. Disebut
nonreaktif bila denyut jantung janin tidak bertambah setelah ia bergerak, dan reaktif jika denyut
jantung meningkat setelah ia bergerak.
Namun, hasil yang tidak reaktif tidak selalu menunjukkan masalah. Bisa jadi bayi sedang
dalam kondisi tertidur lelap saat tes dilakukan, oleh sebab itu dokter akan mencoba tes setelah
meminta ibu hamil bergerak atau menggunakan stimulator akustik janin untuk membangunkan
bayi. Jika hasil masih tidak reaktif, dokter dapat meminta untuk melakukan tes ini lagi setelah
satu jam.
Jika CTG kedua menunjukkan bayi tetap tidak merespon dengan baik atau denyut
jantungnya tidak seperti yang seharusnya, dokter akan merujuk ibu hamil untuk
pemindaian ultrasound  untuk menilai profil biofisik bayi. Profil biofisik akan mengetahui
kondisi bayi dan mengukurnya berdasarkan gerakan, pernapasan, reaksi, dan tonus otot. Jika bayi
menunjukkan hasil yang kurang bagus, mungkin dokter menyarankan melakukan persalinan dini.

Anda mungkin juga menyukai